Anda di halaman 1dari 38

RESUME BELAJAR MANDIRI

SKENARIO II BLOK V
SEDIAAN FARMASI
( PEMBUKTIAN PRODUKSI TABLET SR NATRIUM DIKLOFENAK)

OLEH :
NAMA : SRI KASMIRANI BAHRUL
STAMBUK : 15120180176
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)

PROGRAM STUDI APOTEKER ANGKATAN VI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan metode pembuatan

tablet dan dikaitkan dengan skenario?

Jawaban :

Secara umum tablet dapat dibuat dengan 3 cara metode, yaitu :

- Granulasi basah (wet granulation)

Proses campuran suatu produk dalam wadah dengan penngadukan

yang menghasilkan algomerasi atau granul diman hampir semua bahan

obbat dapat dicetak dan memenuhi semua persyaratan tablet dengan baik

dikarenakan metode ini paling luas dan paling banyak digunakan dalam

pembuatan tablet.

- Granulasi kering (dry granulation)

Dimanan bahan yang tidak tahan terhadap panas dan lembab maka

menggunakan metode ini dengan cara menekan massa serbuk yang tidak

berbentuk dengan baik lalu digiling kemudian diayak hingga memperoleh

granul dengan partiikel yang diinginkan. Bisa juga menggunakan mesin

roll dijalankan secara hidrolik sehingga massa padat dan tipis kemudian

diayak lalau diperoleh granul dengan ukuran yang diinginkan.

- Kempa langsung (direct compression)

Proses tablet lanngsung dimana zat aktif dan eksipien di campur

seseuai pengisis, disintegran, kemudian mengallir kedalam lubang cetakan

dan membbentuk padatan yang kokoh. Syaratanya mempunyai sifat alir

baik, kompresibiltas tinggi dan efek lubricant baik.


Dimana pengertian granulasi adalah proses membesarkan ukuran

partikel – partikel kecil dengan mengumpulkannya secara bersama – sama

menjadi agregat yang lebihh besar dan permanen untuk membuatnya

mengalir bebas yang serupa dengan pasir kering.

Alasan untuk menggranulasi adalah :

1. Membuat zat/bahan mengalir bebas

2. Memdatkan (density) zat

3. Membuat campuran seragam yang tidak memisah

4. Memperbaiki karakteristik pengempaan zat aktif

5. Mengendalikan laju pelepasan zat aktif

6. Memberi kemudahan pengukuran atau dispensing voluume

7. Mengurangi debu

8. Memperbaiki penampilan tablet. (Menurut Fatmawty.2015)

Berdasarkan skenario (Menurut Jurnal Sains Farmasi & Klinis

Tahun 2015) Tablet sustained release natrium diklofenak dibuat dengan

metode granulasi basah. Hal ini disebabkan karena cara granulasi basah

akan membantu kerja matriks dalam mempertahankan pelepasan zat aktif

dari segi teknologi. Selain itu metode granulasi basah dipilih karena

mampu menghasilkan massa cetak dengan sifat-sifat fisik yang sesuai

untuk pencetakan. Metode kempa langsung dan granulasi kering tidak

digunakan karena ukuran campuran partikel serbuk yang halus membuat

massa cetak tidak dapat mengalir bebas ke dalam die.


2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan perhitungan bahan

terkait skenario?

Jawaban :

Perhitungan bahan

Natrium diklofenak : 100 mg


0,1 g
Etil Selulosa N-100 : 100 g x 200 mg = 0,2 mg

2,5 g
Primogel : 100 g x 200 mg = 5 mg

1g
Talk : 100 g x 200 mg = 2 mg

1g
Mg Stearat : 100 g x 200 mg = 2 mg

Emcompress + Laktosa : 200 – (100 + 0,2 + 5 + 2 + 2) mg

= 90,5 mg

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai in proses

control pengujian farmasetik, kimiawi dan mikrobiologi?

Jawaban :

In Process Control :

a. Penampilan umum (Organoleptis)

Pengukuran sejumlah data teknis tablet seperti ukuran (panjang,

lebar, diameter), bentuk, warna, bentuk permukaan, konsistensi dan cacat

fisik,dan tanda-tanda pengenal lainnya (logo, break line, dsb) bau, cirri-ciri

khas lainnya.
b. Keseragaman zat aktif

Dilakukan pemeriksaan kadar zat aktif sesuai dengan monografi

masing-masing bahan

c. Keseragaman bobot

Dilakukan pemeriksaan 20 tablet, dihitung rata-rata dan standar

devisiasi relative (RSD). Adapun syaratnya :

Tablet dengan bobot < 130 mg, maks RSD 10%

Tablet dengan bobot 130-324 mg, maks RSD 7,5%

Tablet dengan bobot < 324 mg, maks RSD 5 %

d. Kekerasan tablet

Diperiksa dengan alat hardness tester, yang prinsipnya mengatur

tekanan yang dibutuhkan untuk memecah satu tablet yang diletakkan

dalam alat tersebut. Tablet yang baik kekerasan min : 4 kg

e. Kerapuhan Tablet

Diperiksa dengan alat friabilator tester, prinsipnya dengan

mengukur presentase susut berat tablet setelah diputar dalam alat tersebut

selama 4 menit (rpm 25) atau 100 putaran

f. Waktu Hancur

Ditentukan dengan alat disintegration tester, prinsipnya adalah

sejumlah 6 tablet dimasukkan dalam air atau medium lain dengan suhu

37oC , dinaik turunkan diukur waktu sampai tablet hancur.


g. Kecepatan Kelarutan

Diperiksa dengan alat dissolution tester, pada prinsipnya mengukur

laju pelepasan obat pada media air atau media yang sesuai. Digunakan

sebagai dasar menguji kemanjuran suatu obat secara in vitro

(bioavabilitas).

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tugas dari RnD dari

industri farmasi?

Jawaban :

Perbedaan antara Research & Develoment

- Resesearch : pencarian senyawa kimia baru dan sisitem penyampaian

obat kedlam tubuh

- Development : pengembangan obat jadi yang manjur, dapat diproduksi

dengan skala besar dan berstandar tinggi serta harga yang terjangkau

dll. (Menurut Fatmawati.2015)

Tugas RnD Di Industri Farmasi yaitu :

1. Pengembangan Formula Produk

Fungsi bagian Pengembangan Formula Produk sebagai berikut:

a) Penanganan bahan baku alternative

Meliputi pencarian sumber terhadap supplier lain untuk

mengantisipasi ketersediaan bahan baku di pasaran habis dan sebagai

efisiensi biaya.Pengembangan Produk akan bekerjasama dengan

bagian Pengadaan. Pengadaan akan menghubungi

supplier/manufacturer. Supplier/pemasok akan mengirim sampel


untuk dilakukan pemeriksaan oleh bagian QC dan dilakukan trial

skala produksi untuk melihat stabilitas dan mutu bahan. Setelah hasil

pemeriksaan selesai, baru mengkonfirmasi supplier kembali.

b) Evaluasi formula dan proses produksi

Setiap ada perubahan dalam produksi termasuk perubahan eksipien,

maka dilakukan evaluasi terhadap perubahan tersebut.

c) Penanganan produk baru

Bagian pengembangan produk mempersiapkan segala kebutuhan

mulai dari proses, metode, teknologi yang dibutuhkan di Plant saat

transfer formula dari bagian Research and Development.

d) Monitoring dan evaluasi nomor izin edar

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. memiliki bagian regulatori di Kantor

Pusat yang menangani registrasi produk. Pengembangan produk di

Plant khususnya Plant Jakarta akan mempersiapkan data dan informasi

yang dibutuhkan bagian regulatori dalam proses izin edar serta

menginformasikan produk yang perlu dilakukan registrasi variasi.

2. Pengembangan Bahan Pengemas

Fungsi bagian Pengembangan Bahan Pengemas sebagai berikut:

a) Penanganan bahan pengemas alternative

Meliputi pencarian alternatif sumber pemasok bahan pengemas untuk

tujuan efisiensi biaya dan mencegah ketersediaan bahan pengemas di

pasaran habis.
b) Desain bahan pengemas

Bagian pengembangan produk akan mendesain kemasan yang akan

digunakan untuk produk-produk yang sudah ada dan produk baru.

c) Evaluasi bahan pengemas

Setiap ada perubahan dalam bahan pengemas akan dilakukan evaluasi

terhadap perubahan tersebut.

d) Standarisasi bahan pengemas

Standarisasi bahan kemas supaya dapat berlaku secara

general.Standarisasi ukuran master box dan menyesuaikan

kapasitasnya untuk efisiensi biaya danmempermudah penyimpanan.

(Menurut jurnal Ilmu Farmasi : Tugas dan Fungsi bagian,

departemen Research and Development (RnD), Penelitian dan

Pengembangan Produk Di Industri Kimia Farma)

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan keuntungan dan

kerugian tabler SR?

Jawaban :

Pengertian Tablet Sustained Release

Sediaan sustained release adalah sediaan yang menyediakan dosis

terapeutik awal yang diikuti dengan pelepasan gradual dalam waktu

lama. Tujuan sediaan ini untuk mencapai kadar terapeutik dalam darah

dalam waktu yang cepat, kemudian mempertahankan kadar tersebut

dengan pelepasan berkelanjutan pada kisaran terapeutik. Pada umumnya

bentuk sediaan sustained release dirancang untuk pemakaian satu unit


dosis tunggal. Hal ini ditujukan untuk menyajikan pelepasan segera

sejumlah obat setelah pemakaiannya secara tepat sehingga menghasilkan

efek terapeutik yang diinginkan, biasanya 8 sampai 12 jam.(Menurut

Agustin dan Ratih. 2015) Adapun Keuntungan dan Kekurangan Tablet

Sustained Release :

 Keuntungan Tablet Sustained Release :

1) Mengurangi efek samping local dan sistemik: mengurangi iritasi pada

gastrointestinal

2) Pemanfaatan obat yang lebih baik: akumulasi obat minimum pada

dosis kronis

3) Mengurangi frekuensi pemberian

4) Efek terapi lebih panjang/lama

5) Peningkatan efisiensi dalam perawatan:

6) Mengurangi fluktuasi (ketidaktepatan) kadar obat di dalam darah dan

karenanya respon farmakologi lebih seragam

7) Pengurangan dosis total

Untuk mengobati penyakit, jumlah total obat yang digunakan lebih

sedikit dalam sistem pemberian obat pelepasan berkelanjutan. Dengan

mengurangi jumlah total obat, penurunan efek samping sistemik atau

lokal diamati. Ini juga akan mengarah pada ekonomi yang lebih besar.

8) Peningkatan kepatuhan pasien

Kurangnya kepatuhan terutama diamati dengan penyakit kronis

yang membutuhkan perawatan jangka panjang, karena keberhasilan


terapi obat tergantung pada kemampuan pasien untuk mematuhi

pengobatan. Kepatuhan pasien dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti

pengetahuan tentang proses penyakit, kepercayaan pasien dalam

pengobatan, dan pemahaman pasien terkait dengan jadwal perawatan

yang ketat. Juga komplikasi rejimen terapeutik, biaya terapi dan efek

samping lokal atau sistemik dari bentuk sediaan. Masalah ini dapat

diatasi sampai batas tertentu dengan mengelola sistem pengiriman obat

pelepasan berkelanjutan. (Menurut Isha, 2012; Wikarsa, 2011 dan

Zalte, 2013)

 Kekurangan Tablet Sustained Release :

1) Dosis Dumping (Pembuangan): dosis pembuangan dapat terjadi pada

formulasi yang salah

2) Membutuhkan penambahan edukasi terhadap pasien

3) Kemungkinan pengurangan ketersediaan sistemik

4) Mengurangi potensi penyesuaian dosis

5) Biaya lebih mahal dibandingkan dengan tablet konvensional

6) Meningkatkan potensi metabolisme first pass

Korelasi in vivo dan in vitro yang buruk. (Menurut Isha, 2012;

Wikarsa, 2011 dan Zalte, 2013)


6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis-jenis tablet?

Jawaban :

Pengertian Tablet

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa

bahan pengisi. (Menurut Angi.2014)

Penggolongan sediaan tablet berdasarkan cara pemakaian

No Golongan Jenis

1 Tablet oral  Tablet Kempa

 Tablet Multikempa

 Tablet Salut Kempa

 Tablet Kerja Cepat

 Tablet kerja diperpanjang (Tablet

lepas lambat)

 Tablet salut enterik

 Tablet salut gula/coklat

 Tablet salut film

 Tablet kunyah

 Tablet effervescent

 Tablet pembagi

 Tablet bukal/sublingual

 Tablet kulum/isap
2 Tablet Non-Oral • Tablet dispensing

• Tablet triturate

• Tablet hipodermik

• Tablet implantasi

• Tablet vaginal

• Tablet rektal

(Menurut Teknologi Sediaan Solid, 2018)

Penjelasan Berdasarkan cara pemakaiannya, tablet dapat dibagi menjadi:

1. Tablet oral:

Tablet Kempa/Tablet standar (TK)

Tablet tak bersalut yang dibuat dengan siklus pengempaan

tunggal dan biasanya terdiri atas zat aktif tunggal atau lebih dengan

penambahan zat pembantu/pembawa.

Tablet Multikempa

Tablet yang dibuat dengan lebih dari satu siklus kempa

tunggal.

Tablet Salut Kempa

Tablet kempa yang di buat dengan mengempa granulasi

tablet tambahan di sekeliling tablet inti, di sebut juga tablet salut

kering.
Tablet Kerja Cepat

Tablet berlapis dimana satu lapisan segera melepaskan zat

aktifnya atau salut yang segera disintegrasi ke lambung, sementara

lapisan yang lain di formulasikan larut dalam usus.

Tablet Lepas-Lambat Diperpanjang

Tablet yang memberikan sejumlah zat aktif awal yang

cukup untuk menimbulkan kerja dengan cepat terhadap respon

terapi awal yang di inginkan dan sejumlah zat aktif tambahan yang

mempertahankan responsi terapi yang di timbulkan konsentrasi

awal selama beberapa jam yang di inginkan melebihi masa kerja

yang di berikan.

Tablet Salut enterik

Tablet kempa konvensional di salut dengan suatu zat seperti

selak atau suatu senyawa selulosa, yang tidak terdisolusi dalam

lambung, tetapi larut dalam saluran usus.

Tablet Salut Gula/Cokelat

Tablet kempa konvensional yang di salut dengan beberapa

lapisan tipis larutan gula berwarna atau tidak berwarna secara

berturut-turut.

Tablet Salut Film ( tipis )

Tablet kempa konvensional di salut dengan film tipis

polimerik larutan-air di beri warna atau tidak di beri warna yang

terdisintegrasi segera dalam saluran cerna.


Tablet Kunyah

Tablet kempa yang di desain untuk di kunyah sebelum di

telan.

Tablet effervescent

Tablet berbuih dilakukan dengan cara kompresi granulasi

yang mengandung garamgaram effervescent atau bahan bahan lain

yang mampu melepaskan gas ketika bercampur dengan air.

Campurannya biasanya adalah asam dan basa. Asamnya adalah

Asam Sitrat atau Asam Tartrat. Sadangkan basanya adalah Basa

Karbonat.

Tablet pembagi

Tablet untuk membuat resep, lebih tepat disebut tablet

campuran, karena hanya digunakan untuk pencampuran. Obat ini

tidak pernah diberikan kepada pasien sebagai tablet tersendiri.

Tablet Bukal dan Tablet Sublingual

Tablet yang di desain untuk ditahan dalam mulut ; yaitu

tablet yang disisipkan di antara pipi dan gusi (tablet bukal) →

tujuannya supaya hancur dan melarut perlahan-lahan (contoh :

tablet progesteron) Sedangkan yang digunakan di bawah lidah

(tablet sublingual) → Tujuannya agar obat dapat cepat diabsorpsi

melalui mukosa oral → efek yang dihasilkan lebih cepat. Biasanya

bentuknya datar. Kedua cara ini berguna untuk penyerapan obat

yang dirusak oleh asam lambung dan atau sedikit sekali diabsorpsi
oleh saluran pencernaan.empat tablet ini melepaskan zat aktif yang

di kandungnya, guna di absorbsi langsung melalui mukosa mulut.

Tablet Kulum ( Tablet Isap )

Tablet kempa berbentuk piringan dan solid yang di buat

dari zat aktif dan zat pemberi aroma dan rasa yang menyenangkan,

dimaksudkan untuk terdisolusi secara lambat untuk efek lokal pada

selaput moluska mulut. (Menurut Teknologi Sediaan Solid,

2018)

2. Tablet Non-Oral

Tablet dispensing

Tablet kempa yang biasa digunakan apoteker untuk

meracik bentuk sediaan solid dan cairan.

Tablet Triturat

Fungsinya sama dengan tablet dispensing, sangat toksik dan

keras.

Tablet Hipodermik

Tablet kempa yang mudah larut sempurna dalam air. Tablet

ini dimasukkan di bawah kulit dibuat secara septik dan se-steril

mungkin. Asalnya merupakan tablet triturat → tujuannya untuk

digunakan oleh dokter dalam membuat larutan parenteral secara

mendadak. Sekarang jarang diproduksi karena kesukarannya dalam

mengusahakan sterilitas dan tersedianya obat dalam jumlah besar.


Tablet Implantasi

Tablet yang di desain dan dibuat secara aseptik untuk

implantasi subkutan pada hewan atau manusia.

Tablet Vaginal

Tablet sisipan yang didesain untuk terdisolusi dan

pelepasan zat aktif dalam rongga vaginal. Pemberiannya melalui

vagina.

Tablet Rektal

Tablet yang didesain untuk dimasukkan melalui

rektal/dubur. Biasanya pengobatan ini memiliki 2 tujuan : absorbsi

sistemik, dan untuk meringankan atau mengobati gejala penyakit

lokal. (Menurut Teknologi Sediaan Solid, 2018)

6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan syarat dan evaluasi

granul dan tablet terkait skenario?

Jawaban :

- Syarat - syarat Granul :

a. Dalam bentuk dan warna yang sedapat mungkin teratur (homogen)


sedapat mungkin memiliki distribusi butir yang kecil dan
mengandung bagian berbentuk serbuk tidak lebih dari 10%
b. memiliki daya hancur yang baik
c. menunjukkan kekompakan makanis yang memuaskan
d. tidak terlampau kering
e. hancur baik di dalam air.( Menurut Bahan Ajar Teknologi
Sediaan Solid 2018)
- Evaluasi Granul :

1) Uji Waktu Alir

Sifat-sifat mengalir suatu bahan dihasilkan dari banyak gaya.

Partikel-partikel padat saling tarik-menarik dan gaya yang bekerja

antara partikel bila mereka berhubungan terutama gaya permukaan.

Gaya gesekan, gaya tegangan permukaan, dan gaya mekanik yang

disebabkan oleh saling menguncinya partikel yang bentuknya tidak

teratur. Sementara itu, gaya elektrostatik dan gaya kohesi dapat

mempengaruhi sifat mengalir dari zat padat. Granul-granul yang

diperoleh dari granulasi basah, gaya gesekan umumnya lebih menonjol

daripada gaya kohesi (Lachman, dkk., 1994). Syarat yang ditetapkan

adalah untuk 10 gram massa massa tidak lebih dari 1 detik

Alat yang digunakan untuk melakukan metoda uji waktu alir

adalah dengan metoda corong . Untuk melakukan uji waktu air

menggunakan alat yang dikatakan sebagai metoda corong dilakukan

dengan cara adalah berikut.

a. Timbang 100 gram granul yang sudah ditambahkan komponen luar

(granulasi basah) atau massa cetak (cetak langsung).

b. Masukkan kedalam corong dengan ukuran tertentu yang bagian

bawahnya (yaitu kran) tertutup.

c. Siapkan stopwatch. Alat dijalankan dengan membuka kran,

kemudian catat waktu yang diperlukan seluruh granul untuk

melalui corong tersebut dengan menggunakan stopwatch tersebut.


d. Waktu alir granul yang baik adalah jika waktu yang diperlukan

kurang lebih atau sama dengan 10 detik untuk 100 gram granul.

Dengan demikian kecepatan alir yang baik adalah tidak lebih besar

dari 10 gram/detik.

e. Dapat pula menggunakam granul 25 gram. Jika menggunakan 25

gram granul, maka waktu alir granul adalah 2,5 detik.

Syarat waktu Alir

> 10 Mengalir bebas

4-10 Mudah mengalir

1,6 - 4 Kohesif

< 1,6 Sangat kohesif

2) Persen Kompresibilitas

Kerapatan granul dapat mempengaruhi kompresibilitas,

porositas tablet, kelarutan, dan sifat-sifat lainnya. Granul yang

keras dan padat memerlukan kompresi yang lebih besar untuk

menghasilkan kohesi yang kompak, seperti tablet-tablet yang

berpenampilan dapat diterima yang bebas dari granul. Beban

kompresi yang tinggi sebaiknya mempunyai potensi untuk

meningkatkan disintegrasi tablet dan waktu melarut obat.

Walaupun tabletnya segera hancur, makin keras, dan makin rapat

granul akan melarut lebih lambat. Makin keras dan rapat granul itu
akan makin kurang regas (Lachman, dkk. 1994). Adapun untuk

kriteria aliran sebagai berikut :

5 -12 Baik Sekali


12 -16 Baik
18 – 21 Cukup
23 – 35 Buruk
35 – 38 Sangat Buruk
> 40 Sangat-sangat Buruk
Alat yang digunakan untuk melakukan presen kompresibilitas

terhadap granul/massa cetak adalah berupa Jouling tester (Tapped

density tester) Pengukuran lain dari sebuk yang bebas mengalir adalah

kompresibilitas yang dihitung dari kerapatan granul, yaitu dengan

memasukkan sejumlah tertentu granul kedalam gelas ukur. Adapun cara

melakukanya adalah sebagai berikut.

a. Masukkan granul ke dalam gelas ukur sebanyak 100 ml.

b. Pasang gelas ukur pada alat.

c. Volume awal dicatat, kemudian ketuk atau hidupkan alat sampai

tidak terjadi pengurangan volume.

d. Catat volume akhir.

e. Selanjutnya dihitung persen kompressibilitasnya

3) Uji Kadar lembab

Uji terhadap kadar lembab ini dikhususkan untuk granulasi basah.

Penentuan kelembaban terhadap granul ini sangat diperlukan.

Selanjutnya, untuk menentukan kandungan air didalam bahan padat

dapat digunakan metode cara timbang-pengeringan. Cara ini


berdasarkan atas perbedaan berat zat, dimana yang paling sederhana,

bahan yang akan dikeringkan (granulat) ditimbang sebelum dan sesudah

pengeringan (misalnya di dalam lemari pengering) dan selisihnya

adalah kandungan air (%) (Lachman, dkk, 1994). Persyaratan kadar air

adalah kurang dari 2 – 4 %

Alat yang digunakan untuk melakukan uji kadar lembab terhadap

granul/massa cetak adalah berupa Oven Uji kadar lembab dilakukan

untuk melihat kelembaban granul pada metoda granulasi basah. Adapun

cara melakukannya adalah sebagai berikut.

a. Timbang 5 gram granul yang sudah kering.

b. Siapkan oven dengan suhu 105oC.

c. Masukkan ke dalam cawan porselen dan dipanaskan pada suhu

105°C selama 2 jam, kemudian timbang granul sampai bobot tetap

(konstan).

d. Hitung selisih bobot. Selisih bobot itu adalah persentasenya.

(Menurut Bahan Ajar Teknologi Sediaan Solid 2018)

- Syarat Tablet :

a. Cukup kuat dan tahan terhadap goncangan dan goresan selama


pembuatan, pengemasan, pengiriman, dan penggunaan.
b. Keseragaman bahan aktif dalam bobot dan dalam kandungan tiap
tablet.
c. Bahan aktif yang dikandung memenuhi ketersedian hayati
d. Penampilannya menarik dan harus memiliki bentuk, warna, dan
penandaan lain yang di butuhkan.
e. Mempertahankan semua atribut fungsinya, termasuk stabilitas fisik,
kimia dan daya kerja sediaan tablet. (Menurut Bahan Ajar
Teknologi Sediaan Solid 2018)
- Evaluasi Tablet :

1) Uji visual
Kontrol terhadap penampilan umum melibatkan penetapan
beberapa parameter, seperti: ukuran, bentuk, warna, ada tidaknya
bau, rasa, bentuk permukaan, dan cacat fisik, serta untuk membaca
tanda-tanda pengenal
2) Uji keseragaman bobot
Bobot Penyimpangan %
A B
25 mg atau kurang 15% 30 %
26 mg – 150 mg 10 % 20 %
151 mg – 300 mg 7,5% 15 %
Lebih dari 300 mg 5% 10 %
Adapun cara melakukan uji keseragaman terhadap bobot
tablet menggunakan timbangan analitik adalah sebagai berikut.
a. Pilih 20 tablet.
b. Timbang 20 tablet tersebut.
c. Timbang satu persatu.
d. Hitung bobot rata-ratanya.
e. Hitung persen penyimpangan tiap-tiap tablet dengan cara:
3) Uji keseragaman ukuran
Ketebalan tablet dapat diukur memakai jangka sorong yang
melengkung. Ketebalan harus terkontrol agar dapat diterima oleh
konsumen dan memudahkan dalam pengemasan. Kecuali
dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang dari 1 ⅓ tebal tablet (Farmakope Indonesia, 1979)
Untuk melakukan uji keseragaman terhadap ukuran tablet
dapat dilakukan menggunakan alat yang bernama Jangka Sorong
a. Ambil 20 tablet, dapat juga menggunakan hanya 10 tablet.
b. Ukur diameter dan tebal tablet satu persatu.
c. Lihat syarat keseragaman ukuran tablet.
d. Tablet yang baik mempunyai diameter tidak lebih dari 3 kali dan
tidak kurang dari 1⅓ tebal tablet.
4 ) Uji kekerasan
Kekerasan menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan
tekanan pada saat proses produksi, pengemasan, dan pengangkutan.
Prinsip pengukurannya adalah memberikan tekanan pada tablet
sampai tablet retak atau pecah, kekuatan minimum untuk tablet adalah
sebesar 4 kg/cm3. Alat yang digunakan pada uji kekerasan adalah
hardness tester. Dalam bidang industri kekuatan tekanan minimum
yang sesuai untuk tablet adalah sebesar 4 kg. Penentuan kekerasan
tablet ditetapkan waktu berproduksi supaya penyesuaian tekanan yang
dibutuhkan dapat diatur pada peralatannya. Prosedur kerja uji
kekerasan terhadap tablet adalah sebagai berikut :
a. Tablet diletakkan diantara pegas penekan, kemudian alat
dihidupkan.
b. Jarum petunjuk tekanan akan bergerak sesuai tekanan yang
diberikan pada tablet.
c. Saat tablet retak atau pecah, jarum akan berhenti pada suatu angka
sebagai penunjuk kekerasan tablet yang dinyatakan dalam satuan
kilogram.
4) Uji kerapuhan
Uji kerapuhan merupakan uji ketahanan permukaan tablet
terhadap gesekan yang dialami oleh tablet sewaktu pengemasan,
pengiriman, dan penyimpanan. Uji kerapuhan ini disebut juga
dengan uji kerenyahan. Kerenyahan atau friabilitas adalah cara lain
untuk mengukur kekuatan tablet. Tablet yang mudah menjadi
bubuk, menyerpih, dan pecah-pecah pada penanganannya, akan
kehilangan keelokannya serta konsumen enggan menerimanya dan
dapat menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet.
Alat penguji friabilitas dikenal sebagai friabilator. Prinsip
kerja alat ini dengan memperlakukan sejumlah tablet terhadap
gabungan pengaruh goresan dan guncangan dengan memakai
sejenis kotak plastik yang berputar pada kecepatan 25 rpm,
menjatuhkan tablet sejauh enam inci pada setiap putaran. Sejumlah
tablet ditimbang, diletakkan ke dalam alat friabilator, kemudian
dijalankan sebanyak 100 putaran. Tablet itu kemudian dibersihkan
dan ditimbang ulang. Kehilangan berat lebih kecil dari 0,5%
sampai 1% masih dapat dibenarkan.
Prosedur kerja untuk melakukan uji kerapuhan/keregasan
terhadap tablet, yaitu sebagai berikut:
a. Tablet dibersihkan dari debu dengan cara memakai kuas kecil.
b. Ditimbang bobot 20 tablet (tablet besar) atau 40 tablet (tablet kecil)
= Wo.
c. Tablet dimasukkan ke dalam alat, kemudian alat dijalankan selama
4 menit dengan kecepatan 25 rpm. d. Tablet dikeluarkan lalu
dibersihkan dari debu dengan memakai kuas kecil.
d. Ditimbang bobot tablet = Wf.
e. Hitung persen kerapuhan.
5) Uji waktu hancur
Uji waktu hancur dilakukan pada 6 tablet dan menggunakan
disintegratin tester (disentegrator). Uji waktu hancur sesuai dengan
persyaratan FI adalah kecuali dinyatakan lain, semua tablet harus
tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih
dari 60 menit untuk tablet salut gula/salut selaput. Apabila, tablet/2
tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet
lainnya, tidak kurang 16 dari 18 yang diuji harus hancur sempurna
(Farmakope Indonesia, 1995) Untuk melakukan uji waktu hancur
terhadap tablet dapat dilakukan alat yaitu berupa Desintegrator
tester. Prosedur kerja uji waktu hancur adalah sebagai berikut:
a. Siapkan aquadest dengan suhu 37oC sebanyak + 650 ml
b. Masukkan ke dalam beaker 1 liter
c. Pasang beaker pada alat
d. Pasang keranjang.
e. Masukkan satu tablet pada masing-masing tabung dari keranjang,
lalu masukkan satu cakram pada tiap tabung
f. Alat dijalankan menggunakan air bersuhu 370 ± 20C sebagai
media.
g. Alat dihentikan apabila semua tablet sudah hancur.
h. Catat waktu yang dibutuhkan tablet untuk seliuruh tablet hancur
Angkat keranjang. (Menurut Bahan Ajar Teknologi Sediaan
Solid 2018)
Berdasarkan Skenario (Menurut jurnal of pharmaceutical

letters and review Tahun 2016) Evaluasi tablet sustained release:

1. Uji keseragaman bobot : Keragaman bobot tidak lebih dari 5 %

2. Kekerasan : Kekerasan yang diinginkan adalah 14-15Kp \

3. Ketebalan : Keteblaan yang diinginkan adalah 6,0 mm

4. Disolusi

Perbandingan tablet yang dievaluasi untuk profiil pelepasan

disolusii. Dilakukan untuk 24 jam study menggunakan USP II (paddle

type)apparatus. Studi ini dilakukan kondisi seperti dibawah ini :

Medium : 7,2 dapar fosfat


Type pada apparatus USP – II (type paddle)
RPM : 150 rpm, Volume : 900 ml, Temperature : 37oC ± 0,5, Waktu :
24 jam, Interval : 1,2,4,6,8,12,18,24 jam
7. Mahasiswa mampu memahami dan menganalisis interpretasi data

berdasarkan skenario?

Jawaban :

Uji Keseragaman Bobot :

Tablet dengan bobot ˂130 mg, max RSD 10%

Tablet dengan bobot 130-324 mg, max RSD 7,5%

Tablet dengan bobot ˃ 324 mg, max RSD 5%

Dari evaluasi tablet pada hasil formula mendapatkan 0.96%

sedangkan untuk hasil innovator 2,48% dengan bobot tablet 200 mg. jadi

dapat disimpulkan bahwa hasil evaluasi tablet keseragaman bobot dari

formula dan innovator memenuhi persyaratan dan dapat dibandingkan dari

segi keseragaman bobot lebih baik hasil formula. (Menurut Buku

Farmasi Industri 2015) Uji penetapan kadar zat aktif tablet hasil cetak,

Syarat penetapan kadar zat aktif natrium diklofenak yaitu 90 – 110 %.(

Menurut Jurnal Scienta 2014)

Dari evaluasi tablet pada hasil formula mendapatkan 100,33%

sedangkan untuk hasil innovator 99%. jadi dapat disimpulkan bahwa hasil

evaluasi tablet kadar zat aktif dari formula dan innovator memenuhi

persyaratan dan dapat dibandingkan dari segi kadar zat aktif lebih baik

hasil formula.
Persyaratan Disolusi Tablet : (Menurut International Research Journal

Of Pharmacy 2012)

Time (Hrs) % Drug Release


1 HR 18,8
2 HR 27,5
3 HR 34,8
4 HR 43,2
5 HR 52,4
8 HR 75,3
10 HR 85,3
Persyaratan zat terlarut natrium diklofenak : (Menurut Jurnal Sains

Farmasi & Klinis 2015)

Waktu (jam) Zat terlarut


1 Antara 15% hingga 40%
2 Antara 25% hingga 60%
4 Antara 35% hingga 75 %
8 Tidak kurang dari 70%

8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kegunaan dari zat

aktif dan zat tambahan berdasarkan skenario?

Jawaban :

a) Zat Aktif

Natrium diklofenak adalah obat anti inflamasi non-steroid yang

merupakan senyawa aktif dengan efek farmakologis sebagai analgetik,

antipiretik dan antiradang.( Menurut Jurnal Sains Farmasi & Klinis

Tahun 2015). Natrium Diklofenak merupakan obat yang dapat

memberikan efek farmakologi (zat aktif) dan merupakan obat

antiinflamasi non steroid (OAINS/NSAID), yang diindikasikan untuk


reumatoid artritis dan Osteoartritis. (Menurut Journal of Innovative

Pharmaceutical Sciences and Research Tahun 2014)

b) Zat tambahan (Menurut Teknologi Sediaan Solid Tahun 2018)

Penghancur/Disintegrants

Bahan penghancur akan membantu hancurnya tablet menjadi

granul, selanjutnya menjadipartikel partikel penyusun sehingga akan

meningkatkan kecepatan disolusi tablet.

Antiadherents

Antiadherents adalah bahan yang dapat mencegah melekatnya

(sticking) permukaantablet padapunch atas dan punch bawah.

Glidants

Glidants ditambahkan dalam formulasi untuk

menaikkan/meningkatkan fluiditasmassa yang akan dikempa, sehingga

massa tersebut dapat mengisi die dalam jumlah yangseragam.

Lubricants

Lubrikan adalah bahan yang berfungsi untuk mengurangi friksi

antara permukaandinding/tepi tablet dengan dinding die selama

kompresi dan ejeksi. Lubrikan ditambahkan pada pencampuran

akhir/final mixing, sebelum proses pengempaan.

Pengisi/Fillers

Bahan pengisi dibutuhkan untuk membuat bulk (menambah bobot

sehingga memilikibobot yang sesuai untuk dikempa), memperbaiki


kompresibilitas dan sifat alir bahan aktifyang sulit dikempa serta untuk

memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempalangsung.

(Menurut Handbook Of Pharmaceutical Excipient 6th Edition)

1) Etil Selulosa

Digunakan sebagai lapisan tablet Sustained Release dengan

konsentrasi 3% - 20%.

2) Primogel (Sodium Starch Glikolat)

Digunakan sebagai disintegran tablet dengan konsentrasi 2% - 8%.

3) Talk

Digunakan sebagai glidantdan lubrikan tablet dengan konsentrasi

1% - 10%.

4) Mg Stearat

Digunakan sebagai lubrikan tablet dengan konsentrasi 0,5% - 5%.

5) Laktosa

Digunakan sebagai pengisi tablet

(Menurut Farmasi Industri Tahun 2015)

1) Etil selulosa berfungsi sebagai bahan pengikat

2) Talk berfungsi sebagai bahan pelincir

3) Magnesium Stearat berfungsi sebagai bahan pelincir

4) Laktosa berfungsi sebagai bahan pengisi


9. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis-jenis validasi

dalam industri farmasi?

Jawaban :

Jenis-jenis validasi : (Menurut Pedoman Cara Pembuatan Tablet yang

Baik. 2012)

1) Validasi Proses

Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk

dipasarkan (validasi prospektif). Fasilitas, sistem dan peralatan yang

digunakan hendaklah telah terkualifikasi dan metode analisis hendaklah

divalidasi. Personil yang melakukan validasi hendaklah mendapat

pelatihan yang sesuai. Fasilitas, sistem, peralatan dan proses hendaklah

dievaluasi secara berkala untuk verifikasi bahwa fasilitas, sistem, peralatan

dan proses tersebut masih bekerja dengan baik. Dalam keadaan tertentu,

jika hal di atas tidak memungkinkan, validasi dapat juga dilakukan selama

proses produksi rutin dilakukan (validasi konkuren). Proses yang sudah

berjalan hendaklah juga divalidasi (validasi retrospektif).

a. Validasi Prospektif

Validasi prospektif hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas pada

hal berikut: Uraian singkat suatu proses; Ringkasan tahap kritis

proses pembuatan yang harus diinvestigasi; Daftar

peralatan/fasilitas yang digunakan termasuk alat ukur, pemantau

dan pencatat serta status kalibrasinya; Spesifikasi produk jadi untuk

diluluskan; Daftar metode analisis yang seharusnya; Usul


pengawasan selama-proses dan kriteria penerimaan; Pengujian

tambahan yang akan dilakukan termasuk kriteria penerimaan dan

validasi metode analisisnya, bila diperlukan; Pola pengambilan

sampel (lokasi dan frekuensi); Metode pencatatan dan evaluasi

hasil; Fungsi dan tanggung jawab; dan Jadwal yang diusulkan;

Dengan menggunakan prosedur (termasuk komponen spesifik)

yang telah ditetapkan, bets berurutan dapat diproduksi dalam

kondisi rutin. Secara teoritis, jumlah proses produksi dan

pengamatan yang dilakukan sudah cukup menggambarkan variasi

dan menetapkan tren sehingga dapat memberikan data yang cukup

untuk keperluan evaluasi. Secara umum, 3 (tiga) bets berurutan

yang memenuhi parameter yang disetujui dapat diterima telah

memenuhi persyaratan validasi proses.

Ukuran bets yang digunakan dalam proses validasi hendaklah sama

dengan ukuran bets produksi yang direncanakan.

Jika bets validasi akan dipasarkan, kondisi pembuatannya

hendaklah memenuhi ketentuan CPOB, hasil validasi tersebut

hendaklah memenuhi spesifikasi dan sesuai izin edar.

b. Validasi Konkuren

a. Dalam kondisi khusus, dimungkinkan tidak menyelesaikan

program validasi sebelum produksi rutin dilaksanakan.


b. Keputusan untuk melakukan validasi k o nkuren harus dijustifikasi,

didokumentasikan dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen

Mutu (Pemastian Mutu).

c. Persyaratan dokumentasi untuk validasi konkuren sama seperti

validasi prospektif.

c. Validasi Retrospektif

a. Validasi retrospektif hanya dapat dilakukan untuk proses yang

sudah mapan, namun tidak berlaku jika terjadi perubahan formula

produk, prosedur pembuatan atau peralatan.

b. Validasi proses hendaklah didasarkan pada riwayat produk. Tahap

validasi memerlukan pembuatan protokol khusus dan laporan hasil

kajian data untuk mengambil kesimpulan dan memberikan

rekomendasi.

c. Sumber data hendaklah mencakup, tetapi tidak terbatas pada

Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan Bets, rekaman

pengawasan proses, buku log perawatan alat, catatan penggantian

personil, studi kapabilitas proses, data produk jadi termasuk catatan

data tren dan hasil uji stabilitas.

d. Bets yang dipilih untuk validasi retrospektif hendaklah mewakili

seluruh bets yang dibuat selama periode pengamatan, termasuk

yang tidak memenuhi spesifikasi, dan hendaklah dalam jumlah

yang cukup untuk menunjukkan konsistensi proses. Pengujian

tambahan sampel pertinggal mungkin perlu untuk mendapatkan


jumlah atau jenis data yang dibutuhkan untuk melakukan proses

validasi retrospektif.

e. Pada umumnya, validasi retrospektif memerlukan data dari 10

(sepuluh) sampai 30 (tiga puluh) bets berurutan untuk menilai

konsistensi proses, tapi jumlah bets yang lebih sedikit

dimungkinkan bila dapat dijustifikasi.

2) Validasi Pembersihan

a. Validasi pembersihan hendaklah dilakukan untuk konfirmasi efektivitas

prosedur pembersihan. Penentuan batas kandungan residu suatu produk,

bahan pembersih dan pencemaran mikroba, secara rasional hendaklah

didasarkan pada bahan yang terkait dengan proses pembersihan. Batas

tersebut hendaklah dapat dicapai dan diverifikasi.

b. Hendaklah digunakan metode analisis tervalidasi yang memiliki

kepekaan untuk mendeteksi residu atau cemaran. Batas deteksi masing-

masing metode analisis hendaklah cukup peka untuk mendeteksi tingkat

residu atau cemaran yang dapat diterima.

c. Biasanya validasi prosedur pembersihan dilakukan hanya untuk

permukaan alat yang bersentuhan langsung dengan produk. Hendaklah

dipertimbangkan juga untuk bagian alat yang tidak bersentuhan

langsung dengan produk. Interval waktu antara penggunaan alat dan

pembersihan hendaklah divalidasi demikian juga antara pembersihan

dan penggunaan kembali. Hendaklah ditentukan metode dan interval

pembersihan.
d. Prosedur pembersihan untuk produk dan proses yang serupa, dapat

dipertimbangkan untuk memilih suatu rentang yang mewakili produk

dan proses yang serupa. Studi validasi tunggal dapat dilakukan

menggunakan pendekatan kondisi terburuk dengan memerhatikan isu

kritis.

e. Validasi prosedur pembersihan hendaklah dilakukan tiga kali berurutan

dengan hasil yang memenuhi syarat untuk membuktikan bahwa

prosedur pembersihan tersebut telah tervalidasi.

f. ”Uji sampai bersih” ( test until clean) bukan merupakan pilihan untuk

melakukan validasi prosedur pembersihan

g. Untuk produk yang beracun atau berbahaya dalam keadaan tertentu

dapat disimulasikan dengan produk lain yang mempunyai sifat fisika-

kimia yang sama

3) Validasi

4) Analisis

Tujuan validasi metode analisis adalah untuk menunjukkan bahwa

metode analisis sesuai tujuan penggunaannya. Perlu dipertimbangkan tabel

mengenai karakteristik yang berlaku untuk identifikasi, pengujian terhadap

impuritas dan prosedur penetapan kadar.

Validasi metode analisis umumnya dilakukan terhadap 4 jenis:

a. Uji identifikasi;

Uji identifikasi bertujuan untuk memastikan identitas analit dalam

sampel. Uji ini biasanya dilakukan dengan membandingkan


karakteristik sampel (misal: spektrum, profil kromatogram, reaksi

kimia, dan lain-lain) terhadap baku pembanding

b. Uji kuantitatif kandungan impuritas (impurity);

Pengujian impuritas dapat dilakukan melalui uji kuantitatif atau uji

batas impuritas dalam sampel. Masing-masing pengujian tersebut

bertujuan merefleksikan secara tepat karakteristik kemurnian sampel.

Karakteristik validasi yang lain diperlukan untuk uji kuantitatif

dibanding untuk uji batas impuritas

c. Uji batas impuritas; dan

d. Uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan aktif obat atau obat atau

komponen tertentu dalam obat.

Prosedur penetapan kadar bertujuan untuk menentukan kadar analit

dalam sampel. Dalam hal ini penetapan kadar menunjukkan pengukuran

komponen utama yang terkandung dalam bahan aktif obat. Untuk obat,

karakteristik validasi yang serupa juga berlaku untuk penetapan kadar

zat aktif atau komponen tertentu. Karakteristik validasi yang sama juga

dapat dilakukan untuk penetapan kadar yang berkaitan dengan metode

analisis lain (misal uji disolusi).

Metode analisis lain, seperti uji disolusi untuk obat atau penentuan

ukuran partikel untuk bahan aktif obat, hendaklah juga divalidasi.

10. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengujian in vitro

terkait skenario (perbandingan hasil formula dan hasil inovator)?

Jawaban :
Diperiksa dengan alat Dissolution tester, pada prinsipnya

mengukur laju pelepasan obat dengan pada media air atau media lain yang

sesuai. Terdapat 2 metode pengujian disolusi obat.

a. Alat 1

Tablet diletakkan dalam keranjang seringan kawat kecil yang

diikatkan pada bagian bawah suatu tongkat yang dihubungkan pada

sebuah motor yang kecepatannya dapat diatur. Keranjang dicelupkan

ke dalam medium disolusi, suhu labu dipertahankan 37°C kemudian

cairan sampel diambil pada selang waktu tertentu untuk menentukan

jumlah obat yang terlarut.

b. Alat 2

Sama dengan alat 1, hanya keranjangnya diganti dengan

pedal/dayung yang berbentuk pisau dan tongkat sebagai elemen

pengaduk. (Menurut Buku Industri Farmasi. 2015). Penetapan

profil dissolusi sediaan tablet lepas lambat natrium diklofenak

dilakukan dengan metode dayung dengan kecepatan dayung 75 rpm,

medium dapar fosfat pH 6,8 sebanyak 900 mL dan suhu 37± 0,5oC.

Pengambilan sampel dilakukan pada menit ke 5, 15, 30, 45, 60, 120,

180, 240, 360, 480, 600 dan 720. Kadar yang terdisolusi ditetapkan

dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang serapan

maksimum 275,6 nm. Profil disolusi tablet lepas lambat natrium

diklofenak ditentukan dengan persamaan Korsmeyer-Peppas. (Q)

natrium diklofenak menurut USP 30 yaitu tidak kurang dari 80%


dalam waktu 1 jam. (Menurut Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi.

2012)

Sampel tablet menjadi sasaran studi disolusi invitro menggunakan

USP tipe II appartus disolusi pada kecepatan 37 dan 50 rpm. sesuai

rekomendasi resmi USFDA 900 mL 7,4 buffer fosfat digunakan sebagai

media disolusi. hampir sama dengan 10 ml ditarik pada interval waktu

tertentu dan volume media disolusi dilengkapi dengan segar dan volume

yang sama dari 7,4 buffer fosfat. alikuot disaring dan dipindai dengan

pengenceran yang tepat dan jumlah natrium diklofenak yang dilepaskan

dari sampel tablet ditentukan secara spektrofotometri pada panjang

gelombang 276 nm dengan membandingkan dengan kurva kalibrasi

standar. (Menurut International Research Journal Of Pharmacy.

2012)

Time (Hrs) % Drug Release

1 HR 18,8
2 HR 27,5
3 HR 34,8
4 HR 43,2
5 HR 52,4
8 HR 75,3
10 HR 85,3
- Persyaratan zat terlarut natrium diklofenak :

Waktu (jam) Zat terlarut


1 Antara 15% hingga 40%
2 Antara 25% hingga 60%
4 Antara 35% hingga 75 %
8 Tidak kurang dari 70%
Studi disolusi dilakukan untuk semua kombinasi formulasi dalam rangkap
tiga, menggunakan metode dayung USP – IIdan 900ml pH 7,8 buffer fosfat
sebagai medium disolusi. Media ini diizinkan untuk menyeimbangkan hingga
suhu37 ° C ± 0,5 ° c. Tablet ditempatkan di kapal dan kapal itumenutupi alat
dan dioperasikan selama 24 jam dalam pH 7,8 dapar fosfatpada 50 rpm.
Padainterval waktu tertentu 5 ml alikuotsampel ditarik secara berkala dan
volume diganti denganjumlah yang setara dari medium disolusi baru.
Sampeldianalisis secara spektrofotometri pada 226 nm menggunakan
UVspectrophotometer.Dan data disolusi ini diperlakukan lebih lanjutuntuk
pemodelan kinetic. (Menurut Journal of Applied Pharmaceutical Science
Tahun 2012). Uji disolusi in vitro.Digunakan alat disolusi tipe 2 (dayung)
dalam media disolusi larutan dapar fosfat pH 6,8 selama 8 jam dengan
volume medium disolusi 900 mL pada suhu 37±0,50C dengan kecepatan
pengadukan 50 rpm (rotasi per menit). Pengambilan alikot 5 mL dilakukan
pada 5, 15, 30, 60, 120, 180, 240, 300, 360, 420 dan 480 menit.Sampel yang
diperoleh lalu dianalisa dengan menggunakan spektrofotometer UV.
Persyaratan zat terlarut untuk tablet lepas lambat. (Menurut Jurnal Sains
Farmasi dan Klinis Tahun 2015). Studi disolusi in vitro dilakukan
menggunakan USP type II disolusi apparatus. Medium disolusi dalam
termostatik dikontrol water bath, dijaga pada 37oC±0.5oC , pada putaran yang
disesuaikan menjadi 50 rpm. Pada interval pasti, 5 ml sample ditarik dan
dianalisis menggunakan spektrofotometer pada 274 nm untuk pelepasan
obat. pada setiap kali penarikan, 5 ml media yang sesuai segar diganti ke
dalam flask disolusi. (Menurut International Journal Of Pharmacy And
Pharmaceutical Science Tahun 2011)
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Rini, dkk, 2015, “Profil Disolusi Tablet Sustained Release Natrium
Diklofenak dengan Menggunakan Matriks Metolose 90 SH 4000”, Jurnal
Sains Farmasi & Klinis,Vol 01
Agarwal, Gauraw, dkk, 2017, “Oral Sustained Release Tablets: an Overview with
a special Emphasis on Matrix Tablet”, American Journal of Advanced Drug
Delivery.
Alhalmi, Abdulsalam, dkk, 2018, “Sustained Release Matrix System : An
Overview”, World Hournal Of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Vol
7.
BPOM RI. 2012. Pedoman Cara Pembuatan Obsat yang Baik. Badan Pengawasan
Obat dan Makanan: Jakarta
BPOM RI. 2018. Pedoman Cara Pembuatan Obsat yang Baik. Badan Pengawasan
Obat dan Makanan: Jakarta
Bahan Ajar Farmasi Teknologi Sediaan Solid Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia kesehatan Badan
Pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan 2018.
Fatmawati, Aisyah, 2015, Farmasi Industri, Yogyakarta.
Fatmawati, Aisyah, dkk, 2015, Teknologi Sediaan Farmasi, Yogyakarta.
Farmakope Indonesia.1979.Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Gantiaji, Reswara, Citra, dkk. “Uji Sifat Fisik, Kadar dan Disolusi Terbanding
Tablet Karbamazepin Generik Berlogo, Generik Bermerek dan Inovator.
Lukman, Anita, dkk, 2014, “Formulasi Tablet Lepas Lambat Natrium Diklofenak
Menggunakan matriks Pati Beras Ketan Pragelantinasi Dari Kampar”,
Jurnal Scientia, Vol 4.
Prihadyanti, Dian, dkk, 2015, “R & D dan Inovasi di Perusahaan Sektor
Manufaktur Indonesia”, Jurnal Manajemen Teknologi, Vol 14.
Rajesh, Asija, dkk, 2012, “Formulation and Evaluation Of Diclofenac Sodium
Sustained Release Tablets using Melt Granulation Technique” International
Research Journal Of Pharmacy, vol 03.
Rowe, C, Raymond, dkk, Handbook Of Pharmaceutical Excipients Sixth edition.

Anda mungkin juga menyukai