TUJUAN
Mahasiswa dapat membuat tablet dengan metode granulasi basah
Mahasiswa dapat melakukan pengujian dan menentukan sifat fisik mutu tablet
Mahasiswa mampu melakukan pengujian kadar air (susut pengeringan ) pada
sediaan serbuk atau granul
2. DASAR TEORI
Tablet (compressi) merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis
obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan. (Anonim, 1995)
Tablet digunakan baik untuk tujuan pengobatan lokal atau sistemik. Pengobatan lokal
misalnya:
1. Tablet untuk vagina, berbentuk seperti amandel, oval, digunakan sebagai antiinfeksi,
antifungi, penggunaan hormon secara lokal.
2. Lozenges, trochisci digunakan untuk efek lokal di mulut dan tengorokan, umumnya
digunakan sebagai antiinfeksi. (Anief, M., 2005)
Pengobatan untuk mendapatkan efek sistemik, selain tablet biasa yang ditelan masuk perut
terdapat pula yang lain seperti:
1. Tablet bukal digunakan dengan cara dimasukkan di antara pipi dan gusi dalam rongga
mulut, biasanya berisi hormon steroid, absorpsi terjadi melalui mukosa mulut masuk
peredaran darah.
2. Tablet sublingual digunakan dengan jalan dimasukkan di bawah lidah, biasanya berisi
hormon steroid. Absorpsi terjadi melalui mukosa masuk peredaran darah.
3. Tablet implantasi berupa pellet, bulat atau oval pipih, steril dimasukkan secara
implantasi dalam kulit badan.
4. Tablet hipodermik dilarutkan dalam air steril untuk injeksi untuk disuntikkan di bawah
kulit. (Anief, M., 2005)
Untuk membuat tablet diperlukan zat tambahan berupa:
2. Zat pengikat (binder) dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat.
Biasanya yang digunakan adalah mucilago gummi arabici 10 -20% (solution
Methylcellulosum 5%)
3. Zat penghancur (disintegrant) dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut.
Biasanya yang digunakan adalah Amylum Manihot kering, gelatinum, agar-agar,
natrium alginate.
4. Zat pelicin (lubricant) dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan (matrys).
Biasanya digunakan talcum 5%, Magnesii Stearas, Acidum Stearicum. (Anief, M.,
2005)
Untuk m Type equation here.aksud dan tujuan tertentu tablet disalut dengan zat penyalut yang
cocok, biasanya berwarna atau tidak :
Tablet bersalut gula (sugar coating)
Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat, zat-zat lain, kecuali zat pelican dibuat granul
(butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan tablet dengan baik, maka
dibuat granul agar mudah mengalir (free flowing) mengisi cetakan serta menjaga agar tablet
tidak retak (capping) (Anief, M., 2005).
Dalam membuat granul ada 2 macam :
1. cara basah
2. cara kering atau disebut slugging atau pre compression (Anief, M., 2005).
Metode granuasi basah :
Langkah – langkah dalam metode granulasi basah :
Menimbang dan mencampur bahan-bahan
Bahan aktif, pengisi, penghancur ditimbang sesuai yang dibutuhkan. Untuk pencampuran
biasanya menggunakan mixer atau blender, bahan pengisi biasanya laktosa, kaolin, manitoll,
amylum, gula bubuk.
Pembuatan granuasi basah
Agar campuran serbuk mengalir bebas dan merata dari hopper kedalam cetakan mengisinya
dengan tepat dan merata, biasanya perlu mengubah campuran serbuk menjadi granula yang
bebas mengalir kedalam cetakan disebut granulasi.
Pengayakan adonan lembab menjadi pellet atau granul
Umumnya granuasi basah ditekan melaui ayakan no 6 atau 8, lalu disalurkan kedalam
fluidbeddriers dibuat granul dengan menekankan pada alat yang dibuat berlubang – lubang.
Pengeringan
Kebanyakan granul dikeringkan dalam cabinet pengering dengan system sirkulasi udara
dan pengendalian temperatur, pada metode ini granul dikeringkan pada keadaan tertutup dan
diputar – putar sambi1 dialirkan udara yang hangat, pada proses ini campuran serbuk yang akan
dibuat granul diubah menjadi larutan atau suspensis dan disemprotkan, dikeringkan dalam
fluidizedbed untuk menghasilkan granul yang seragam dan mudah mengalir.
Pengayakan kering
Setelah dikeringkan granul dilewatkan melalui ayakan dengan lubang lebih kecil dari yang
biasa dipakai untuk pengayakan granulasi asli.
Pencampuran bahan pelicin
Setelah pengayakan kering, biasanya bahan pelincin kering ditambahkan kedalam granul.
Pembuatan tablet dengan kompresi
Cara kerjanya memasukan granul kedalam ruang cetakan dan dikempa oleh kedua gerakan
punch atas dan bawah. (Ansel, 1982)
Suatu sediaan tablet yang diberikan peroral, agar dapat diabsorbsi maka tablet tersebut
harus terlarut (terdisolusi) atau terdispersi dalam bentuk molekular. Tahap pertama untuk
tablet agar dapat terdisolusi segera adalah tablet harus hancur (Sulaiman, 2007).
Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube, ditutup dengan
penutup dan dinaik-turunkan ke ranjang tersebut dalam medium air dengan suhu 37oC.
Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan gastrik
(gastric fluid). Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur.
Pernyaratan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk
tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit. Sementara untuk tablet salut
enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus segera
hancur dalam medium basa (Sulaiman, 2007).
3. Alat dan Bahan
Alat : bahan :
1. Disentigrator tester 1. Antalgin
2. Flow tester 2. Laktosa
3. Friabilator 3. Gelatin
4. Hardness tester 4. Mg stearat
5. Jangka sorong digital 5. Explotab
6. Moisture balance 6. Aquadest
7. Tap Density tester
8. Timbangan digital
9. ayakan no.16 dan 18
10. corong
4. Cara kerja
Cara kerja pembuatan granul
Pasang corong
F= a-b / b x 100 %
1) Perhitungan :
o Perhitungan bahan :
1 batch 75 tablet:
antalgin = 500 mg x 75 = 37.500 = 37,5 g
Laktosa = 44 mg x 75 = 3.300 = 3,3 g
Gelatin = 20 mg x 75 = 1.500 = 1,5 g
Explotab ® = 30 mg x 75 = 2.250 = 2,250 g
Mg stearas = 6 mg x 75 = 450 = 0,450 g
Aquadest = secukupnya
o Perhitungan sifat alir
IP = Vo - Vt x 100%
Vo
= 100 – 95 x 100% = 5, ≤ 10 (sangat baik)
100
HR= Vo = 100 = 1,05
Vt 95
MC = 2030 – 1920 = 2030 – 1920 x 100 % = 5,41 %
2030
o Perhitungan uji kekerasan
o Perhitungan uji kerapuhan
Bobot awal : 10,3267
Bobot akhir : 10,288
f = a – b / a x 100%
= 10,3267 – 10,288 / 10,3267 x 100%
= 0,374 %
o Uji waktu hancur
2) Data
6. PEMBAHASAN
Granulasi basah merupakan salah satu cara pembuatan tablet kompresi yang paling
banyak digunakan. Granulasi merupakan perlakuan awal terhadap serbuk yang sukar untuk
dicetak menjadi massa yang dapat ditabletasi. granulasi adalah proses peningkatan ukuran
dimana partikel-partikel kecil digabungkan menjadi partikel dengan ukuran lebih besar,
membentuk aglomerat atau granul stabil sehingga lebih mudah mengalir. Proses granulasi
dilakukan karena sebagian besar serbuk tidak dapat dibentuk menjadi tablet secara langsung
karena kohesivitasnya rendah, tidak memiliki sifat lubrikasi dan disintegrasi yang diperlukan
dalam proses tabletasi.
massa campuran tadi dimasukkan ke dalam alat granulasi yang disebut granulator. Pada alat
granulator ini, massa dilewatkan pada mesh atau ayakan dan diberi tekanan agar terbentuk
suatu granul sehingga luas permukaannya meningkat dan proses pengeringan berjalan dengan
lebih cepat. Ukuran mesh yang digunakan biasanya mesh no.16. Granul yang terbentuk,
selanjutnya dikeringkan dengan cara dimasukan ke dalam oven pada suhu 50-60 0C selama
18-24 jam. Setelah proses pengeringan selesai, granul kemudian di masukan kembali ke dalam
granulator dan diayak dengan menggunakan ayakan yang ukuran nya lebih kecil, biasa nya
digunakan ayakan no.18 agar ukuran granul menjadi lebih homogen.
Setelah itu, granul yang diperoleh kemudian ditimbang, dan dievaluasi. Evaluasi
terhadap granul ini dilakukan dengan menentukan laju alir, kompresibilitas, dan susut
pengeringan atau lost of drying (LOD). Laju alir granul memegang peranan penting dalam
pembuatan tablet. Apabila granul mudah mengalir, tablet yang dihasilkan mempunyai
keseragaman bobot yang baik. Laju alir ini dapat ditentukan dengan menentukan sudut istirahat
dari granul dengan menggunakan metode corong, Sudut istirahat ini merupakan sudut yang
dibentuk oleh tumpukan serbuk terhadap bidang datar setelah serbuk atau granul tersebut
mengalir secara bebas melalui suatu celah sempit dalam hal ini adalah corong. Jadi, sudut
istirahat diperoleh dengan memasukan sekitar 15gr serbuk ke dalam corong yang ditutup,
kemudian tutup tersebut dibuka, dan dihitung waktu alir serta tinggi dan diameter dari
tumpukan granul yang dihasilkan. Dari hasil uji terhadap granul yang dihasilkan, diperoleh
sudut istirahat granul sebesar 17,008 0C dengan waktu alir selama 2,41 detik. Nilai ini
menunjukkan bahwa granul yang dihasilkan memiliki sifat laju alir yang baik karena pada
umumnya granul dikatakan mengalir baik (free flowing) apabila sudut diamnya lebih kecil dari
30 0C, sehingga granul dapat dicetak menghasilkan tablet yang homogen.
Pengujian berikutnya adalah penentuan kadar susut pengeringan atau loss of drying (LOD)
unutk menentukan kadar air yang terkandung dalam granul. Sebanyak 10 gr granul disimpan
secara merata diatas piringan logam pada alat uji. Kemudian suhu diatur pada 70 0C, dan
kemudian alat dinyalakan selama 10 menit. Dari hasil pengujian diperoleh % LOD atau kadar
air yang terkandung dalam granul sebesar 1,74 %. Nilai ini menujukan bahwa granul memiliki
kadar air yang baik, karena batas maksimum kadar air untuk granul adalah 2 %.
Pembahasan 2
Tahap yang pertama kali dilakukan adalah menyiapkan semua bahan yang akan digunakan
yang terdiri dari Ibuprofen, Starch Rx 1500, Amprotab, Avicel pH 102, Talkum, dan Mg
Stearat. Bahan-bahan tersebut dibagi menjadi dua yaitu fasa dalam dan fasa luar. Zat-zat fase
dalam adalah; Ibuprofen, Starch Rx 1500, Amprotab, dan Avicel pH 102. Kemudian fasa
luar adalah; Mg Stearat dan Talkum. Bahan fase dalam nantinya langsung dicampurkan
dengan fase luar agar mengurangi kelengketan yang disebabkan Ibuprofen yang dapat
membuat alat slugging rusak.
Tahap awal proses granulasi kering yaitu pengecilan partikel-partikel dengan proses
pengayakan. Hal ini dilakukan karena distribusi ukuran partikel mempengaruhi sifat fisik dan sifat kimia
serbuk yang kemudian akan berpengaruh terhadap kestabilan obat. Ukuran juga berperan penting
pada homogenitas tablet akhir. Bila terdapat perbedaan ukuran partikel yang besar antara zat aktif dan
eksipien, maka akan terjadi kesulitan pencampuran. Setelah proses pengayakan, bahan ditimbang
sesuai ketentuan.
Selanjutnya, tahap pembuatan slug (tablet besar-besar). Pertama yang dilakukan adalah
mencampurkan seluruh bahan dari formulasi. Tahap pencampuran ini dilakukan hingga homogen di
dalam baskom berukuran sedang karena jumlah serbuk cukup banyak yaitu 448 g untuk 700 tablet.
Tahap yang dilakukan selanjutnya adalah proses slugging. Pada proses ini komponen–
komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan
dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses
selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang sifat alirnya lebih baik
dari campuran awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang.
Setelah itu dilihat tingkat kelengketan dengan melihat nilai susut pengeringannya melalui uji LOD.
Apabilan nilai LOD > 2 % maka harus dilakukan ulang proses slugging karena tablet masih terlalu
lengket (kadar airnya tinggi).
Pembuatan granul adalah tahap berikutnya yang dilakukan. Slug dengan kadar air yang telah
sesuai dimasukkan ke alat granulator untuk membentuk granul. Prinsip metode ini adalah membuat
granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya.
Tujuan granulasi ini adalah untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk
semula (granul).
Granul lalu dilakukan pengujian granul yaitu uji kadar air (LOD). Sebanyak 10 gram granul dari
granul kering ditimbang lalu diuji LOD. Uji LOD dilakukan dengan cara granul diletakkkan di atas piring
aluminium lalu dimulaikan alat, kemudian dipanaskan hingga suhu 70 0. Apabila suhu LOD mencapai
atau lebih dari 700C, maka granul akan rusak sehingga bila suhu telah mencapai 70 0C, lampu harus
digeser kemudian dilihat kadar airnya. Kadar air yang bagus mempunyai rentang kurang dari 2%. Bila
kadar airnya lebih dari 2%, maka granul harus dikeringkan kembali. Hal ini dilakukan agar pada saat
pencetakan, tablet yang terbentuk tidak basah dan tidak menempel pada cetakan tablet. Kadar air
granul yang diperoleh pada percobaan adalah 2,01%.
Kemudian dilakukan uji kompresibilitas. Pertama ditimbang sebuk kering sebanyak 15g lalu
dimasukkan kedalam Gelas Ukur. Setelah dimasukkan kedalam Gelas Ukur dicatatkan volume awalnya
(didapat hasil 24ml) agar dapat dihitung kompresibilitasnya. Kemudian alat dinyalakan selama 5 menit,
kemudian dicatatkan volume akhir (didapat hasil 23,5ml). Hasil kompresibilitas setelah melalui
perhitungan adalah 2,037%.
Uji selanjutnya adalah uji Laju alir. Uji ini dimulai dari ditimbangnya granul 15g dan dimasukkan
kedalam hopper, dan disiapkan stopwatch untuk dihitungkan waktu jatuhnya serbuk (didapat hasil 4.3
detik). Kemudian diameter dan tinggi serbuk yang telah dijatuhkan dihitung (didapat hasil diameter:
10,25 cm, Tinggi: 1,1 cm). Sudut istirahat yang diperoleh adalah sebesar 12,134 o.
Tahap selanjutnya adalah pencetakkan tablet. Tablet dicetak dengan mesin pencetak tablet
yang telah diseting sesuai ukuran yang diinginkan. Tablet yang telah dicetak lalu dilakukan uji
Keseragaman bobotnya, dimulai dengan dikalibrasikan alat timbangan lalu sebanyak 20 tablet
ditimbangkan satu per satu, kemudian dicatat bobot masing-masingnya, dan ini dilakukan agar dapat
dihitung rata-rata tabletnya. kemudian dihitung rata-rata dari tabletnya (didapat hasil 0.5432g).
Uji selanjutnya adalah uji keseragaman ukuran. Dimulai dengan disiapkan 20 tablet dan
masing-masing tablet diukur dengan alat Jangka Sorong Digital, kemudian dicatat semua hasil dari
ukuran yang didapatkan, dan hal ini dilakukan agar bisa dihitung rata-rata dari ukurannya (didapat hasil
Diameter: 13,0285 mm, Tebal: 3,9095 mm).
Kemudian dilakukan uji kekerasan. Dimulai dengan 20 tablet yang telah disiapkan dipasang
pada alat Hardness Tester kemudian dimulai pengujian, lalu dicatat hasil tekanan yang didapatkan
yang menunjukkan kekerasan dari tablet yang telah dibuat. Rata-rata tekanan yang diperoleh adalah
45,025.
Uji selanjutnya adalah uji Friabilitas. Dimulai dengan ditimbang tablet-tablet yang telah
diproduksi. Tablet ditimbang hingga 6 - 6.5g dan berat satuan dari tablet yang ditimbang adalah ±
643.23 mg / 6.4323 g, kemudian sample tablet dimasukkan ke alat Friability Tester, lalu alatnya
dinyalakan selama 4 menit, dan ditimbangkan lagi berat akhirnya (didapat hasil ± 621.8 mg / 6.218 g),
kemudian dihitung persentase friabilitasnya dan didapat hasil 3.32 %.
Uji terakhir adalah uji waktu hancur. Diisi sebanyak 500ml aquadest kedalam beaker glass, lalu
dimasukkan kedalam alat Desintegrator lalu diset suhu 37°C kemudian masing-masing tablet
dimasukkan kedalam cakram, lalu dipasang ke alat dan dimasukkan kedalam beaker glass, kemudian
alat mulai dinyalakan. Hasil yang didapat dari uji ini adalah 20.02 detik untuk waktu hancur seluruh
obatnya.
EVALUASI GRANUL
Pada percobaan pembuatan tablet dengan metode granulasi kering, dilakukan evaluasi
terhadap granul dan tablet. Evaluasi granul dilakukan setelah terbentuk granul dari hasil pemecahan
slugging, yang meliputi pengujian laju alir & sudut istirahat, kompresibiltas, dan susut pengeringan
(LOD).
Pengujian laju aliran granul bertujuan untuk memastikan homogenitas komposisi tablet selama
proses pencetakan. Berdasarkan hasil percobaan, waktu alir untuk 15 gram granul adalah 4,3 detik.
Artinya granul tersebut memiliki laju alir 3,5 gram/detik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa laju alir
granul buruk, sesuai dengan parameter watu alir yaitu :
Waktu alir berpengaruh terhadap keseragaman bobot. Waktu alir yang buruk dapat menyebabkan
terjadinya segregasi partikel granul (pemisahan partikel di mana partikel dengan ukuran paling kecil
berada pada posisi paling bawah) sehingga partikel dengan ukuran paling kecil yang biasanya
merupakan zat aktif, akan turun terlebih dahulu selama pencetakan. Hal ini menyebabkan tablet yang
dicetak lebih awal akan memiliki dosis yang lebih tinggi dibandingkan dengan tablet yang dicetak di
akhir. Oleh karena itu, kecepatan alir yang buruk dapat menyebabkan ketidakseragaman bobot dan
kandungan zat aktif atau dosis dalam sediaan tablet yang dibuat.
Sudut istirahat diperoleh dengan mengukur tinggi dan diameter tumpukan granul yang terbentuk,
lalu dihitung dengan rumus :
Sudut istirahat yang diperoleh pada percobaan yaitu 12,134o. Data tersebut menunjukkan bahwa sifat
alir granul yaitu mudah mengalir sesuai standar sifat alir yaitu :
25-45o = mengalir
Selanjutnya dilakukan uji kompresibilitas. Uji ini digunakan untuk melihat daya alir granul serta
menunjukkan bahwa granul memiliki sifat yang mudah dikempa atau sulit dikempa. Dalam metode
slugging, kompresibilitas sangat penting karena akan berpengaruh terhadap pengempaan. Untuk
menghitung kompresibilitas, diperlukan kerapatan mampat dan kerapatan nyata. Kerapatan diperoleh
dari rumus :
dan
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kerapatan nyata = 0,625 gram/ml dan kerapatan mampat =
0,638 gram/ml. Sedangkan kompresibilitas dihitung menggunakan rumus :
Sehingga diperoleh persen kompresibiltas yaitu 2,04%. Syarat kompresibilitas yang baik yaitu <
20%. Jadi, data percobaan menunjukkan bahwa daya alir granul baik dan memenuhi
syarat. Kompresibilitas berhubungan dengan proses pencetakan dari tablet. Apabila kompresibilitas
baik berarti granul akan mudah untuk dicetak. Karena kompresibitas bagus, maka granul siap untuk
dikempa.
Susut pengeringan atau loss on drying dilakukan untuk mengetahui kelembaban granul dan
kadar air yang terkandung di dalamnya. Pengujian loss on drying dilakukan dengan menggunakan alat
moisture balance. Berdasarkan hasil percobaan, LOD yang diperoleh yaitu 2,01%. Data tersebut
menunjukkan bahwa kadar air granul berada dalam batas standar untuk LOD yaitu 2%. Kadar air granul
pada percobaan agak berlebih. Hal itu mungkin disebabkan oleh zat aktif yaitu ibuprofen bersifat mudah
meleleh. Kadar air granul berhubungan dengan kompresibilitas tablet, karena kadar air yang terbentuk
beperan sebagai pengikat yang akan mengisi ruang kosong antar partikel. Selain itu, kadar air akan
mempengaruhi daya serap granul yang kemudian berpengaruh pada waktu hancur tablet. Selain itu,
jika tablet memiliki kadar air yang berlebih, maka tablet juga akan mudah ditumbuhi oleh mikroba.
EVALUASI TABLET
Setelah tablet dicetak, diambil beberapa tablet untuk diuji. Pengujian yang dilakukan disebut in
process control (IPC) yang terdiri dari pengukuran bobot, diameter, tebal, fribilitas, kekerasan
tablet serta waktu hancur tablet.
Uji penampilan dilakukan dengan mengamati tablet secara visual. Tablet yang diperoleh dari
hasil percobaan berbentuk bulat, berwarna putih dengan permukaan licin dan agak mengkilat. Selain
itu diukur keseragaman ukuran yang meliputi diameter dan tebal. Menurut FI III, diameter tablet tidak
boleh lebih dari 3 kali tebal tablet dan tidak boleh kurang dari 1 1/3 tebal tablet. Dari data percobaan
diperoleh rata-rata tebal tablet yaitu 3.91 mm dan diameter 13,03 mm. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa diameter tablet tidak memenuhi criteria dalam Farmakope karena lebih dari 3x tebalnya.
Diameter tablet pada percobaan mempunyai nilai 3,3 kali dari tebal tablet. Hal itu terjadi karena
kesalahan optimasi tablet. Seharusnya bobot tablet yang dicetak yaiatu 0,64 gram. Namun yang
dilakukan dalam percobaan yaitu 0,5 gram sehingga tablet lebih tipis dari standar yang seharusnya.
Uji keseragaman bobot dilakukan untuk melihat homogenitas granul karena apabila bobot tidak
seragam kemungkinan disebabkan oleh homogenitas yang kurang baik. Keseragamn bobot dilihat dari
persen deviasi maksimum. Untuk tablet dalam percobaan, syaratnya tidak boleh ada 2 tablet yang
masing-masing menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari 5% dan tidak boleh satu pun tablet
yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari 10%. Bobot tablet rata-rata yang
diperoleh yaitu 542,3 mg, sehingga bobot tablet harus berada dalam
rentang 515,185– 569,415 mg. Dalam percobaan, 19 tablet berada dalam rentang tersebut dan ada 1
tablet yang tidak termasuk rentang ±5%. Namun hasil tersebut masih memenuhi syarat karena hanya
ada 1 tablet yang melebihi 5% dari rata-rata dan tidak melebihi 10%-nya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa keseragaman bobot tablet pada percobaan memenuhi persyaratan. Keseragaman
bobot dipengaruhi oleh laju alir. Apabila laju alir bagus, berarti keseragaman bobot juga bagus. Pada
percobaan dapat dikatakan bobot tablet seragam. Hal ini sesuai, karena pada percobaan laju alir pun
menunjukkan laju alir yang baik.
Evaluasi selanjutnya yaitu uji kekerasan. Uji kekerasan dilakukan untuk mengetahui seberapa
keras tablet yang dihasilkan dari proses formulasi. Tablet yang keras diperlukan untuk mencegah
kerusakan fisik selama proses produksi, penyimpanan, dan transportasi. Namun kekerasannnya harus
berada pada batas yang telah ditentukan. Kekerasan tablet ini erat hubungannya dengan ketebalan
tablet, bentuk dan waktu hancur tablet. Berdasarkan percobaan, diperoleh rata-rata kekerasan tablet
yaitu 45,025 N. Kekerasan yang baik berada pada rentang 60-70 N. Dengan demikian kekerasan tablet
dalam percobaan tidak memenuhi syarat. Kekerasan tablet terlalu rendah, dengan kata lain tablet
rapuh. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya pengikat seperti avicel. Tablet diharapkan memiliki
tingkat kekerasan yang cukup untuk membuat tablet tetap stabil, namun dapat hancur ketika masuk ke
saluran cerna di dalam tubuh. Kekerasan tablet juga sangat dipengaruhi oleh kinerja mesin tablet.
Mesin tablet yang baik akan memberian nilai kekerasan yang seragam.
Setelah IPC, dilakukan pula pengujian waktu hancur dan pengujian friabilitas. Uji friabilitas
digunakan untuk melihat tingkat kerapuhan tablet terhadap gesekan dan bantingan. Hal ini berkaitan
dengan penggunaan jenis pengikat dan distribusi pengikat dalam tablet. Dalam friabiitas, yang
dipengaruhi adalah daya ikat eksternal tablet. Pengikat yang efektivitasnya tinggi akan memberikan %
friabilitas yang rendah karena pengikat tersebut akan mengikat kuat massa tabet sehingga massa yang
lepas dari tablet akan lebih sedikit. % friabilitas yang baik yaitu < 1% Persen friabilitas dapat dihitung
menggunakan rumus :
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh bobot awal sebelum uji yaitu 6,4323 gram dan
setelah uji yaitu 6,2189 gram. Pengurangan bobot tersebut terjadi karena adanya gesekan antar tablet
yang menyebabkan fasa luar tablet terkikis. Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh % friabilitas tablet
yaitu 3,32%. Data tersebut menunjukkan bahwa bobot tablet yang hilang setelah bergesekan dengan
tablet lain jumlahnya melebihi standar yang telah ditentukan. Dengan demikian, pembuatan tablet pada
percobaan tidak memenuhi persyaratan friabilitas. Hal itu mungkin diakibatkan oleh tablet yang rapuh
atau tidak kuat karena daya ikat yang kurang. Daya ikat yang kurang kemungkinan disebabkan oleh
penggunaan pengikat kering. Penambahan pengikat secara basah lebih baik karena daya ikatnya lebih
tinggi.
Uji waktu hancur dilakukan untuk melihat seberapa lama obat (tablet) bisa hancur di dalam
tubuh/ saluran cerna yang ditandai dengan sediaan menjadi larut, terdispersi, atau menjadi lunak
karena tidak lagi memiliki inti yang jelas, kecuali bagian penyalut yang tidak larut. Waktu hancur
berkaitan dengan penggunaan disintegran dan daya ikat dalam formulasi tablet. Uji ini bertujuan untuk
menetapkan kesesuaian batas waktu hancur sesuai monografi zat aktif. Berdasarkan hasil percobaan,
waktu hancur tablet yaitu 20.2 detik. Berdasarkan Farmakope Indonesia : kecuali dinyatakan lain,
semua tablet harus hancur ≤ 15 menit (tanpa salut) dan ≤ 60 menit (dengan salut). Dengan demikian
dapat diketahui bahwa tablet memiliki waktu hancur yang cepat dan memenuhi persyaratan. Dilihat dari
waktu hancurnya yang relatif cepat, obat ini akan bekerja efektif di lambung. Waktu hancur yang cepat
ini disebabkan oleh pengunaan pengikat yang dicampurkan secara kering. Hal ini juga kemungkinan
dapat disebabkan karena kualiatas bahan yang kurang baik terutama Avicel PH 102 dan kekerasan
dari tablet kurang. Waktu hancur yang baik menggambarkan tablet yang baik pula karena jika
dikonsumsi, tablet tersebut akan mudah larut menjadi molekul obat dalam tubuh.
Kesimpulan
1. Cara pembuatan tablet dengan metode granulasi basah yaitu dengan mencampurkan
zat aktif dan eksipien ke bagian fase dalam yang mengandung pengikat hingga
membentuk massa lembab yang dapat digranulasi, hasil granul dikeringkan, granul
kemudian diberi tambahan fase luar, granulasi kembali baru dicetak.
2. Uji quality control yang dilakukan terhadap granul dan tablet hasil produksi berupa:
a. Kemampuan alir dan sudut istirahat
b. Kompresibilitas
c. Kadar air (loss on drying)
d. Waktu hancur
e. Kekerasan
f. Friabilitas
DAFTAR PUSTAKA
Anief M., 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta.
Anief M., 1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta.
Anonim, 1995 Farmakope Indonesia, IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Voigt, R. 1984. Buku Ajar Teknologi Farmasi, Edisi V. diterjemahkan oleh Soewandhi, S. N.,
Edisi 5. UGM Press. Yogyakarta.
Lachman, L., A. L. Herbert, & L. K. Joseph. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Diterjemahkan oleh: Siti Suyatmi. Universitas Indonesis Press. Jakarta
Sulaiman, T. N. S. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet. Pustaka Laboratorium
Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta.
LAPORAN RESMI
GRANULASI BASAH
DOSEN PENGAMPU :
Drs. Widodo Priyanto,MM.,Apt
KELOMPOK 5
Anggota Kelompok :
Refliana K /20171275B
Geraldine C. L /20171279B