Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH FARMASI INDUSTRI

FORMULASI SEDIAAN TABLET VERTIGAL 6 MG


(BETAHISTINE MESILATE)
DENGAN METODE GRANULASI DASAR

Disusun oleh :

KELOMPOK 16

TRIANI PUTRI AYU 1908020029

RINA RAHMAWATI 1908020062

ROYANA ARI PRATIWI 1908020109

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER 31

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

PURWOKWERTO

2019
BAB I
PENDAHULUAN

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah cara pembuatan obat
dan/atau bahan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat
dan/atau bahan obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan
penggunaan (Peraturan BPOM No. 34 Tahun 2018).
Tablet adalah bentuk sediaan padat yang mengandung satu atau lebih
bahan obat dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan mutu
sediaan tablet, kelancaran sifat aloran bebas,sifat kohesivitas,kecepatan
disintegrasi,dan sifat antilekat) dan dibuat dengan mengempa campuran
serbuk dalam mesin tablet (Teknologi Sediaan Solid, 2018).
Betahistine merupakan obat analog histamin dengan fungsi sebagai
agonis reseptor histamin H1 dan antagonis reseptor H3, dengan efek
tersebut betahistin bekerja di sistem syaraf pusat dan secara khusus di sistem
neuron yang terlibat dalam pemulihan gangguan vestibular, dengan
mengaktifkan reseptor ini menyebabkan pembesaran pembuluh darah dan
peningkatan sirkulasi darah yang membantu menghilangkan tekanan di
dalam telinga dan frekuensi serangan penyebab vertigo khususnya penyakit
Meniere (Febriyanto, 2015)
Pembuatan tablet betahistine yang paling menguntungkan adalah
dengan menggunakan metode granulasi dasar. Syarat agar tablet dapat
dibuat dengan metode ini adalah bahan tahan terhadap pemanasan serta sifat
alir yang buruk.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Vertigo
2.1.1.Defenisi
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, vertigo diterjemahkan sebagai
pusing. Pusing berbeda dengan nyeri kepala (headache). Pusing yakni
sensasi berputar atau seperti hilang keseimbangan yang terasa di kepala.
Vertigo merupakan sebuah perasaan berputar akibat gangguan simetri
tonik pada masukan nucleus vestibuler (Kapita Selekta Kedokteran, 2014).
Vertigo adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan
alat keseimbangan tubuh ditingkat perifer atau sentral.Vertigo bukanlah
suatu diagnosa penyakit, melainkan kumpulan gejala yang sifatnya
subyektif dan obyektif. Vertigo tidak selalu disebabkan oleh penyakit yang
berbahaya, namun seringkali vertigo berlangsung untuk jangka waktu
lama dan mengganggu kualitas hidup orang yang mengalaminya
(Anindyajati, 2017).

2.2. Tablet
2.2.1. Defenisi
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang
biasanyadibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang
sesuai (Ansel hal.244). Tablet adalah sediaan bentuk padat yang
mengandung substansi obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai
tablet atau tablet kompresi (Kementrian Kesehatan RI, 2018).
Tablet adalah sedian padat, dibuat secara kempa-cetak, berbentuk
rata atau cembung rangkap. Namun demikian, umumnya bulat yang
didalamnya mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa
zat tambahan (Ilmu Meracik Obat).

2
2.3 Metode Pembuatan Tablet
Ada 3 metode pembuatan tablet kompresi yang berlaku
yaitu metode granulasi basah, metode granulasi kering dan cetak
langsung (Ansel, 2005).
1. Pembuatan tablet dengan metode granulasi basah.
Zat berkhasiat, zat pengisi dan zat penghancur dicampur
baik-baik, lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila
perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi
granul, dan dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 40°C-
50°C. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul
dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin
dan dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet (Anief, 1994).
2. Pembuatan tablet dengan metode granulasi kering.
Zat berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur, bila perlu zat
pengikat dan zat pelicin dicampur dan dibuat dengan cara kempa
cetak menjadi tablet yang besar (slugging), setelah itu tablet
yang terjadi dipecah menjadi granul lalu diayak, akhirnya
dikempa cetak tablet yang dikehendaki dengan mesin tablet
(Anief, 1994).
3. Pembuatan tablet dengan metode kempa langsung.
Semua bahan zat aktif dan zat tambahan dicampur kemudian
dikempa cetak dengan mesin tablet (Sulaiman, 2007). Kempa
langsung mengindari banyak masalah yang timbul pada granulasi
basah dan granulasi kering (Anonim,2014). Keuntungan utama dari
kempa langsung adalah bahan obat yang peka terhadap lembap dan
panas,yang stabilitasnya terganggu akibat proses granulasi dapat
dibuat menjadi tablet. Sedangkan kerugiannya adalah hanya sedikit
obat yang daoat dikempa secara langsung tanpa pengolahan awal
dan tanpa bahan pembantu (Voight, 1995).

3
2.4 Evaluasi
1. Evaluasi granul
Evaluasi granul bertujuan untuk memperoleh massa granul
yang mempunyai karakteristik baik dan memenuhi persyaratan
sesuai dengan literatur supaya dapat dikempa untuk pembuatan
tablet. Evaluasi granul yang dilakukan meliputi kecepatan alir
(metode corong dan metode sudut baring), kadar air granul, bobot
jenis, dan granulometri (Agustia, 2015).
a) Kecepatan alir
Pengujian kecepatan alir dan sudut baring bertujuan untuk
mengetahui apakah granul yang telah dibuat memiliki sifat alir
yang baik atau tidak. Pengujian kecepatan alir dilakukan dengan
2 metode yaitu dengan metode corong dan metode sudut baring.
Untuk metode corong aliran granul dinyatakan baik atau
memenuhi persyaratan apabila waktu yang diperlukan untuk
mengalirkan 100 g granul kurang dari 10 detik.
Tabel 1. Parameter Kecepatan Alir Granul (Aulton, 1988)

Untuk metode sudut baring digunakan untuk mengukur


kemampuan aliran granul karena berhubungan dengan daya kohesi
antar partikel. Suatu granul yang tidak kohesif memiliki aliran yang
baik karena membentuk timbunan yang rendah dan menyebar dengan
baik. Suatu granul memiliki sudut istirahat yang sangat baik jika
kurang dari 300 maka mengalir bebas (free flowing) maka dapat
dikatakan granul memiliki sifat alir yang baik (Taufikurahmi, 2017).

4
Besarnya sudut diam dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Dimana,
α = sudut diam
h = tinggi kerucut
d = diameter kerucut
b) Kelembaban
Evaluasi kelembaban dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar kadar air yang terdapat pada granul setelah mengalami
pengeringan. Pengujian kelembaban diukur dengan pemanasan dengan
menggunakan alat moisture analyzer. Granul yang baik menunjukkan
kadar air < 3% (Dirjen POM, 1995).
c) Bobot jenis (Kerapatan)
Evaluasi ini dilakukan untuk menentukan BJ nyata, BJ mampat,
BJ sejati, kadar pemampatan, perbandingan Haussner dan persen
kompresibilitas. Bobot jenis nyata dilakukan untuk melihat berapa
banyak bobot granul sebelum dilakukan pemampatan (Siregar, 2010).
Bobot jenis mampat dilakukan dengan menggunakan alat Tap
Density. Evaluasi ini bertujuan untuk melihat bobot granul setelah
mengalami pemampatan sebanyak 10 kali dan 500 kali ketukan.
Bobot jenis sejati diukur dengan menggunakan piknometer gas
Beckman. Berdasarkan hasil penelitian semua formula memiliki kadar
pemampatan yang memenuhi persyaratan yaitu ≤20%.
Perbandingan angka Haussner dinyatakan dengan membagi
bobot mampat dan bobot nyata.Semakin tinggi faktor Haussner, maka
semakin buruk sifat aliran granul.
d) Uji kompresibilitas (Kemenkes RI, 2018)
Pengukuran lain dari sebuk yang bebas mengalir adalah
kompresibilitas yang dihitung dari kerapatan granul, yaitu dengan

5
memasukkan sejumlah tertentu granul kedalam gelas ukur. Adapun
cara melakukanya menurut Lachman (1994), adalah sebagai berikut :
a. Masukkan granul ke dalam gelas ukur sebanyak 100 ml.
b. Pasang gelas ukur pada alat.
c. Volume awal dicatat, kemudian ketuk atau hidupkan alat sampai
tidak terjadi pengurangan volume.
d. Catat volume akhir.
e. Selanjutnya dihitung persen kompressibilitasnya
Tabel 2. Parameter Uji Kompresibilitas

2. Evaluasi tablet
Menurut Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 2015
Evaluasi tablet ber tujuan untuk melihat kualitas tablet sebelum
dipasarkan. Pengujian ini meliputi beberapa macam diantaranya:
organoleptis dan sifat fisika kimia. Pengujian organoleptis dilakukan
secara visual, meliputi bentuk, warna, rasa dan bau. Pengujian sifat fisika
kimia meliputi: keseragaman ukuran, keseragaman bobot, kekerasan,
friabilitas dan friksibilitas, dan uji waktu hancur.
a) Organoleptis
Sediaan yang telah dibuat dilakukan pengujian organoleptik
meliputi pengujian fisik berupa warna, bau, dan bentuk dari sediaan
tablet yang dilakukan secara visual.

6
b) Sifat fisika Evaluasi tablet
Dilakukan dengan pengujian sebanyak 3 kali (triplo) pada masing-
masing evaluasi. Dari tiga kali pengujian dapat dilihat presisi dan
akurasi data yang diperoleh dari hasil evaluasi tablet pada setiap
formula. Perhitungan persyaratan keseragaman ukuran, keseragaman
bobot, kekerasan, friabilitas dan friksibilitas digunakan data rata-rata
dari ketiga pengujian pada setiap formula.
Menurut Taufikurahmi, 2017
a) Uji keseragaman ukuran
Dilakukan 10 tablet dan diukur tiap tablet diameter dan tebal tablet
menggunakan jangka sorong. Persyaratan yang ditetapkan oleh
Farmakope Indonesia III menyatakan bahwa diameter tablet tidak lebih
dari 3 dan kurang dari 1 1/3 tebal tablet
b) Uji keseragaman bobot
Dilakukan 20 tablet dan ditimbang tiap tablet. Dihitung bobot
rata - rata tablet dan hitung persen penyimpangan bobot tablet.
Persyaratan penyimpangan bobot rata-rata untuk 2 tablet tidak lebih
dari 5%.

c) Uji kerapuhan
Dilakukan 20 tablet yang telah dibebas debukan, kemudian
ditimbang dan dimasukkan ke dalam friability tester diputar selama 4
menit dengan kecepatan 25 rpm. Bobot tablet yang hilang ditimbang
dan ditentukan persen nilai kerapuhan tablet.

7
Tabel 4. Persyaratan batas nilai kerapuhan
Persyaratan Keterangan
≤1% Tablet tidak rapuh
>1% Tablet rapuh

d) Uji kekerasan
Dilakukan 10 tablet dan tiap tablet diletakkan dengan posisi
tegak lurus pada alat hardness tester. Selanjutnya alat penekan diputar
sampai tablet pecah. Dibaca skala alat yang menunjukkan kekerasan
tablet dalam satuan Kg, persyaratan rentang kekerasan tablet yaitu 4-
10 kg.
e) Uji waktu hancur
Dilakukan 6 tablet dan tiap tablet dimasukan pada masing-
masing tabung dari keranjang alat desintegration tester, digunakan
aquadest1000 mL dengan suhu 37°±2° C sebagai media. Pada akhir
pengujian diamati semua tablet, dipastikan semua tablet hancur
sempurna dan dicatat waktu hancur tablet (Hadžović et al.,
2010);(Farmakope Indonesia Edisi V, 2014). Persyaratan Tablet yang
tidak bersalut waktu yang diperlukan untuk menghancurkan 6 tablet
≤15 menit.
f) Uji keseragaman kandungan
Digerus 20 tablet ditimbang setara dengan 300 mg dan diambil
aminofilin murni ditimbang 300 mg. Dilarutkan dengan NaOH sampai
larut kemudian ditambahkan aquades sampai 100 ml labu ukur.
Dilakukan pengenceran 10 kali dalam labu ukur 10 ml (Lakukan 3X)
Baca absorbansi dengan spektrofotometer UV. Persyaratan tidak
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang terter
pada etiket.
g) Uji Disolusi
Dimasukkan tablet ke dalam tabung disolusi yang telah berisi
900 ml aquadest. Diambil larutan tiap menit ke-5,10,15,20,30,45

8
dimasukkan ke tabung kosong. Kemudian diisi 5 ml aquadest ke dalam
tabung disolusi sebagai penambah volume agar tetap 900 ml pada
tabung disolusi (Lakukan 3 kali replikasi). Baca absorbansi dengan
spektrofotometer UV dan hitung % disolusi. Persyaratan Persyaratan
disolusi tablet yang ideal tidak kurang dari 80%.

2.5 Monografi Bahan


A. Betahistine Mesilate (Martindale, 2008; Japanese Pharmacopoela, 2006)
Rumus (C8H12N2. 2CH4O3S)
Molekul/BM
Rumus
Struktur

Fungsi Bahan aktif


Kajian Betahistin adalah suatu analog histamin dan di
Farmakologis klaim mengurangi tekanan endolimfatik dengan
cara memperbaiki mikrosirkulasi. Betahistin
digunakan untuk terapi vertigo, tinitus dan hilang
pendengaran/tuli akibat penyakit Meniere
Dosis 6 – 12 mg per hari. Dosis maksimal obat ini adalah
36 mg per hari.
Pemerian Putih, hampir putih, bubuk Kristal, sangat
Bahan
higroskopis.
Data Kelarutan sangat larut dalam air, bebas larut dalam alcohol,
sangat sedikit larut dalam alcohol isopropyl
Titik 110-114oC
lebur/Leleh
Susut <1% (dalam vakum 70oC selama 24 jam
pengeringan
Penyimpanan Dalam wadah kedap udara.
Identifikasi Diukur menggunakan UV-Vis dengan panjang
gelombang maksimum antara 259 nm dan 263 nm
B. Amylum
Rumus Molekul/BM (C6H10O5)n

9
Fungsi Penghancur (disintegran)
Rumus Struktur

Pemerian Bahan Serbuk sangat halus, putih


Data Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dingin dan
dalam etanol.
Stabilitas terhadap air Larut dalam air, alkohol dan eter
Titik Lebur/Leleh 140-144oC
Kerapatn/BJ 1,5 g/cm3
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
Inkompatibilitas Bahan pengoksidasi kuat
Konsentrasi 3– 25 %
(Rowe, 2009)

C. PVP (Polivinil Pirolidon)


Rumus Molekul/BM (C3H4O2)n
Fungsi Bahan Pengikat (Binders)
Rumus Struktur

Pemerian Bahan Pemerian berbentuk serbuk halus berwarna


putih sampai putih kekuning-kuningan,
karakteristik tidak berbau atau hampir
berbau, higroskopis
Data Kelarutan larut dalam asam, kloroform, etanol (95%),
keton, methanol dan air. polivinil pirolidon
atau PVP Tidak larut dalam eter,
hidrokarbon, dan minyak mineral
Stabilitas PVP menjadi lebih gelap dengan pemanasan
pada suhu 150o C, tetapi stabil pada
pemaparan panas yang singkat pada 110-
130 oC. PVP dapat disimpan dalam kondisi
umum tanpa mengalami dekomposisi atau
degradasi. Karena sifatnya yang
higroskopis, PVP harus disimpan dalam
wadah kedap udara di tempat yang kering
dan sejuk

10
Titik Lebur/Leleh 160-186oC
Kerapatan/BJ 1,497-1,527 g/ml
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik ,sejuk 15-25oC
dan kering.
Konsentrasi 0,5 – 5%
(Rowe, 2009)
D. Primogel
Rumus C2H4O3.xNa.x
Molekul/BM
Fungsi Bahan Penghancur (disintegran)
Rumus
Struktur

Pemerian Serbuk berwarna putih atau hampir putih yang


Bahan mengalir bebas dan sangat higroskopis.
Data Kelarutan Praktis tidak larut dalam metilen klorida
Stabilitas Higroskopis
terhadap air
Titik 0.81 g/cm3
Lebur/Leleh
Kerapatn/BJ Higroskopis
Penyimpanan Disimpan pada wadah tertutup rapat ditempat kering
dan sejuk
Konsentrasi 2– 8%
(Rowe, 2009)
E. Aerosil (Colloidal Silicon Dioxide)
Rumus Molekul/BM SiO2
Fungsi Adsorbent
Rumus Struktur

Pemerian Bahan Terhidrat sebagian,amorf,terdapat dalam


bentuk granul seperti kaca dengan berbagai
ukuran (7-16 nm).
Data Kelarutan Praktis tidak larut dalam solven
organik,air,dan asam kecuali HCl,larut
dalam larutan panas alkali hidroksida
membentuk dispersi koloid dengan

11
air,kelarutan dalam air 150 mg/L suhu 25o
Titik lebur / titik 1600o C
leleh
Penyimpanan Disimpan pada wadah tertutup rapat
Konsentrasi 0,5 – 2,0 %
(Rowe, 2009)
F. Laktosa
Rumus Molekul/BM C12H12O11.H2O
Fungsi Pengisi
Rumus Struktur

Pemerian Bahan Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak


manis
Data Kelarutan Larut dalam 6 bagian air, sukar larut dalam
1 bagian air mendidih, sukar larut dalam
etanol (95%) , praktis tidak larut dalam
kloroform P dan dalam eter P.
Stabilitas terhadap air Tidak larut dalam pelarut organik, larut
dalam air dingin.
Titik Lebur/Leleh 232oC
Kerapatn/BJ 1,589 g/cm3
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
(Rowe, 2009)
G. Talk
Fungsi Glidant dan lubrikan
Pemerian Bahan Bentuk serbuk, tidak berbau dan tidak
berwarna.
Rumus Struktur

Data Kelarutan Praktis tidak larut dalam larutan asam/basa,


pelarut organik dan air
Stabilitas Stabil dan dapat disterilkan pada suhu 160ºC
Inkompabilitas Senyawa ammonium kuartener
Konsentrasi Sebagai glidant dan lubrikan 1 – 10%
(Rowe, 2009)
H. Magnesium stearat
Rumus Molekul/BM (C3H4O2)n
Fungsi Bahan Pengikat (Binders)

12
Rumus Struktur

Pemerian Bahan Bubuk yang sangat halus, berwarna putih


muda, mengendap atau digiling, tidak dapat
ditembus dengan densitas curah rendah,
memiliki sedikit aroma asam stearat dan rasa
yang khas.
Data Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
95%
Inkompabilitas Tidak cocok dengan asam kuat, alkali, dan
garam besi. Hindari pencampuran dengan
bahan pengoksidasi kuat. Magnesium stearat
tidak dapat digunakan dalam produk yang
mengandung aspirin, beberapa vitamin, dan
sebagian besar garam alkaloid.
Konsentrasi 0,25 – 5%
(Rowe, 2009)

2.6 ALASAN PEMILIHAN BAHAN


1. Amylum
Sebagai bahan penghancur karena granulnya mampu mengembang
apabila kontak dengan air dan amilosa, aksi kapiler yang lebih dominan
dari pengembangan, dan juga dapat menghasilkan gaya tolak antar partikel
antara konstituen tablet apabila kontak dengan air dan bagian hidrofilik
dari amilum
2. PVP (Polivinil Pirolidon)
Polivinilpirolidon adalah hasil polimerisasi 1-vinilpirolid-2-on.
Pemerian serbuk putih atau putih kekuningan, berbau lemah atau tidak
berbau, dan higroskopik. Mudah larut dalam air dan etanol (95%), praktis
tidak larut dalam eter P (Dep Kes RI, 1979). Penggunaan PVP sebagai
bahan pengikat tablet pada konsentrasi 0,5-5%. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Muktamar (2007) PVP pada kadar 3% merupakan formula
yang paling baik.
Sebagai perekat yang baik dalam larutan air atau alkohol,
mempunyai kemampuan sebagai pengikat kering. Berdasarkan penelitian
Muktamar (2007), PVP bagus untuk proses penggranulan, hasil granul
lebih cepat kering, memiliki sifat alir yang baik, sudut diam minimum,
menghasilkan fines lebih sedikit dan daya kompatibilitasnya lebih baik

13
sehingga dapat menghasilkan tablet yang lebih bagus. PVP dapat
membentuk ikatan kompleks dengan bebagai molekul obat sehingga
banyak obat-obat yang kelarutannya meningkat dengan adanya PVP,
dimana ikatan PVP lebih lemah sehingga lebih mudah melepaskan
obatnya. Tidak mengeras selama penyimpanan (Lachman, 1994).
3. Primogel
Primogel digunakan sebagi bahan penghancur fase luar. Primogel
merupakan amilum termodifikasi sehingga mampu menyerap air 200-
300%, yang memungkinkan peningkatan proses disintegrasi pada sediaan
tablet. Mekanisme disintegrasi primogel adalah dengan cara
pengembangan dimana ketika primogel dibasahi dengan air maka air yang
masuk kedalam pori-pori tablet akan menyebabkan primogel mengembang,
sehingga partikel-pertikel dalam tablet saling bergesekan karena adanya
tekanan mekanik didalam tablet sehingga menyebabkan tablet hancur
(Andayana, 2009).

4. Aerosil (Colloidal Silicon Dioxide)


Keuntungan dari terdispersi tinggi, memiliki luas permukaan
spesifik yang tinggi dan terbukti sangat menguntungkan sebagai bahan
pengatur aliran. Aerosil dapat mengatasi lengketnya partikel satu sama
lainnya sehingga mengurangi gesekan antar partikel. Selain itu aerosol
mampu mengikat lembab, melalui gugus sianolnya (menyerap air 40%
darimassanya) dan sebagai serbuk masih mampu mempertahankan daya
alirnya yang baik (Voigt, 1984). Penambahan aerosol pada tablet akan
menyebabkan penampilan tablet yang bagus, jernih dan mengkilat
(Lachman,1994).

5. Laktosa
Menurut Lachuan hal 699
Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak digunakan
karena tidak bereaksi dengan hampir Semua bahan obat baik yang
digunakan dalam bentuk hidrat maupun anhidrat Laktosa anhidrat
mempunyai kelebihan karena tidak bereaksi dengan preaksi mailaid yang
dapat menimbulkan warna coklat dan perubahan warna dengan obat -
obatan tertentu, tetapi bentuk anhidrat dapat menyerap lembab bila terkena
udara sehingga meningkatkan kelembaban tablet bila digunakan proses
granulasi basah harus dihunakan lakstosa anhidrat.

6. Talk
Lach man :703

14
Bahan-bahan yang digunakan sebagai pelicin dan pemacu aliran
adalah jenis talk konsentrasi 5%.

7. Magnesium stearat
Menurut eksipien magnesum stearat terutama digunakan sebagai
pelincir (glidan) dalam pembuatan tablet dan kapsul. Digunakan
magneaum stearat karena disini bahan tampbahan lain seperti talkum yang
sifat pelumasnya kurang baik Sehingga dikombinasikan dengan Mg Stearat
maka kedua bahan ini saling melengkapi karena Magnesum Stearat
memiliki sifat pelicin yang baik

15
BAB III
FORMULA TABLET

3.1. Formula Tablet Betahistine Mesilate


No Bahan Fungsi Konsentrasi Jumlah per Jumlah per batch
tablet (mg) (1500 tablet) (g)
1. Betahistin M Zat Aktif 6 mg 6 9g
2. Amylum Penghancur(Fase 10 % 12,5 18,75g
dalam)
3. PVP Pengikat 3% 3,75 5,625 g
4. Aerosil Adsorben 0,5 % 0,625 0,9375 g
5. Primogel Penghancur (Fase 3% 3,75 5,625 g
luar)
6. Talk Pelicin 1% 1,25 1,875 g
7. Mg.stearat Pelincir 1% 1,25 1,875 g
8. Laktosa Pengisi ad 143,8125 g 95,875 143,8125 g
9. Air Pelarut PVP ad
Total Bobot 100% 125 mg 187,5 g
- Bobot tablet : 125 mg
- Jumlah tablet perbets : 1500 tablet

3.2. Prosedur Formulasi Tablet


1) Prosedur Granulasi Dasar
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang bahan aktif dan bahan tambahan sesuai formula
3. Dilakukan pencampuran fase dalam yang terdiri dari amylum,
laktosa dan larutan PVP, kemudian aduk hingga khalis.
 Pembuatan larutan PVP
a. Ditimbang PVP sebanyak 5,625 g
b. Dituangkan kedalam cawan petri
c. Dituangkan sedikit demi sedikit aquades sebanyak 25 ml
diaduk menggunakan batang pengaduk hingga larut
sempurna.
4. Diayak menggunakan mesh no.11 untuk membuat granul
5. Setelah itu dikeringkan dengan oven pada suhu 50°C selama 45
menit

16
6. Dilakukan pengayakan fase dalam yang telah dikeringkan,
menggunakan mesh no.20
7. Zat aktif yang telah dikeringkan pada suhu 70°C lalu diayak dengan
mesh no.20
8. Lakukan pengenceran bertingkat di ruangan dehumidifier dengan
menambahkan aerosol dan 31,125 g fase dalam, kemudian dimixing
hingga homogen
9. Ditambahkan dengan sisa fase dalam dan fase luar yang terdiri dari
Talk, Mg.Stearat dan Primogel lalu dimixing hingga homogen.
10. Dilakukan evaluasi granul di ruangan dehumidifier
11. Dilakukan pencetakan tablet (Cad mach) di ruangan dehumidifier
12. Kemudian dilakukan evaluasi tablet

3.3.Prosedur Uji Evaluasi Serbuk dan Tablet


3.3.1. Uji sifat alir serbuk
a. Kecepatan alir atau flow rate
Timbang sebanyak 100 gram granul meloxicam hasil mixing.
Masukkan kedalam corong alat Flowability tester.Lepaskan
penutup bagian bawah corong. Hitung waktu yang dibutuhkan
untuk serbuk turun kebagian bawah. Lakukan pengulangan
sebanyak 3 kali. Hitung waktu alir serbuk dengan persamaan :

massa (gram)
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑙𝑖𝑟 =
Waktu (detik)

Klasifikasi kecepatan alir adalah sebagai berikut ( Anonim, 2009).


Besar laju alir (g/s) Keterangan
>10 Sangat Baik
4-10 Baik
1,6 – 4 Sukar
<1,6 Sangat Sukar

b. Sudut diam atau angle of repose


Timbang sebanyak 100 gram serbuk hasil mixing. Masukkan
kedalam corong alat Flowability tester. Lepaskan penutup bagian

17
bawah corong dan biarkan serbuk turun dengan sempurna dengan
membentuk seperti kerucut. Parameter sudut diam
(Anonim,2009).
angle of repose (o) Karakteristik
25-30 Sangat Baik
31-35 Baik
36-40 Cukup
41-45 Agak baik
46-55 Buruk
56-65 Sangat buruk
>66 Sangat, Sangat Buruk
Dokumentasi tinggi (h) dan jari-jari (r) kerucut yang
terbentuk. Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Hitung waktu
alir serbuk dengan persamaan:

Tan α = 𝑟

c. Kompresibilitas atau Tapped Density


Timbang gelas ukur 100 ml. Masukkan serbuk hasil mixing
kedalam gelas ukur. Letakkan pada alat tapping dan atur tapping
sebanyak 500 kali. Catat volume sebelum dan setelah tapping.
Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali.
(𝑉𝑜−𝑣𝑓)
Compressibility index= 100 𝑉𝑜

Parameter Compressibility index (Anonim, 2009)


Compressibility index (%) Karakteristik
≤ 10 Sangat baik
11-15 Baik
16-20 Cukup
21-25 Agak baik
26-31 Buruk
32-37 Sangat buruk
>38 Sangat, sangat buruk

3.3.2. Uji Sifat Fisik Tablet


1. Uji Keregasan Tablet
Ambil sebanyak 20 tablet betahistine mesilate secara acak,
kemudian timbang tablet sebagai bobot awal. Masukkan tablet ke

18
dalam alat Friability tester selama 4 menit sebanyak 100 kali
putaran. Timbang tablet sebagai bobot akhir. Lakukan
pengulangan sebanyak 3 kali. Persentase kerapuhan yang baik
yaitu tidak lebih dari 1%. Hitung persentase kerapuhan tablet
dengan persamaan:
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
% kerapuhan = x 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙

2. Uji Waktu Hancur


Ambil sebanyak 6 tablet betahistine mesilate dan masukkan
masing-masing ke dalam keranjang di dalam tabung. Tambahkan
air dengan suhu 37±2ºC. Dokumentasikan lama waktu hancur
tablet tersebut. Persyaratan untuk sediaan tablet tak bersalut waktu
hancurnya 15 menit.
3. Uji Kekerasan Tablet
Ambil sebanyak 10 tablet betahistine mesilate secara acak. Ukur
kekerasan tiap tablet dengan menggunakan alat Hardness tester.
Dokumentasikan nilai kekerasan tiap tablet. Hitung rata-rata
kekerasan tablet tersebut. Parameter kekerasan untuk tablet besar
ialah 7-10 kg/cm2 dan tablet kecil 2-5 kg/cm2 (Anonim, 2009).
4. Uji Keseragaman Bobot Tablet
Keseragaman bobot ditetapkan sebagai berikut: Ditimbang 20
tablet dan hitung bobot rata-ratanya.Jika ditimbang satu per satu,
tidak boleh lebih dari dua tablet yang menyimpang dari bobot
rata-rata, lebih dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak
boleh ada satupun tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata-rata yang ditetapkan dari kolom A dan B. Diulang dengan 10
tablet dan tidak boleh ada satu tablet pun yang bobot rata-rata
yang ditetapkan di kolom A dan B (Depkes RI, 2014).

Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata (%)


A B
≤ 25 mg 15 % 30 %
26 – 150 mg 10 % 20 %

19
151 – 300 mg 7,5 % 15 %
≥ 300 mg 5% 10 %

DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients,Sixth Edition, Rowe R. C.,


Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor), London, PharmaceuticalPress and American
Pharmacists Assosiation.

Andayana, N. 2009. Teori Sediaan Tablet. Dalam http://


pembuatan/tablet/.html.Diakses Pada Tanggal 21 November 2019.
Anief, M., 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim. 2014. Farmakope Indonesia, Edisi V. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Aulton, M.E., 1988. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design.New
York : Health Science Book, Churchill Livingstone.
Lachman, L.H.A. Lieberman, dan J.L. Karig, 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Edisi ketiga, Terjemahan : S. Suyatmi. Jakarta : Universitas
Indonesia Press.
Martini, G., 2018. Bahan Ajar Farmasi Teknologi Sediaan Solid. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Muktamar, T.R, 2007. Pengaruh Penambahan PVP (Polivinil Pirolidon) Sebagai
Bahan Pengikat Terhadap Sifat Fisik dan Profil Disolusi Tablet Parasetamol
dengan Metode Granulasi Basah. Surakarta : Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Tanto, Cris,. et all. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

Voight, R. 1984. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh


Soewandhi,S.N.,UGM Press, Yogyakarta

20
Lampiran
Lampiran 1. Perhitungan Bahan
1.1 Perhitungan Pertablet
1. Betahistine mesilate6 mg = 6mg
3
2. PVP 3% = 100 x 125 mg = 3,75 mg
1
3. Mg stearate 1% = 100 x 125 mg = 1,25 mg
1
4. Talk 1% = 100 x 125 mg = 1,25 mg
3
5. Primogel 3% = 100 x 125 mg = 3,75 mg
10
6. Amilum 10% = 100 x 125 mg = 12,5 mg
10
7. Aerosil 0,5% = 100 x 125 mg = 0,625 mg

8. Laktosa = 95,875 mg
1.2Perhitungan untuk 1500 tablet
1. Betahistine mesilate6 mg = 6mg x 1500 = 9000 mg = 9 g
2. PVP 3% = 3,75mg x 1500 = 5.625 mg = 5,625 g
3. Mg stearate 1% = 1,25 mg x 1500 = 1.875 mg = 1,87 g
4. Talk 1% = 1,25 mg x 1500 = 1,875 mg = 1,87 g
5. Primogel 3% = 3,75 mg x 1500 = 5.625 mg = 5,625 g
6. Amilum 10% = 12,5 mg x 1500 = 18.750 mg = 18,75g
7. Aerosil 0,5% = 0,625 mg x 1500 = 937,5 mg = 0,937g
8. Laktosa =95,875 mg x 1500 =143,825g

21

Anda mungkin juga menyukai