Anda di halaman 1dari 4

ny.

R usia 61 thun dengan bb 65 kg dan tb 155 kg mengeluhkan adanya


benjolan pada payudara sebelah kiri dan merasakan nyeri pada benjolan
tersebut. Ny. R memiliki riwayat pernah jatuh dari tangga thun 2012
silam dan melakukan operasi dan masih menggunakan obat analgesik
untuk meredahkan nyeri yaitu gabapentin 300 mg 3 kali sehari pct 500
mg atau diazepam 2 mg 1 kali sehari jika merasakan nyeri. Dari informasi
yang didapatkan ny. R memiliki seorang kakak yang pernah didiagnosa
kanker payudara sekitar 7 tahun yang lalu. Diketahui, ny. R mengalami
manarche pada usia 11 tahun dan menopause pada usia 55 tahun. Ny. R
melahirkan anak pertamanya pada usia 34 thun dan pernah terkahir kali
melakukan pap smear atau pemeriksaan dini untuk kanker serviks pada
usia 40 th. Keluhan yang dialami ny. R diatas telah dirasakan semenjak 1
tahun yang lalu dan baru memeriksakan diri setelah itu.

Ny. R melakukan beberapa pemeriksaan lab dan radiologi dimana


tekanan darah ny r. normal yaitu 121/70mmHg, Nadi : 89 x/menit, RR :
16 x/menit dan T : 36,7 C, dan dari pemeriksaan lab menunjukkan
ca27.29 dari ny. R adalah 36,2 unit/ml. Ca 27.29 adalah penanda
kekambuhan pada kanker payudara yang telah diobati jika nilainya >38
unit/ml. Sedangkan dari data radiologi, dimana hasil Mammogram
terdapat keganasan pada payudara bagian kiri, kepadatan tinggi, bentuk
massa tidak teratur, dengan diameter 2,2 cm berlokasi 2,3 cm dari areola.
tidak ada keganasan pada payudara kanan.

Pada hasil Biopsi juga terdapat Adanya keganasan pada nodus limfe di
ketiak dengan ukuran nodus 1,8 x 1,7 x 2 cm dan VEGF (+). sedangkan,
untuk Scan tulang belakang tidak ada keganasan. ada abnormalitas bentuk
tulang, kemungkinan karena trauma sebelumnya dan hasil Scan abdomen
dan paru juga menunjukan keadaan keduanya bersih. Dari beberapa
pemeriksaan yang telah dilakukan dan melihat beberapa riwayat yang
telah diketahui ny. R merupakan beberapa gejalan dan faktor resiko dari
kanker payudara. Pebgobatan pada pasien kanker payudara bisa dengan
pembedahan, radiasi, kemoterapi dan terapi hormonal. Terapi dtentukan
berdasarkan stadium atau stage dari penyakit tersebut, dengan melihat
dari beberapa hasil lab tentunya seperti ukuran tumor, nodus dll.

Kasus yang terjadi pada ny.r jika dilihat dari ukuran tumor dan nodus
limfe yang terdapat diketiak dapat dikategorikan kanker payudara stage
IIb. Kanker payudara dengan stabe II b dimana ukuran tumor lebih dari 2
cm dan kurang dari 5 cm (T2) dan nodus limfe yang terdapat 1 -3 (N1)
dan belum bermetastase (M0). sehingga dipilih terapi yang dilakukan
yaitu terapi kemoterapi dan pembedahan dan diikuti dengan terapi
hormonal dan terapi untuk mengatasi efek yang sering muncul pada saat
menjalankan pengobatan kemoterapi yaitu mual muntah hebat dengan
memberikan regimen antiemetik selama pengobatan. Terapi biologi
VEGF disini digunakan dengan melihat nilai vegf positif yang juga
ditunjukan pada terdapatnya nodus limfe di ketiak. terapi hormonal
adalah pilihan perawatan yang tepat buat pasien dengan VEGF (+).
VEGF mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan
metastasis pada kanker payudara, sehingga terapi ini diperlukan untuk
mengontrol dan melihat perkembangan dari sel kanker pasien setelah
pengobatan selesai.

Terapi pertama yang dilakukan pada kasus ini yaitu melakukan


pembedahan. Terapi neoadjuvan tidak dilakukan karena menurut dpiro
dan koda kimbel untuk pasien yang nodus positif langsung dilakukan
masektomi total. Masektomi total ini dipilih berdasarkan ukuran tumor
dan terdapat nodus pada ketiak pasien serta riwayat dari keluarga pasien,
dimana pasien sudah memberi gen mutasi atau gen pembawa kanker .
Masektomi total dilakukan untuk meminimalisi kemungkinan munculnya
sel tumor kembali. Jika terjadi perkembangan sel kanker setelah
masektomi maka dijadwalkan untuk melakukan radiasi terlebih dahulu
sebelum melakukan kemoterapi, tetapi jika sebaliknya maka langsung
dilanjutkan ke kemoterapi adjuvan.

pengobatan dilanjutkan dengan terapi kemoterapi adjuvan. dengan


regimen AC yaitu doksorubisin (600mg/m2) siklofosfamid (600mg/m2)
secara iv sebanyak 4 siklus tiap 3 minggu sekali diikuti dengan paclitaxel
(80mg/m2) secara iv tiap seminggu sekali sebanyak 12 siklus. Regimen
ini dipilih karena AC + golongan taxan merupakan lini pertama dan
paclitaxel direkomendasikan untuk pasien yang terdapat nodus (+).
Selama masa kemoterapi diberikan terapi biologi VEGF yaitu
bevasizumab 10 mg/KgBB tiap 2 minggu sekali. begitupun setelah
kemoterapi ini dilakukan jika terjadi perkembangan pada sel kanker maka
dijadwalkan untuk dilakukan radiasi untuk membantu mengecilkan dan
dan menekan pertumbuhan sel kanker.

Efek samping yang terjadi selama pengobatan terapi kemoterapi


adjuvan yaitu mual dan muntah hebat yg d sebabkan oleh obat-obat
kemoterapi yang digunakan sehingga pada terapi tersebut diberikan
antiemetik, unutk membantu mengurangi efek samping tersebut. Regimen
antiemetik yang dipilih sesuai level antiemetik pada obat-obatan
kemoterapi yang digunakan yaitu regimen antiemetik level 5 ( high risk
emetik) dengan regimen serotonin (ondansetron 8 mg) + kortikosteroid
(deksametason 12 mg) dan apprepitan 125 mg secara iv. Regimen ini
diberikan 30 menit sebulum dilakukan terpi kemoterapi. Sedangkan
dihari kedua dan ketiga diberikan (deksametason 12 mg) dan apprepitan
80 mg secara iv.

Berdasarkan data lab pasien ny. R bahwa nilai kadar glukosa


menunjukkan LDH diatas normal sehingga menunjukkan kurangnya
aliran darah ke organ-organ maupun jaringan yang ada didalam tubuh.
Berbanding lurus dengan hasil lab dari nilai platelet pada ny. R dimana
juga mengalami peningkatan yang bisa disebabkan kurangnya oksigen
dalm darah untuk mengalirkan darah ke sluruh tubuh. Berdasarkan
riwayat obat yang digunakan oleh ny. R yang salah satunya menggunakan
gapapentin untuk meredahkan nyeri yang dirasakn. Diketahui
penggunaan dalam jangka panjang gabapentin dapat menyebabkan
karsinogenik. Maka penggunaan gabapentin di hentikan, sedangkan
parasetamol dan diazepam tetap dilanjutkn.

Anda mungkin juga menyukai