SERBUK
DISUSUN OLEH :
HAERUL SETIAWAN LASAWEDI 18 10 005
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan untuk
pemakaian oral/dalam atau untuk pemakaian luar. Bentuk serbuk mempunyai luas
permukaan yang lebih luas sehingga lebih mudah larut dan lebih mudah terdispersi
daripada bentuk sediaan padatan lainnya (seperti kapsul, tablet, pil).
Anak anak dan orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah
menggunakan obat dalam bentuk serbuk. Biasanya serbuk oral dapat dicampur
dengan air minum. Pada pembuatan serbuk kasar, terutama simplisia nabati, digerus
lebih dulu sampai derajat halus tertentu setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih
dari 50°C.
Serbuk obat yang mengandung bagian yang mudah menguap dikeringkan dengan
pertolongan kapur tohor atau bahan pengering lain yang cocok, setelah itu diserbuk
dengan jalan digiling, ditumbuk dan digerus sampai diperoleh serbuk yang
mempunyai derajat halus sesuai yang tertera pada pengajak dan derajat halus serbuk.
Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu nomor atau dua nomor. Jika derajat
halus serbuk dinyatakan 1 nomor, berarti semua sebuk dapat melalui pengayak
dengan nomor tersebut. Jika dinyatakan dengan 2 nomor dimaksudkan bahwa semua
serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih dari 40%
melalui pengayak dengan nomor tertinggi.
Serbuk tak terbagi lainnya adalah serbuk gigi dan serbuk tabur yang keduannya
digunakan untuk pemakaian luar. Umumnya serbuk terbagi dibungkus dengan kertas
perkamen dan untuk lebih melindungi dari pengaruh lingkungan, serbuk ini dapat
dilapisi dengan kertas selofan atau sampul polietilena.
1. Kerapatan serbuk
2. Sifat adhesi dan kohesi serbuk
3. Daya mengalir serbuk
4. Muatan elektrostatik serbuk
5. Polimorfisme serbuk
1. Kerapatan serbuk
Pada umunya partikel suatu serbuk memiliki kemampuan untuk mengisi rongga-
rongga yang terdapat di antara partikel-partikel dengan suatu keteraturan tertentu,
keteraturan ini sangat tergantung pada ukuran dan bentuk partikel serbuk tsb.
Ukuran partikel yang isodiametris dengan berbentuk shperis atau bulat memiliki nilai
porositas yang tetap yaitu diantara 37-40%, sedangkan yang berbentuk kubus
memiliki nilai porositas yang lebih tinggi yaitu 46%.
Porositas atau keadaan yang beronga-rongga ini dapat digunakan untuk menjelaskan
tingkat konsolidasi suatu serbuk. Nilai porositas ini merupakan perbandingan nilai
volume antar partikel dengan volume total.
Makin besar nilai porositas dari kerapata serbuk atau granul, pada umumnya akan
menyebabkan turunnya jumlah obat pertabletnya, sehinga menyebabkan terjadinya
penurunan mutu secara farmakologis dari tablet tersebut. Hal ini disebabkan karena
makin besar rongga antar partikel serbuk atau granul akan menyebabkan terjadinya
peningkatan volume antar partikel serta menurunnya volume partike itu sendiri.
Sehingga tampaknya bahwa serbuk atau granul tersebut berongga-rongga, apabila
serbuk atau granul dalam keadaan demikian ini akan menyebabkan bobot tablet yang
dihasilkan akan berkurang dari bobot yang seharusnya.
Kerapatan serbuk atau granul selama proses pencetakan tablet dapat diperbaiki atau
disempurnakan dengan adanya getaran-getaran dari mesin tablet pada saat dilakukan
pencetakan tablet. Getaran-getaran dapat membantu dalam.
Adhesi adalah gaya tarik menarik antar partikel tidak sejenis, sedangkan kohesi
adalah gaya tarik menarik antar partikel yang sejenis. Baik sifat adhesi maupun
kohesi timbul akibat adanya gaya Van Der Waals antar partikel, dalam hal ini9 adalah
antar partikel serbuk atau granul. Pengaruh sifat atau gaya adhesi dan kohesi ini
dalam suatu kumpulan serbuk atau granul akan menyebabkan terjadinya
penghambatan aliran partikel serbuk atau granul, disamping itu juga menyebabkan
hambatan-hambatan dalam penyusunan aliran partikel serbuk. Bertitik tolak dari
masalah tersebut, maka dibutuhkan pemahaman lebih mendalam tentang pengaruh
gaya-gaya tersebut, agar dapat diperoleh suatu cara untuk mengatasi masalah yang
ditimbulakan oleh kedua masalah gaya-gaya tersebut.
Ternyata gaya-gaya adhesi maupun kohesi akan menjadi lebih besar akibat factor-
faktor sebagai berikut:
a. Ukuran partikel
Makin kecil ukuran partikel, maka akan semakin luas permukaan yang dimiliki oleh
partikel tersebut , sehingga akan menyebabkan terjadi peningkatan jumlah titik
kontak antar partikel lebih banyak atau lebih besar.
Sedangkan pengaruh kelembaban atau kadar air dalam serbuk dapat dikurangi dengan
cara melakukan pengeringan serbuk atau granul didalam lemari pengering, sehingga
diperoleh suatu kadar air tertentu didalam serbuk atau granul, dengan demikian maka
pencetakan tablet berjalan dengan lancer.
Ada empat cara yang dapat digunakan untuk mengukur gaya adhesi dan kohesi yaitu:
Besarnya gaya rentang yang dibutuhkan adalah kumpulan serbuk mulai jatuh yang
dibutuhkan sebagai gaya adhesi dan kohesidari kumpulan serbuk tersebut.
2) Kecepatan pengayakan
165 0,312
90 terblokir
Cara ini menunjukan bahwa makin kecil ukuran partikel, maka akan semakin
sedikit jumlah serbuk yang melewati ayakan per detik dan ukuran partikel dibawah
100 µm ternyata tidak bisa sama sekali melewati ayakan, partikel serbuk ini disebut
gaya adhesi dan kohesi yang tinggi, jadi tidak dapat mengalir.
3) Tes mobilitas
Pada kumpulan serbuk halus sering gaya adhesi dan kohesi biasanya paling dominan
dibandingkan dengan serbuk dengan ukuran yang lebih besar, sehingga perlu tes
mobilitas pada partikel serbuk halus tersebut, dimana di dalamnya ditambahkan
partikel besar dalam jumlah tertentu. Yang dihitung adalah jumlah miniumal partikel
kasar yang ditambahkan kedalm serbuk halus tersebut sampai diperoleh aliran yang
baik yang menandakan gaya kohesi diantara partikel sudah mencapai batas yang
dibutuhkan.
Kerugin dari cara ini adalah keterbatasan penggunaannya hanya pada serbuk-
serbuk dengan gaya kohesi yang sedang-sedang saja.
35 – 45 Mudah mengalir
Jadi besar kecilnya harga “angle of ropose” dari suatu serbuk dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan untuk pemulihan cara pembuatan tablet.
Pada umumnya untuk memperoleh suatu hasil yang optimal dibutuhkan
serbuk atau granul yang memiliki “angle of ropose” sebesar 25 – 40 .
Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin besar ukuran partikel akan semakin lemah
gaya adhesi maupun gaya kohesi suatu serbuk, dengan demikian akan menyebabkan
sifat alir lebih besar.
Apabila Partikel-partikel dengan ukuran yang sama bergerak tanpa terjadi gesekan
maupun benturan-benturan maka baik ukuran maupun muatannya adalah tetap sama
atau simetris antar sesamanya, sedangkan bila partikel tersebut dalam pergerakannya
mengalami gesekan-gesekan atau benturan-benturan, maka akan terjadi pengurangan
dalam ukuran maupun muatannya. Akibatnya benturan-benturan atau gesekan-
gesekan tersebut dapat menyebabkan pembentukan partikel-partikel yang tidak
simetris lagi, baik dalam bentuk ukuran maupun muatannya, maka pada saat tersebut
timbul muatan elektrostatik.
4. Polimorfisma
Senyawa organik maupun senyawa anorganik yang memiliki minimal dua bentuk
kristal yang berbeda dalam bentuk padatnya disebut bentuk polimorfisme. Bentuk
polimorfisme ini pada umunya dibedakan atas dua golongan yaitu:
1. Bentuk stabil
2. Bentuk meta stabil
Bentuk stabil lebih dikenal sebagai bentuk “kristal” , sedangkan bentuk amorf pada
umunya tidak dalam bentuk metastabil yang lebh populer dengan sebutan bentuk
“amorf”. Bentuk amorf ini tidak dalam bentuk stabil karena pada proses pembuatan
atau pada proses penyimpanannya dapat berubah menjadi bentuk kristal yang lebih
stabil. Perubahan bentuk amorf menjadi bentuk kristal dapat disebabkan oleh
beberapa faktor suhu, dan tekanan dalam waktu cepat atau lambat. Sehubungan
dengan hal tersebut , maka dalam pemilihan bahan zat berkhasiat yang berupa amorf
perlu diperhatikan apakah bentuk kristal pada awalnya.
Walaupun bentuk amorf pada umunya mudah larut, sehingga akan diperoleh
bioavailablitas yang lebih besar dibandingkan dengan bentuk kristal yang stabil,
tetapi oleh karena itu sifatnya mudah mengalami perubahan bentuk menjdai bentuk
yang stabil, maka disarankan untuk tidak menggunkan bentuk kristal amorf dalam
sediaan farmasi.
Perbedaan antara bentuk amorf dengan bentuk kristal adalah pada perbedaan dalam
bentuk kelarutan, titik leleh dan pola difraksi sinar x-nya. Ada beberapa senyawa
yang memiliki bnetuk polimorfisme yang dikenal adalah kortison asetat dengan
empat bentuk polimorfi, dimana satu bentuk diantaranya stabil dalam media cair.
Kloramfenikol palmitat dengan bentuk polimorfik dengan satu bentuk stabil dalam
media cair dan lain-lain.
Untuk mengetahui bentuk polimerfik suatu bahan berkhasiat atau bahan pembantu
dapat digunakan salah satu dari beberapa cara sebagai berikut:
Perubahan satu bentuk polimorfik menjadi bentuk lainnya, juga akan melibatkan
perubahan energi dimana panas yang terbentuk dideteksi oleh alat tersebut.