Anda di halaman 1dari 10

RESUME TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

SERBUK

DISUSUN OLEH :
HAERUL SETIAWAN LASAWEDI 18 10 005

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFA)
PELITA MAS
PALU
2019
SERBUK

Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan untuk
pemakaian oral/dalam atau untuk pemakaian luar. Bentuk serbuk mempunyai luas
permukaan yang lebih luas sehingga lebih mudah larut dan lebih mudah terdispersi
daripada bentuk sediaan padatan lainnya (seperti kapsul, tablet, pil).

Anak anak dan orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah
menggunakan obat dalam bentuk serbuk. Biasanya serbuk oral dapat dicampur
dengan air minum. Pada pembuatan serbuk kasar, terutama simplisia nabati, digerus
lebih dulu sampai derajat halus tertentu setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih
dari 50°C.

Serbuk obat yang mengandung bagian yang mudah menguap dikeringkan dengan
pertolongan kapur tohor atau bahan pengering lain yang cocok, setelah itu diserbuk
dengan jalan digiling, ditumbuk dan digerus sampai diperoleh serbuk yang
mempunyai derajat halus sesuai yang tertera pada pengajak dan derajat halus serbuk.

Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu nomor atau dua nomor. Jika derajat
halus serbuk dinyatakan 1 nomor, berarti semua sebuk dapat melalui pengayak
dengan nomor tersebut. Jika dinyatakan dengan 2 nomor dimaksudkan bahwa semua
serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih dari 40%
melalui pengayak dengan nomor tertinggi.

Yang dimaksud dengan :

a) Serbuk sangat kasar, adalah serbuk (5/8)


b) Serbuk kasar, adalah serbuk (10/40)
c) Serbuk agak kasar, adalah serbuk (22/60)
d) Serbuk agak halus, adalah serbuk (44/85)
e) Serbuk halus, adalah serbuk (85) = 120
f) Serbuk sangat halus, adalah serbuk (120) : 200/300
Serbuk oral dapat diberikan dalam bentuk terbagi (pulveres/divided
powder/chartulae) atau tak terbagi (pulvis/bulk powder). Serbuk oral tak terbagi
terbatas pada obat yang relatif tidak poten seperti laksansia, antasida, makanan diet
dan beberapa jenis analgetik tertentu, dan pasien dapat menakar secara aman dengan
sendok teh atau penakar lainnya.

Serbuk tak terbagi lainnya adalah serbuk gigi dan serbuk tabur yang keduannya
digunakan untuk pemakaian luar. Umumnya serbuk terbagi dibungkus dengan kertas
perkamen dan untuk lebih melindungi dari pengaruh lingkungan, serbuk ini dapat
dilapisi dengan kertas selofan atau sampul polietilena.

Adapun factor-faktor yang berpengaruh tersebut adalah :

1. Kerapatan serbuk
2. Sifat adhesi dan kohesi serbuk
3. Daya mengalir serbuk
4. Muatan elektrostatik serbuk
5. Polimorfisme serbuk

1. Kerapatan serbuk

Pada umunya partikel suatu serbuk memiliki kemampuan untuk mengisi rongga-
rongga yang terdapat di antara partikel-partikel dengan suatu keteraturan tertentu,
keteraturan ini sangat tergantung pada ukuran dan bentuk partikel serbuk tsb.

Ukuran partikel yang isodiametris dengan berbentuk shperis atau bulat memiliki nilai
porositas yang tetap yaitu diantara 37-40%, sedangkan yang berbentuk kubus
memiliki nilai porositas yang lebih tinggi yaitu 46%.

Porositas atau keadaan yang beronga-rongga ini dapat digunakan untuk menjelaskan
tingkat konsolidasi suatu serbuk. Nilai porositas ini merupakan perbandingan nilai
volume antar partikel dengan volume total.

Volume total = volume antar partikel (Vp)+volume partikel (Vr) maka,

Volume antar partikel (Vp)=volume total (V)- volume partikel sehingga,

Nilai porositas (e) = V – Vr / V x 100% atau

                           (e) = 1 – Vr /) V x 100 %


Dimana : (e) adalah nilai porositas

                V adalah volume total

                Vr adalah volume partikel

Makin besar nilai porositas dari kerapata serbuk atau granul, pada umumnya akan
menyebabkan turunnya jumlah obat pertabletnya, sehinga menyebabkan terjadinya
penurunan mutu secara farmakologis dari tablet tersebut. Hal ini disebabkan karena
makin besar rongga antar partikel serbuk atau granul akan menyebabkan terjadinya
peningkatan volume antar partikel serta menurunnya volume partike itu sendiri.
Sehingga tampaknya bahwa serbuk atau granul tersebut berongga-rongga, apabila
serbuk atau granul dalam keadaan demikian ini akan menyebabkan bobot tablet yang
dihasilkan akan berkurang dari bobot yang seharusnya.

Kerapatan serbuk atau granul selama proses pencetakan tablet dapat diperbaiki atau
disempurnakan dengan adanya getaran-getaran dari mesin tablet pada saat dilakukan
pencetakan tablet. Getaran-getaran dapat membantu dalam.

2. Sifat adhesi dan kohesi serbuk

Adhesi adalah gaya tarik menarik antar partikel tidak sejenis, sedangkan kohesi
adalah gaya tarik menarik antar partikel yang sejenis. Baik sifat adhesi maupun
kohesi timbul akibat adanya gaya Van Der Waals antar partikel, dalam hal ini9 adalah
antar partikel serbuk atau granul. Pengaruh sifat atau gaya adhesi dan kohesi ini
dalam suatu kumpulan serbuk atau granul akan menyebabkan terjadinya
penghambatan aliran partikel serbuk atau granul, disamping itu juga menyebabkan
hambatan-hambatan dalam penyusunan aliran partikel serbuk. Bertitik tolak dari
masalah tersebut, maka dibutuhkan pemahaman lebih mendalam tentang pengaruh
gaya-gaya tersebut, agar dapat diperoleh suatu cara untuk mengatasi masalah yang
ditimbulakan oleh kedua masalah gaya-gaya tersebut.

Ternyata gaya-gaya adhesi maupun kohesi akan menjadi lebih besar  akibat factor-
faktor sebagai berikut:

a. Ukuran partikel

Makin kecil ukuran partikel, maka akan semakin luas permukaan yang dimiliki oleh
partikel tersebut , sehingga akan menyebabkan terjadi peningkatan jumlah titik
kontak antar partikel lebih banyak atau lebih besar.

b. Kelembaban dari serbuk


Kelembaban dalam serbuk berfungsi sebagai jembatan penghubung antar partikel.
Apabila terjadi kenaikan kadar kelembaban yang cukup besar, maka dapat
meningkatkan gaya kohesi antar partikel sejenis, akibatnya serbuk akan kehilangan
mobilitasnya untuk mengalir.

c. Perubahan kepadatan serbuk

Tentang terjadinya perubahan kepadatan serbuk yang korelasinya terhadap waktu


mekanismenya belum diketahui dengan jelas, hanya diduga karna peningkatan
kerapatan serbuk atau granul karna adanya tekanan laten dari udara yang secara tetap
dapa menekan tumpukan serbuk.

Dengan memperhatikan factor-faktor tersebut diatas, dimana terjadinya peningkatan


gaya adhesi maupun kohesi, dalam keadaan ini tidak dikehendaki terjadi selama
pencetakan tablet berlangsung. Ketiga factor tersebut diatas dicari cara untuk
mengatasi atau mengurangi, agar proses pencetakan tablet tidak mengalami kesulitan.

Sedangkan pengaruh kelembaban atau kadar air dalam serbuk dapat dikurangi dengan
cara melakukan pengeringan serbuk atau granul didalam lemari pengering, sehingga
diperoleh suatu kadar air tertentu didalam serbuk atau granul, dengan demikian maka
pencetakan tablet berjalan dengan lancer.

Ada empat cara yang dapat digunakan untuk mengukur gaya adhesi dan kohesi yaitu:

1) Pengukuran besarnya gaya rentang

Besarnya gaya rentang yang dibutuhkan adalah kumpulan serbuk mulai jatuh yang
dibutuhkan sebagai gaya adhesi dan kohesidari kumpulan serbuk tersebut.

2) Kecepatan pengayakan

Kecepatan pengayakan dengan alat pengayakan dengan demikian akan diperoleh


partikel dengan diameter tertentu pula seperti pada table.

Diameter partikel dengan kecepatan pengayak


Diameter Partikel (µm) Kecepatan pengayakan (g/detik)
306 0,603

165 0,312

90 terblokir

            Cara ini menunjukan bahwa makin kecil ukuran partikel, maka akan semakin
sedikit jumlah serbuk yang melewati ayakan per detik dan ukuran partikel dibawah
100 µm ternyata tidak bisa sama sekali melewati ayakan, partikel serbuk ini disebut
gaya adhesi dan kohesi yang tinggi, jadi tidak dapat mengalir.

3) Tes mobilitas

Pada kumpulan serbuk halus sering gaya adhesi dan kohesi biasanya paling dominan
dibandingkan dengan serbuk dengan ukuran yang lebih besar, sehingga perlu tes
mobilitas pada partikel serbuk halus tersebut, dimana di dalamnya ditambahkan
partikel besar dalam jumlah tertentu. Yang dihitung adalah jumlah miniumal partikel
kasar yang ditambahkan kedalm serbuk halus tersebut sampai diperoleh aliran yang
baik yang menandakan gaya kohesi diantara partikel sudah mencapai batas yang
dibutuhkan.

            Kerugin dari cara ini adalah keterbatasan penggunaannya hanya pada serbuk-
serbuk dengan gaya kohesi yang sedang-sedang saja.

4) Pengukuran “angle of ropose” ( )


“angle of ropose” adalah besarnya sudut yang dihitung dari lereng timbunan serbuk
terhadap bidang datar. Pada pengujian ini pengamatannya sangat sederhana, untuk
menentukan besarnya “angle of ropose” tersebut yaitu dengan membiarkan sejumlah
tertentu serbuk yang ditentukan besar gaya adhesi dan kohesinya mengalir secara
bebas melalui sebuah corong yang pada bagian bawahnya berlubang. Serbuk yang
keluar dari lubang corong bagian bawahnya ditampung pada suatu bidang datar yang
benar-benar rata.

     Keadaan serbuk dengan tes pengukuran “angle of ropose”

Besarnya “angle of ropose” Kemampuan mengalir serbuk


25 Sangat mudah mengalir

25 – 40 Agak mudah mengalir

35 – 45 Mudah mengalir

>50 Sulit atau tidak mengalir

Jadi besar kecilnya harga “angle of ropose” dari suatu serbuk dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan untuk pemulihan cara pembuatan tablet.

            Pada umumnya untuk memperoleh suatu hasil yang optimal dibutuhkan
serbuk atau granul yang memiliki “angle of ropose” sebesar 25 – 40 .

Untuk mengetahui dan mengatasi hal-hal yang menyebabkan terjadinya hambatan


sifat mengalirnya serbuk dapat dilakukan beberapa cara :

a) Memperbesar ukuran rata-rata partikel serbuk

Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin besar ukuran partikel akan semakin lemah
gaya adhesi maupun gaya kohesi suatu serbuk, dengan demikian akan menyebabkan
sifat alir lebih besar.

b) Membentuk partikelnya menjadi bentuk bulat atau spheris


Telah diketahui bahwa partikel yang berbentuk bulat atau spheris memiliki daya alir
yang baik. Untuk membentuk partikel berbentuk spheris ini dapat dibuat dalam
bentuk granul atau dengan cara speray dried seperti pada lactose spray dried yang
digunakan sebagai bahan pengisi tablet.

c) Penambahan glidan (pelican)

Diketahui bahwa terjadinya kehilangan sejumlah besar partikel-partikel halus dapat


memperbaiki aliran serbuk, tetapi pada kasus lainnya justru dengan adanya partikel-
partikel halus tersebut dalam jumlah tertentu dapat memperbaiki sifat alir suatu
serbuk. Selanjutnya bahwa teradsorpsinya partikel-partikel halus pada permukaan
partikel dapat membentuk pelapisan tipis yang dapat mencegah terjadinya antraksi
antar partikel. Akibatnya terjadinya penurunan gay adhesi dan kohesi serta
meningkatkan daya mengalir suatu serbuk.

3. Muatan Elektrostatik Serbuk

Muatan elektrostatik ini dapat timbul karena terjadinya gesekan-gesekan antara


partikel, antar granul atau antar partikel dengan dinding wadah atau dapat juga terjadi
akibat benturan-benturan yang terjadi antar serbuk atau granul.

Adanya muatan elektrostatik ini dapat menyebabkan terjadinya gumpala-gumpalan


dari partikel serbuk atau granul yang dapat mempengaruhi alirannya. Partikel-partikel
tersebut dapat dipisahkan dalam jarak tertentu dan tidak dipengaruhi lagi oleh gaya-
gaya Van der Waals, sehingga muatan anatar partikel tidak saling mempengaruhi.
Tetapi apa bila partikel-partikel tersebut didekatkan satu sama lainnya dan dibiarkan
saling kontak maka akan terjadi distribusi muatan secara merata yang dibebaskan
melalui setiap titik kontak yang ada sehingga timbul gaya kohesi.

Apabila Partikel-partikel dengan ukuran yang sama bergerak tanpa terjadi gesekan
maupun benturan-benturan maka baik ukuran maupun muatannya adalah tetap sama
atau simetris antar sesamanya, sedangkan bila partikel tersebut dalam pergerakannya
mengalami gesekan-gesekan atau benturan-benturan, maka akan terjadi pengurangan
dalam ukuran maupun muatannya. Akibatnya benturan-benturan atau gesekan-
gesekan tersebut dapat menyebabkan pembentukan partikel-partikel yang tidak
simetris lagi, baik dalam bentuk ukuran maupun muatannya, maka pada saat tersebut
timbul muatan elektrostatik.

Ukuran mengatasi masalah-masalah tersebut dibutuhkan penambahan bahan-bahan


yang dikenal sebagai “sliping agent” ke dalam kumpulan serbuk agar :
1. Untuk memungkinkan terjadinya adsorpsi bahan tersebut pada permukaan
serbuk semula sehingga terjadi pula perubahan kondisi gesekan.
2. Bertindak sebagai konduktor dan memindakan muatan elektrostatik.
3. Bertindak sebagai penghambat untuk mencegah kontak antar partikel dan
menekan gaya adhesi dan kohesi yang ada.

Untuk mengatasi masalah muatan elektrostatik diperlukan penambahan bahan


yang dikenal sebagai sliping agent ke dalam kumpulan serbuk. Tujuannya :

a. Memungkinkan terjadinya adsorbsi bahan tersebut pada permukaan serbuk


semula sehingaa terjadi pula perubahan kondisi gesekan
b. Berlaku sebagai konduktor dan meniadakan muatan elektrostatik
c. Berlaku sebagai perintah untuk mencegah kontak antar partiker dan menekan
gaya adhesi dan kohesi yang ada

4. Polimorfisma

Senyawa organik maupun senyawa anorganik yang memiliki minimal dua bentuk
kristal yang berbeda dalam bentuk padatnya disebut bentuk polimorfisme. Bentuk
polimorfisme ini pada umunya dibedakan atas dua golongan yaitu:

1. Bentuk stabil
2. Bentuk meta stabil

Bentuk stabil lebih dikenal sebagai bentuk “kristal” , sedangkan bentuk amorf pada
umunya tidak dalam bentuk metastabil yang lebh populer dengan sebutan bentuk
“amorf”. Bentuk amorf  ini tidak dalam bentuk stabil karena pada proses pembuatan
atau pada proses penyimpanannya dapat berubah menjadi bentuk kristal yang lebih
stabil. Perubahan bentuk amorf menjadi bentuk kristal dapat disebabkan oleh
beberapa faktor suhu, dan tekanan dalam waktu cepat atau lambat. Sehubungan
dengan hal tersebut , maka dalam pemilihan bahan zat berkhasiat yang berupa amorf
perlu diperhatikan apakah bentuk kristal pada awalnya.

Sebab apabila pemilihan tersebut terjadi kekeliruan dalam pemilihan bentuk-bentuk


tersebut dapat menyebabkan tidak stabilnya sedian farmasi yang dihasilkan.

Walaupun bentuk amorf pada umunya mudah larut, sehingga akan diperoleh
bioavailablitas yang lebih besar dibandingkan dengan bentuk kristal yang stabil,
tetapi oleh karena itu sifatnya mudah mengalami perubahan bentuk menjdai bentuk
yang stabil, maka disarankan untuk tidak menggunkan bentuk kristal amorf dalam
sediaan farmasi.

Perbedaan antara bentuk amorf dengan bentuk kristal adalah pada perbedaan dalam
bentuk kelarutan, titik leleh dan pola difraksi sinar x-nya. Ada beberapa senyawa
yang memiliki bnetuk polimorfisme  yang dikenal adalah kortison asetat dengan
empat bentuk polimorfi, dimana satu bentuk diantaranya stabil dalam media cair.
Kloramfenikol palmitat dengan bentuk polimorfik dengan satu bentuk stabil dalam
media cair dan lain-lain.

Untuk mengetahui bentuk polimerfik suatu bahan berkhasiat atau bahan pembantu
dapat digunakan salah satu dari beberapa cara sebagai berikut:

1. Disolusi, pengamata terhadap bentuk amorf yang memiliki kecepatan disolusi


lebih besar.
2. Difraksi sinar X, setiap bentuk kristal memiliki susunan kisi kristal yang
berbeda dan perbedaan tersebut akan tampak dalam perbedaan spektra sinar
X.
3. Analisa inframerah, adanya perbedaan pada penyusunan kristal akan
berpengaruh terhadap energi ikatan molekul sehingga akan berpengaruh pula
terhadap spektra inframerahnya.
4. Differential Scanning Colorimetry and Differenstial thermal analysis.

Perubahan satu bentuk polimorfik menjadi bentuk lainnya, juga akan melibatkan
perubahan energi dimana panas yang terbentuk dideteksi oleh alat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai