Anda di halaman 1dari 23

Drying

MATERI POKOK PRAKTIKUM V


PENGERINGAN
(DRYING)

Praktikum Unit Operasi – Politeknik ATK Yogyakarta 1


Drying

MATA PRAKTIKUM V.
PENGERINGAN (DRYING)

1. TUJUAN PERCOBAAN
1.1. Membandingkan laju pengeringan untuk bahan yang sama pada berbagai
variasi temperatur media pengering.
1.2. Menentukan kandungan air kritis dalam bahan padat yang dikeringkan.
1.3. Membuat grafik hubungan kecepatan pengeringan dengan kandungan
air.

2. DASAR TEORI
Ada berbagai macam cara pengambilan air dari suatu bahan padat,
diantaranya pengeringan (drying), evaporasi (evaporation), dll. Tujuan
pengambilan air tersebut adalah untuk mengawetkan bahan atau tujuan
komersial lainnya. Pada industri, proses pengeringan bertujuan untuk
mengawetkan bahan tanpa mengurangi cita rasa dan kandungan dari bahan
aslinya.
Operasi pengeringan secara umum dapat diartikan sebagai upaya
pengambilan sejumlah kecil massa zat cair dari sejumlah besar suatu bahan padat
ke dalam sebuah aliran gas atau udara. Dalam arti sempit, pengeringan
merupakan upaya pengambilan air dalam jumlah relatif kecil dari sejumlah besar
suatu bahan padat. Pengambilan massa zat cair disini serupa dengan evaporasi air
pada humidifier dan menara pendingin (cooling tower), dimana melibatkan
perpindahan massa dan panas yang terjadi secara simultan. Perpindahan ini tidak
hanya melalui media pemanas tetapi juga mencakup perpindahan air melalui
bahan padat.
Dalam praktikum ini dilakukan operasi pengeringan sederhana, yaitu
pengeluaran sejumlah kecil kandungan air dari suatu bahan menggunakan panas.
Bahan-bahan yang digunakan adalah bijih plastik. Dari praktikum ini akan
diidentifikasi pengaruh temperatur terhadap laju pengeringan dan kurva

Praktikum Unit Operasi – Politeknik ATK Yogyakarta 2


Drying

karakteristik pengeringan. Selain itu akan ditentukan pula kandungan air kritis
(critical moisture content).
2.1. Definisi
Operasi pengeringan merupakan suatu upaya pengambilan sejumlah kecil
massa air atau zat cair dari bahan padat sampai pada suatu nilai terendah yang
dapat diterima. Operasi ini biasanya merupakan tahap terakhir dari sederetan
operasi. Hasil dari operasi ini biasanya langsung dikemas dan siap dipasarkan.
Pengambilan air dari zat padat dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya cara mekanis dan penguapan termal. Cara mekanis dapat dilakukan
dengan memeras bahan tersebut sehingga air keluar. Pemisahan dengan cara
seperti ini relatif murah biayanya. Oleh karena itu, umumnya kandungan air dalam
suatu bahan padat diturunkan lebih dahulu sebanyak-banyaknya dengan cara ini
dan kemudian diumpankan pada pengering termal.
Operasi pengeringan terjadi oleh adanya panas dan harus dibedakan
dengan peristiwa pemisahan air dari campuran padatan lainnya yang terjadi
secara fisis. Dalam arti luas pengeringan tidak hanya berlaku untuk pengambilan
sejumlah kecil massa air saja, tetapi juga untuk zat cair lain dimana hasilnya adalah
bahan padat kering. Bahan yang akan dikeringkan dikontakkan dengan aliran
media pemanas (biasanya berupa gas atau udara panas). Panas akan dipindahkan
dari gas panas ke bahan basah. Panas ini yang menyebabkan penguapan air
kedalam gas.
Bahan padat yang dikeringkan biasanya dalam bentuk serpih (flake), bijian
(granule), kristal (crystal), serbuk (powder), lempeng (slab) atau lembaran
sinambung (continous sheet) dengan sifat-sifat yang berbeda satu sama lain.

2.2. Klasifikasi Pengering


Alat pengering dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu
berdasarkan cara perpindahan panas media pemanas ke bahan basah dan sifat
fisik bahan yang dikeringkan. Klasifikasi pengering tipe pertama dapat pula
dioperasikan untuk sistem batch dan kontinyu. Berikut akan diuraikan beberapa
contoh alat pengering berdasarkan:
a. Cara perpindahan panas media pemanas ke bahan basah

Praktikum Unit Operasi – Politeknik ATK Yogyakarta 3


Drying

Klasifikasi alat pengering berdasarkan cara ini dibagi menjadi:


 Pengering langsung (direct dryer)
Perpindahan panas pada pengering langsung terjadi karena kontak
langsung antara bahan basah dan media pemanasnya. Cairan dalam
bahan basah akan menguap dan terbawa bersama aliran media
pemanas. Pengering langsung disebut juga pengering konveksi
(convection dryer). Pengering yang termasuk jenis ini diantaranya
adalah tray dryer, pneumatic conveying dryer, rotary dryer, spray dryer,
fluidized bed dryer. Cara kontak antara media pemanas dengan bahan
basah ada beberapa macam, yaitu aliran sejajar (parallel flow), aliran
tegak lurus atau aliran menembus (through circulation), aliran
membelok (impiging flow), semprotan (spray atomization), pneumatis
dan fluidisasi.
 Pengering tidak langsung (indirect dryer)
Pada pengering jenis ini, panas untuk pengeringan ditransfer ke bahan
basah secara tidak langsung, yaitu melalui dinding pembatas yang
biasanya terbuat dari logam. Laju pengeringan akan sangat bergantung
pada kontak antara bahan basah dengan bidang pemanas. Berdasarkan
perpindahan panas yang terjadi, pengering tidak langsung biasa juga
disebut pengering konduksi (conduction dryer). Pengering yang
termasuk jenis ini diantaranya cylinder dryer, drum dryer, vibrating tray
dryer, dll.
 Pengering gabungan
Pengering ini merupakan gabungan antara pengering langsung dan
tidak langsung.

b. Sifat fisik bahan basah


Sifat fisik bahan basah harus diperhatikan dalam memilih jenis pengering
untuk mendapatkan hasil bahan kering yang sesuai dengan kualifikasi. Sifat
fisik bahan meliputi bentuk, ukuran, dsb.

2.3. Prinsip Pengeringan


Praktikum Unit Operasi – Politeknik ATK Yogyakarta 4
Drying

Operasi pengeringan terdiri atas peristiwa perpindahan massa dan panas


yang terjadi secara simultan. Laju alir cairan yang diuapkan tergantung dari laju
perpindahan massa dan perpindahan panas. Pola suhu dalam pengering
ditentukan oleh sifat umpan bahan basah dan kandungan zat cairnya, suhu
pemanas dan suhu pengeringan. Sebelum memulai proses pengeringan perlu
diketahui lebih dahulu data kesetimbangan dari bahan padat yang akan
dikeringkan.
Data setimbang menunjukkan hubungan kandungan air dalam udara
dengan kandungan air dalam bahan yang akan dikeringkan. Kandungan air air
dalam bahan dibedakan menjadi:
a. Moisture content, wet basis
Dinyatakan sebagai persen berat moisture, yaitu berat moisture per berat
bahan basah.
berat moisture
wet basis   100% atau
berat bahan basah

berat moisture
wet basis   100% ( 1)
berat bahan kering  berat moisture

b. Moisture content, bone dry basis


Merupakan berat moisture per berat bahan kering (=X), dinyatakan dalam:

berat moisture
% dry basis   100% ( 2)
berat bahan kering

Persen moisture content bone dry basis adalah sama dengan 100 X.

c. Equilibrium moisture content, X*


Equilibrium moisture adalah kandungan air dalam bahan yang setimbang
dengan uapnya dalam fase gas. Kandungan equilibrium moisture merupakan
batasan (limitasi) dimana sebuah bahan dapat dikeringkan oleh media
pemanas pada temperatur dan kelembaban tertentu. Bahan tidak dapat
dikeringkan lagi pada kondisi di bawah nilai kandungan equilibrium moisture.
Nilai ini ditentukan oleh sifat bahan, temperatur pengeringan dan tekanan

Praktikum Unit Operasi – Politeknik ATK Yogyakarta 5


Drying

parsial uap air pada media pemanas. Bahan nonhigroskopis atau non porous
mempunyai nilai equilibrium moisture sama dengan nol (0).
d. Bound moisture, X’
Bound moisture (air terikat) adalah kandungan air dalam bahan apabila
tekanan uap air dalam bahan pada keadaan setimbang harganya lebih kecil
daripada tekanan uap murninya pada temperatur sama.
e. Unbound moisture, X – X’
Unbound moisture (air tak terikat) adalah kandungan air dalam bahan apabila
ketakan uap air dalam bahan pada keadaan setimbang harganya sama dengan
tekanan uap murninya pada temperatur yang sama.
f. Free moisture, X – X*
Free moisture adalah kandungan air dalam bahan di atas harga kandungan
equilibrium moisture, dimana nilainya merupakan selisih antara kandungan
moisture total (X) dan kandungan equilibrium moisture (X*). Free moisture ini
dapat diuapkan pada proses pengeringan di bawah kondisi persen
kelembaban relatif tertentu, misal pada titik A pada gambar 1.

Equilibrium moisture curve Keterangan:

1.0 a = bound moisture


a
Relative humidity of gas

b = unbound moisture
b
A b = free moisture
d c d = equilibrium moisture

0
X* X’ X
Moisture content, lbmoisture/lb bahan kering

Gambar 1. Jenis-jenis moisture

Praktikum Unit Operasi – Politeknik ATK Yogyakarta 6


Drying

2.4. Mekanisme Pengeringan


Jika perpindahan panas dan massa terjadi secara simultan, mekanisme
pengeringan bergantung pada sifat bahan padat dan pada metoda yang digunakan
untuk mengontakkan bahan padat dengan gas. Ada tiga macam bahan padat, yaitu
kristal, bahan padat berpori dan bahan padat tidak berpori. Partikel kristal tidak
mengandung cairan sampai kedalam partikelnya, sehingga pengeringan hanya
berlangsung pada permukaan bahan padat saja. Bahan padat berpori, seperti katalis
dan adsorbent, mengandung cairan didalam saluran-saluran dalam partikelnya. Laju
pengeringan bahan padat berpori tergantung pada cara cairan tersebut bergerak dan
jarak yang harus ditempuh untuk sampai di permukaan.

2.4.1. Laju Pengeringan


Dalam menentukan dimensi peralatan pengeringan dan menyusun jadwal
pengeringan, maka perlu diketahui lebih dulu waktu yang dibutuhkan untuk
mengeringkan suatu bahan yang mempunyai kadar air tertentu sampai dengan kadar
air yang diinginkan. Untuk maksud tersebut dibutuhkan data yang dapat diperoleh
dari eksperimen, yaitu
a. Drying test
Drying test dilakukan untuk memperoleh hubungan antara moisture content X
dengan waktu pengeringan θ pada temperatur, kelembaban dan kecepatan
pengeringan tetap. Pada percobaan ini berat sampel diukur sebagai fungsi waktu.

b. Kurva laju pengeringan


Kurva laju pengeringan merupakan kurva yang menunjukkan hubungan antara
laju pengeringan dengan kandungan air. Laju pengeringan biasanya dinyatakan
dalam lb air yang diuapkan tiap jam tiap ft2 luas permukaan. Kurva ini dapat
dinyatakan sebagai fungsi waktu seperti pada gambar 2.

Praktikum Unit Operasi – Politeknik ATK Yogyakarta 7


Drying

(a)

b a
2
N lb H2O yg diuapkan/jam.ft

Temperatur permukaan, oC
d c A’
Laju pengeringan,

C B

E
X* Xc
X, lb moisture/lb bahan kering

(b)
keterangan:
a : constant rate period
b : falling rate period
c : unsaturated drying surface

Gambar 2. Kurva drying test dan laju pengeringan

Praktikum Unit Operasi – Politeknik ATK Yogyakarta 8


Drying

Kurva laju pengeringan N vs X terdiri dari dua bagian, yaitu periode kecepatan tetap

(constant rate period) BC dan periode kecepatan menurun (falling rate period) CDE .
Jika mula-mula bahan sangat basah maka permukaan bahan akan tertutup dengan
lapisan film tipis dari cairan. Cairan yang menutupi bahan ini bisa dianggap seluruhnya
sebagai unbound moisture. Apabila bahan tersebut dikontakkan dengan udara yang
relatif kering, maka akan terjadi penguapan air yang ada pada permukaan bahan. Laju
penguapan air dapat dinyatakan sebagai:

N c  k y Ys  Y  ( 3)

dimana:
Rc = laju penguapan air
ky = koefisien perpindahan massa, dianggap tetap
Ys = kelembaban absolut gas pada permukaan cairan (jenuh)
Y = kelembaban absolut gas pada badan cairan

Y maupun Ys harganya sangat tergantung pada temperatur. Karena adanya


penguapan, moisture akan menyerap panas laten, sedangkan temperatur permukaan
lapisan cairan dalam bahan (Tf) dijaga tetap, maka harus ada panas yang diberikan
dari badan gas (bulk gas) pemanas yang besarnya sama dengan panas yang
dibutuhkan untuk menguapkan moisture (=panas laten). Walaupun badan gas
memberikan sebagian panasnya, namun temperaturnya bisa dipertahankan tetap.
Hal ini disebabkan gas pemanas secara terus-menerus dialirkan sehingga dalam hal ini
T dan Ts konstan. Kondisi ini mengakibatkan harga Y dan Ys juga konstan. Dengan
demikian pada periode ini harga Rc adalah tetap seperti yang ditunjukkan oleh kurva
BC. Pada saat moisture content mencapai titik C (critical moisture content), artinya
lapisan air yang menutup bahan telah tipis dan telah kelihatan permukaan padatan
tidak rata, yang berarti luas permukaan pengeringan menjadi lebih besar. Harga Rc
akan turun sampai mencapai titik D. Critical moisture content terjadi pada saat akhir

Praktikum Unit Operasi – Politeknik ATK Yogyakarta 9


Drying

periode kecepatan konstan. Critical moisture content merupakan rata-rata moisture


yang melewati bahan, maka harganya tergantung pada laju pengeringan, tebal bahan
dan faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan moisture dalam bahan.

Permukaan rata

Permukaan
tidak rata
Tebal air

Gambar 3. Lapisan permukaan bahan padat

Critical moisture content akan naik apabila laju pengeringan bertambah besar atau
tebal bahan yang dikeringkan ditambah. Apabila bahan pada keadaan critical
moisture content dipanaskan lebih lanjut, maka laju pengeringannya akan turun
memasuki periode kecepatan menurut (falling rate period). Mula-mula mengikuti
kurva CD. Periode CD ini disebut unsaturated surface drying. Apabila pengeringan
diteruskan maka moisture akan bergerak melalui bahan padat dimana laju
pengeringannya berdasarkan gradien konsentrasi moisture yang ada pada bagian
dalam dan permukaannya. Pada periode ini laju pengeringannya turun dengan tajam
seperti yang ditunjukkan oleh kurva DE, dimana E adalah keadaan suatu bahan berada
pada equilibrium moisture content.
Pada permulaan operasi biasanya bahan dan permukaan cairan
temperaturnya lebih dingin dibandingkan temperatur permukaan Ts, maka laju akan
naik sampai temperatur permukaan cairan mencapai harga Ts sebagaimana
ditunjukkan oleh kurva AB. Sebaliknya apabila Ts lebih rendah daripada temperatur
mula-mula, maka diperlukan penyesuaian seperti yang ditunjukkan oleh kurva A’B.
Pada gambar 2 (b) disajikan pula profil temperatur permukaan bahan Ts sebagai
fungsi moisture content. Saat periode kecepatan konstan BC, yaitu pada saat lapisan
film air dari bahan masih tebal, suhu permukaan bahan menunjukkan harga tetap
karena sejumlah panas tertentu yang diberikan oleh badan gas semuanya digunakan
untuk menguapkan air. Setelah batas kritis tercapai dan mulai memasuki periode
Praktikum Unit Operasi – Politeknik ATK Yogyakarta 10
Drying

kecepatan menurun, maka temperatur permukaan bahan mulai naik terus, karena
jumlah air yang diuapkan semakin sedikit sehingga kebutuhan panasnya juga sedikit.
Padahal panas yang diberikan oleh badan gas tetap, sehingga kelebihan panas ini
digunakan untuk memanasi bahan padat yang mengakibatkan temperatur
permukaan bahan padat akan naik.

2.4.2. Waktu Pengeringan


Waktu pengeringan total θ dari suatu bahan adalah jumlah dari waktu
pengeringan pada masing-masing periode. Periode pemanasan awal (AB atau A’B)
tidak dimasukkan dalam perhitungan waktu pengeringan total karena periode ini
berlangsung sangat cepat. Dengan demikian waktu pengeringan total dinyatakan
dalam:

  c   f ( 4)

dimana:
θ = waktu pengeringan total, jam
θc = waktu pengeringan periode kecepatan tetap, jam
θf = waktu pengeringan periode kecepatan menurun, jam

Untuk menentukan waktu pengeringan dari suatu bahan dapat berdasarkan data dari
drying test atau kurva laju pengeringan dari bahan tersebut. Laju pengeringan
didefinisikan sebagai:

Ls dX
R ( 5)
A d

dimana:
R = laju pengeringan, lb H2O yang diuapkan/jam.ft2
Ls = berat bahan, lb
A = luas permukaan pengeringan, ft2

Praktikum Unit Operasi – Politeknik ATK Yogyakarta 11


Drying

X = moisture content dry basis, lb H2O/lb bahan kering


θ = waktu, jam

Persamaan (5) bila diintegrasikan dengan batasan X1 sampai dengan X2 akan


diperoleh:
Ls dX
d 
A R
 
Ls X 2 dX
 d  
A X1 R
 0

Ls X 2 dX
  ( 6)
A X1 R

Dimana X1 dan X2 adalah moisture content mula-mula dan akhir. Persamaan (6)
merupakan rumus umum untuk mencari waktu pengeringan.

a. Periode Kecepatan Konstan (constant rate period)


Pada peride ini harga R = Rc dan harga X1 dan X2 lebih besar dari Xc, dimana Rc
adalah laju pengeringan pada periode kecepatan konstan yang besarnya tetap
dan Xc adalah kandungan uap air kritis (critical moisture content). Karena harga Rc
tetap, maka persamaan (6) dapat dituliskan sebagai:
Ls X 2 dX
 
A X c Rc

Ls X 2
  dX
A  Rc X c

Ls  X 1  X c 
 ( 7)
A  Rc

Praktikum Unit Operasi – Politeknik ATK Yogyakarta 12


Drying

b. Periode Kecepatan Menurun (falling rate period)


Periode kecepatan menurun terjadi apabila X1 dan X2 keduanya lebih kecil
daripada Xc, sehingga pengeringan terjadi pada kondisi R yang berubah. Waktu
pengeringan dihitung sebagai berikut:
a. Kondisi umum
Kondisi ini menganggap bahwa kurva kecepatan menurun tidak linier,
sehingga untuk menghitung waktu pengeringan dilakukan dengan cara
penyelesaian integral pada persamaan (6) secara grafis (numeris).
Ls
  I ( 8)
A
X2
dX
dimana I adalah  . I akan diselesaikan secara grafis dengan cara membuat
Xc R
grafik 1/R versus X. Luasan yang dibatasi oleh kurva tersebut pada interval X1
dan X2 merupakan harga I.

b. Kondisi khusus
Pada kondisi ini R dianggap linier terhadap X sebagaimana ditunjukkan oleh
kurva CD. Hubungan R dengan X dinyatakan dalam:

R  mX  b ( 9)

dimana:
m = slope kurva CD
b = konstanta (intercept)

Persamaan (9) disubstitusikan ke persamaan (6), sehingga diperoleh:

Ls X 2 dX
 
A X c mX  b

Ls mX 1  b
 ln ( 10)
A mX 2  b

Praktikum Unit Operasi – Politeknik ATK Yogyakarta 13


Drying

oleh karena R1  mX 1  b dan R2  mX 2  b , maka harga m dapat ditentukan


sebagai:

R1  R2
m ( 11)
X1  X 2

Dengan mensubstitusikan persamaan (11) pada persamaan (10), akan


Ls R
diperoleh:  ln 1
R  R2  R2
A 1
X 1  X 2 
Ls  X 1  X 2  R1
  ln
A R1  R2  R2

Ls  X 1  X 2 
  ( 12)
A  Rm

Rm merupakan rata-rata logaritma laju R1 pada moisture content X1 dan R2 pada


moisture content X2.
Apabila seluruh kurva periode kecepatan menurun adalah linier (dari titik C ke
titik E adalah garis lurus), maka:

Ri  m X i  X  

Ri 

Rc X i  X   ( 13)
Xc  X 

Persamaan (13) disubstitusikan kedalam persamaan (12) sehingga diperoleh:

f 

Ls X c  X  
X  X
ln 1 ( 14)
A  Rc X2  X 

Laju pengeringan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:


a. Temperatur udara pengering
b. Kelembaban udara pengering
c. Laju alir udara pengering
d. Ketebalan bahan

Praktikum Unit Operasi – Politeknik ATK Yogyakarta 14


Drying

3. ALAT DAN BAHAN


a. Alat yang Dibutuhkan
- Oven
- Krus
- Neraca Digital
- Stopwatch
b. Bahan yang Dibutuhkan
Sampel biji plastik.

4. PROSEDUR KERJA
4.1 Operasi pengeringan
1. Menyiapkan bahan padat basah yang akan dikeringkan sesuai dengan
variabel percobaan.
2. Menyalakan oven dan set suhu sesuai dengan variabel percobaan (80oC
dan 110oC).
3. Jika suhu yang diinginkan sudah tercapai, masukkan bahan padat yang
akan dikeringkan.
4. Amati jumlah air yang menguap tiap interval waktu tertentu (5 menit)
dengan cara menimbang bahan padat yang dikeringkan. Ulangi sampai
didapat berat konstan.

4.2 Analisa kadar air


1. Mengeringkan cawan porselin dan tutupnya di dalam oven pada suhu
110oC kemudian didinginkan di dalam eksikator. Setelah dingin kurs beserta
tutupnya ditimbang dan dicatat sebagai wk1.
2. Masukkan x gram sampel kedalam cawan dan dipanaskan dalam oven
pada suhu 110oC selama 1 jam. Setelah itu didinginkan dan ditimbang.
Dicatat sebagai wk2.
3. Menghitung kadar air yang merupakan selisih antara wk1 dengan wk2.

Praktikum Unit Operasi – Politeknik ATK Yogyakarta 15


Drying

4. Mengulangi langkah 2 s.d. 3 sampai diperoleh berat konstan.


5. DATA PENGAMATAN
a. Data-data pendukung
Wcawan kosong sample 1 = ……………… Wcawan kosong sample 2 = ………………
Wcawan kosong sampel 3 = ……....……… Wcawan kosong sample 4 = ………………
Luas permukaan sampel
Asampel 1 = ……....……… Asampel 2 = ……....………
Asampel 3 = ……....……… Asampel 4 = ……....………

b. Hasil Pengeringan Sampel


Sampel 1 : ........................................ Sampel 2 : ........................................
T W wadah + T W wadah + T W wadah + T W wadah +
(min) sampel (min) sampel (min) sampel (min) sampel
(gr) (gr) (gr) (gr)

Praktikum Unit Operasi – Politeknik ATK Yogyakarta 16


Drying

Sampel 3 : ........................................ Sampel 4 : ........................................


T W wadah + T W wadah + T W wadah + T W wadah +
(min) sampel (min) sampel (min) sampel (min) sampel
(gr) (gr) (gr) (gr)

6. PERHITUNGAN
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................

Praktikum Unit Operasi – Politeknik ATK Yogyakarta 17


Drying

..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................

Praktikum Unit Operasi – Politeknik ATK Yogyakarta 18


Drying

..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................

Praktikum Unit Operasi – Politeknik ATK Yogyakarta 19


Drying

7. PEMBAHASAN
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................

Praktikum Unit Operasi – Politeknik ATK Yogyakarta 20


Drying

.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................

Praktikum Unit Operasi – Politeknik ATK Yogyakarta 21


Drying

.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................

8. KESIMPULAN
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................

9. DAFTAR PUSTAKA
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................

Yogyakarta, .......................................
Praktikan

............................................................
Catatan (diisi oleh Asisten): Nilai

Praktikum Unit Operasi – Politeknik ATK Yogyakarta 22


Drying

..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

Praktikum Unit Operasi – Politeknik ATK Yogyakarta 23

Anda mungkin juga menyukai