Disususn Oleh :
Abuyasin Al Fikri
140603110021
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM DIPLOMA III
PROGRAM STUDI ANALISIS KIMIA
BANDUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber bagi kehidupan manusia. Salah satu
sumber air yang ada di permukaan bumi adalah sungai. Sungai
sangat bermanfaat bagi manusia dan tidak kalah pentingnya bagi
biota air. Di samping itu, sungai di kota Surabaya merupakan suatu
media yang rawan terhadap pencemaran, dimana kota Surabaya
merupakan kota besar yang penuh akan industri dan padat akan
penduduk. Tidak dapat disangkal lagi kalau sungai di kota Surabaya
merupakan tempat pembuangan limbah baik dari hasil industri
maupun limbah rumah tangga.
Pembuangan limbah ke dalam sungai, secara langsung
maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pencemaran air,
dan
mengakibatkan
kualitas
air
sungai
tidak
sesuai
dengan
maka
perlu
diketahui
dari
parameter-parameter
yang
dipengaruhi oleh limbah. Salah satu sifat yang dapat diuji untuk
menentukan tingkat pencemaran air adalah BOD (Biological Oxygen
Demand) dan COD (Chemycal Oxygen Demand).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pengukuran BOD dan COD pada air badan air
Sungai Kalimas Surabaya?
2. Bagaimana proses pengukuran BOD dan COD pada air badan air
Sungai Jalan Kenjeran Surabaya?
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini dibagi menjadi 2 tujuan, yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus.
Tujuan Umum : Mempraktekkan cara pemeriksaan kadar BOD dan
COD pada air badan air Sungai Kalimas Surabaya dan air badan air
Sungai Jalan Kenjeran Surabaya.
Tujuan Khusus :
1. Mengukur kadar BOD dan COD air badan air Sungai Kalimas
Surabaya, yang diduga tercemar akibat kegiatan domestik.
2. Mengukur kadar BOD dan COD air badan air di Sungai Jalan
Kenjeran, setelah outlet pembuangan limbah industri pabrik
tahu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penentuan Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel
2.1.1 Penentuan lokasi dan titik pengambilan sampel air sungai
2.1.1.1
2.1.1.2
lokasi
pengambilan
telah
ditetapkan,
langkah
semakin
tergambarkan
kualitas
air
sungai
rata-rata Klasifikasi
tahunan (m3/detik)
<5
5 - 150
150 - 1000
>1000
sungai
Kecil
Sedang
Besar
Sangat
besar
Jumlah
titik
pengambilan
sampel
Minimum
sungai
2
4
6
6 seperti
besar
pada
jumlah
titik
kenaikan
menggambarkan
kualitas
air
limbah
yang
akan
(inlet)
dan
keluar
(outlet)
IPAL
dengan
ii.
iii.
Kelurahan
Embong
Kaliasin,
Kelurahan
Ketabang,
d. Lingkungan kumuh
Beberapa kawasan di sekitar atau di tepian Kali Mas, yang
kondisinya kumuh adalah di kawasan Dinoyo, Gemblongan,
sekitar Akhmad Jais, dan di kawasan utara. Kekumuhan tersebut
di samping berupa fisik bangunan rumah yang tidak permanen
(seadanya), ukuran bangunan yang kecil, kepadatan bangunan
yang tinggi, juga bangunan tersebut dibangun di atas badan air
dengan buangan rumah tangga yang langsung ke badan air.
Fungsi utama Kali Mas pada saat ini adalah sebagai tempat
pembuangan air dari saluran drainase yang ada di wilayah kota
Surabaya, terutama yang berada di bagian tengah. Penggunaan air
sungai sebagai sumber air baku relatif tidak besar, yaitu oleh kegiatan
industri di kawasan Ngagel (IGLAS) dan untuk kegiatan di Kawasan
Perak (Pelindo).
Ada beberapa fungsi lain Sungai Kalimas yaitu sungai kalimas
dijadikan obyek wisata air di Surabaya serta digunakan sebagai
tempat memancing oleh sebagian masyarakat. Karena hal tersebut,
maka dibentuklah UU untuk implementasi pengelolaan sungai Kalimas
ini. UU No 7 tahun 2004 merupakan landasan yang digunakan untuk
pengelolaan Sungai Kalimas. Berdasarkan UU No 7 Tahun 2004
tentang Sumberdaya Air, maka pengelolaan Sungai Kalimas ada di
Bawah Departemen Pekerjaan Umum, dengan Balai Besar Brantas
sebagai pelaksana pengelolaan sumberdaya air yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan
dalam
rangka
konservasi
sumberdaya
air,
pengembangan
yang
menggunakan
bahan
penggumpal.
Pada
waktu
pabrik tahu tidak hanya berkontribusi dalam menjaga linkungan tetapi juga
meningkatkan pendapatannya dengan mengurangi konsumsi bahan bakar
pada proses pembuatan tahu.
Sebagian
besar limbah
cair
yang
dihasilkan
oleh
industri
pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu
yang disebut air dadih. Cairan ini mengandung kadar protein yang tinggi
dan dapat segera terurai. Limbah cair ini sering dibuang secara langsung
tanpa pengelolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk
dan mencemari sungai. Sumber limbah cair lainnya berasal dari
pencucian kedelai, pencucian peralatan proses, pencucian lantai dan
pemasakan serta larutan bekas rendaman kedelai.
Penerapan Prinsip 3R pada Proses Pengolahan LimbahTahu sebagai
berikut :
1. Reduce
a. Pengolahan Limbah SecaraFisika
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap
air buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar
dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung
disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening) merupakan cara
yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang
berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat
disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter
desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan
mengendap partikel dan waktu detensihidrolis di dalam bak pengendap.
b. Pengolahan Limbah Secara Kimia
Pengolahan
air
limbah
tahu
secara
kimiabertujuan
untuk
10
kontak
stabilisasi
dapat
pula
menyisihkan
BOD
11
dapat juga dibuat dari limbah cair. Biogas sebenarnya adalah gas metana
(CH4). Gas metana bersifat tidak berbau, tidak berwarna dan sangat
mudah terbakar. Pada umumnya di alam tidak berbentuk sebagai gas
murni
namun
campuran
gas
lain
yaitu
metana
sebesar
65%,
8-10
hari.
Proses
dekomposisi
melibatkan
beberapa
12
karbondioksida.
Tahap
ini
disebut
metanogenik
yang
sehari-hari,
misalnya
sebagai
bahan
bakar
kompor
bahan
terlarut
14
15
CnHaObNc + ( n +
3c
2
a
4
b
2
3c
4
) O2
nCO2 + (
a
2
) H2O + c NH3
CaHbOc + Cr2O72- + H+
Ag2SO4
Zat organis
( Warna Kuning )
( Warna Hijau )
feroamonium
sulfat
(FAS),
dimana
reaksi
yang
2+
+ Cr2O72-
+ 14 H+
6 Fe
3+
+ 2 Cr3+ + 7
H2O ( Reaksi 2 )
Indikator feroin digunakan untuk menetukan titik akhir
titrasi yaitu di saat warna hijau-biu larutan menjadi coklat-merah.
Sisa K2Cr2O7 dalam larutan blanko adalah K 2Cr2O7 awal, karena
diharapkan blanko tidak mengandung zat organis yang dapat
dioksidasi oleh K2Cr2O7.
17
+ O2
MnO2
+ KI + 2 H2O
I2
+ 2 S2O32-
Mn(OH)2 + K2SO4
MnO2 + H2O
Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH
S4O6- + 2 I-
18
19
20
21
Keterangan:
Nilai di atas merupakan nilai maksimum, kecuali untuk pH dan DO
Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai tercantum
Nilai DO merupakan batas minimum
Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termaksud, parameter tersebut tidak dipersyaratkan
22
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Metode Pengambilan Sampel
Tipe sampel air yang
digunakan
pada
praktikum
ini
23
b. Cara Pengambilan :
1. Membersihkan terlebih dahulu botol yang akan dipergunakan
untuk mengambil sampel.
2. Membenamkan botol ke perairan yang akan diperiksa pada
titik pengambilan yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Mengambil sampel air sampai memenuhi botol dan langsung
menutupnya.
4. Mencatat waktu pengambilan sampel dan memberi label pada
botol tentang sampel tersebut.
5. Menyimpan botol tersebut didalam tas lapangan.
c. Waktu Pengiriman Sampel
Menurut metode pemeriksaan sampel air, sebaiknya pemeriksaan
sampel air dilakukan tidak lebih dari 2 jam setelah pengambilan
sampel terutama sampel air untuk pemeriksaan BOD. Pada
praktikum ini, waktu yang dibutuhkan dari pengambilan sampel
hingga ke laboratorium tempat pemeriksaan BOD dan COD adalah
30 menit.
3.2 Metode Pemeriksaan COD
Metode pemeriksaan : dengan refluks (titrasi di laboratorium)
Prinsip analisis
:
Pemeriksaan parameter COD ini menggunakan oksidator K2Cr2O7
yang berkadar asam tinggi dan dipertahankan pada temperatur
tertentu. Penambahan oksidator ini menjadikan proses oksidasi bahan
organik menjadi air dan CO2, setelah pemanasan maka sisa dikromat
diukur. Pengukuran ini dengan jalan titrasi dengan fero amonium sulfat
(FAS), oksigen yang ekifalen dengan dikromat inilah yang menyatakan
COD dalam satuan ppm.
a. Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan COD ini adalah:
1. Alat refluks, terdiri dari gelas erlenmeyer 250 ml, kondensor,
2.
3.
4.
5.
1. Sampel air
2. Merkuri sulfat HgSO4
3. K2Cr2O7 0,1 N
4. H2SO4 pekat
5. Larutan standard fero amonium sulfat (FAS)
6. Indikator fenantrolin fero sulfat (feroin)
7. Aquades
b. Prosedur kerja
1. Menyiapkan 3 gelas erlenmeyer COD 250 ml untuk sampel 1(air
limbah tahu), sampel 2 (air sungai kalimas), dan blanko.
2. Memindahkan HgSO4 ke dalam gelas erlenmeyer COD 250 ml.
3. Memasukkan sampel sebanyak 20 ml ke dalam gelas
erlenmeyer. Untuk blanko, 20 ml aquadest.
4. Menambahkan 10 ml larutan K2Cr2O7 0,1 N pada sampel I dan 5
ml pada sampel II.
5. Menambahkan H2SO4 pekat sebanyak 20 ml sebagai katalisator
ke masing-masing gelas erlenmeyer tadi.
6. Mengalirkan air pendingin pada kondensor dan meletakkan
gelas erlenmeyer di bawah kondensor kemudian menempatkan
kondensor dengan gelas erlenmeyer COD (gelas refluks) di atas
pemanas bunsen.
7. Menyalakan alat pemanas dan refluks larutan selama 2 jam.
8. Membiarkan gelas refluks dingin dahulu kemudian melepasnya
dari kondensor sampai larutan berada pada suhu ruang.
9. Menambahkan 3 tetes indikator feroin.
10. Dikromat yang tersisa di dalam larutan sesudah direfluks,
dititrasi dengan larutan standar fero amonium sulfat (FAS) 0,05
N sampai warna hijau biru menjadi coklat merah.
11. Melakukan hal yang sama terhadap blanko yang mengandung
semua reagen yang ditambahkan pada larutaan sampel.
3.3 Metode Pemeriksaan BOD
Metode Pemeriksaan : Winkler (Titrasi di Laboratorium).
Prinsip analisis :
Pemeriksaan parameter BOD didasarkan pada reaksi oksidasi zat
organik dengan oksigen di dalam air dan proses tersebut berlangsung
karena adanya bakteri aerobik.
a. Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan BOD ini adalah:
25
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
kemudian
botol
26
kemudian
botol
a. Pemeriksaan COD
Tangal: 29 30 Maret 2012
Jam: 13.00
Tempat: Laboratorium Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas
Sipil, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.
b. Pemeriksaan BOD
Tanggal: 30 Maret 2012 (DO0) dan 4 April 2012 (DO5)
Jam: 13.38
Tempat: Laboratorium Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas
Sipil, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.
3.5 Anggaran Dana
3.5.1 Pemasukan
Iuran anggota 8 x @ Rp 30.000,- = Rp 240.000,3.5.1 Pengeluaran
Tabel 3.1 Besar pengeluaran praktikum
Jenis sumber daya yang
dibutuhkan
30000
2
100000
Jumlah
200000
230000
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
28
Perhitungan:
Sampel I (air Kali Kenjeran)
COD
DO0
Vol titrasi
DO5
BOD
tiosulfat
(mg O2/l)
tiosulfat
(mg O2/l)
(mg O2/l)
29
(ml)
(ml)
Sampel I
(air Kali
12,5
6,17
8,9
4,40
12
(air sungai
12,9
6,37
9,8
4,84
kalimas)
Blanko
12,9
6,37
10,6
5,23
Kenjeran)
Sampel II
demi
sedikit
sebagai
standarisasi
untuk
mendapatkan
normalitas tiosulfat.
Volume Cr2O7
= 1 ml
Normalitas Cr2O7
= 0,1 N
Volume tiosulfat
= 16,2 ml
Normalitas tiosulfat
Perhitungan:
Sampel I (air Kali Kenjeran)
DO0
DO5
30
BOD5
= 12 mg O2/l
Sampel II (air sungai kalimas)
DO0
DO5
BOD5
= 4 mg O2/l
4.3 Pembahasan
31
Sampel
BOD
COD
(mg
(mg
O2/l)
O2/l)
maksimal
(mg O2/l)
(mg O2/l)
Kelas III
Kelas III
Keterangan
Tidak memenuhi
Sampel I
1
(air Kali
kadar maksimal
12
108
50
Kenjeran)
yang
diperbolehkan
Memenuhi kadar
Sampel II
2
(air sungai
46
kalimas)
50
maksimal BOD
dan COD yang
diperbolehkan
sampel I
(12 mgO2/l> 6
sampel I
> BOD5
max
> CODmax
33
tinggi
pula
kadar
oksigen
yang
digunakan
oleh
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Kadar BOD dan COD kali kenjeran yang terukur sebesar 12 mgO 2/l
dan 108 mgO2/l. Mengacu pada kriteria air kelas III menurut
PERDA No.2 Tahun 2004, yakni bahwa kadar BOD dan COD
maksimal yang diperbolehkan sebesar 6 mgO 2/l dan 50 mgO2/l.
Sehingga ukuran ini menunjukkan bahwa air kali kenjeran memiliki
kadar BOD dan COD yang tinggi sebesar dua kali dari standar
kriteria air kelas III. Karena BOD dan COD yang terukur lebih
tinggi, maka diperlukan tindakan segera dari Pemerintah Kota
2.
5.2 Saran
1. Supaya industri tahu tidak membuang limbahnya pada kali
kenjeran karena kondisi airnya sudah tidak sesuai dengan kondisi
kelas air yang diperbolehkan dalam hal kadar BOD/COD nya.
2. Industri tahu harus bisa mengolah limbah tahu menjadi pakan
ternak atau bahan yang bermanfaat lebih. Jika perlu pelatihan,
maka sedianya untuk dinas terkait bisa bekerja sama dalam hal ini.
3. Perlu adanya pemantauan periodik dari pemerintah terhadap air
sungai kalimas.
4. Mengadakan sosialisasi
aktivitas
masyarakat
dalam
upaya
35
36
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G dan Santika, S. 1987. Metoda Penelitian Air. Usaha Nasional:
Surabaya.
Azwir. 2006. Analisa Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri Oleh Limbah
Industri Kelapa Sawit Pt. Peputra Masterindo Di Kabupaten Kampar.
Available at: eprints.undip.ac.id/15421/1/Azwir.pdf
BSN. 2004.Tata cara pengambilan contoh dalam rangka pemantauan
kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai. Available at
http://balitbang.pu.go.id/sni/pdf/SNI%2006-2412-1991.pdf.
Hadi,
Anwar.
2005.
Prinsip
Pengelolaan
Pengambilan
Sampel
air
dan
pengendalian
pencemaran
air.
pi.menlh.go.id/pdf/ind/IND-PUU-3-2001-lLampiran.pdf.
http://puuDiakses
37