Anda di halaman 1dari 22

`

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIK 1
Penentuan Berat Molekul Berdasarkan Pengukuran Massa Jenis Gas

NamaPraktikan

: Ainul Avida

NIM

: 141810301042

Kelompok

: 5(Lima)

Fak/Jurusan

: MIPA/KIMIA

Nama asisten

: Qory Dinnia Fatma

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2016

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Senyawa yang mudah menguap terdiri dari molekulmolekul yang

mempunyai gaya antar molekul yang lemah, sehingga cenderung terlepas dari
molekul lainnya oleh gerakan

masingmasing. Zat-zat terdiri atas partikel-

partikel yang senantiasa bergerak dengan kecepatan yang tergantung pada suhu
dan fasa suatu zat (padat, cair, atau gas). Pergerakan partikel tersebut akibat dari
energi kinetik yang dimiliki dengan ukuran yang partikel sangat kecil (atom,
molekul, ion, dan sebagainya). Gas tersusun atas partikel-partikel yang memiliki
jarak yang relatif jauh lebih besar dari ukuran partikel dengan pergerakan secara
acak, mengakibatkan gaya tarik-menarik antar partikel dapat diabaikan karena
gaya yang dihasilkan sangat kecil (Suardana, 2001).
Zat yang mudah menguap yaitu zat-zat yang mempunyai titik didih normal
lebih rendah dari titik didih normal air. Hal ini berarti titik didih zat kurang dari
100 oC, sedangkan gas dapat bercampur sempurna satu sama lain membentuk satu
fase yang homogen, karena secara fisik gas satu dengan yang lain tidak dapat
dibedakan. Gas dapat diperoleh dengan cara memanaskan suatu zat cair, dan
umumnya masih berada dalam keadaan dua fasa, yaitu fasa gas dan fasa cair
dalam keadaan seimbang. Zat cair jika tekanan uap nya sama dengan tekanan
udara luar, maka zat cair tersebut akan mendidih dengan temperatur tetap (Isana,
2003).
Massa jenis merupakan ukuran kerapatan suatu gas. Partikel gas yang
massa jenisnya diketahui maka dapat diketahui berat molekulnya melalui
persamaan gas ideal. Nilai massa jenis suatu zat adalah tetap, tidak tergantung
pada massa maupun volume zat, tetapi tergantung pada jenis zatnya, oleh karena
itu zat yang sejenis mempunyai masssa jenis yang sama. Satuan massa jenis
adalah kg/m3, oleh sebab itu perlu dilakukan praktikum ini untuk menambah
wawasan bagi praktikan dalam penentuan berat molekul dari suatu senyawa yang
bersifat volatil.

1.2.
Tujuan
1.) Menentukan berat molekul senyawa volatil berdasarkan pengukuran massa
jenis gas
2.) Mengaplikasikan persamaan gas ideal.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Material Safety Data Sheet (MSDS)
2.1.1. Kloroform
Kloroform mempunyai rumus molekul CHCL 3, berbau manis dan
berwujud cair. Kloroform mempunyai titik lebur sebesar -63 dan titik didih
sebesar 61 . Kloroform tekanan uap nya yaitu 159 mm hg pada 20

Kloroform berbahaya apabila terkontak dengan mata, kulit, tertelan dan terhirup.
Kloroform yang mengenai mata segera basuh menggunakan air yang banyak.
Kloroform yang terkena pada kulit segera basuh kulit dengan sabun dan air yang
banyak. Kloroform yang tertelan jangan dipaksakan untuk muntah dan segera beri
air yang banyak. Kloroform yang terhirup segera korban dibawa kepaparan udara
segar dan hubungi medis apabila ada masalah yang lebih lanjut (Anonim, 2013).
2.1.2. Akuades
Akuades wujudnya cair, tidak berbau dan tidak berwarna. Akuades
mempunyai berat molekul 18,02 g/mol. Akuades mempunyai pH netral yaitu 7.
Akuades titik didih nya sebesar 1000C(212F). Akuades mempunyai tekanan uap
2,3kPa pada 200C dan mempunyai kepadatan uap 0,62. Akuades tidak berbahaya
apabila terkena kulit, mata, terhirup dan tertelan. Akuades tidak korosif untuk
kulit dan tidak memyebabkan iritasi apabila terkena mata. Akuades tidak memiliki
penanganan khusus apabila mengenai praktikan (Anonim, 2013).
2.1.3. Aseton
Aseton memiliki rumus kimia C3H6O, berat molekulnya 58,08 g/mol.
Aseton wujudnya cair dengan bau harum, seperti buah/mint. Aseton tidak
berwarna dan terasa seperti manis. Aseton titik didih nya yaitu pada temperatur
56,2oC atau 133,2 oF sedangkan titik leleh nya -95,35oC atau -139,6 oF. Aseton
tekanan uap nya yaitu 24 kPa pada suhu 20oC. Aseton mudah larut dalam air
dingin, dan air panas. Aseton berbahaya jika mengalami kontak kulit, mata
pencernaan, pernapasan karena bersifat iritan. Aseton apabila mengenai mata
harus segera mengecek lensa mata dan jika terjadi kontak agar segera dibasuh
dengan air yang banyak. Aseton yang mengenai kulit agar segera di cuci dengan

air dan sabun serta segera diobati jika terjadi iritasi. Aseton yang tidak sengaja
terhirup harus segera ditangani dengan pindah ke tempat berudara segar dan jika
tidak bisa bernapas agar harus diberi napas buatan. Aseton yang tidak sengaja
tertelan harus segera ditangani dengan tidak memberi apapun melalui mulut ketika
korban dalam keadaan tidak sadar (Anonim, 2013).
2.1.4. Etanol
Etanol memiliki rumus kimia C2H5OH, tidak berwarna, dan berwujud zat
cair. Berat molekul etanol yaitu 46,04 gram/mol. Etanol merupakan zat yang
mudah terbakar dan mudah menguap. Etanol berbau menenangkan dan memiliki
tekanan uap 59,3 mm Hg pada suhu 20oC. Etanol titik didih nya yaitu pada suhu
78oC sedangkan titik lelehnya pada suhu -114,1 oC. Etanol berbahaya jika
mengalami kontak kulit, mata pencernaan, pernapasan karena bersifat iritan.
Etanol apabila mengenai mata harus segera mengecek lensa mata dan jika terjadi
kontak agar segera dibasuh dengan air yang banyak. Etanol yang mengenai kulit
agar segera di cuci dengan air dan sabun serta segera diobati jika terjadi iritasi.
Etanol yang tidak sengaja terhirup harus segera ditangani dengan pindah ke
tempat berudara segar dan jika tidak bisa bernapas agar harus diberi napas buatan.
Etanol yang tidak sengaja tertelan harus segera ditangani dengan tidak memberi
apapun melalui mulut ketika korban dalam keadaan tidak sadar (Anonim, 2013).
2.2. Landasan Teori
Senyawa volatil merupakan senyawa yang mudah menguap bila terjadi
peningkatan suhu. Suatu gas selalu dipengaruhi oleh perubahan tekanan dan suhu
lingkungan. Molekul-molekul gas selalu bertumbukan sehinggan menyebabkan
adanya tekanan. Gas ideal adalah gas yang mengikuti secara sempurna hukumhukum gas, sedangkan gas nyata adalah gas yang hanya mengikuti hukum-hukum
gas pada tekanan rendah (Sukardjo, 1989).
Prinsip dari percobaan ini adalah penentuan massa molekul dan kerapatan zat
yang mudah menguap yaitu kloroform melalui proses penguapan yang dilanjutkan
dengan proses pengembunan serta penentuan selisih massa senyawa sebelum dan
sesudah penguapan. Larutan harus dipanaskan agar tekanan uapnya sama dengan
atmosfir dan dapat diketahui massa zat yang menguap serta volumenya.
Prinsip Avogadro menyatakan satu mol zat mengandung 6,022x1023 (bilangan

Avogadro) dan jumlah itu sama dengan jumlah molekul dari dua gas dibawah
kondisi temperatur dan tekanan sama yang menempati volume yang sama pada
satu mol gas. Volume satu mol gas apapun pada kondisi STP adalah 22,4 L
(Mortimer, 1998).
Molekul-molekul gas sangat berjauhan sehingga akan mengembang dan
mengisi seluruh ruangan yang ditempatinya. Sifat-sifat gas ideal adalah sebagai
berikut:
1. Tidak ada gaya tarik-menarik diantara moleku-molekulnya
2. Volume dari molekul-molekul gas sendiri diabaikan
3. Tidak ada perubahan energi dalam pada saat pemuaian
kerapatan/densitas gas digunakan untuk menghitung berat molekul suatu gas.
Caranya adalah dengan menempatkan suatu volume gas yang
akan dihitung berat molekulnya (sebagai standart) pada suhu
atau temperature serta tekanan yang sama atau tetap. Hasil
yang diperoleh berupa massa jenis gas yang dinyatakan dalam
gram per liter (g/L). Persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis
gas dapat digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa volatil. Gas
nyata yang berada pada suhu tinggi dan pada tekanan yang
relatif rendah maka gas tersebut dikatakan berada dalam kondisi
ideal. Hal inilah yang membuat hukum gas yang dipakai
merupakan gabungan dari beberapa hukum gas dan berlaku
untuk semua macam gas (Brady, 1999).
Rumus molekul merupakan kelipatan bilangan bulat dari rumus empiris. Hal
ini menyatakan jumlah atom yang sesungguhnya yang bergabung dengan ikatan
kimia untuk membentuk molekul. Rumus molekul dapat ditentukan jika massa
molekul dan rumus empiris suatu senyawa diketahui. Rumus molekul tidak hanya
menentukan jumlah relatif atom dari setiap elemen tetapi juga jumlah sebenarnya
atom unsur dalam satu molekul senyawa (Brensick, 2002).
Dalton menyatakan dua unsur atau lebih dapat bergabung membentuk
senyawa dengan perbandingan tertentu. Partikel terkecil yang disebut molekul
yang mempunyai massa tertentu. Perbandingan massa molekul dengan massa
standart disebut massa molekul relatif. Persamaan yang dapat digunakan untuk
massa molekul relatif seperti pada persamaan 2.1 berikut:

Mr senyawa =

Massa 1 molekul senyawa


1
massa 1 atomC 112
12

(2.1)
Berat molekul dapat ditentukan dengan beberapa cara, bergantung sifat
dan wujud senyawanya. Senyawa berwujud gas dapat ditentukan dengan 3 cara
yaitu rapat uap, hukum difusi, dan cara regnault, sedangkan yang berwujud padat
dengan pengukuran sifat koligatif. Rapat uap seperti telah dikemukakan bahwa
perbandingan massa suatu gas dengan gas lain akan setara dengan perbandingan
massa molekulnya. Nilai kerapatan suatu gas dibandingkan terhadap kerapatan
gas hydrogen akan didapat Mr senyawa tersebut. Molekul gas selalu bergerak
dalam ruang dengan kecepatan yang bergantung pada massanya. Hukum Graham
menunjukkan hubungan kecepatan difusi dua molekul dengan massanya. Hukum
Graham menunjukkan hubungan kecepatan difusi 2 molekul dengan massanya.
Hukum Graham dapat dinyatakan dalam persamaan 2.2 berikut:

R1

R2

Mr2
Mr1
(2.2)

R1 dan R2 adalah kecepatan gas 1 dan 2, Mr1, dan Mr2 adalah massa molekul
relatif gas 1 dan 2. Pengukuran kecepatan difusi ke 2 jenis gas yang salah satu
Mrnya diketahui, maka Mr yang lain dapat dihitung. Penentuan Mr cara Regnault
adalah dengan memasukkan zat di bejana yang diketahui volumenya dan
kemudian diukur suhu dan tekanannya. Bejana ini ditimbang sebelum dan sesudah
diisi untuk mengukur masa gas. Berat molekul dapat dilihat dengan persamaan
gas ideal yang dinyatakan dalam persamaan 2.3 dan diperjelas pada persamaan 2.4
berikut ini:

PV = nRT =

Mr =

WRT
PV

Keterangan:

W
RT
Mr

(2.3)

(2.4)

W = massa gas (g)


R = tetapan gas idealn (0,082l atm/K mol)
T = suhu (K)
P = tekanan (atm)
V = volume (Liter)
(Syukri, 1999).
Gas ideal adalah gas yang memenuhi sifat-sifat berpartikel banyak,
antarpartikel tidak berinteraksi, arah gerak setiap partikel sembarang, ukuran
partikel terhadap ruang tempatnya dapat diabaikan, tumbukan antar partikel
bersifat lenting sempurna, partikel gas terdistribusi merata di seluruh ruang.
Persamaan gas ideal adalah persamaan keadaan suatu gas ideal. Persamaan gas
ideal dapat digunakan untuk menentukan massa molekul zat yang mudah
menguap. Persamaan tersebut secara matematis dapat dijelaskan dalam alur
persamaan 2.5 sampai persamaan 2.10 berikut:
PV=nRT

(2.5)

P V = g/BM R T

(2.6)

P V = g/BM R T

(2.7)

P (BM) = g/V R T

(2.8)

P (BM) = R T

(2.9)

BM = R T
P

(2.10)

P adalah tekanan mutlak pada gas, V adalah volume, n adalah jumlah partikel
pada gas (dalam mol), T adalah temperatur (dalam Kelvin) dan R adalah konstanta
gas ideal yaitu 0,08206 L atm/mol K (Rosenberg, 1996).
Hukum-hukum gas dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
PV = nRT

(2.11)

dimana konstanta gas (R) sama untuk setiap gas, persamaan ini disebut persamaan
keadaan gas sempurna. Persamaan 1 adalah hukum perbatasan, dengan pengertian
semua gas memenuhi pada batas tekanan nol. Gas ini secara tepat disebut gas
ideal atau gas sempurna. Gas nyata adalah gas sebenarnya, seperti hidrogen,
oksigen atau udara, yang mematuhi persamaan 1 dengan tepat kecuali pada batas
tekanan nol. Nilai konstanta gas dapat diperoleh dengan mengevaluasi PV/nT

untuk gas pada batas tekanan nol. Namun nilai yang paling tepat dapat diperoleh
dengan mengukur suara didalam gas tekanan rendah dan mengekstrapolasikan
nilainya ke tekanan nol (Atkins, 1999).
Berat molekul dapat ditentukan dengan menimbang volume tertentu gas
pada P dan T tertentu dengan memakai rumus diatas, berikut ini beberapa cara
untuk menentukan berat molekul:
1. Cara regnault
Cara regnault dipakai untuk menentukan berat molekul zat pada suhu kamar
berfasa gas, untuk itu suatu bola gelas (300-500 cc) dikosongkan dan ditimbang
kembali dari tekanan dan temperatur gas dengan memakai rumus diatas dapat
ditentukan massa. Berat gas adalah selisih berat kedua penimbangan.
2. Cara victor meyes
Cara victor meyes dipakai untuk menentukan berat molekul zat cair yang
mudah menguap. Alat ini terdiri dari tabung B ( 500 cc) yang didalamnya
dimasukkan pula tabung C. Tabung A berisi zat cair dengan titik didih 30 oC
lebih tinggi dari zat cair yang akan ditentukan berat molekul nya.
3.

Cara himiting densitas


Berat Molekul yang ditentukan berdasarkan hukumhukum gas ideal hanya

perkiraan, namun hasilnya telah cukup untuk penentuan rumusrumus molekul.


Hal ini disebabkan karena hukum gas ideal sudah menyimpang, walaupun pada
tekanan atmosfer. Berat molekul dapat ditentukan dengan cara yang tepat salah
satunya dengan untuk menentukan salah satunya dengan cara himiting densitas.
Persamaan untuk menghitung berat molekul dengan cara himiting densitas yaitu
dengan menggunakan persamaan yang alur nya dapat dilihat dalam persamaan
2.12 sampai 2.13 :
PV = nRT

(2.12)

PV =w/m x RT ; P = w/v x RT/m


= d x RT/m
d / p = RT/m = Tetap
dimana d / p untuk gas ideal tetap, tidak tergantung P (Sukardo.1990).

(2.13)

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN


3.1. Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Labu Erlenmeyer
- Aluminium Foil
- Termometer
- Pipet mohr
- Karet gelang
- Neraca Analitik
- Pipet tetes
3.1.2 Bahan
- Kloroform
- Etanol
- Aseton
- Akuades

3.2. Prosedur Kerja


5 mL Kloroform

diambil erlenmeyer 100 mL dan ditutup menggunakan


alumunium foil
dikencangkan dengan karet gelang
ditimbang erlenmeyer dengan alumunium foil dan karet
gelang menggunakan neraca analitik
dimasukkan

ke

dalam

erlenmeyer,

ditutup

dan

dikencangkan kembali,
dibuat lubang kecil dengan menggunakan jarum pada
alumunium foil agar uap dapat keluar
direndam erlenmeyer dalam penangas air bersuhu
100oC sehingga air di bawah alumunium foil,
dibiarkan sampai semua cairan volatil menguap dan
dicatat suhu penangas tersebut
diangkat erlenmeyer, dikeringkan air yang terdapat
pada bagian luar.
ditimbang erlenmeyer yang telah dingin
ditentukan volume labu erlenmeyer dengan diisikan
erlenmeyer dengan air sampai penuh
diukur massa air yang terdapat dalam erlenmeyer
-

diulangi langkah-langkah tersebut untuk etanol dan aseton

Hasil

BAB IV . HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

4.1

4.1 .1 Massa Erlenmeyer

Erlenmeyer

M asa

Erlenmeyer Kosong

Erlenmeyer + Aluminium foil + Karet gelang

Kloroform

35,025 gram

35, 907 gram

Etanol

43,889 gram

45, 246 gram

Aseton

26,794 gram

27, 969 gram

4.1.2

Masa Erlenmeyer Setela h Pemanasan

Erlenmeyer

Massa Erlenmeyer + penutup


Massa Senyawa

Suhu Penangas

Kloroform

36, 00 gram

0, 093 gram

365 K

Etanol

45, 294 gram

0, 048 gram

366 K

Aseton

27, 839 gram

0,13 gram

370 K

4.1 .3 Masa Penamba h an air


Erlenmeyer

Massa Erlenmeyer + Air

Suhu Erlenmeyer + Air

Kloroform

100, 489 gram

27 o C

Etanol

109,285 gram

28 o C

Aseton

101,299 gram

28 o C

4.1 .4 Berat Molekul dan Efisiensi


Erlenmeyer

Volume Air Berat Molekul

Efisiensi

Kkloroform

0,06605

42,14 gram/mol

35

Etanol

0,06539

22,03 gram/mol

47,8

Aseton

0,07478

52,74 gram/mol 90.9

Ratarata

0,06874

3,81 gram/mol

Efisiensi

RataRata

10,02

4.2 Pembahasan
Percobaan keenam dalam praktikum ini yaitu penentuan berat molekul
berdasarkan pengukuran massa jenis gas. Praktikum ini bertujuan untuk
menentukan berat molekul senyawa volatil berdasarkan pengukuran massa jenis
gas dan pengaplikasiannya dalam persamaan gas ideal. Senyawa volatil contohnya
yaitu kloroform, aseton dan etanol karena cenderung mudah menguap dalam
temperatur ruangan. Volatilitas sendiri ditentukan oleh tekanan uapnya. Tekanan
uap bergantung pada suhu, suatu zat dikatakan volatil atau tidak biasanya
berdasarkan tekanan uap pada suhu ruangan. Zat yang semakin tinggi tekanan
uapnya maka semakin mudah menguap begitu juga sebaliknya. Senyawa volatil
yang akan ditentukan berat molekulnya pada percobaan kali ini yaitu kloroform,
aseton dan etanol.
Prosedur pertama yang dilakukan pada percobaan kali ini yaitu penimbangan
erlenmeyer dengan aluminium foil dan karet untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan. Senyawa volatil yang akan digunakan yaitu terdiri dari kloroform,
etanol, dan aseton dimasukkan ke dalam erlenmeyer tersebut kemudian ditutup
dengan aluminium foil dan karet gelang yang telah ditimbang sebelumnya.

Penutupan ini bertujuan agar senyawa volatil dalam erlenmeyer tidak menguap
sebelum dilakukan pemanasan.

Erlenmeyer berisi senyawa volatil tersebut

kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass berisi akuades yang telah dipanskan
dan telah mendidih. Erlenmeyer berisi senyawa volatil tersebut dilubangi dengan
jarum tepat akan dimasukkan ke dalam beaker glass. Pelubangan ini bertujuan
agar uap kloroform dapat lepas ke udara dan membentuk kesetimbangan dengan
lingkungan sehingga bisa diasumsikan tekanan udara diluar sistem sama dengan
tekanan udara didalam sistem (erlenmeyer berisi zat volatil). Pemanasan zat
volatil ini bertujuan untuk mempercepat penguapan sehingga fasa zat volatil yang
awalnya cair menjadi gas lebih serta untuk mendapatkan data temperatur yang
akan digunakan dalam menentukan berat molekul zat volatil dengan
menggunakan persamaan gas ideal. Erlenmeyer diangakat dari beaker glass ketika
zat volatil di dalamnya telah menguap semua (ketika fasa cair zat volatil sudah
tidak ada). Suhu akuades dalam beaker glass diukur ketika zat volatil pertama kali
menguap yang ditandai dengan bau nya, sedangkan tekanan didalam sistem
nilainya diaumsikan sama dengan tekanan diluar sistem karena reaksi telah
mencapai kesetimbangan. Data suhu tersebut akan digunakan untuk menentukan
berat molekul senyawa volatil menggunakan persamaan gas ideal. Erlenmeyer
kemudian di dinginkan pada suhu kamar dan di timbang setelah dingin. Prosedur
selanjutnya yaitu mengisi erlenmeyer yang dipakai untuk setiap zat volatil dengan
akuades sampai pada ujung leher atas erlenmeyer. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui volume ruang keseluruhan erlenmeyer karena massa gas menempati
ruangnya sehingga volume gas dapat diketahui dengan perbandingan volume
akuades tersebut terhadap massa jenis akuades.
Hasil yang didapatkan pada percobaan ini yaitu berat molekul kloroform
(CHCl3) sebesar 42,14 gram/mol, sedangkan berat molekul kloroform menurut
teori yaitu 119,5 gram/mol, sehingga efisiensi yang diperoleh sebesar 35%.
Efisiensi merupakan prosentase antara berat molekul percobaan berbanding berat
molekul teori. Berat molekul yang diperoleh untuk senyawa etanol (C 2H5OH)
pada percobaan ini yaitu 22,03 gram/mol sedangkan berat molekul etanol menurut
teori sebesar 46 gram/mol sehingga diperoleh nilai efisiensi sebesar 47,8%. Berat
molekul yang diperoleh untuk senyawa aseton pada percobaan ini yaitu -52,47

gram/mol, sedangkan berat molekul aseton (C3H6O) menurut teori sebesar 58


gram/mol sehingga efisiensi yang didapatkan sebesar -90.9%. Hasil yang
didapatkan jauh lebih kecil dari berat molekul teori kemungkinan karena sebagian
besar senyawa volatil menguap dan lepas dari sistem saat proses pemanasan
berlangsung sedngkan pada aseton berat molekulnya bernilai negatif karena
berdasarkan data yang didapatkan yaitu massa erlenmeyer dan tutupnya saat
masih kosong lebih besar dari massa erlenmeyer dan tutup setelah pemanasan. Hal
tersebut dimungkinkan terjadi akibat adanya pengotor dalam neraca saat
menimbang erlenmeyer kosong dan tutupnya

karena sebelum penimbangan

erlenmeyer, ada kelompok lain yang menimbang bahan sehingga mungkin


terdapat bahan yang jatuh ke neraca dan praktikan tidak teliti karena tidak
mengecek kebersihan neraca. Proses pendinginan erlenmeyer sebelum ditimbang
menghasilkan zat cair kembali yang berasal dari uap yang mengembun di dalam
erlenmeyer sehingga tentu saja mempengaruhi massa gas zat volatil di dalam
ruang erlenmeyer tersebut serta kerapatan gas zat volatil didalam erlenmeyer
menjadi berbeda karena adanya zat cair tersebut.
Penentuan berat molekul berdasarkan pengukuran massa jenis gas ini
konsepnya mengupayakan senyawa volatil di dalam erlenmeyer yang mulanya
berfasa cairan menjadi berfasa gas yang sifatnya memenuhi ruang dan interaksi
molekul-molekulnya lemah seperti gas ideal sehingga berat molekul gas senyawa
volatil tersebut dapat ditentukan dengan konsep persamaan gas ideal. Nilai massa
jenis gas yang dipakai berasal dari perbandingan volume keseluruhan erlenmeyer
yang ditentukan dengan cara diisi akuades terhadap massa akuades tersebut
sedangkan data tekanan yang dipakai adalan 1 atm karena diasumsikan reasksi
telah mencapai kesetimbangan sehingga tekanan di dalam sistem sama dengan di
luar sistem serta data suhu yang dipakai ada dua jenis yaitu suhu akuades dalam
beaker ketika zat volatil pertama kali menguap dan suhu ketika akuades mendidih.
Berdasarkan kosep yang dijelaskan tersebut, metode penentuan berat molekul
yang didasarkan pada pengukuran massa jenis gas ini memiliki kelebihan dan
kekurangan. Metode ini memiliki kelebihan dapat menetukan berat molekul suatu
senyawa volatil menggunakan peralatan yang lebih sederhana, menggunakan
penangas air sebagai pengatur suhu, sehingga percobaan ini cocok untuk senyawa

dengan titik didih lebih kecil dari 100oC, sedangkan kelemahannya penentuan
berat molekul berdasarkan massa jenis gas ini tidak cocok untuk senyawa dengan
lebih dari 100oC serta kurang teliti (Fransisca,2012). Kesalahan-kesalahan yang
dilakukan praktikan saat melakukan percobaan ini diantaranya saat pelubangan
dengan jarum, alat yang dipakai bolpoin sehingga lubang yang terbentuk terlalu
besar dan tutup aluminium foil harus diganti dengan yang baru dan tentunya
massanya berbeda dari aluminium foil sebelumnya. Hal ini tentu saja sangat
mempengaruhi hasil yang dperoleh karena kemungkinan sebagian zat volatil telah
menguap dulu sebelum dilakukan pemanasan.

BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di ambil dari dari praktikum percobaan ini adalah
berat molekul senyawa volatil dapat ditentukan dengan bebrapa metode, salah
satunya yaitu penetuan berat molekul berdasarkan pengukuran massa jenis gas.
Prinsip penentuan berat molekul berdasarkan pengukuran massa jenis gas ini yaitu
mengupayakan senyawa volatil di dalam erlenmeyer yang mulanya berfasa cairan
menjadi berfasa gas dan bisa ditentukan berat molekulnya. Zat volatil yang telah
berfasa gas yang sifatnya menempati ruang (erlenmeyer) dan diasumsikan
interaksinya lemah seperti gas ideal sehingga dapat ditentukan berat molekulnya
dengan pengaplikasian persamaan gas ideal.
5.2 Saran
Praktikan sebaiknya menaati prosedur yang telah ditentukan seperti penggunaan
jarum untuk melubangi aluminium foil agar lubang yang terbentuk tidak terlalu
besar dan tidak berefek pada hasil percobaan. Erlenmeyer yang dipanaskan
sebaiknya diangkat dengan menggunakan penjepit kayu sehingga tidak kepanasan
saat mengambil erlenmeyer.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2015.Material Safety Data Sheet Akuades.
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsld=9927321[diakses

tanggal

20 maret 2016].
Anonim.2013.Material Safety Data Sheet Kloroform.
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsld=9927133.[diakses

tanggal

20 maret 2016].
Anonim.2013.Material Safety Data Sheet Acetone.
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsld=9923955.[diakses

tanggal

20 maret 2016].
Anonim.2013.Material Safety Data Sheet Ethyl Alcohol.
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsld=9923956.[diakses

tanggal

20 maret 2016].
Atkins, P. W. 1999. Kimia Fisika Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Brady, James, E,. 1999. Kimia Universitas Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Brensick, S,. 2002. Intisari Kimia Umum diterjemahkan oleh Lies Wibisono.
Jakarta : Hipokrates.
Isana, S.Y.L. dkk. 2003. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika 1. Yogyakarta: FMIPA
UNY
Mortimer, C.E,. 1998. Introduction to Chemistry. New York : Van Nostrand
Company.
Rosenberg, J.L,. 1996. Theory and Problems Of Collage Chemistry Sixth Edition.
London : Metric Edition.
Suardana, I.N.2001.Buku Ajar Kimia Fisika 1. Singaraja: Pendidikan Kimia IKIP
N Singaraja.
Sukardjo. 1990. Kimia Fisika. Jakarta : Rineka Cipta

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid 1. Bandung: ITB.


Tim Penyusun.2016. Penuntun Kimia Fisik 1.Jember: FMIPA Universitas Jember

Perhitungan
1. Berat molekul kloroform (CHCl3)
m
a. V akuades =
=

100, 489 gram35,025 gram


0,06605

= 42,14 ml
massa. RT
b. BM =
PVair
atm
Kelvin .365 K
mol
1 atmx 0,04214 l

0,093 gram.0,082 l.
=

= 42,14 gram/mol
BM percobaan
c. Efisiensi =
BM teori
=

x 100%

42,14 gram/mol
119,5 gram/mol

x 100%

= 35%
2. Berat molekul Etanol (C2H5OH)
m
a. V akuades =
=

109, 285 gram43,889 gram


0,06539

= 65,39 ml
massa. RT
b. BM =
PVair
atm
Kelvin .366 K
mol
1 atmx 0,065,39l

0,048 gram.0,082 l.
=

= 22,03 gram/mol
BM percobaan
c. Efisiensi =
BM teori
=

22,03 gram/mol
46 gram/mol

= 47,8 %
3. Berat molekul Aseton (C3H6O)

x 100%
x 100%

d. V akuades =
=

101, 299 gram26,794 gram


0,06539

= 74,78 ml
massa. RT
e. BM =
PVair
atm
Kelvin .370 K
mol
1 atmx 0,07478l

0,13 gram.0,082 l.
=

= -52,74 gram/mol
BM percobaan
f. Efisiensi =
BM teori
=

x 100%

52,74 gram/mol
58 gram/mol

= -90,9 %

x 100%

Anda mungkin juga menyukai