Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Pada raktikum rangkaian listrik, terdapat beberapa hasil dari
percobaan menggunakan hukum Ohm, hukum Kirchoff yang terdiri dari
Hukum Kirchoff I dan II, serta gambar bentuk gelomabng yang ditampilkan
melalui alat osilokop.

Tabel 4.1 Percobaan menggunakan resistor 100 Ohm


Kx = Resistor 100 Ω
Perc. Ke-
Hambatan (R) %Error
1 200 100%
2 133.33 33.3%
3 120 20%
4 114.29 14.29%
5 111.11 11.11%
6 109.09 9.09%

Tabel 4.2 Percobaan menggunakan lampu, PTC, dan NTC


Hambatan (R)
Perc. Ke-
Lampu PTC NTC
1 25 25 40
2 33.3333 25 36.36363636
3 42.8571 24 33.33333333
4 47.0588 34.7826087 28.57142857
5 52.6316 55.5555556 23.80952381
6 57.1429 92.3076923 17.64705882

Tabel 4.4 Perhitungan pada percobaan Hukum I Khirchoff


Perc. Ke- %Error pada Perc. Ke
1 2 1 2
Vs 6 12
IR1 0.06 0.12 0% 0%
IR2 0.12 0.14 16.67% 16.67%
IR3 0.04 0.08 0% 12.5%

Tabel 4.4 Perhitungan pada percobaan Hukum II Khirchoff


Perc. Ke- %Error pada Perc. Ke
1 2 1 2
Vs 6 12
VR1 2 4 4% 2%
VR2 1 2 6% 4%
VR3 3 6 5.3% 3.3%

Tegangan pada Sumber

Gambar 4.1 Bentuk gelombang tegangan pada sumber

Tegangan pada R1

Gambar 4.2 Bentuk gelombang tegangan pada R1

Tegangan pada R2

Gambar 4.3 Bentuk gelombang tegangan pada R2


Tegangan pada R3

Gambar 4.4 Bentuk gelombang tegangan pada R3

4.2 Pembahasan
Pada praktikum rangkaian listrik, dilakukan beberapa percobaan
dengan menggunakan Hukum Ohm, Hukum I Kirchoff, Hukum II Kirchoff,
dan menggunakan alat bernama osiloskop sehingga kita dapat membuktikan
apakah percobaan yang dilakukan sudah sesuai dengan hasil yang telah
ditetapkan. Pada percobaan dengan menggunakan Hukum Ohm, digunakan
tiga alat dalam percobannya, yaitu catu daya, resistor, dan multimeter. Pada
percobaan ini juga, hambatan yang digunakan tidak hanya resistor,
melainkan ada lampu, PTC, dan juga NTC. Selanjutnya pada percobaan
dengan Hukum I Kirchoff, di mana percobaan ini menggunakan rangkaian
paralel dengan menggunakan tiga resistor yang masing-masing sebesar 100
Ω, 50 Ω, dan 150 Ω. Dan pada percobaan menggunakan Hukum II Kirchoff
di mana percobaan ini menggunakan rangkaian seri dengan tiga resistor
yang besarnya sama dengan pada percobaan Hukum I kirchoff. Percobaan
terakhir, yaitu dengan menggunakan alat bernama osiloskop ini digunakan
rangkaian seri dan menggunakan rangkaian paralel untuk kabel probe saat
akan menampilkan bentuk gelombang yang akan tersedia pada osiloskop.
Pada percobaan pertama dengan hukum Ohm dilakukan sebanyak 6
kali percobaan dengan nilai tegangan dari percobaan pertama hingga
percobaan keenam berturut-turut sebesar 2; 4; 6; 8; 10; 12 volt. Pada
percobaan pertama, kita menggunakan resistor dengan besar hambatan
sebesar 100 Ω. Kita mendapatkan nilai hambatan dari perhitungan pada kuat
arus yang didapat pada percobaan pertama sebesar 0.01 A sebesar 200 Ω
dengan nilai %error sebesar 100%. Pada percobaan kedua dengan nilai kuat
arus sebesar 0.03 A didapat nilai perhitungan hambatan sebesar 133.33 Ω
sehingga nilai %errornya sebesar 33.3%. Pada percobaan ketiga dengan
nilai kuat arus sebesar 0.05 A, dihasilkan perhitungan hambatan sebesar 120
Ω dengan nilai %error sebesar 20%. Kemudian pada percobaan ke-4 dengan
nilai kuat arus yang didapat sebesar 0.07 A dihasilkan perhitungan
hambatan sebesar 114.29 Ω sehingga nilai %error yang dimilikinya sebesar
14.29%. Pada percobaan kelima dengan kuat arus sebesar 0.09 A dihasilkan
perhitungan hambatan sebesar 111.11 Ω dengan %error sebesar 11.11%.
Dan yang terakhir pada percobaan keenam dihasilkan kuat arus sebesar 0.11
A, sehingga kita dapat menghitung hambatannya dan didapat sebesar 109.09
Ω dan nilai %error yang dihasilkannya sebesar 9.09%.
Dari perhitungan data percobaan sehingga kita menghasilkan nilai
%error dalam percobaan resistor ini, kita dapat mengetahui seberapa besar
kesalahan yang kita peroleh dalam percobaan. Semakin besar nilai %error
yang kita dapat, maka hal itu menunjukkan semakin jauhnya nilai
perhitungan dengan nilai yang seharusnya kita miliki dalam suatu
percobaan. Besarnya kesalahan yang dilakukan dalam suatu percobaan
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kesalahan yang dilakukan
oleh praktikan saat melakukan percobaan, kurang telitinya praktikan dalam
perhitungan serta kesalahan pengukuran dalam suatu percobaan.
Kemungkinan kesalahan pun dapat terjadi saat praktikan menyusun alat
percobaan sehingga dapat memengaruhi nilai dari percobaan yang akan
dihasilkan. Kesalahan juga dapat terjadi pada alat ukur yang digunakan,
yaitu multimeter, di mana kebanyakan alat ukur harus selalu dikalibrasi
untuk mengurangi faktor kesalahan yang disebabkan oleh alat.
Kemudian dari data yang dimiliki, kita dapat membuat grafik
tegangan dengan kuat arus ppada percobaan dengan menggunakan resistor
100 Ω.
Resistor 100 Ω
15

tegangan (volt)
10 f(x) = 100 x + 1
R² = 1
5

0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
kuat arus (Ampere)

Gambar 4.5 Grafik tegangan terhadap kuat arus pada komponen


resistor 100 Ω
Dilihat dari gambar (4.5) bahwa grafik yang dihasilkan dari komponen
resistor 100 Ω yang terbentuk ini cenderung naik. Dari grafik yanng
ditampilkan, pada percobaan menggunakan komponen resistor ini
membuktikan kebenaran Hukum Ohm yang menyatakan bahwa besar arus
listrik yang mengalir pada sebuah pengahntar akan sebanding dengan beda
potensial sumber. Semakin besar tegangan yang diberikan kepada suatu
penghantar, maka semakin besar pula arus listrik yang mengalir. Kita juga
dapat melihat dari linearitas yang didapatkan dalam grafik di atas. Dalam
grafik di atas, nilai dari kelinearitas tegangan terhadap kuat arus sudah
mencaai nilai 1 dengan kata lain bahwa nilai dari aruat arus terhadap
tegangan ini sudah sangat sebanding.
Selanjutnya, pada percobaan dengan komponen elektronik lampu.
Pada percobaan ini juga dilakukan sebanyak enam kali percobaan. Pada
percobaan pertama dengan nilai tegangan sebesar 2 volt dihasilkan nilai kuat
arus sebesar 0.08 A sehingga didapat nilai hambatan perhitungan sebesar 25
Ω. Pada percobaan kedua dengan nilai tegangan sebesar 4 volt didapatkan
nilai kuat arus sebesar 0.12 A dengan nilai perhitungan pada hambatannya
sebesar 33.33 Ω. Pada percobaan ketiga dengan nilai tegangan sebesar 6
volt dihasilkan nilai kuat arus sebesar 0.14 A dengan nilai perhitungan pada
hambatannya sebesar 42.86 Ω. Pada percobaan keempat, dengan nilai
tegangan sebesar 8 volt, dihasilkan nilai kuat arus sebesar 0.17 A dengan
nilai perhitungan hambatan yang didapat sebesar 47.06 Ω. Pada percobaan
kelima, dengan nilai tegangan sebesar 10 volt, dihasilkan nilai kuat arus
sebesar 0.19 A dengan nilai perhitungan pada hambatan sebesar 52.63 Ω.
Dan pada percobaan terakhir, yaitu dengan nilai tegangan sebesar 12 volt
dihasilkan nilai kuat arus sebesar 0.21 A, didapatkan nilai perhitungan pada
hambatan sebesar 57.14 Ω. Dari data yang kita dapat, maka kita akan
mendapatkan bentuk grafik seperti yang di bawah ini:

Lampu
14
12
tegangan (volt)

10 f(x) = 77.5 x − 4.75


8 R² = 0.99
6
4
2
0
0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18 0.2 0.22
kuat arus (Ampere)

Gambar 4.6 Grafik tegangan terhadap kuat arus pada komponen


lampu
Dilihat dari gambar (4.6) di atas, bahwa grafik yang diperoleh dari
percobaan menggunakan komponen elektronik lampu ini cenderung naik
yang dapat dikatakan bahwa percobaan ini membuktikan kebenaran Hukum
Ohm di mana besar arus listrik sebanding dengan beda potensialnya. Hal ini
juga dapat dilihat dari kelinearitas (R) yang bernilai 0.9854 yang hampir
mendekati 1 di mana nilai dari kuat arus listrik sudah hampir sebanding
dengan nilai beda potensial dalam percobaan kali ini.
Selanjutnya yaitu percobaan dengan menggunakan komponen
elektronik PTC. PTC (Positive Temperature Coefficient) adalah suatu
resistor yang mempunyai koefisien temperatur positif yang sangan tinggi, di
mana nilai resistansi/ hambatan PTC akan semakin tinggi pada saat terjadi
perubahan suhu disekitar PTC semakin tinggi pula. PTC akan memberikan
perubahan hambatan yang semakin rendah saat suhu diketika PTC semakin
menurun. Pada percobaan pertama dengan menggunakan tegangan sebesar 2
volt didapatkan nilai kuat arus sebesar 0.08 A dengan nilai hambatan pada
perhitungan didapat sebesar 25 Ω. Pada percobaan kedua, yaitu dengan
menggunakan tegangan sebesar 4 volt menghasilkan nilai kuat arus sebesar
0.16 A dengan hasil perhitungan hambatannya sebesar 25 Ω. Percobaan
ketiga dengan menggunakan tegangan sebesar 6 volt, dihasilkan nilai kuat
arus sebesar 0.25 A sehingga perhitungan hambatan yang didapat sebesar 24
Ω. Pada percobaan keempat dengan besar tegangan sebesar 8 volt dihasilkan
kuat arus sebesar 0.23 A, sehingga nilai hambatan yang dihasilkan sebesar
34.78 Ω. Pada percobaan kelima yaitu dengan tegangan sebesar 10 volt
menghasilkan nilai kuat arus sebesar 0.18 A ini didapat hasil perhitungan
hambatan sebesar 55.56 Ω. Dan pada percobaan keenanm, yaitu dengan
nilai tegangan sebesar 12 volt menghasilkan nilai kuat arus sebesar 0.13 A,
sehingga dihasilkan perhitungan hambatan sebesar 92.31 Ω. Dari data
percobaan yang didapat, kita dapat membuat grafik percobaan tegangan
terhadap kuat arus pada percobaan menggunakan PTC.

PTC
14
12
tegangan (volt)

10
8
6
4
2
0
0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18 0.2 0.22 0.24 0.26
kuat arus (Ampere)

Gambar 4.7 Grafik tegangan terhadap kuat arus pada komponen PTC
Pada gambar (4.7) yang terlihat di atas, grafik PTC yang dihasilkan
pada percobaan ini terlihat cenderung naik, namun tidak beraturan seperti
pada grafik komponen elektronik resistor dan lampu. Hal ini membuktikan
bahwa percobaan menggunakan komponen elektronik PTC tidak dapat
membuktikan kebenaran hukum Ohm di mana nilai dari kuat arus yang
sebanding dengan nilai tegangannya. Jika kita melihat lagi bentuk dari
grafik yang ditampilkan, maka kita dapat mengetahui bahwa nilai dari
tegangannya tidak berbanding lururs dengan nilai kuat arus. Tidak ada
pembuktian bahwa semakin besar nilai tegangan yang diberikan, semakin
besar pula nilai kuat arus yang dihasilkan.
Selanjutnya yaitu percobaan dengan menggunakan komponen
elektronik NTC. NTC (Negative Temperature Coefficient) memiliki sifat
yang berkebalikan dengan sifat PTC. Nilai hambatan pada NTC akan turun
jika suhu disekitar NTC tersebut naik, atau dapat dikatakan bahwa nilai
hambatan yang dihasilkan akan berbanding terbalik dengan nilai suhu di
sekitar NTC. Pada percobaan pertama dengan nilai tegangan sebesar 2 volt
dihasilkan nilai kuat arus sebesar 0.05 A dengan nilai perhitungan hambatan
sebesar 40 Ω. Pada percobaan kedua dengan nilai tegangan sebesar 4 volt
dihasilkan nilai kuat arus sebesar 0.11 A denganperhitungan pada hmabatan
sebesar 36.36 Ω. Pada percobana ketiga dengan nilai tegangan sebesar 6
volt dihasilkan nilai kuat arus sebesar 0.18 A sehigga nilai hambatan dalam
perhitungan dihasilkan sebesar 33.34 Ω. Pada percobaan keempat dengan
menggunakan nilai tegangan sebesar 8 volt dihasilkan nilai kuat arus
sebesar 0.28 A sehingga nilai hambatan dalam perhitungan dihasilkan
sebesar 28.57 Ω. Pada percobaan kelima dengan nilai tegangan sebesar 10
volt dihasilkan nilai kuat arus sebesar 0.42 A dengan nilai hambatan yang
didapat dalam perhitungan sebesar 23.81 Ω. Dan pada percobaan keenam
yaitu dengan nilai tegangan sebesar 12 volt dihasilkan nilai kuat arus
sebesar 0.68 A menghasilkan nilai hambatan sebesar 17.65 Ω. Dari semua
hasil yang didapat pada percobaan menggunakan komponen elektronik NTC
ini, kita dapat menghasilkan grafik tegangan terhadap kuat arusnya.

NTC
12 R² = 0.92
tegangan (volt)

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
kuat arus (Ampere)
Gambar 4.8 Grafik tegangan terhadap kuat arus pada komponen NTC
Pada gambar (4.8) di atas terlihat bahwa grafik dari percobaan
menggunakan komponen elektronik NTC cenderung naik dan hampir linear
sehingga nilai dari tegangan yang diberikan berbanding lurus dengan nilai
dari kuat arus yang dihasilkan, di mana nilai dari kuat arus yang dihasillkan
cenderung meningkat setiap peningkatan angka dari tegangan yang
diberikan. Hal ini dapat membuktikan kebenaran dari Hukum Ohm. Kita
dapat melihat kelinearan dari grafik NTC yang dihasilkan melalui nilai R 2
yang menunjukkan hasil 0.9206, di mana jika nilai linear semakin
mendekati nilai 1 maka grafik tersebut mendekati nilai linear yang
sempurna.
Seperti yang kita ketahui, komponen elektronik dapat digolongkan
menjadi komponen eletronik ohmik dan non-ohmik. Perbedaan dasar dari
keduanya adalah apakah mengikuti kaidah hukum Ohm atau tidak. Sebuah
konduktor ohmik akan memiliki hubungan linier antara kuat arus dengan
tegangannya. Sedangkan pada non-ohmik, hubungan antara kuat arus
dengan tegangannya tidak linier. Maka, kita dapat menentukan komponene
elktronik mana sajakah yang termasuk ohmik dan non-ohmik dari bentuk
grafik yang telah kita peroleh. Berdasarkan empat grafik di atas yang telah
kita peroleh, kita dapat mengatakan bahwa komponen elektronik resistor,
lampu, serta NTC merupakan komponen elektronik yang termasuk
konduktor ohmik karena bentuk grafik yang ditampilkan antara kuat arus
dengan tegangannya berbanding lurus sehingga menghasilkan bentuk grafik
yang linier. Berbeda halnya dengan komponen elektronik PTC yang tidak
menghasilkan bentuk grafik yang linier sehingga dapat kita katakan bahwa
komponen elektronik PTC termasuk konduktor non-ohmik.
Pada kehidupan sehari-hari, penerapan hukum Ohm dapat kita jumpai
pada alat-alat elektronik yang kita temui di rumah, seperti lampu, televisi,
kulkas, dan lain sebagainya. Penggunaan alat elektronik ini disesuaikan
dengan tegangannya. Apabila tegangana yang dibutuhkan tidak sesuai
dengan tegangan yang diberikan kepada lata elektronik ini, maka alat
tersebut tidak akan bekerja dengan maksimal. Contohnya pada kasus lampu
yang menyala redup yang dapat disebabkan dari tegangan yang dialirkan
pada lampu tidak sesuai atau di bawah nilai tegangan yang seharusnya
diberikan kepada lampu tersebut.
Pada setiap komponen elektronik yang dilakukan percobaan, memiliki
fungsinya masing-masing. Pada komponen elektronik resistor memiliki
fungsi untuk menghambat arus listrik yang melewati suatu rangkaian.
Kemudian pada komponen elektronik lampu memiliki fungsi untuk
memberikan sinar pada daerah sekitarnya, seperti pada lampu kendaraan.
Selanjutnya pada komponen elektronik NTC dan PTC yang memiliki fungsi
sebagai sensor apda rangkaian elektronika yang berhubungan dengan
temperatur. Pengaplikasian NTC dan PTC dapat kita temui pada alat
pendetekdi kebakaran, sensor suhu pada mesin mobil, sensor suhu pada
kulkas, sensor suhu pada komputer, dan lain sebagainya.
Setelah melakukan percobaan dalam pembuktian hukum Ohm, maka
kita melakukan percobaan dengan hukum Kirchoff. Hukum Kirchoff
terdapat dua macam, yaitu hukum I Kirchoff dan hukum II Kirchoff. Pada
Hukum I Kirchoff rangkaian disusun secara paralel dan menghasilkan nilai
kuat arus pada masing-masing hambatan. Karena disusun secara paralel
dengan nilai resistor dari tiga buah resistor berturut-turut sebesar 50 Ω, 100
Ω, dan 150 Ω sehingga nilai dari resistor total yang didapat yaitu sebesar
27.27 Ω. Setelah kita mendapatkan nilai resistro total, maka kita dapat
mengetahui nilai kuat arus dari percobaan dengan tegangan sebesar 6 volt
dan 12 volt.
Pada percobaan dengan nilai tegangan sebesar 6 volt, diketahui nilai
dari kuat arus listrik total yang masuk sebesar 0.22 A. Kemudian, dari
percobaan ini di mana nilai kuat arus yang dibagi secara paralel, didapat
nilai perhitungan pada IR1 adalah sebesar 0.06 A. Diketahui bahwa nilai I R1
pengukuran sebesar 0.06 A, sehingga nilai %error yang didapat sebesar 0%.
Selanjutnya pada perhitungan IR2 didapat sebesar 0.12 A dengan nilai dari
IR2 pengukuran sebesar 0.14 A sehingga nilai %error yang didapat sebesar
16.67%. Dan yang terakhir adalah perhitungan pada IR3 yang dihasilkan
sebesar 0.04 A dengan nilai IR3 pengukuran sebesar 0.04 A, sehingga
menghasilkan nilai %error sebesar 0%. Pada percobaan ini, nilai kuat arus
yang diperoleh dalam perhitungan jika dijumlahkan hasilnya sama dengan
kuat arus yang masuk pada rangkaian listrik ini, yaitu sebesar 0.22 Ampere.
Selanjutnya pada percobaan dengan nilai tegangan sebesar 12 volt
yang menghasilkan nilai kuat arus total yang masuk dalam rangkaian
sebesar 0.44 Ampere ini kemudian dibagi secara paralel menuju I R1, IR2, IR3.
Pada perhitungan IR1 dihasilkan nilai kuat arus sebesar 0.12 Ampere dengan
nilai IR1 pengukuran sebesar 0.12 Ampere sehingga nilai %error yang
dimiliki sebesar 0%. Kemudian pada IR2 perhitungan dihasilkan nilai kuat
arus sebesar 0.14 Ampere dengan nilai IR2 pengukuran sebesar 0.28 Ampere
sehingga %error yang dimilikinya sebesar 16.67%. Dan yang terakhir
adalah pada perhitungan kuat arus IR3 sebesar 0.08 Ampere dengan nilai IR3
pengukuran sebesar 0.07 Ampere sehingga nilai %error yang didapat
sebesar 12.5%.
Setelah melakukan percobaan pada Hukum I Kirchoff, maka praktikan
akan melakukan pengujian dengan Hukum II Kirchoff, di mana pada
percobaan ini menggunakan rangkaian seri untuk menentukan nilai
tegangan yang dihasilkan dalam percobaan kalin ini. Pada percobaan ini,
resistor yang digunakan sama dengan resistor saat melakukan percobaan
Hukum I Kirchoff, yaitu degan tiga buah resistor sebesar 50 Ω, 100 Ω, dan
150 Ω dengan nilai resistor total sebesar 300 Ω.setelah mengetahui besar
nilai resistor total, maka kita akan menghitung besar tegangan yang dimiliki
masing-masing hambatan.
Pada percobaan ini, ada dua besaran tegangan yang digunakan, yaitu
sebesar 6 volt dan 12 volt. Pada besaran tegangan 6 volt, nilai dari V R1 pada
perhitungan dihasilkan sebesar 2 volt dengan nilai V R1 pengukuran sebesar
2.08 volt sehingga menghasilkan %error sebesar 4%. Kemudian pada V R2
perhitungan dihasilkan sebesar 1 volt dengan VR2 pengukuran sebesar 1.06
volt sehingga %error yang dimilikinya sebesar 6%. Dan yang terakhir yaitu
perhitungan pada VR3 sebesar 3 volt dengan nilai VR3 pengukuran sebesar
3.16 volt sehingga %error yang dimilikinya sebesar 5.3%.
Dan pada percobaan dengan nilai tegangan total sebesar 12 volt,
dihasilkan pengukuran pada VR1 sebesar 4 volt dengan nilai VR1 pengukuran
sebesar 4.08 volt sehingga %error yang dimilikinya sebesar 2%. Pada
perhitungan VR2 dihasilkan sebesar 2 volt dengan VR2 pengukuran sebesar
2.08 volt sehingga %error yang dimilikinya sebesar 4%. Dan pada VR3
dihasilkan perhitungan sebesar 6 volt dengan hasil pengukuran sebesar 6.2
volt sehingga nilai %error yang dimiliki sebesar 3.3%.
Dilihat dari hasil pengukuran serta perhitungan yang dilakukan dalam
percobaan dengan Hukum I Kirchoff dan Hukum II Kirchoff, ada beberapa
hasil perhitungan yang tidak sesuai dengan hasil pengukurannya. Hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kesalahan pengukuran yang
dilakukan oleh praktikan saat melakukan percobaan. Kesalahan perhitungan
data yang dilakukan oleh praktikan. Dan juga kurang telitinya alat
multimeter dalam pengukuran suatu pengujian yang seharusnya.
Kemudian, setelah percobaan dengan hukum Ohm dan hukum
Kirchoff telah dilakukan, maka kita dapat melakukan percobaan yang
menggunakan alat osiloskop. Alat ini digunakan untuk memproyeksikan
beragam sinyal ke bentuk gambar untuk dapat dengan mudah dipelajari dan
dipahami. Pada gambar (4.1) hingga (4.4) menghasilkan gelombang
sinusoidal. Saat kita membandingkan gelombang yang dihasilkan R1 pada
gambar (4.2) dengan R2 pada gambar (4.3), pada R1 nilai dari amplitudonya
lebih besar dari amplitudo R2 namun periode yang dimiliki R1 lebih kecil
dari periode yang dimilki R2. Kemudian saat kita membandingkan antara R1
dengan R3 pada gambar (4.4) terlihat bahwa R1 memiliki nilai amplitudo
lebih kecil dari R3 dan R1 memiliki nilai periode yang lebih kecil dari R 3.
Kemudian jika kita membandingkan R2 dengan R3, maka nilai amplitudo
dari R2 lebih kecil dariada amplitudo milik R3 dan nilai periode pada R2
lebih besar dibanding dengan R3. Dari ketiga gambar yang ditampilkan oleh
osiloskop, antara R1, R2, dan R3 terlihat bahwa semakin besar nilai tegangan
pada suatu resistor, maka nilai amplitudo yang dimilikinya pun semakin
besar.

Anda mungkin juga menyukai