Pariwisata
Mariana Simanjuntak, Astri Rumondang Banjarnahor
Unang Toto Handiman, Lalu Adi Permadi, I Made Murdana
Nasrullah, Raditya, Markus Patiung
Penulis:
Mariana Simanjuntak, Astri Rumondang Banjarnahor
Unang Toto Handiman, Lalu Adi Permadi, I Made Murdana
Nasrullah, Raditya, Markus Patiung
Penerbit
Yayasan Kita Menulis
Web: kitamenulis.id
e-mail: press@kitamenulis.id
WA: 0821-6453-7176
IKAPI: 044/SUT/2021
Terpujilah Tuhan Yang Maha Kuasa, Sumber segala Ilmu dan Cinta
Kasih. Hanya karena Berkat Hikmat dan Kesehatan yang Tuhan sediakan
sehingga tim penulis dan penerbit dapat menghadirkan buku ini.
Terimakasih kepada seluruh Tim Penulis, Yayasan Kita Menulis dan
Penerbit Kita Menulis (https://kitamenulis.id/) atas kerja sama dan
koordinasi yang baik dan terarah.
Buku ini sangat cocok bagi para pengusaha, manajer industri pariwisata,
kewirausahaan terutama Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Buku ini juga akan sangat membantu para peneliti dan pemerhati industri
pariwisata.
1.1 Pendahuluan
Inovasi model bisnis pariwisata bertujuan untuk mengembangkan pemikiran
kreatif dan kritis, mendorong industri wisata dalam menemukan cara terbaik
untuk menghasilkan pengetahuan dan penciptaan nilai tambah seperti dalam
teknologi digital, operasi pemasaran digital, dan menerapkan strategi yang
berkelanjutan (Santarsiero et al., 2022). Relevansi inovasi dengan model bisnis
untuk menjamin daya saing industri pariwisata. Inovasi model bisnis
merupakan sebuah proses yang membutuhkan sumber daya, kompetensi,
budaya, dan sikap yang bahkan tidak mudah untuk dikembangkan dan
dikelola. Industri pariwisata bergantung pada serangkaian entitas eksternal
yang luas untuk eksploitasi proses inovasi, antara lain, distrik teknologi,
perantara inovasi, R&D, atau pusat inovasi. Kegiatan inovasi dapat
dikategorikan dalam pengembangan dan pengenalan barang baru (inovasi
produk); pengenalan metode produksi baru (inovasi proses); pembukaan pasar
baru (inovasi pemasaran); sumber baru dalam produksi, yaitu sumber bahan
2 Perancangan Model Bisnis Pariwisata
baku baru atau setengah manufaktur baru (inovasi input); dan penciptaan
bentuk organisasi atau industri baru (inovasi organisasi) (Gomezelj, 2016).
Ekosistem inovasi model bisnis identik dengan kompleksitas, turbulensi,
ketidakpastian. Ditambah dengan maraknya persaingan global dan virtual,
serta perkembangan teknologi dan solusi digital yang cepat. Untuk itu industri
pariwisata perlu meningkatkan standar efisiensi dan meningkatkan kecepatan
dinamika pasar melalui inovasi desain model bisnis.
Dalam kegiatan inovasi model bisnis, peran konsumen berkembang dalam
prosumer yang bertujuan untuk terlibat dalam proses penciptaan produk,
layanan, dan pengalaman bersama. Kebutuhan dan kebiasaan konsumen
berubah. Kondisi ini harus memicu pengusaha dalam meningkatkan inovasi
desain model bisnis dan menangkap sinyal kebutuhan konsumen serta
menciptakan cara baru dan percepatan penyampaian produk dan layanan.
Dengan demikian, kegiatan inovasi model bisnis pariwisata menjadi sangat
penting. Industri pariwisata harus menjadi tangguh, proaktif, dan mampu
berkembang dengan cara yang sama seperti lanskap kompetitif.
Atas dasar ini, diperlukan inovasi model bisnis yang berkelanjutan. Inovasi
harus diupayakan melalui keterlibatan holistik dari seluruh pemangku
kepentingan. Setiap aktor yang terlibat dalam proses inovasi harus menyadari
visi, tujuan, dan strategi bisnis untuk dapat berkontribusi secara efektif dan
menghasilkan nilai tambah.
ada) dan inovasi proses (model bisnis, termasuk proses eksternal dan perluasan
layanan) (Gomezelj, 2016). Dalam studi ini, inovasi dimaksud fokus pada
inovasi proses desain model bisnis.
timbul saat berkunjung atau melihatnya, hubungan manusia, inovasi, dan nilai-
nilai yang disajikan. Desain layanan berbasis pengalaman mengandung
beberapa komponen, dan desain layanan ini harus ditetapkan dalam tiga
langkah, yaitu explore, design, dan positioning. Pengalaman dibentuk
berdasarkan seperangkat emosi, dengan berfokus pada penciptaan makna dan
berkaitan dengan aspek momen dari desain layanan berbasis pengalaman.
Tujuan desain bisnis pariwisata dapat mengembangkan dan memberikan
pengalaman yang memenuhi harapan pengunjung.
Tahapan proses desain model bisnis di atas, pada akhirnya secara bersama-
sama mendesain platform pemasaran. Teknik pemasaran sangat mungkin
berbeda dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya, satu destinasi wisata ke
destinasi berikutnya. Perbedaan menyangkut konten informasi, ruang lingkup,
biaya dan segmen pasar. Ada mengikuti teknik pemasaran konvensional,
seperti kampanye dan representasi penjualan, mengandalkan teknik pemasaran
online karena mereka yakin itu lebih efektif dan kurang mahal daripada teknik
pemasaran konvensional, berpartisipasi dalam acara untuk memasarkan
produk, meningkatkan visibilitas produk dan memperkuat berbagi
pengetahuan yang membantu dalam pengurutan produk, bergantung pada
koneksi dan jaringan untuk memasarkan produk/layanan serta perusahaan
menggunakan promosi sebagai teknik pemasaran untuk menarik perhatian
pelanggan, meningkatkan kesadaran pelanggan akan nilai produk dan
membangun hubungan saling percaya.
atau kelompok orang yang memiliki kepentingan langsung atau tidak langsung
dalam pengoperasian industri pariwisata dan permasalahannya. Berbagai
pemangku kepentingan pengembangan model bisnis memengaruhi dan
dipengaruhi oleh upaya penciptaan nilai tambah dan menawarkan layanan
baru. Pemangku kepentingan terdiri dari: pengusaha, karyawan, masyarakat,
pembuat kebijakan, pemerintah, universitas, asosiasi perdagangan, organisasi
non-pemerintah (LSM) dan wisatawan. Pemangku kepentingan dapat
dikategorikan sebagai pemangku kepentingan internal dan eksternal industri
pariwisata (A. Madanaguli et al., 2021).
Secara historis, wirausahawan telah memperkenalkan nilai baru bagi suatu
perekonomian. Di sisi penawaran industri wisata, pengusaha berperan sebagai
pembangkit ide dan pengidentifikasi peluang dengan memperkenalkan inovasi
untuk melayani wisatawan. Di sisi lain, dari sisi permintaan, wisatawan
mengharapkan inovasi dan layanan baru sehingga mendorong permintaan
inovasi. Pembuat kebijakan, diharapkan untuk memperkenalkan kebijakan
yang memungkinkan inovasi dan masyarakat diharapkan untuk berkolaborasi
melalui jaringan pengetahuan untuk menciptakan ekosistem nilai. Pemangku
kepentingan kemudian secara bersama-sama melakukan kegiatan inovasi atau
disebut value co-creation. Dari perspektif pengusaha dan karyawan mereka
adalah internal perusahaan, sedangkan semua pemangku kepentingan lainnya
berada di luar perusahaan (A. Madanaguli et al., 2021).
Bagian berikut ini lebih jauh menjelaskan peran pendukung dan penghalang
yang dimainkan oleh masing-masing pemangku kepentingan ini. Analisis
konten studi inovasi model bisnis ini menunjukkan terdapat beberapa faktor
pendukung dan penghalang inovasi dan dengan demikian bertindak sebagai
pendahulu dari proses inovasi model industri pariwisata. Sedangkan pemangku
kepentingan eksternal yang bertindak sebagai sistem penciptaan nilai bersama
seperti akademisi, peneliti berupaya mengembangkan ilmu dan pengetahuan
seputar kegiatan inovasi. Perhatian peneliti signifikan pada cara pengusaha
bisnis pariwisata mengekstrak pengetahuan dan mengelola pengetahuan yang
diterima. Jaringan terdiri dari berbagai mitra, termasuk tetapi tidak terbatas
pada pengusaha lain, perusahaan pariwisata lokal, konsultan dan operator tour.
Proses inovasi desain di mana jaringan industri pariwisata dan jaringan
perkotaan menghasilkan inovasi berbeda karena sosiokrasi yang berbeda.
Kolaborasi multi-industri di antara perusahaan sangat penting dalam
memperkenalkan inovasi layanan.
10 Perancangan Model Bisnis Pariwisata
Bisnis memiliki peluang berhasil lebih tinggi bila memiliki model bisnis yang
fleksibel yang memungkinkan pengenalan penyesuaian ulang. Inovasi
senantiasa mengembangkan dimensi baru sehingga perusahaan menangkap
perubahan dalam strategi atau evolusi model. Trial and error, eksperimen,
reinvention dan adaptasi adalah beberapa praktek yang mencoba untuk
merespon atau mengantisipasi perubahan atau kendala di lingkungan
perusahaan. Dalam komponen model canvas (Simanjuntak, 2021), bisnis yang
dirancang dengan perubahan penawaran dan strategi akan memberikan tentang
apa yang dilakukan bisnis untuk mencapai tujuan kompetitif dan
keberlanjutan.
Desain model bisnis memasukkan konsep penciptaan nilai sosial, yang terkait
erat dengan inovasi sosial dan, dengan perluasan, dengan usaha sosial. Tujuan
utama dari usaha sosial adalah untuk mengatasi bidang kebutuhan sosial yang
belum terpenuhi dengan menciptakan nilai sosial dan ekonomi daripada hanya
menghasilkan keuntungan bagi para pemangku kepentingannya. Bisnis
pariwisata beroperasi dengan menyediakan barang dan jasa dengan cara
industri pariwisata dan inovatif, menggunakan keuntungan untuk mencapai
tujuan sosial (Alegre & Berbegal-Mirabent, 2016).
bagi para pebisnis untuk menjangkau basis pelanggan mereka yang besar
dengan mudah. Oleh karena itu, kenaikan tahunan iklan online di seluruh
dunia adalah bukti bahwa telah terjadi peningkatan pelanggan yang
menggunakan internet untuk bertransaksi bisnis dan perdagangan barang dan
jasa (Ocansey, 2022). Pemasaran digital merupakan sebuah tema desain model
bisnis dengan penggunaan teknologi digital untuk menyediakan saluran
pemasaran dan mencapai tujuan perusahaan dengan memenuhi dan melampaui
kebutuhan klien secara lebih efektif daripada pesaing. Pemasaran digital,
pemasaran elektronik, dan pemasaran internet adalah istilah yang digunakan
secara bergantian. Kedekatan, personalisasi, keterlibatan, dan relevansi pesan
adalah dasar dari pemasaran digital.
Transformasi digital mempromosikan logika bisnis berdasarkan teknologi
digital, yang memungkinkan eksperimen dan implementasi model bisnis baru,
model bisnis digital berlabel, untuk menciptakan dan menangkap nilai. Sebuah
model bisnis, dapat dikategorikan sebagai digital jika teknologi digital memicu
perubahan mendasar dalam dimensi nilai tersebut. Desain model bisnis
menyediakan berbagai kerangka kerja spesifik dalam mewujudkan kinerja
pemasaran. Penciptaan nilai jelas merupakan proses terpenting yang harus
diaktifkan oleh desain model bisnis. Penciptaan nilai dihasilkan dari apa yang
disebut “nilai utilitarian” melalui keunggulan harga, biaya, atau efisiensi.
Desain model bisnis dapat meningkatkan efisiensi transaksi dan meningkatkan
keunggulan biaya. Oleh karena itu, semakin besar keuntungan efisiensi
transaksi yang dimungkinkan oleh teknologi tertentu, semakin rendah
biayanya dan karenanya semakin berharga. Dengan mengurangi distribusi,
transaksi, dan biaya pencarian produk dan layanan, perusahaan dapat mencapai
keuntungan dalam pendapatan. Desain model bisnis juga meningkatkan
kualitas dan jangkauan konten dan layanan yang disediakan oleh perusahaan.
Produk dan layanan digital dapat direproduksi dengan biaya marjinal nol, dan
mereka dapat menciptakan secara eksponensial, melalui eksternalitas jaringan,
nilai lebih ketika lebih banyak pengguna bergabung, sehingga nilai ditentukan
dalam penggunaan produk atau layanan. Selanjutnya, penciptaan nilai
ditentukan oleh nilai emosional melalui pengalaman pengguna yang unggul
dan oleh nilai sosial melalui interaksi dengan pemangku kepentingan lainnya,
menjadi bagian dari komunitas. Desain model bisnis sangat penting untuk
keberhasilan industri pariwisata yang mengelola dan mengatur platform bisnis
(Schiavone, et al., 2021).
Bab 1 Kerangka Teoritis Terintegrasi: Inovasi dalam Model Bisnis Pariwisata 13
potensi kreatif mereka melalui partisipasi aktif dalam kursus dan pengalaman
belajar yang merupakan karakteristik dari tujuan liburan di mana mereka
berkunjung (Richards and Wilson, 2006).
Banyak orang berasumsi bahwa pariwisata kreatif merupakan pengembangan
pariwisata budaya yang lebih sesuai dengan struktur sosial dan ekonomi
contemporer daripada bentuk tradisional wisata budaya. Sedangkan pariwisata
budaya sebagian besar didasarkan pada pertukaran budaya dan modal ekonomi
terkait dengan kebangkitan ekonomi simbolik. Pariwisata kreatif terkait
dengan bentuk pertukaran modal sosial, relasional dan intelektual yang lebih
fleksibel di dalam jaringan (Richards and Wilson, 2006).
Pariwisata kreatif jauh lebih dari sekadar penyediaan pengalaman wisata
maupun perjalanan. Pariwisata kreatif memberikan peluang bagi wisatawan
untuk memahami suatu tempat dengan mengalami langsung kegiatan yang
terjadi di lokasi wisata, seperti melihat orang pergi bekerja, menunggu dalam
antrian untuk naik bus, berdiri di luar kantor dan merokok, membeli minuman
atau makanan, mengobrol di trotoar, maupun aktivitas keseharian warga
setempat (Richards, 2011).
Pariwisata kreatif dipahami sebagai situasi di mana pengunjung, penyedia
layanan, dan komunitas lokal bertukar ide maupun keterampilan dan saling
memengaruhi secara sinergis.
Berdasarkan defenisi diatas, pariwisata kreatif dibedakan kedalam bentuk
(Marques and Richards, 2012):
1. Instrumen dalam melibatkan wisatawan dalam kehidupan destinasi
wisata
2. Cara kreatif menggunakan sumber daya yang ada
3. Alat untuk memperkuat identitas dan kekhasan
4. Sebuah bentuk ekspresi/penemuan diri
5. Suatu bentuk edutainment pendidikan realisasi diri dan pendidikan
6. Sumber atmosfer bagi wisatawan
7. Sumber untuk menciptakan kembali dan menghidupkan kembali
tempat-tempat pariwisata (Marques and Richards, 2012).
22 Perancangan Model Bisnis Pariwisata
Hal ini bisa menjadi bentuk ruang hibriditas, yang dibentuk oleh
interaksi antara kelompok atau individu yang berbeda dalam
pertemuan kegiatan bersama.
Kreativitas menjadi latar tempat-tempat menarik dan dimeriahkan
oleh perkembangan industri kreatif tertentu, seperti film, fashion dan
desain. Hal ini pada akhirnya memberikan dasar untuk produk
pariwisata baru yang beragam di kota-kota.
Pengembangan klaster tertentu juga dapat menjadi bagian dari
lanskap kreatif yang lebih luas. Pengembangan klaster kreatif sebagai
bagian dari pendekatan kota kreatif yang lebih luas, bertujuan untuk
menarik wisatawan. Jenis perkembangan ini sering menjadi contoh
seperti yang disebut Hutton (2008) sebagai 'kota dalam baru', di mana
ekonomi produksi baru dirangsang oleh kehadiran wisatawan budaya
dan kreatif, di antara faktor-faktor lainnya.
3. Creative Tourism, Pertumbuhan pariwisata kreatif dalam beberapa
hal menandai pergeseran ke arah pendekatan yang lebih umum
terhadap kreativitas dalam pariwisata yang ditemukan di lingkungan
pedesaan maupun perkotaan. Pendekatan yang matang untuk
pariwisata kreatif ditandai dengan pengembangan strategi
pengembangan khusus, seperti yang ditemukan di Nelson, Selandia
Baru dan Barcelona, yang telah beroperasi selama beberapa tahun
tahun. Dalam kasus pariwisata kreatif Selandia Baru, penawaran
pariwisata kreatif dibangun di sekitar serangkaian kursus dan
lokakarya yang ditawarkan oleh pengrajin lokal. Di Barcelona,
pendekatan ini terkait dengan pengembangan hubungan artistik
dengan kota-kota lain, menawarkan kesempatan kepada seniman
untuk bertemu dan berkolaborasi dengan rekan-rekan yang berbasis
di Barcelona.
3.1 Pendahuluan
Digitalisasi telah merubah cara banyak orang dalam hidup, bersosialisasi,
bekerja, bepergian, dan telah membuka peluang baru bagi bisnis pariwisata
untuk bersaing di pasar global. Bab ini membahas pengaruh teknologi digital
atau biasa disebut digitalisasi terhadap bisnis pariwisata, dengan fokus khusus
pada pelaku bisnis pariwisata. Bab ini juga akan menguraikan peran penting
pemerintah dalam membangun kerangka kerja yang cocok untuk merubah
model bisnis pariwisata konvensional ke model bisnis yang menggunakan
teknologi digital dan menuju ke ekosistem pariwisata yang lebih luas, dan
mendorong pemerintah untuk membuat sejumlah kebijakan utama tentang
penyerapan dan penggunaan teknologi digital dalam bisnis pariwisata.
Perubahan dan pertumbuhan penggunaan teknologi digital telah merubah cara
orang dalam beraktivitas sehari-hari seperti bersosialisasi dengan teman dan
keluarga, karyawan beraktivitas dalam pekerjaan, pelaku bisnis melakukan
kegiatan bisnis, dan pelancong bepergian ke tempat-tempat tujuan wisata.
Teknologi digital juga telah memengaruhi kegiatan bisnis pariwisata dalam
mengelola bisnisnya. Penggunaan teknologi digital cukup bervariasi di
32 Perancangan Model Bisnis Pariwisata
berbagai tempat, sektor, organisasi, dan negara. Tingkat adaptasi dan adopsi
teknologi yang tidak merata oleh pelaku bisnis pariwisata telah memunculkan
kesenjangan di antara pelaku bisnis pariwisata yang telah memanfaatkan
teknologi digital dan dapat diakses secara global, dan bisnis pariwisata mikro
yang masih menggunakan cara bisnis konvensional yang menggunakan
teknologi lama. Teknologi digital di bisnis pariwisata telah memberikan
peluang yang mengembirakan sekaligus memunculkan hambatan yang
menyedihkan bagi pelaku bisnis pariwisata yang tidak mau melakukan
adaptasi dan adopsi teknologi digital. Banyak pelaku bisnis pariwisata
memberikan perhatian pada cara untuk menjangkau pasar dan pelanggan baru
yang letaknya berjauhan secara geografis, melibatkan pelanggan untuk
berinteraksi menyampaikan kepuasan pengalamannya setelah mengkonsumsi
produk dan layanan yang dirasakan dari bisnis pariwisata, dan pelaku bisnis
pariwisata dalam membangun merek melalui pemasaran digital dan e-
commerce. Teknologi digital ini memungkinkan bisnis pariwisata mudah
menjangkau mitra usaha dan pelanggannya, meningkatkan konektivitas
dengan mitra usaha dan pelanggannya, memfasilitasi pelaku bisnis pariwisata
dalam melakukan transaksi keuangan, dan melibatkan pelanggan dalam
mempromosikan keunggulan produk dan layanan dari bisnis pariwisata.
Namun di sisi lain, di tengah pasar global yang semakin kompetitif, teknologi
ini menjadi kurang efektif dalam meningkatkan produktivitas atau inovasi.
Perkembangan teknologi seringkali muncul secara tidak terduga. Saat ini,
teknologi digital muncul dalam bentuk yang dapat mendukung peningkatan
produktivitas, misalnya cloud computing, data analytics, revenue management
software. Kemudian teknologi inovatif digital lainnya misalnya augmented
reality, geotagging dapat membantu dalam menghasilkan, menyesuaikan
pengguna dengan cara yang lebih baru, pengunjung baru, produk dan layanan
baru, dan pengalaman yang baru. Namun umumnya, binsis pariwisata masih
menunjukkan tingkat yang rendah dalam mengadaptasi dan mengadopsi
teknologi tersebut, (OECD, 2018c). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
transformasi digital dapat mendorong bisnis pariwisata ke cara yang baru.
Teknologi digital dalam bisnis pariwisata memberikan dampak yang besar
untuk seluruh sektor bisnis pariwisata, untuk semua ukuran, struktur dan rantai
nilai (value chain) operasional pariwisata. Oleh karena itu, transformasi digital
dalam bisnis pariwisata menjadi tantangan bersama baik pemerintah sebagai
pembuat kebijakan publik, dan seluruh pemangku kepentingan yang terlibat
dalam bisnis pariwisata.
Bab 3. Model Bisnis Pariwisata di Era Digital 33
wisatawan dan pemasaran layanan pariwisata, dan membuka cara baru dan
sangat kreatif dalam memberikan layanan pariwisata dan meningkatkan
pengalaman wisatawan. Ekonomi digital merubah cara kerja distribusi
layanan, dan juga menghadirkan peluang untuk memanfaatkan kemajuan
digital untuk menangani transaksi, menangkap dan memproses informasi dan
data tentang penawaran dan permintaan pariwisata, serta meningkatkan dan
menghubungkan operasi di sepanjang rantai nilai dan ekosistem pariwisata.
World Economic Forum (WEF, 2017), memperkirakan hingga 2025,
digitalisasi akan menciptakan nilai tambah hingga USD 305 miliar untuk
sektor pariwisata saja melalui peningkatan profitabilitas, sementara sekitar
USD 100 miliar nilai dihasilkan di sektor tersebut yang akan beralih dari UKM
pariwisata tradisional ke UKM pariwisata yang telah mengadopsi teknologi
digital baru dengan model bisnis inovatif dan mampu menciptakan nilai dalam
produk dan layanan pariwisata. Transformasi digital juga diperkirakan akan
menghasilkan manfaat senilai USD 700 miliar bagi pelanggan dan masyarakat
melalui pengurangan jejak lingkungan, peningkatan keselamatan dan
keamanan, dan penghematan biaya dan waktu bagi pelanggan.
Dari sisi permintaan, transformasi digital di bisnis pariwisata akan didorong
antara lain oleh kebiasaan konsumsi Milenial (lahir di awal 1980-an hingga
pertengahan 1990-an) dan Generasi Z (lahir di akhir 1990-an hingga awal
2010-an) dari negara-negara berkembang. Sebagian besar generasi ini akan
menjadi wisatawan domestik dan internasional pada tahun 2040. (OECD,
2018a). Gen Z dan Milenial adalah penduduk asli digital yang tumbuh dengan
cepat dan mengakses langsung ke informasi yang dimungkinkan oleh
teknologi digital, cara mereka menggunakan dan apa yang mereka harapkan
dari teknologi akan terus memengaruhi cara penawaran produk dan layanan
pariwisata disampaikan. Tren digitalisasi dalam bisnis pariwisata meliputi:
peningkatan penggunaan sumber online dan platform seluler untuk
mendapatkan informasi dalam tahap perencanaan travelling (misalnya situs
web, media sosial), dikombinasikan dengan penurunan penggunaan sumber
offline (misalnya pusat informasi pengunjung, media cetak, pramutamu hotel);
kecenderungan untuk tetap online atau terhubung untuk mencari dan
menjelajahi, berbagi pengalaman dan mendapatkan pembaruan secara real
time; dan peningkatan penggunaan metode pembayaran e-commerce
dibandingkan penggunaan uang tunai. Selain itu, Milenial dan Gen Z telah
terlibat dalam berbagi kepemilikan yang lebih baik jika dibandingkan dengan
generasi sebelumnya, dan Milenial dan gen Z memiliki tingkat kepedulian
38 Perancangan Model Bisnis Pariwisata
3.1). Data OECD (2019f) menunjukkan bahwa rata-rata 77% bisnis layanan
akomodasi dan makanan dan minuman di negara-negara OECD memiliki situs
web atau beranda dan 70% menggunakan media sosial. Sektor pariwisata telah
menggunakan e-commerce, karena platform online dan sistem pembayaran
telah mengubah cara orang membeli produk perjalanan wisata.
Sebuah laporan tentang electronic commerce (e-commerce) di Uni Eropa
menyoroti bahwa lebih dari 70% pengguna internet melakukan setidaknya satu
pembelian barang dan jasa secara online selama periode 12 bulan sebelumnya
untuk penggunaan pribadi. Dari kelompok tersebut, lebih dari setengah (54%)
membeli akomodasi perjalanan dan liburan, produk pakaian dan perlengkapan
olahraga dibeli oleh sekitar dua pertiga (65%). E-shoppers dalam kelompok
usia 25-54 membeli produk perjalanan dan liburan (57%). Temuan juga
menunjukkan bahwa proporsi e-shoppers sangat bervariasi di seluruh Uni
Eropa, mulai dari 29% di Rumania, hingga 91% di Inggris. (Eurostat, 2020).
Transformasi digital secara progresif telah menyentuh semua sektor dalam
perekonomian, transformasi digital melakukannya dengan kecepatan dan
jangkauan yang berbeda.
Amadeus for Start up) dan perusahaan perjalanan besar dapat memberikan
pendampingan peluang kemitraan dan peluang investasi, sementara universitas
juga dapat berperan dalam mendukung inisiatif tersebut. Misalnya, TourismX
diluncurkan di Denmark pada 2018, dengan tujuan memperkuat inovasi di
perusahaan pariwisata Denmark. Proyek ini menghubungkan ide-ide
pertumbuhan bisnis pariwisata dengan penelitian dan pengetahuan terbaru
untuk mengembangkan produk dan layanan inovatif baru dalam industri
pariwisata. Proyek ini dilaksanakan dalam kemitraan antara organisasi
pengembangan pariwisata nasional dan universitas.
Banyak negara yang menanggapi survei tersebut, termasuk Yunani, Austria,
Israel, Islandia, Spanyol, Denmark, dan Prancis, telah memperkenalkan hub,
inkubator, dan akselerator yang menargetkan dukungan terhadap kebutuhan
transformasi digital bisnis pariwisata. France Tourisme Lab adalah jaringan
nasional inkubator dan akselerator tematik yang berspesialisasi dalam
pariwisata, yang bertujuan untuk mendorong inovasi, mempromosikan ide-ide
baru, dan meningkatkan visibilitas perusahaan inovatif di sektor ini. Lab ini
melayani kebutuhan spesifik dari perusahaan baru pariwisata, dan
mempromosikan pengembangan penawaran pariwisata di destinasi: pariwisata
perkotaan, pariwisata lambat, pariwisata terhubung, mobilitas turis. Sementara
pada 2018, Komisi Eropa mendukung jaringan inkubator pariwisata Eropa
pertama. Jaringan Akselerator Kreatif untuk Pariwisata Berkelanjutan
(Creative Accelerators for Sustainable Tourism/CAST) bertujuan untuk
memberikan dukungan inkubasi dan akselerasi kepada perusahaan rintisan dan
UKM pariwisata berkelanjutan untuk tumbuh dan berkembang. Kegiatannya
termasuk membantu menghasilkan produk, layanan, dan model bisnis baru,
memfasilitasi akses ke keuangan dan pasar yang baru, sambil juga
membangun keterampilan dan ketahanan baru. Konsorsium CAST terdiri dari
mitra dari 8 negara: Irlandia, Siprus, Spanyol, Italia, Inggris, Belgia, Jerman
dan Denmark (www.castnetwork.eu).
Inisiatif-inisiatif ini sebagian besar difokuskan untuk mendukung perusahaan
rintisan digital baru dan mengembangkan ekosistem digital yang lebih luas
untuk pariwisata, namun dalam beberapa kasus mereka juga mendorong
kewirausahaan digital di antara bisnis pariwisata yang ada. Di Islandia,
misalnya, Cluster Pariwisata Islandia dan Pusat Inovasi Islandia telah bermitra
untuk membuat inkubator bagi pemilik bisnis mapan, Ratsjáin, yang berfokus
pada peningkatan kapasitas digital manajer bisnis dan penggunaan analitik data
untuk pengambilan keputusan strategis. Badan Pariwisata Islandia juga sedang
Bab 3. Model Bisnis Pariwisata di Era Digital 55
4.1 Pendahuluan
Pemilihan Ide Perencanaan Bisnis Pariwisata adalah suatu kegiatan untuk
memilih gagasan mengembangkan rencana bisnis pariwisata. Sebelum kita
memahami tentang pokok bahasan kita maka ada baiknya kita memahami
tentang latar belakang, pengertian dan jenis bisnis pariwisata.
Dalam beberapa tahun terakhir, para ilmuwan dan praktisi, yang subjek studi
dan aktivitasnya adalah bidang jasa, mencatat minat yang meningkat dan terus
tumbuh dalam bisnis pariwisata sampai dengan tahun 2019, di mana
pariwisata secara luas mulai terdampak oleh pandemi Covid-19. Di tahun
2022, bisnis pariwisata mulai bangkit secara perlahan. Kebangkitan ini
menyertai mulai kembali diadakannya acara-acara penting dunia, yang di
Indonesia ditandai dengan hadirnya Moto GP Indonesia di Sirkuit Mandalika
Lombok dan pertemuan negara-negara G-20 di Bali bulan November 2022.
Bisnis Pariwisata saat ini merupakan bagian integral dari bisnis modern.
Bagaimana tidak? Setiap hari di dunia, puluhan juta orang meninggalkan
rumah mereka untuk melakukan perjalanan dekat dan jauh, pendek dan
panjang. Setiap tahun di dunia, lebih dari 100 juta perjalanan dengan berbagai
58 Perancangan Model Bisnis Pariwisata
destinasi dalam rangka untuk memenuhi permintaan dari pengunjung pada saat
berwisata.
Fasilitas wisata dibagi menjadi tiga (Sasmita, 2017), yaitu:
1. Fasilitas Dasar Pariwisata
Fasilitas Dasar Pariwisata adalah suatu perusahaan yang kehidupan
dan kehidupannya sangat bergantung pada arus kedatangan orang-
orang yang melakukan perjalanan wisata.
2. Fasilitas Pelengkap Pariwisata
Fasilitas Wisata Pelengkap adalah perusahaan atau lokasi yang
menyediakan fasilitas untuk tujuan rekreasi dan wisata.
3. Fasilitas penunjang pariwisata
Fasilitas Pendukung Pariwisata adalah perusahaan yang mendukung
fasilitas pelengkap dan fasilitas dasar yang berfungsi untuk membuat
wisatawan betah berada di daerah tujuan wisata.
alam seperti pantai, gunung, danau, air terjun, dan situs budaya serta
situs buatan manusia.
4. Usaha pengelolaan tempat wisata pertunjukan
Usaha mengelola tempat wisata pertunjukkan adalah Usaha yang
mengelola kegiatan berupa pertunjukan seperti tari, musik dan
upacara adat dan budaya lokal modern.
5. Tempat penukaran uang
Money changer merupakan usaha yang memfasilitasi masyarakat
baik itu masyarakat lokal maupun wisatawan yang memiliki mata
uang asing dan menukarnya dengan mata uang setempat sehingga
pemilik mata uang asing tersebut dapat berbelanja secara sah.
Kelemahan adalah sesuatu yang berasal dari sisi internal perusahaan atau
pengusaha. Mengidentifikasi kelemahan yang dimiliki internal perusahaan
sehingga pengusaha sebaiknya tidak memaksakan diri untuk melakukan
upaya-upaya pengembangan usaha yang tidak bisa dilakukan karena usaha
memiliki kekurangan tertentu. Contoh: pengusaha seharusnya tidak memulai
bisnis hotel, tetapi pengusaha tidak paham bagaimana mengoperasikan sebuah
hotel.
3. Peluang
Peluang adalah semua hal yang datang dari lingkungan eksternal atau
lingkungan bisnis yang positif dan memungkinkan sebuah usaha untuk
berkembang dengan syarat mampu memanfaatkan peluang tersebut.
Pemanfaatan peluang dapat menutupi kekurangan dan mengurangi ancaman.
Mengidentifikasi peluang yang bisa dimanfaatkan dan memberikan
Bab 4. Pemilihan Ide Perencanaan Bisnis Pariwisata 67
keuntungan. Peluang bisa datang dari lingkungan bisnis seperti kondisi dunia,
negara, ekonomi makro, kebijakan pemerintah, perkembangan teknologi dan
pergerakan pesaing dapat memberikan peluang yang jelas bagi pengusaha
pariwisata. Contoh: pembangunan bandara memberikan peluang membuka
rumah makan di lingkungan yang dekat dengan bandara tersebut,
pembangunan daerah pantai sebagai tempat wisata dapat melahirkan peluang
untuk membuka persewaan alat-alat menyelam.
4. Ancaman
5.1 Pendahuluan
Bisnis Pariwisata merupakan sekumpulan aktivitas yang hirarkis sebagai
sebuah proses sistem yang berjenjang dan dan terputus-putus yang melibatkan
interaksi berbagai bidang (Benckendorff and Zehrer, 2013; Laws and Scott,
2015; Mistriani et al., 2021), dalam memenuhi kebutuhan wisatawan. Proses
sistem tersebut acapkali memunculkan berbagai persfektif tentang
pengelompokan dan pemisahannya. Hasilnya adalah masih banyak hal yang
belum tercakup dalam pengembangan teori kepariwisataan, khususnya
terhadap pengelompokan bidang (Mazanec, 2009). Hal ini dikontribusi oleh
berbagai isu mulai dari luas bidang yang tampaknya tidak berujung terhadap
perkembangan subdivisi produk pariwisata saat ini dan dinamika kemunculan
berbagai bentuk varian terpisah yang menjadi wilayah penelitian baru yang
layak (McKercher, 2016). Namun pada kenyataannya, perbedaan sering kali
mewakili variasi kecil pada sebuah tema daripada kemunculan tema baru
(Franklin and Crang, 2001). Isu yang lain adalah evolusi studi pariwisata
sebagai bidang penyelidikan yang dieksplorasi dari beragam disiplin ilmu
(Ritchie et al., 2008).
74 Perancangan Model Bisnis Pariwisata
5.2 Taksonomi
Secara umum taksonomi diartikan sebagai ilmu pengelompokan suatu hal
berdasarkan hal tertentu. Awalnya, taksonomi hanya mengacu pada
kategorisasi makhluk hidup. Namun, dalam pengertian yang lebih luas dan
lebih umum, taksonomi juga bisa merujuk pada kategorisasi benda atau
konsep, serta prinsip-prinsip yang mendasari kategorisasi tersebut. Banyak
taksonomi memiliki struktur hierarki, tetapi ini bukan merupakan persyaratan.
Taksonomi menggunakan unit yang dikenal sebagai takson (bentuk jamak:
taksa). Takson yang lebih tinggi bersifat lebih umum, sedangkan takson yang
lebih rendah bersifat lebih spesifik.
Taksonomi adalah skema atau model hirarki yang digunakan dalam
mengklasifikasi secara spesifik kesamaan baik sebagian atupun keseluruhan
organisme, entitas (Rich, 1992). Pendapat lain menegaskan sebagai sistem
yang digunakan untuk mengklasifikasikan item dengan cara yang teratur untuk
menunjukkan hubungan alami, segingga membantu memahami hubungan
timbal balik evolusioner di antara mereka (Fenneman, 2021). Sistem
taksonomi menjelaskan hubungan hirarki dari umum kekusus ataupun
sebaliknya. Lebih lanjut ada yang menyatakan bahwa “taksonomi hierarkis
adalah sejenis kosakata terkontrol di mana setiap istilah terhubung ke istilah
yang lebih luas (jika itu adalah istilah tingkat atas) dan satu atau lebih istilah
yang lebih sempit (jika itu adalah istilah tingkat bawah) (Hedden, 2010).
Hedden juga mengilustrasikan bahwa taksonomi terutama berguna sebagai
salah satu dari tiga fungsi berikut, meskipun tentu saja ada kombinasi dari jenis
yang berbeda pula:
1. Dukungan pengindeksan (Indexing support). Untuk dukungan
pengindeksan atau pengkatalogan, taksonomi, dalam konteks nya
lebih dikenal sebagai kosakata terkontrol, adalah daftar istilah yang
disepakati untuk pengindeksan manusia atau katalogisasi beberapa
dokumen dan/atau untuk pengindeksan yang dilakukan oleh beberapa
pengindeks, untuk memastikan konsistensi. Jika beberapa dokumen,
terutama oleh penulis yang berbeda, akan diindeks dari waktu ke
waktu, pengindeks cenderung melupakan istilah indeks mana yang
ditetapkan dan mungkin secara tidak sengaja menggunakan sinonim
yang berbeda ketika topik yang sama muncul di dokumen yang
76 Perancangan Model Bisnis Pariwisata
5.3 Model
Para ahli memberikan definisi model dari berbagai perspektif. Ackoff
menjabarkan model dapat dipandang dari tiga jenis kata. Sebagai kata benda,
model berarti representasi (gambaran, perwakilan, perlambangan). Model
sebagai kata sifat berarti ideal. Sedangkan model sebagai kata kerja berarti
memperagakan, mempertunjukkan atau memamerkan. Murthy
menggambarkan model sebagai suatu representasi yang memadai dari suatu
sistem. Sedangkan Murdick berargumen bahwa, model adalah penyimpulan
dari sistem nyata yang dapat kita susun dalam berbagai bentuk. Beda halnya
dengan Gordon menjelaskan, model adalah kerangka utama informasi tentang
sistem yang dikumpulkan untuk mempelajari sistem tersebut (Handayani,
2016).
Pengertian lain juga menengaskan bahwa model adalah representasi dari suatu
objek, benda, atau ide-ide dalam bentuk yang disederhanakan dari kondisi atau
fenomena alam. Model berisi informasi- informasi tentang suatu fenomena
yang dibuat dengan tujuan untuk mempelajari fenomena sistem yang
sebenarnya. Model dapat merupakan tiruan dari suatu benda, sistem atau
kejadian yang sesungguhnya yang hanya berisi informasi-informasi yang
dianggap penting untuk ditelaah. Bentuknya model dapat berupa model fisik
(maket), bentuk prototipe, model citra (gambar rancangan, citra komputer),
78 Perancangan Model Bisnis Pariwisata
4. Lasik
5. Holistic/anti-aging
6. Sex reassignment
7. Medical and wellness spa
8. Medical check up
9. General treatments
3. Training Courses
Training courses adalah acara di mana peserta berkumpul bersama
pada waktu dan tempat tertentu untuk menerima informasi atau
dibantu untuk mengembangkan keterampilan mereka. Ini dapat
berupa kursus pelatihan 'internal' di mana semua peserta dipekerjakan
oleh satu organisasi, atau acara 'terbuka' di mana organisasi pelatihan
menawarkan program yang tersedia bagi semua orang yang merasa
program itu mungkin bermanfaat bagi mereka.
4. Incentive Travel
Badan profesional dinia, Society of Incentive Travel Executives
(SITE) mendefinisikan bentuk pariwisata bisnis ini sebagai berikut:
incentive travel is a global management tool that uses an exceptional
travel experience to motivate and/or recognize participants for
increased levels of performance in support of the organizational
goals (SITE, 1998).
Gambar 5.10: The structure of business travel and tourism (Horner and
Swarbrooke, 1996)
Bab 6
Analisis Situasi Pasar
Pariwisata
6.1 Pendahuluan
Pariwisata merupakan perpaduan dua sisi kekuatan, yakni sisi penawaran dan
sisi permintaan. Sisi penawaran menunjukkan area di mana industri perjalanan
dan pariwisata yang berupaya untuk merangsang timbulnya suatu permintaan
akan produk dan jasa, sedangkan sisi permintaan merupakan sisi yang
mewakili konsumen (wisatawan) yang berusaha mencari produk dan layanan
perjalanan agar dapat memenuhi kebutuhan tertentu dalam perjalanannya.
Sejalan dengan misi untuk dapat mempertemukan kedua hal tersebut maka
timbullah pemasaran. Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial di mana
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan melalui
penciptaan dan pertukaran produk dan nilai dengan pihak lain.
92 Perancangan Model Bisnis Pariwisata
Dalam bab ini akan berusaha menyajikan berbagai kerangka kerja, model dan
konsep umum agar dapat dijadikan sebagai literatur dalam melihat analisis
strategis dan analisis konteks situasional dalam upaya untuk mengevaluasi
penggunaannya ketika seseorang atau sebuah organisasi hendak melakukan
sebuah kerjasama dan atau berkolaborasi dengan orang lain atau organisasi
lain dalam bentuk apapun. Fokus dalam bahasan bab ini adalah untuk
mengeksplorasi dimensi pertama dari proses perencanaan pemasaran
pariwisata strategis, yaitu analisis konteks situasional.
Dalam melihat dimensi pertama dari proses perencanaan pemasaran pariwisata
strategis, dipandang penting sejak awal untuk dapat menetapkan bahwa itu
berada dalam domain rencana strategis dan dengan demikian harus konsisten
dengan visi, misi, tujuan dan sasaran utama dari pengembangan suatu
destinasi. Sebelum tahap perencanaan pemasaran, dilakukan maka identitas
dan arah bisnis perlu diperjelas dan ditangani. Hal ini tidak sepenuhnya
berhubungan dengan domain pemasaran, karena pemasaran hanyalah salah
satu elemen dari persamaan destinasi dan oleh karena itu memerlukan integrasi
penuh dengan aspek lain dari destinasi. Ini sangat penting ketika
mempertimbangkan arah destinasi yang diinginkan secara keseluruhan, dan
khususnya ketika menetapkan visi, misi, sasaran, dan sasaran destinasi. Item-
item ini dengan demikian akan diperkenalkan sebelum diskusi tentang analisis
situasional yang diterapkan pada proses perencanaan pemasaran pariwisata
strategis.
Isu sentral bagi organisasi dalam situasi perilaku kolaboratif adalah konsistensi
dan kompatibilitas. Misalnya, sejauh mana, dan dengan konsekuensi apa (baik
positif atau negatif), visi kompetitif individu dan kolaboratif bersama
kompatibel satu sama lain, konsisten dengan harapan pemangku kepentingan
dan sesuai dengan pemahaman karyawan atau peserta tentang arah utama dari
organisasi. Jika visi organisasi sangat kontras di awal, ada ruang lingkup yang
luar biasa untuk konflik lebih jauh di bawah proses perencanaan pemasaran
strategis. Ini juga akan menjadi kasus untuk misi dan tujuan perusahaan. Untuk
maskapai internasional, banyak di antaranya telah memilih untuk bersaing dan
berkolaborasi satu sama lain di berbagai titik, munculnya aliansi maskapai
internasional telah memperkenalkan dimensi baru ke dalam persamaan
strategi. Maskapai penerbangan internasional dari segala bentuk dan ukuran
diwakili dalam aliansi, masing-masing memiliki tujuan individu dan
kolaboratif. Meskipun masih bentuk kolaborasi yang relatif belum matang,
akan menarik untuk melihat bagaimana dinamika antar-organisasi dalam
aliansi berdampak pada perilaku organisasi dan pengaturan strategi individu di
masa depan. Pertanyaan yang juga muncul adalah sejauh mana bentuk antar-
organisasi ini merupakan pendahulu dari strategi merger dan akuisisi.
5. Kejenuhan dan
6. Penurunan
Sistem informasi pemasaran pariwisata yang efektif sebagai bagian dari proses
perencanaan pemasaran pariwisata strategis. Ini mungkin termasuk, antara
lain:
1. Sistem akuntansi pariwisata di mana data biaya dari titik asal dan di
dalam negara tujuan wisata, serta penerimaan wisatawan menurut
wilayah, negara dan per kapita, disimpan.
2. Sistem intelijen pemasaran pariwisata untuk mengumpulkan data
terkini dan relevan dari setiap pasar penghasil turis utama dan sektor
layanan turis lokal di negara yang bersangkutan.
3. Sistem riset pemasaran pariwisata di mana studi riset pasar tertentu
dapat dilakukan, baik oleh organisasi spesialis di dalam maupun di
luar negeri, atau oleh organisasi pariwisata nasional itu sendiri.
Model Rantai Nilai dibangun di atas premis bahwa setiap organisasi adalah
kumpulan aktivitas yang dilakukan untuk merancang, memproduksi,
memasarkan, menyampaikan, dan mendukung produknya. Mereka dibagi
menjadi kegiatan utama produksi dan kegiatan pendukung yang memberikan
landasan yang diperlukan. Rantai nilai menghubungkan nilai aktivitas
organisasi dengan bagian-bagian fungsional utamanya. Adalah tugas
organisasi untuk memeriksa rantai nilai dan mencari cara untuk meningkatkan
biaya dan kinerjanya dalam setiap aktivitas penciptaan nilai. Perusahaan juga
harus memperkirakan biaya dan kinerjanya sebagai tolok ukur untuk
membandingkan biaya dan kinerjanya sendiri. Sejauh dapat melakukan
kegiatan tertentu lebih baik daripada pesaingnya, dapat mencapai keunggulan
kompetitif.
Tiga model lebih lanjut berfungsi sebagai kendaraan yang berguna untuk
menganalisis sumber daya internal organisasi. Model Hirarki Sumber Daya,
yang diadaptasi dari (Ladkin, 2005), mirip dengan rantai nilai karena
mengidentifikasi sumber daya utama dalam organisasi. Biasanya dikategorikan
sebagai berwujud, tidak berwujud atau bersifat organisasional, hierarki sumber
daya mengidentifikasi empat tingkat sumber daya yang bersifat internal
organisasi:
1. Peripheral resources (Sumber daya periferal), yang sering
didatangkan tetapi kadang-kadang bisa menjadi sekutu yang
memberikan keunggulan kompetitif
2. Base resources (Sumber daya dasar), yang umum bagi banyak
organisasi tetapi berguna untuk disimpan di dalam organisasi
3. Core resources (Sumber daya inti), yang unik bagi organisasi dan
menjadi dasar keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
4. Breakthrough resources (Sumber daya terobosan), yang akan
membawa perubahan strategis besar dalam
Bab 6 Analisis Situasi Pasar Pariwisata 101
4. Mengurangi risiko
Setiap bisnis pasti ada risikonya masing-masing. Dengan analisa
pasar Anda bisa mengurangi risiko yang terjadi mulai dari kegagalan
produk hingga risiko gagal bisnis. Tetapi dengan melakukan analisa
pasar, risiko tersebut akan berkurang, bahkan bisa Anda hindari.
5. Rencana jangka panjang
Melakukan analisis pasar. Anda akan mengetahui langkah-langkah
jangka panjang ke depan untuk menjalankan bisnis. Dengan memiliki
rencana bisnis yang baik, Anda tidak akan kebingungan dalam
menentukan langkah untuk bisa meraih kesuksesan.
6. Menjadi tren bisnis
Analisa pasar yang dilakukan juga memberikan manfaat bagi bisnis,
terutama memunculkan ide-ide baru yang bisa menjadikan bisnis
Anda sebagai trend setter pebisnis lainnya. Jika Anda sudah menjadi
trend setter, penjualan bisnis Anda akan semakin meningkat pesat.
7. Mendapatkan keuntungan dengan cepat
Manfaat yang terakhir dalam proses analisa pasar adalah
mendapatkan keuntungan yang lebih cepat dibanding tanpa
melakukan proses analisa pasar. Itulah beberapa pembahasan
mengenai pentingnya analisa pasar yang tepat untuk kesuksesan
bisnis Anda. Perlu diingat bahwa ada hal penting lain yang
berpengaruh dalam kesuksesan suatu bisnis yaitu masalah
manajemen keuangan dalam bisnis. Seberapa baik dan tepat analisa
pasar yang Anda lakukan tanpa diimbangi dengan manajemen
keuangan yang baik, maka hasilnya tidak akan bisa sukses.
104 Perancangan Model Bisnis Pariwisata
Bab 7
Perencanaan Pemasaran
Barang dan Jasa Industri
Pariwisata
arah kebijakan dalam strategi pemasaran. Tentu saja, arah kebijakan dan tujuan
pemasaran akan menyesuaikan dengan ketersediaan sumber daya yang
dikelola pada fungsi-fungsi lain, misalnya keuangan dan sumber daya
manusia, serta sarana dan prasarana yang tersedia.
Peran UMKM yang tidak kalah penting dalam pariwisata adalah perhatiannya
kepada lingkungan. Sebagai pelaku usaha sekaligus anggota masyarakat lokal,
tentunya orang-orang ini akan berpikir berkali-kali untuk berbuat tindakan
yang merugikan bagi lingkungan sekitar. Bagaimanapun juga, mereka dan
keluarganya juga tinggal di daerah itu, sehingga kerusakan lingkungan akibat
usaha yang dilakukannya akan berdampak terhadap kelangsungan hidup diri
dan keluarganya. Oleh karena itu, kecenderungan UMKM untuk melakukan
tindakan yang merusak lingkungan lebih kecil dibandingkan korporasi besar.
perencanaan riset
penganggaran anggaran
pemasaran
evaluasi
kerja sama termasuk juga pelanggan. Hasil yang diharapkan pada tahap ini
adalah, kita memiliki informasi tentang sumber daya yang dimiliki, kapabilitas
organisasi, kebutuhan pelanggan, serta tren pasar yang sedang terjadi.
Tahapan berikutnya adalah perencanaan. Tahap ini merupakan bagian penting
karena di dalamnya ada penentuan arah dan tujuan organisasi yang akan
dicapai dalam periode mendatang. Pada tahap ini, sebagian pakar
menggabungkannya dengan proses audit, riset, proyeksi / prognosis, serta
segmentasi pasar. Pada intinya, target dan sasaran semestinya sudah dapat
dihasilkan pada tahapan ini. Penyusunan jadwal pelaksanaan pekerjaan dan
anggaran juga dilakukan pada tahap ini.
Setelah menyusun rencana dan menetapkan tujuan, organisasi sudah dapat
memulai implementasi hasil perencanaan. Pada tahap ini, para pemangku
kepentingan sudah mengetahui peran masing-masing dalam program-program
pemasaran. Tanggung jawab, batas waktu, struktur kerja, serta besaran
anggaran yang dialokasikan kepada masing-masing unit semestinya telah
dinyatakan secara jelas. Pada tahap ini masih diperbolehkan melakukan
analisis tambahan yang lebih detil, seperti analisis kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman atau SWOT, serta analisis stakeholder. Kunci
keberhasilan pada tahap ini adalah terjadinya kesepakatan atau konsensus di
antara para pemangku kepentingan.
Terakhir, organisasi perlu melakukan pemantauan dan evaluasi atas hasil-hasil
pada tahapan sebelumnya. Proses ini akan lebih mudah dilakukan jika
organisasi memiliki sistem umpan balik pada berbagai tingkatan organisasi.
Dalam dunia nyata, tidak ada hal yang sempurna. Perencanaan terbaik pun
masih memiliki ketidaksesuaian pada saat pelaksanaan. Oleh karena itu, tahap
pemantauan semestinya mampu menangkap kesenjangan yang terjadi di
lapangan dengan rencana awal. Jika memungkinkan, rencana awal dapat
diubah sesuai dengan kondisi lapangan selama masih selaras dengan tujuan
utama organisasi. Namun, seringkali tujuan utama organisasi perlu diubah
melihat situasi yang tidak memungkinkan untuk dilanjutkan. Perubahan-
perubahan tujuan utama organisasi dapat dilakukan setelah melakukan
evaluasi menyeluruh dari program-program yang berkaitan. Hasil evaluasi ini
akan menjadi dasar dalam menetapkan rencana pemasaran pada periode
selanjutnya.
Bab 7 Perencanaan Pemasaran Barang dan Jasa Industri Pariwisata 117
situasi keamanan menjadi hal yang penting. Kepercayaan wisatawan ini bisa
dibangun dengan melibatkan pada agen-agen perjalanan, penulis, pemimpin
keagamaan, selebritis, maupun lembaga-lembaga pemerintah yang berwenang
dalam menyebarluaskan informasi tentang kondisi dan situasi terkini di
destinasi wisata. Strategi ini sudah berulang kali dilakukan oleh Israel dan
memberikan hasil yang positif.
Bagi negara-negara lain yang belum pernah mengalami krisis pariwisata yang
berulang seperti Israel, sangat penting untuk memiliki pedoman dalam
penanganan krisis. Krisis yang dialami bisa bersumber dari mana saja. Bali
misalnya, beberapa kali krisis pariwisata terjadi baik karena bencana alam
gunung berapi, maupun tindakan terorisme. Sekalipun sumber krisis tersebut
berbeda-beda, namun secara garis besar penanganannya adalah sama. Perlu
ada petunjuk operasional yang menjelaskan langkah-langkah strategis saat
menghadapi krisis.
Tidak sepenuhnya krisis pariwisata berkonotasi negatif. Pada beberapa
kejadian, pengalaman krisis di suatu lokasi justru mengundang wisatawan
untuk datang ke tempat tersebut. Sebagai contoh, lokasi terjadinya ledakan
bom oleh teroris di Bali sering didatangi oleh wisatawan yang ingin tahu lebih
dalam mengenai kejadian tersebut. Bahkan, bekas lokasi penjara atau tempat
kematian seseorang dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Itu
sebabnya, kita perlu merencanakan strategi pemasaran pariwisata secara baik.
Dengan perencanaan pemasaran yang baik, selain kita dapat mengurangi
dampak krisis terhadap kepariwisataan, kita juga dapat mengambil peluang
dari krisis tersebut.
Bab 8
Perencanaan Pembiayaan dan
Estimasi Finansial Objek
Parawisata
8. Paket tour lokal adalah pengeluaran untuk paket tour yang dibeli di
negara tujuan.
9. Tamasya adalah pengeluaran untuk biaya tiket masuk ke obyek
wisata komersial.
10. Guide service adalah pengeluaran untuk tip guide.
11. Lainnya adalah biaya yang timbul diluar biaya-biaya di atas.
Karakteristik Perjalanan
Karakteristik perjalanan merupakan karakteristik dari para responden ketika
melakukan perjalanan ke Kabupaten Probolinggo. Karakteristik perjalanan ini
meliputi dengan siapa mereka melakukan perjalanan wisata, alat transportasi
yang digunakan selama perjalanan wisata, akomodasi penginapan yang
dipakai, sumber informasi yang digunakan, dan sebagainya. Berikut adalah
hasil olahan data karakteristik perjalanan wisata:
Tabel 8.1: Partner Perjalanan Wisatawan Di Kabupaten Probolinggo
No Keterangan Frekuensi Prosentase
1 Sendiri - -
2 Teman 38 38
3 Grup 10 10
4 Keluarga 52 52
Jumlah 100 100
Para responden sebagan besar melakukan perjalanan dengan keluarga yaitu
sebanyak 52 orang (52%) dan bersama teman 38 orang(38%), dengan grup
sedikit yaitu sebanyak 10 orang (10%). Intensitas kunjungan ini adalah data
yang menuunjukkan berapa kali para responden tersebut telah mengunjungi
Kabupaten Probolinggo. Berikut hasil olahan datanya:
Tabel 8.2: Intensitas Kunjungan Wisatawan Ke Kabupaten Probolinggo
No Keterangan Frekuensi Prosentase
1 Pertama 14 14
2 Kedua 26 26
3 Ketiga 12 12
4 Lebih dari 3 kali 48 48
Jumlah 100 100
Dari hasil olahan data pada tabel 8.2. dapat diketahui bahwa sebagian besar
para responden sudah lebih dari tiga kali berkunjung ke Kabupaten
Probolinggo yaitu sebanyak 48 orang(48%) sedangkan yang baru dua kali
sebanyak 26 orang (26%), yang baru perama kali sebanyak 14 orang(14%) dan
yang sudah ketiga kali sebanyak 12 orang(12%). Transportasi, ini untuk
mengetahui jenis transportasi yang mereka gunakan saat mereka berkunjung
ke Kabupaten Probolingo berikut hasil olahan datanya:
Bab 8 Perencanaan Pembiayaan dan Estimasi Finansial Objek Parawisata 133
Dari tabel 8.6. dapat diketahui bahwa Malang masih menjadi favorit tempat
wisata, terutama di Provinsi Jawa Timur, selanjutnya adalah Bandung,
kemudian Yogyakarta, Bali dan jakarta dan diikuti tempat wisata lainnya. Di
Provinsi Jawa Timur sendiri sebenarnya masih banyak tempat wisata yang bagus
untuk di kunjungi, namun masih perlu peningkatan dalam pengelolaan dan
promosi sehingga bisa lebih dikenal masyarakat Indonesia. Akomodasi yang
digunakan selama perjalanan wisata di Kabupaten Probolinggo adalah penginapan/
hotel yang digunakan responden saat berwisata di Kabupaten Probolinggo.
Berikut adalah jenis akomodasi yang digunakan oleh para responden:
Tabel 8.7: Jenis Akomodasi Yang Digunakan Oleh Responden Selama
Kunjungan Wisata Kabupaten Probolinggo
No Keterangan Frekuensi Prosentase
1 Hotel Berbintang 10 10
2 Hotel / Homestay 70 70
3 Rumah Teman/ Saudara 10 10
4 Tidak Menginap 9 9
5 Rumah Sendiri 1 1
Jumlah 100 100
Sekitar 70% wisatawan yang dijadikan responden menggunakan akomodasi
murah selama kunjungan wisata di Kabupaten Probolinggo. Sementara itu
sebanyak 10 % memilih menggunakan hotel berbintang dalam kunjungan
wisatanya. Sisanya, yaitu sebanyak 10% menginap di rumah teman/ saudara dan
9% tidak menginap, ada 1% menginap di rumah sendiri. Untuk lama tinggal
responden yang berwisata di Kabupaten Probolinggo sangat bervariasi berikut
datanya:
Tabel 8.8: Lama Tinggal Responden Selama Kunjungan Wisata di Kabupaten
Probolinggo
No Keterangan Frekuensi Prosentase
1 1 hari 29 29
2 2 hari 34 34
3 3 hari 27 27
4 4 hari 6 6
5 5 hari 6 6
6 7 hari 4 4
Jumlah 100 100
Rata-rata lama tinggal 2,65 hari
136 Perancangan Model Bisnis Pariwisata
6. Transportasi
Dari sebanyak 100 responden, yang mau menuliskan budget yang
mereka habiskan untuk makan dan minum mereka selama berada di
Kabupaten Probolinggo adalah sebanyak 100 orang.
//ec.europa.eu/docsroom/documents/33163/attachments/1/translations/e
n/renditions/native
European Commission (2017). Management and Content Provision for ICT and
Tourism Business Support Portal. Final Report. March 2017. Paris.
Eurostat (2020), E-commerce statistics for individuals - Statistics Explained,
Luxembourg, https://ec.europa.eu/eurostat/statistics explained/pdfscache
/46776.pdf
Fadhillah, Y. et al. (2022) Teknologi Blockchain dan Implementasinya.
Yayasan Kita Menulis.
Faletehan, A. F. (2014) “Pengantar ilmu manajemen, Buku Perkuliahan
Program S-1 Prodi Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah UIN Sunan
Ampel Surabaya Penulis:,” hal. 266.
Fennel. D.A, (1999), Ecotourism Policy and Planning, London: CABI
Publishing.
Fenneman, J., (2021). Introduction to Taxonomy [WWW Document]. E-Flora
BC Electronic Atlas of the Flora of British Columbia. URL
https://ibis.geog.ubc.ca/biodiversity/eflora/IntroductiontoPlantTaxonom
y.html (accessed 6.11.22).
Franklin, A., Crang, M., (2001). The trouble with tourism and travel theory?
Tourist Studies 1, 5–22. https://doi.org/10.1177/146879760100100101
Frey, O. (2009) ‘Enhancing the City’, Enhancing the City. doi: 10.1007/978-90-
481-2419-0.
Gilbert, D. (1990) “Strategic marketing planning for national tourism,” The
Tourist Review, 45(1), hal. 18–27. doi: 10.1108/eb058038.
Goeldner, C.R., Ritchie, J.R.B., (2012). Tourism: principles, practices,
philosophies, 12th ed. ed. Wiley, Hoboken, NJ, E:\MYCLOUD\Calibre
Library\Charles R. Goeldner\Tourism_ Principles, Practices, Phil (78).
Gomezelj, D. O. (2016). A systematic review of research on innovation in
hospitality and tourism. International Journal of Contemporary
Hospitality Management, 28(3), 516-558. doi:10.1108/ijchm-10-2014-
0510
Govoni, N. A. (2012) ‘PEST Analysis’, Dictionary of Marketing
Communications, (7), pp. 1–18. doi: 10.4135/9781452229669.n2655.
150 Perancangan Model Bisnis Pariwisata
OECD (2017c), Key issues for Digital Transformation in the G20, Joint G20
German Presidency/OECD Conference, Berlin, 12 January 2017.
OECD (2018a), “Analysing Megatrends to Better Shape the Future of
Tourism”, OECD Tourism Papers, No. 2018/02, OECD Publishing,
Paris, https://doi.org/10.1787/d465eb68-en.
OECD (2019a), Enabling SMEs to benefit from digitalisation: Scoping Paper.
Centre for Entrepreneurship, SMEs, Regions and Cities (CFE)
CFE/SME(2019)2.
OECD (2019b), Going Digital. Shaping policies, improving lives. OECD
Publishing, Paris, https://doi.org/10.1787/9789264312012-en.
OECD (2019d), OECD SME and Entrepreneurship Outlook 2019, OECD
Publishing, Paris, https://doi.org/10.1787/34907e9c-en.
OECD (2019f). OECD ICT Access and Usage by Businesses database, extract
November 2019.
OECD, 2018c), Fostering greater SME participation in a globally integrated
economy. . OECD Ministerial Conference on SMEs. 23 February 2018.
Mexico City, https://www.oecd.org/cfe/smes/ministerial/documents/
2018-SME-Ministerial-Conference-Plenary-Session-3.pdf.
OECD. (2019c), Measuring the digital transformation. A roadmap for the future.
OECD Publishing, Paris. https://doi.org/10.1787/9789264311992-en
PATA/Oxford Economics, (2018), Data and Digital Platforms: Driving tourism
growth in Asia Pacific. PATA and Oxford Economics, Bangkok.
Permadi, L. A., Muttaqillah, M. dan Retnowati, W. (2021) “Kriteria Homestay
Di Desa Wisata Yang Memenuhi Prinsip-Prinsip Wisata Halal : Sebuah
Kajian Teori,” JMM Unram - Master of Management Journal, 10(3), hal.
227–235. doi: 10.29303/jmm.v10i3.667.
Philip Kotler (2003) Manajemen Pemasaran.pdf. 11th edn. New Jersey: Prentice
Hall.
Pike, S. (2008) Destination Marketing: An Integrated Marketing
Communication Approach. Oxford: Elsevier.
Pitana, I Gde. dan Surya Diarta, I Ketut. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata,
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Daftar Pustaka 155
Ritchie, J.R.B., Sheehan, L.R., Timur, S., (2008). Tourism Sciences or Tourism
Studies?Implications for the Design and Content of Tourism
Programming. Téoros. Revue de recherche en tourisme 27, 33–41.
Robinson, M., Novelli, M., (2005). Niche tourism: an introduction, in: Niche
Tourism. Elsevier, pp. 1–11. https://doi.org/10.1016/B978-0-7506-6133-
1.50007-X
Sanjeev, G. M. (2019). What should Indian tourism and hospitality managers
focus on to stay competitive in the coming decade? Worldwide
Hospitality and Tourism Themes, 11(4), 467-473. doi:10.1108/whatt-05-
2019-0027
Sanjeev, G. M., & Birdie, A. K. (2019). The tourism and hospitality industry in
India: emerging issues for the next decade. Worldwide Hospitality and
Tourism Themes, 11(4).
Santarsiero, F., Lerro, A., Carlucci, D., & Schiuma, G. (2022). Modelling and
managing innovation lab as catalyst of digital transformation: theoretical
and empirical evidence. Measuring Business Excellence, 26(1).
doi:10.1108/MBE-11-2020-0152
Sapta, I. K. S. dan Landra, N. (2018) Bisnis Pariwisata. I, Juli 20. Diedit oleh A.
A. P. Agung dan I. W. Sujana. Denpasar: CV Noah Aletheia. Tersedia
pada: https://library.unmas.ac.id/repository/EBK-00025.pdf.
Sasmita, A. (2017) Kajian Aspek Fasilitas Wisata Berdasarkan Konsep
Geotourism Pada Kawasan Wisata Desa Silalahi, Kaldera Toba,
Departemen Arsitektur Fakultas Teknik. Universitas Sumatera Utara.
Tersedia pada:
http://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://repositori.usu.ac.id/bits
tream/handle/123456789/1968/130406006.pdf?sequence=1&isAllowed
=y.
Sasole, Rafika, (2018), Pengelolaan Objek Wisata Pantai Halasy Dalam
Rangka Menarik Kunjungan Wisatawan (Prespektif Ekonomi Islam).
Schiavone, F., Mancini, D., Leone, D., & Lavorato, D. (2021). Digital business
models and ridesharing for value co-creation in healthcare: A multi-
stakeholder ecosystem analysis. Technological Forecasting and Social
Change, 166. doi:10.1016/j.techfore.2021.120647
Daftar Pustaka 157
SHI ini kerap mendapatkan dana penelitian dari kompetisi Hibah tingkat
Nasional. Pada 2016 lalu, Adi berhasil meraih penelitian Hibah Bersaing untuk
ke 3 kalinya. Ayah dari Lalu Regiawan Eka, Lalu Sutawijaya Airlangga, Lalu
Teguh Adriano dan Lalu Utama Ahsan ini sudah menulis puluhan artikel
penelitian, pengabdian masyarakat dan buku. Menurut catatan Google Scholar,
tulisan dosen Jurusan Manajemen FEB Universitas Mataram ini sudah dikutip
sebanyak 241 kali sejak tahun 2017. Di kampus, Adi aktif sebagai pengelola
Jurnal, jurnal terbaru yang lahir dari tangan dinginnya adalah jurnal Urgentrev
(Unram Management Review) di tahun 2021 ini. Sebelumnya JMM Unram
(Jurnal Magister Manajemen) yang dibentuknya di tahun 2011 terakreditasi
nasional Sinta 5. Di dalam kehidupan sosial, Adi aktif dalam pengembangan
pariwisata di desa asalnya yaitu Desa Bonjeruk dengan membentuk Pokdarwis
Wirajaya Putra Jonggat pada tahun 2018 dan Kelompok Agrowisata Dasan
Beleq pada tahun 2020. Selain itu bersama almarhum ayahanda tercinta, Adi
mendukung terbentuknya kelompok membaca tulisan-tulisan Sanskerta dengan
nama Cempaka Wangi di tahun 2018. Dalam menulis buku, Lalu Adi Permadi
sudah menghasilkan sejumlah buku. Beberapa di antaranya kolaborasi bersama
teman-teman Kolaborasi Kita Menulis dan diterbitkan oleh Yayasan Kita
Menulis yaitu Etika Bisnis 2020, Ekonomi Pariwisata 2021, Manajemen Bisnis
Pemasaran 2021, Manajemen Pemasaran Perusahaan 2021, Manajemen
Pemasaran Jasa 2021 dan Inovasi Desa Wisata 2021, Perilaku Konsumen:
Implikasi di Era Digital 2022.
Anak kedua dari tiga bersaudara ini, dalam kesehariannya dan pekerjaannya
adalah bertugas sebaga seorang pengajar keahlian perhotelan dalam bidang
Room Division dan pariwisata. Menunaikan diri dalam Tridarma Perguruan
Tinggi adalah amanah yang di jalani oleh Bapak I Made Murdana. Pelatihan
Work Place Assesor (WPA pada tahun 2007 dan 2016), ASEAN Nasional
Trainner dan ASEAN Nasional Assesor pernah diikutinya tahun 2020 dan 2021,
dan hingga kini menjadi salah satu assesor kompetensi dan auditor di salah satu
LSP 3 yang ada di pulau Lombok. Bidang Pariwisata adalah bidang yang
ditekuni, dan dicintainnya hingga kini.
berpengalaman selama lebih dari sepuluh tahun dalam bidang keuangan dan
investasi khususnya di pasar modal Indonesia. Ke depannya, penulis sangat
terbuka untuk berdiskusi dan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk
mengkaji dan menulis tentang ekonomi kreatif, pariwisata, kebijakan publik,
maupun keuangan dan investasi. Penulis dapat dihubungi melalui e-mail:
83radit@gmail.com atau raditya@kemenparekraf.go.id.