Penulis:
Nasrullah, Sri Susanty, Meizar Rusli, Andriasan Sudarso
Pratiwi Bernadetta Purba, Nina Noviastuti, Devi Roza K. Kausar
Hengki Mangiring Parulian Simarmata, Pandu Satriya Hutama
I Nyoman Sudiarta
Penulis:
Nasrullah, Sri Susanty, Meizar Rusli, Andriasan Sudarso
Pratiwi Bernadetta Purba, Nina Noviastuti, Devi Roza K. Kausar
Hengki Mangiring Parulian Simarmata, Pandu Satriya Hutama
I Nyoman Sudiarta
Penerbit
Yayasan Kita Menulis
Web: kitamenulis.id
e-mail: press@kitamenulis.id
WA: 0821-6453-7176
Nasrullah, dkk.
Pemasaran Pariwisata: Konsep, Perencanaan & Implementasi
Yayasan Kita Menulis, 2020
xiv; 156 hlm; 16 x 23 cm
ISBN: 978-623-6761-37-3
Cetakan 1, Oktober 2020
I. Pemasaran Pariwisata: Konsep, Perencanaan & Implementasi
II. Yayasan Kita Menulis
Puji dan syukur kita ucapkan atas berkat dan petunjuk dari Tuhan Yang
Maha Esa penyusunan dan penulisan buku Pemasaran Pariwisata ini
dapat terselesaikan. Buku ini dihadirkan dengan tujuan agar bisa menjadi
salah satu bahan referensi dalam pengayaan kajian tentang ilmu
pemasaran pariwisata dan memberikan sudut pandang lain tentang
pemasaran pariwisata terutama bagi yang belum mengenal pemasaran
dibidang pariwisata.
Akhir kata dengan tujuan penyempurnaan dan pembenahan dari buku ini,
maka kami sangat terbuka atas saran dan masukan yang sifatnya
konstruktif demi kemajuan ilmu pariwisata kedepan.
1.1 Pendahuluan
Pemasaran merupakan kegiatan yang sangat kompleks dan mengaitkan
berbagai hal. Kegiatan pemasaran sudah mengalami berbagai macam tahapan
perubahan dan telah melewati berbagai bentuk evolusi. Evolusi dari kegiatan
perdagangan yang masih sangat sederhana yang dahulu dikenal dengan sistem
barter dalam aktivitasnya. Dari perdagangan yang sederhana tersebut
kemudian berevolusi ke aktivitas perdagangan yang berorientasi pada produk,
di mana pada tahap ini para produsen memusatkan perhatiannya untuk
menciptakan dan menghasilkan produk saja. Kemudian dari orientasi produk
selanjutnya berevolusi kepada kegiatan pemasaran yang berorientasi pada
kegiatan penjualan. Selanjutnya evolusi yang terjadi dalam kegiatan dan
aktivitas pemasaran yaitu berorientasi pada kegiatan pemasaran yang rasional.
Perubahan paradigma dalam kegiatan pertukaran telah terjadi saat ini, yakni
dari pertukaran transaksional ke pertukaran rasional. Era post industry
merupakan masa yang mengawali tumbuh dan berkembangnya perekonomian
dunia, termasuk dalam hal perubahan paradigma ini. Penciptaan nilai
pelanggan dan integrasi kepada pelanggan merupakan tujuan pemasaran saat
2 Pemasaran Pariwisata: Konsep, Perencanaan & Implementasi
ini, tujuan ini merupakan hasil perubahan di mana tujuan dalam kegiatan
sebelumnya sekedar untuk menciptakan penjualan dan kebutuhan dalam
rangka mencapai kepuasan pelanggan. Diperlukan beberapa atribut dalam
menciptakan nilai sebagai upaya meningkatkan nilai pelanggan yang sudah
ada merupakan fokus utama dalam kegiatan pertukaran relasional. Dalam
rangka menciptakan hubungan jangka panjang dan harapan untuk menjaga
hubungan yang bernilai dengan pelanggan digunakanlah atribut-atribut dalam
pertukaran relasional di antaranya atribut kepuasan, atribut kepercayaan dan
atribut komitmen (Iqbal, 2014).
Tahapan demi tahapan ini silih berganti mengalami perubahan sesuai dengan
masa dan zamannya, dan pada saat ini kita diperhadapkan pada suatu kondisi
yang lain pula. Trend dalam aktivitas pemasaran saat ini adalah pemasaran
digital dan pertumbuhan media sosial. Trend pemasaran ini berjalan searah
dengan semakin maju dan berkembangnya teknologi informasi dan
komunikasi ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Tentunya dengan adanya
perkembangan trend pemasaran ini, maka masyarakat kita juga harus
mempersiapkan dirinya dalam menghadapi segala bentuk dampak ikutan yang
mengikutinya. Kehidupan dunia digital dan pertumbuhan media sosial sedang
mencapai puncak kejayaannya sekarang ini. Media digital yang digunakan saat
ini bukan sebatas untuk menjadi media tambahan dalam kegiatan pemasaran,
tetapi sudah menjadi bagian dari kegiatan alur penyebaran informasi dan
komunikasi yang saling terkait untuk mempertegas keberadaan dan peran
setiap fungsi yang ada di dalam lembaga/organisasi dengan mendayagunakan
faktor jejaring sebagai pendukung dan platform sebagai medianya (Ayuni,
Cangara and Arianto, 2019).
Orientasi kepada pemenuhan kepuasan konsumen merupakan hakikat dari
pemasaran pariwisata dan ini tidak berbeda dengan tujuan pemasaran secara
umum. Di mana dalam konteks pemasaran jasa yang merupakan elemen
strategisnya adalah konsumen. Pemasaran saat ini memiliki perbedaan dengan
pemasaran pada masa lalu yang lebih berorientasi pada produk. Konsep
pemasaran saat ini lebih lebih menekankan pada orientasi pada konsumen,
dibandingkan produsen seperti pada konsep pemasaran dimasa yang lalu.
Dahulu kegiatan produksi dilakukan oleh produsen kemudian menjualnya
kepada konsumen, dilakukan tanpa mencari tahu akan kebutuhan dan
keinginan konsumen terlebih dahulu. Sedangkan dalam konsep pemasaran jasa
saat ini semaksimal mungkin dilakukan usaha untuk mencari tahu akan
kebutuhan dan keinginan konsumen kemudian membuat produk untuk
Bab 1 Pengertian dan Lingkup Kegiatan Pemasaran 3
Dari beberapa definisi dan pengertian yang telah dijabarkan sebelumnya, maka
dapat dinyatakan bahwa definisi pemasaran adalah segala bentuk kegiatan
yang terdiri dari rangkaian rencana strategis yang ditujukan pada upaya
pemenuhan akan kebutuhan dan keinginan dari para konsumen agar dapat
tercapai kepuasan yang pada akhirnya akan mendatangkan keuntungan dengan
adanya kegiatan pertukaran (transaksi) yang dilakukan. Perhatian dan nilai
yang baik dari konsumen (pelanggan) akan tercipta dengan sendirinya ketika
sebuah perusahaan telah mampu untuk memberikan dan memenuhi serta
melayani keinginan dan kebutuhan konsumennya. Selain bertanggungjawab
atas pemberian dan pemenuhan akan keinginan dan kemauan pasar akan
Bab 1 Pengertian dan Lingkup Kegiatan Pemasaran 9
Kelompok atau sekumpulan pengguna barang atau jasa yang terdiri dari
lembaga pemerintah misalnya: departemen, direktorat, kantor dinas dan lain-
lain.
3. Perencanaan dan Pengembangan Produk.
Produk dapat didefiniskan sebagai kumpulan barang atau jasa yang diciptakan
dan dihasilkan melalui proses produksi oleh sebuah perusahaan dengan tujuan
untuk dipasarkan. Perencanaan dan pengembangan produk dimulai dengan
menghasilkan ide produk dan diakhiri dengan pengembangan dan
komersialisasi produk. Suatu produk direncanakan dengan memperhatikan
berbagai hal penting baik dari pencitraan produk (product branding), packging
hingga perluasan dan kontraksi lini produk.
4. Kebijakan Penentuan Harga.
7. Kepuasan Konsumen.
Terbagi dalam tiga zona utama yaitu tourist generating country, transit route
region dan tourist destination region.
a Tourist Generating Country yaitu daerah tempat tinggal asal
wisatawan, daerah di mana pelaku wisata memulai dan mengakhiri
perjalanan wisatanya. Daerah asal merupakan sumber pasar potensial
18 Pemasaran Pariwisata: Konsep, Perencanaan & Implementasi
yaitu pasar potensial dan pasar aktual. Pasar potensial yaitu pelaku
perjalanan yang sudah memiliki factor pendorong untuk mengunjungi
suatu destinasi wisata tapi belum sempat atau menunda melakukan
perjalanan tersebut karena berbagai alasan. Pada saat mereka
mengaktualisasikan perjalanannya, pasar potensial ini berubah
menjadi pasar actual. Pasar actual yaitu pelaku perjalanan yang
tengah membeli produk wisata atau sedang menikmati aktivitas
wisata di berbagai destinasi wisata yang mampu menyediakan faktor
penarik bagi wisatawan.
b Marketing menfokuskan pada strategi bagaimana pengelola
pariwisata merencanakan, mempromosikan, dan mendistribusikan
barang dan jasa kepada wisatawan potensial dengan menggunakan
saluran distribusi dan promosi yang tepat. Menurut Kotler dan
Amstrong (2001) saluran distribusi adalah seperangkat organisasi
yang saling bergantung satu sama lain, yang dilibatkan dalam proses
penyediaan suatu produk atau jasa, untuk digunakan atau dikonsumsi
oleh konsumen atau pengguna bisnis. Pendistribusian produk
merupakan bagian yang vital dalam pemasaran pariwisata karena
ketepatan dalam penentuan saluran distribusi dan promosi sangat
memengaruhi permintaan suatu produk dan layanan wisata.
Penentuan jalur untuk pemasaran wisata dapat dilakukan secara
langsung dengan wisatawan potensial atau melalui seperangkat
perantara yang saling bersinergi hingga produk wisata dapat
dinikmati oleh wisatawan actual. Promosi berperan dalam
pembentukan citra dan persepsi wisatawan. Sejauh mana wisatawan
akan mengaktualkan perjalanannya sangat tergantung bagaimana
pemasar mengelaborasi motif wisatawan sebagai factor pendorong
dan mengemas destinasi sebagai factor penarik. Kegiatan promosi
dan pemasaran destinasi dilakukan oleh pemerintah, asosiasi, maupun
industry pariwisata. Di era sekarang, pemasaran pariwisata dominan
melalui dunia digital melalui website maupun aplikasi pemasaran
lainnya yang dengan mudah diakses oleh wisatawan.
Bab 2 Pengertian Dan Sistem Pariwisata 21
3.1 Pendahuluan
Industri pariwisata sejatinya secara optimis tumbuh signifikan baik aktivitas
pasar internasional maupun domestik. Aktivitas pasar internasional di seluruh
dunia tumbuh 4 persen pada 2019 atau mencapai 1,5 miliar kedatangan
wisatawan berdasarkan data yang dilansir destinasi di seluruh dunia (UNWTO,
2020). Hal yang mengejutkan, ketika UNWTO memperkirakan pertumbuhan
minimal 3 hingga 4 persen pada tahun 2020, nyatanya pasar internasional
pariwisata terguncang dengan pandemic Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19). Data menunjukkan penurunan dua digit sebesar 22 persen dalam
kedatangan wisatawan internasional pada Q1 2020, dengan kedatangan di
bulan Maret turun 57 persen setelah dimulainya lockdown di banyak negara,
pembatasan perjalanan yang meluas dan penutupan bandara dan batas negara
(UNWTO, 2020).
Berbicara pengetahuan pasar pariwisata dalam konteks perencanaan menurut
Avenzora (2008), dapat disimplifikasikan melalui pembahasan mengenai (1)
siapa yang meminta, (2) apa yang diminta, dan (3) kapan diminta. Sedangkan
pengetahuan produk pariwisata dapat dipahami melalui pembahasan mengenai
(1) apa dan berapa banyak dapat diberikan (2) kepada siapa dapat diberikan
dan (3) kapan dapat diberikan (Avenzora, 2008). Sudut pandang ini
menggambarkan keseimbangan pasar dan produk pariwisata minimal
28 Pemasaran Pariwisata: Konsep, Perencanaan & Implementasi
Gambar 3.1: A Refinement to the Travel Careers Model - The Travel Careers
Ladder (Pearce, 1988)
Bab 3 Pasar Pariwisata 31
Lebih lanjut pada prosesnya Pearce dan Lee (2005) mengusulkan travel
career pattern (TCP) sebagai pendekatan yang lebih dinamis dengan empat
belas faktor motivasi yang dihasilkan, dalam urutan kepentingannya, diberi
label sebagai (1) novelty, (2) escape/relax, (3) relationship (strengthen), (4)
autonomy, (5) nature, (6) selfdevelopment (host-site involvement), (7)
stimulation, (8) self-development (personal development), (9) relationship
(security), (10) self-actualization, (11) isolation, (12) nostalgia, (13) romance,
and (14) recognition.
Tabel 3.1: Faktor Motivasi Travel Career Pattern (TCP) (Pearce dan Lee,
2005)
Faktor Motive Items
• Bersenang-senang
• Pengalaman yang berbeda
Novelty
• Merasakan suasana yang spesial
• Mengunjungi tempat-tempat sesuai minat pribadi
• Beristirahat dan bersantai
• Menjauh dari stres (tekanan psikologis sehari-hari)
• Menjauh dari rutinitas
Escape/relax • Menjauh dari tuntutan rutinitas
• Mengistirahatkan pikiran
• Tidak mengkhawatirkan keterbatasan waktu
• • Menjauh dari stres (tekanan fisik sehari-hari)
• Melakukan sesuatu dengan rekan sejawat
• Melakukan sesuatu dengan keluarga/teman
Relationship • Menikmati hal baru bersama teman baru
(Strengthen) • Memperkuat hubungan dengan rekan sejawat
• Memperkuat hubungan dengan keluarga/teman
• Menjalin komunikasi dengan keluarga/teman
• Memiliki kebebasan bertindak
Autonomy • Tidak memiliki kewajiban kepada siapa pun
• Melakukan sesuatu dengan cara sendiri
• Melihat keindahan pemandangan
• Menyatu dengan alam
Nature
• Mendapatkan apresiasi yang lebih baik terhadap alam
• Merasakan hubungan yang harmoni dengan alam
• Mempelajari hal-hal baru
Self-development • Memperoleh pengalaman dari budaya yang berbeda
(Host-site
• Bertemu orang-orang baru dan beragam
involvement)
• Mengembangkan pengetahuan tentang area baru
32 Pemasaran Pariwisata: Konsep, Perencanaan & Implementasi
4.1 Pendahuluan
Pariwisata massal, yang berkembang sekitar awal 60-an abad terakhir,
merupakan kontributor penting bagi pembangunan tidak hanya ekonomi
regional tetapi juga nasional dan umumnya disajikan oleh tujuan pariwisata.
Terlepas dari kecenderungan tertentu dalam preferensi untuk pariwisata
individu, diharapkan bahwa pariwisata massal dan tujuan wisata massal akan
terus memainkan peran dominan di beberapa negara bagian yang ekonominya
bergantung pada pertumbuhannya dan di mana pariwisata sangat sering
dianggap sebagai industri pariwisata.
Karena meningkatnya daya saing di bidang pariwisata, peran komunikasi
pemasaran sebagai alat utama untuk mengatakan kepada orang lain bahwa
"kita ada di sini", tidak peduli apakah itu penyedia jasa pariwisata, perhotelan
atau mengadakan acara olahraga atau budaya seperti Olimpiade permainan,
festival musik, oleh karena itu topik yang penulis bahas adalah kemungkinan
penggunaan alat komunikasi pemasaran modern dalam pengelolaan destinasi
wisata massal dan ciri khusus produk pariwisata memengaruhi penggunaan
dan efektivitas alat komunikasi pemasaran tradisional. seperti periklanan,
40 Pemasaran Pariwisata: Konsep, Perencanaan & Implementasi
pameran, dan lain-lain dalam presentasi tujuan wisata massal dan di sisi lain
kemungkinan preferensi menggunakan tren modern baru dan alat komunikasi
pemasaran.(Švajdová, 2019)
Salah satu solusi dari masalah yang disebutkan di atas dapat menjadi
penggunaan alat komunikasi pemasaran modern yang paling tepat. Saat
memilih yang "terbaik", pertimbangan fakta-fakta yang membatasi berikut
(tetapi tidak hanya mereka) adalah keharusan:
a Destinasi merupakan bagian penting dari produk pariwisata dan dapat
digambarkan sebagai wilayah geografis yang terdiri dari semua
layanan dan infrastruktur yang diperlukan untuk tempat tinggal turis
atau segmen pariwisata tertentu. Destinasi adalah unit kompetitif
pariwisata yang masuk. Fakta ini dapat membatasi alat komunikasi
pemasaran yang dipilih karena harus menghormati karakter destinasi
pariwisata.
b Basis destinasi pariwisata, selain daya tariknya, adalah menyediakan
layanan pariwisata dan karakteristik layanan yang khas seperti
intangibility, immateriality, dan lain-lain. Dapat membatasi
penggunaan beberapa alat komunikasi pemasaran modern.
c Fakta bahwa destinasi didasarkan pada pariwisata masif (biasanya
spektrum pengunjung yang luas dengan preferensi berbeda untuk
komunikasi pemasaran) juga menjadi faktor yang membatasi.
d Dunia semakin "online".
Media sosial adalah salah satu teknologi komunikasi yang tumbuh paling cepat
di lingkungan Internet. Pemasaran media sosial mengacu pada media online
berbasis Internet di mana individu dengan minat, tujuan, dan praktik yang
sama terlibat dalam interaksi sosial membangun profil pribadi dan berbagi
informasi dan pengalaman. Media sosial mewakili berbagai bentuk seperti
Bab 4 Komunikasi Pemasaran Pariwisata 43
jejaring sosial (mis., Facebook), situs berbagi foto (mis., Flickr, Photobucket),
situs pembuatan dan berbagi video (mis. YouTube, Ustream), komunitas
online, alat mikroblog (mis., Twitter ), penandaan sosial (mis., Digg), pembaca
berita (Pustaka Google), papan dan forum Internet publik, situs web ulasan /
peringkat (misalnya, TripAdvisor), blog / moblog, situs penandaan,
podcasting, wiki, dan situs web individu. Salah satu fungsi terpenting dari
media sosial adalah menyediakan aplikasi berbasis web di mana pengguna
dapat dengan mudah membuat dan memposting berbagai konten dalam bentuk
teks, foto, video, dan lain-lain. (Kang, M. and Schuett, 2013).
Media sosial sendiri adalah istilah umum untuk situs yang mungkin
menyediakan tindakan sosial yang sangat berbeda. Misalnya, Twitter adalah
situs sosial yang dirancang untuk memungkinkan orang berbagi pesan singkat
atau "pembaruan" dengan orang lain. Facebook, sebaliknya, adalah situs
jejaring sosial lengkap yang memungkinkan berbagi pembaruan, foto,
mengikuti acara, dan berbagai aktivitas lainnya (Persuit, 2013).
Munculnya teknologi media sosial berbasis internet telah memungkinkan para
pelancong untuk berbagi pengalaman perjalanan mereka dengan cepat dan
nyaman. Informasi yang dibagikan di situs media sosial diakui sebagai sumber
informasi penting yang dapat memengaruhi pengambilan keputusan perjalanan
bagi calon pelancong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa identifikasi dan
internalisasi adalah penentu penting yang secara positif meningkatkan berbagi
pengalaman perjalanan aktual di media sosial yang dimediasi oleh kenikmatan
yang dirasakan (Kavoura and Stavrianea, 2014).
penjualan langsung, dan pemasaran acara dengan elemen lain dari kompleks
pemasaran, adalah salah satu fitur pemasaran paling signifikan dalam beberapa
tahun terakhir. Komunikasi pemasaran terintegrasi memperluas promosi dan
mencakup semua cara konsumen berkomunikasi dengan organisasi. Ini tidak
terbatas pada media tradisional dan surat langsung, tetapi juga mencakup
pengemasan, demonstrasi produk di toko, literatur penjualan, media online dan
interaktif. Keberhasilan program promosi dengan bantuan elemen komunikasi
pemasaran terintegrasi bergantung pada kemampuan pengembangnya untuk
mengidentifikasi anggota audiens dan memahami apa yang mereka inginkan
(Juska J., 2017).
Penting untuk mempertimbangkan komunikasi pemasaran sebagai elemen
kunci dari sistem manajemen. Komunikasi pemasaran menempati tempat
khusus dalam aktivitas perusahaan pariwisata dan mewakili bagian paling aktif
dari kompleks pemasaran. Seperti yang penulis sebutkan sebelumnya,
kompleks komunikasi mencakup empat elemen utama: penjualan pribadi,
promosi penjualan, propaganda, dan periklanan. Dalam bentuk yang paling
umum, kompleks komunikasi pemasaran adalah sistem tindakan yang
bertujuan untuk menghilangkan dan memelihara hubungan tertentu antara
perusahaan pariwisata dan alamat komunikasi. Peran komunikasi adalah untuk
memperkenalkan koherensi dan memastikan fungsi normal lingkungan
internal perusahaan dan interaksinya dengan lingkungan eksternal (Juska J.,
2017).
Perencanaan dan pelaksanaan komunikasi pemasaran terintegrasi dalam
hadiah masuk pariwisata melibatkan pengembangan strategi komunikasi,
persiapan dan pelaksanaan kegiatan khusus untuk masing-masing elemen
penyusun bauran pemasaran. Kompleks Komunikasi Pemasaran Terpadu
meliputi periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan publikasi di
media, penjualan pribadi dan pemasaran langsung (Hudson, 2017).
Inti dari komunikasi pemasaran terintegrasi terletak beberapa prinsip yang
berasal dari pemasaran dasar (Hudson, 2017):
a Komunikasi pemasaran terintegrasi dimulai dengan studi tentang
persepsi konsumen, dengan perjalanan waktu berubah menjadi
hubungan tertentu dengan produk dan layanan. Oleh karena itu,
periklanan adalah komponen terpenting saat mempromosikan jasa
wisata atau biro perjalanan;
48 Pemasaran Pariwisata: Konsep, Perencanaan & Implementasi
Oleh karena itu, esensi dari jasa pariwisata memberikan karakteristik khusus
pada pemasaran di lapangan. Evolusi teknologi dan ekonomi digitalisasi
berdampak pada perubahan konsumen. Hal ini menyebabkan kebutuhan untuk
terus mengkaji alat komunikasi pemasaran dan mencari cara untuk
menjangkau konsumen secara lebih efektif.
Dasar kesuksesan dalam lingkungan online adalah kualitas situs web dan
domain seperti lokasi dan bagian dalam dari kantor penjualan tradisional.
Website adalah titik awal yang harus dihubungkan dengan semua saluran
komunikasi. Sebelum melanjutkan langsung ke promosi situs web, perlu
dianalisis. Ini dapat membantu mengoptimalkan investasi secara signifikan.
Penting untuk memperhatikan kemudahan navigasi situs, kemampuan untuk
melakukan pembelian dalam beberapa klik, melihat informasi terperinci,
50 Pemasaran Pariwisata: Konsep, Perencanaan & Implementasi
Instagram dan Twitter. Karena cakupan yang tinggi dari penggunaan internet
Seluler, konsumsi media sosial telah berpindah dari PC ke perangkat seluler
karena orang-orang suka terhubung saat bepergian. Ide yang kuat adalah kunci
dalam komunikasi media sosial. Salah satu contoh yang berdampak adalah
Sydney Opera House, Australia. Pemasar mengetahui bahwa hanya 1% turis
yang berfoto dengan rumah yang pernah masuk ke dalam. Oleh karena itu,
Opera house mengundang orang-orang untuk #comeonin di media sosial.
Kampanye #comeonin adalah pengingat brilian bagi para wisatawan bahwa
ada begitu banyak hal yang terjadi di dalam.
Pemasaran interaktif sangat dekat dengan alat komunikasi lainnya. PR,
periklanan, pemasaran langsung, promosi penjualan, penjualan pribadi
diterapkan di lingkungan online dan offline. Humas membangun dan
mendukung hubungan baik dengan berbagai publik. Ini menumbuhkan ekuitas
merek, membangun citra perusahaan yang positif, hubungan dengan media,
mempublikasikan produk pariwisata dan merek di antara audiens target
melalui acara, tur, program afiliasi, sponsor, berita, pidato, laporan, materi
identitas perusahaan, dari mulut ke mulut, mendongeng. Ini memainkan peran
besar dalam industri pariwisata karena RP adalah saluran yang lebih tepercaya
vs periklanan dan kepercayaan adalah kuncinya karena karakteristik produk
pariwisata yang disebutkan di awal artikel. Operator individu fokus pada PR,
karena mereka tidak dapat menutupi biaya iklan yang tinggi. Lingkungan
online berkontribusi pada kecepatan tinggi penyebaran informasi. Penting
untuk memantaunya terus-menerus dan memberikan reaksi segera jika perlu.
Perhatian khusus harus diberikan untuk meninjau dan bekerja dengan konten
buatan pengguna di blog, forum, jejaring sosial, platform khusus seperti
TripAdvisor, Expedia, dan lain-lain. Perangkat lunak agregator khusus
membantu mengoptimalkan pengumpulan informasi untuk analisis. Ini dapat
dengan cepat memberikan dinamika referensi ke merek dari waktu ke waktu,
situs, dan detail lainnya. Penting untuk tidak hanya menggunakan referensi
teks, tetapi juga grafik. Sangat penting untuk membangun dan mendukung
reputasi positif di lingkungan online, meningkatkan produk dan layanan
pariwisata yang sesuai dengan harapan konsumen, menjaga hubungan dengan
target audiens. Industri pariwisata bukan salah satu investor teratas dalam
pengiklan tetapi memiliki posisi yang kuat di Outdoor di beberapa negara
termasuk Rusia. Periklanan masih sangat penting bagi para pelaku industri
besar.
Bab 4 Komunikasi Pemasaran Pariwisata 53
fasilitas dan semua titik penjualan yang menyediakan akses ke produk (paket
wisata) dan layanan kepada calon pelanggan.
Ini dibahas sebagai berikut:
Produk. Paket pariwisata inklusif adalah pengalaman bertema yang
memberikan konteks langsung kepada pengunjungnya, tetapi terutama percaya
diri dalam merangsang indera penglihatan dan suara. Kunci sukses industri
pariwisata adalah menyesuaikan penawaran paketnya untuk memenuhi
kebutuhan pasar sasaran yang telah ditentukan.
Orang-orang. Perhotelan sering kali digambarkan sebagai industri manusia.
Semua orang yang berperan dalam pemberian layanan memengaruhi persepsi
pembeli tentang layanan itu sendiri. Sebuah layanan dilakukan dan tidak
diserahkan seperti dalam kasus barang yang diproduksi, dan orang-orang
merupakan bagian dari proses dan pengiriman melalui keramahan, bantuan
dan efisiensi.
Harga. Pemasar harus mempertimbangkan faktor eksternal ketika membuat
keputusan harga termasuk sifat permintaan penawaran, persepsi konsumen,
elastisitas harga dan persaingan. Kualitas penawaran harus memenuhi harapan
bahwa harga telah dihasilkan di benak pelanggan.
Promosi. Konsumen memiliki pilihan, dan pemasar harus memberi mereka
alasan, selain harga, untuk memutuskan membeli produk dan layanan mereka.
Berbagai alat promosi yang tersedia dengan pemasar adalah iklan dan
hubungan masyarakat.
a Iklan: Salah satu alat penting untuk menciptakan kesadaran di benak
pelanggan adalah periklanan. Periklanan adalah komunikasi non
pribadi di mana pesan disampaikan melalui media berbayar dengan
tujuan untuk memengaruhi perilaku pembelian wisatawan.
b b.Hubungan masyarakat: Dalam pariwisata, hubungan masyarakat
memiliki arti khusus karena sifat produk yang khas. Di sini,
kebutuhan untuk membuat informasi yang lengkap (fakta) tersedia
bagi wisatawan potensial dan aktual memiliki arti yang khusus.
c Brosur dan literatur penjualan tercetak lainnya mewakili kelompok
komunikasi pemasaran berbayar yang tidak termasuk publikasi
komersial seperti direktori, peta, dan buku panduan yang dijual
melalui toko buku.
58 Pemasaran Pariwisata: Konsep, Perencanaan & Implementasi
strategi promosi tertentu dapat ditargetkan secara lebih sempit pada ceruk
dalam segmen yang lebih luas. Dengan demikian, pesan dan saluran dapat
dipilih, meskipun dengan hati-hati untuk tidak mengasingkan kelompok lain di
pasar dengan pesan yang terkait dengan strategi khusus. Untuk menciptakan
pesan yang tepat, penting untuk memahami karakteristik audiens. Ini mengacu
pada jenis pesan yang kemungkinan besar akan dibuang oleh audiens
(misalnya, prioritas pelanggan mengenai kualitas atau harga) serta kesadaran
audiens tentang citra perusahaan saat ini dan produk atau layanannya.
b. Menentukan Tujuan Komunikasi
Tujuan dari strategi komunikasi diturunkan dari tujuan dari strategi promosi.
Tujuan selanjutnya dapat dikategorikan berdasarkan model proses komunikasi.
Empat model proses komunikasi yang berbeda dengan tahapan yang berbeda
diilustrasikan pada Gambar 4.2. Setiap model dapat diidentifikasi memiliki
tiga tahap yang berbeda: tahap kognitif di mana calon pelanggan menyadari
tujuan; tahap afektif di mana pelanggan membentuk opini dan sikap tentang
tujuan dan tahap perilaku saat pelanggan melakukan tindakan, seperti
melakukan pembelian berdasarkan pengalaman mereka dalam dua tahap
pertama.
Seperti dapat dilihat pada Gambar 4.2, tujuan komunikasi biasanya mengacu
pada bagaimana komunikasi harus memengaruhi pikiran audiens target - yaitu,
membangkitkan kesadaran, sikap, minat, atau percobaan.
Model yang paling sering digunakan adalah model AIDA, yang mencakup
empat tahap. Tahapan ini adalah perhatian - di mana pelanggan menjadi sadar
akan tujuan; minat - di mana minat pada destinasi berkembang; keinginan - di
mana pelanggan telah mengembangkan rasa menginginkan tujuan dan
akhirnya, tindakan - di mana pembelian dilakukan. Saat merancang strategi
komunikasi, penting untuk mengidentifikasi apakah tujuannya adalah untuk
menarik perhatian, mengembangkan minat, merangsang keinginan atau
memancing tindakan. Selain itu, tujuan komunikasi harus diukur dalam hal
keberhasilan / kegagalan dan skala waktu. Ini untuk memudahkan
pengendalian karena hasil aktual dapat diukur terhadap tujuan yang terukur.
Selain itu, tujuan tahun sebelumnya dan hasil yang sesuai membantu membuat
pekerjaan perencanaan sedikit lebih mudah, karena pengalaman sebelumnya
memberikan gagasan yang lebih baik mengenai tujuan realistis untuk masa
depan.
62 Pemasaran Pariwisata: Konsep, Perencanaan & Implementasi
Saluran komunikasi dapat dibagi dalam hal komunikasi pribadi dan non-
pribadi. Saluran komunikasi pribadi adalah saluran di mana dua atau lebih
orang berkomunikasi satu sama lain. Dari mulut ke mulut adalah cara
komunikasi utama, meskipun media lain, seperti email, semakin penting.
Saluran komunikasi pribadi dapat dibagi menjadi tiga jenis: saluran advokat,
saluran ahli, saluran sosial, dan konsultan.
1. Saluran advokat, seperti pameran tempat staf penjualan dapat
berinteraksi dengan pelanggan, sering kali dilengkapi dengan brosur,
poster, dan mungkin video serta sampel
2. Saluran pakar, seperti pakar independen
3. Saluran dan konsultan sosial, seperti teman, kolega profesional, dan
jaringan profesional
Saat menetapkan bauran promosi yang tepat, yang terdiri dari pemilihan
strategi dari lebih dari satu alat komunikasi, beberapa masalah yang perlu
dipertimbangkan adalah: anggaran yang tersedia, pesan pemasaran,
kompleksitas paket wisata yang ditawarkan, distribusi layanan dan persaingan.
Selanjutnya, bauran komunikasi disusun secara berbeda-beda, bergantung
pada fokus kegiatan promosi. Ini dapat difokuskan pada perantara, yang
dikenal sebagai strategi dorong, atau langsung pada pengguna akhir, yang
dikenal sebagai strategi tarik. Saluran komunikasi yang tepat sangat berbeda
dan keputusan untuk menggunakan strategi dorong atau tarik menentukan
apakah fokusnya ada pada perantara atau pemasaran konsumen pengguna
akhir.
g. Mengukur Hasil Promosi
Saat mengukur hasil promosi, mungkin sulit untuk membedakan antara efek
promosi dan elemen lain dari bauran pemasaran. Namun, penting untuk
mengamati efek promosi dengan melihat angka penjualan dan ukuran reputasi
apa pun yang tersedia (DasGupta, 2011).
Bab 5
Konsep dan Pendekatan
Pemasaran Pariwisata
5.1 Pendahuluan
Peningkatan PDB (Produk Domestik Bruto) negara dapat dilakukan dengan
mengandalkan sektor pariwisata. Dari tahun ke tahun peningkatan cukup
berarti terjadi pada sektor pariwisata meskipun belum sebaik sektor lainnya.
Sektor pariwisata berkontribusi sebesar 9% pada PDB atau sebesar 140 triliun
rupiah terhadap devisa negara, 11 juta orang mendapatkan kesempatan untuk
berkerja di sektor pariwisata (Badan Pusat Statistik, 2014). Indonesia berada
pada peringkat 70 dunia berdasarkan Indeks Daya Saing Kepariwisataan
dengan 9 juta jumlah wisatawan mancanegara dan ada 250 juta perjalanan
wisatawan nusantara.
Jika indonesia dikomparasi dengan negara ASEAN lainnya, posisi Indonesia
masih terbelakang. Di mana sektor pariwisata Malaysia mampu menampung
27,4 juta kesempatan kerja, sektor pariwisata Thailand mampu menampung
24,8 juta kesempatan kerja, sementara sektor pariwisata Singapura mampu
menyerap 15,1 juta kesempatan kerja (UNWTO-United Nation World Toursm
Organization, 2014). Kinerja industri pariwisata memang belum semaksimal
kekayaan yang dimiliki Indonesia seperti wisata alam dan budaya.
66 Pemasaran Pariwisata: Konsep, Perencanaan & Implementasi
Unsur pelayanan (services) dan jasa memiliki pengaruh yang besar dalam
produk pariwisata. Sifat jasa yang tidak memiliki bentuk (intangibles) dan
kualitas pelayanan yang sulit untuk distandarisasikan membuat faktor penyedia
jasa dan quality control menjadi penentu keberhasilan dalam memasarkan
produk wisata.
2. Permintaan yang berfluktuasi sementara penawaran bersifat kaku
(rigid)
Dampak negatif pada masyarakat lokal dan lingkungan dapat timbul bila sifat
produk wisata yang tidak memisahkan (inseparability) antara produk dan
penyedia jasa, dan antara pembelian dan konsumsi. Produk wisata yang
bernuansa people-contact dan nature-contact harus menggunakan ethos dan
prinsip bertanggung jawab dalam memasarkan pariwisata merupakan
karakteristik pemasaran pariwisata terutama di Indonesia.
4. Pelibatan institusi atau organisasi non bisnis
1. Intagibility
Produk yang tercipta dari gabungan produk wisata yang berbeda merupakan
produk yang dipasarkan oleh industri pariwisata sebagai contoh tour dan
travel, airlines, hotel. Akibatnya adalah terdapat risiko dari masing-masing
produk wisata tersebut sehingga penjaminan mutu sangat perlu untuk
dilakukan guna memberikan standar kualitas dari setiap produk.
Hal ini didukung oleh pendapat Vellas dan Becherel (2008) yang menyatakan
bahwa semua produk pariwisata telah diakui sebagai produk jasa jika memiliki
ciri-ciri khusus yaitu:
1. Tidak kasat mata. Hotel atau pesawat udara merupakan produk
pariwisata yang memiliki unsur-unsur yang tidak nyata, meskipun
begitu pelayanan jasa tetap ditawarkan oleh pariwisata karena produk
pariwisata hanya terdiri dari aspek jasa.
2. Tidak dapat disimpan. Produk jasa berbeda dengan barang yang
nyata, karena produk pariwisata dapat hilang, rusak dan tidak dapat
disimpan.
3. Tidak adanya elastisitas dalam penawaran. Tidak dapat mengikuti
perubahan permintaan baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang merupakan gambaran ketidakepastisan dari produk
pariwisata di mana produk pariwisata bergantung pada suprastruktur
Bab 5 Konsep dan Pendekatan Pemasaran Pariwisata 71
Pemikiran yang mendasari konsep ini adalah produk yang harganya murah dan
mudah dijangkau akan cenderung dibeli oleh konsumen. Produk pariwisata
buatan atau produk yang menggunakan kemasan baru dan dibuat secara mass
production dapat menjadi pilihan solusi bagi pariwisata untuk memiliki kriteria
murah dan mudah dijangkau. Contoh penggunaan pendekatan konsep
produksi ini ialah taman rekreasi, souvenir buatan pabrik, resort wisata buatan,
kegiatan olahraga dan convention.
Bab 5 Konsep dan Pendekatan Pemasaran Pariwisata 73
b. Konsep produk
6.1 Pendahuluan
Menurut UNWTO berkeyakinan bahwa 47% dari partisipan percaya
pariwisata akan berkinerja lebih baik dan 43% pada tingkat yang sama di tahun
2019. Karena pariwisata merupakan salah satu industri dengan pertumbuhan
tercepat didunia. Di mana sektor pariwisata dinilai sebagai penggerak
perekonomian dunia dan mampu menyediakan lapangan pekerjaan, dan pada
2020 pertumbuhan kunjungan wisatawan internasional secara global
diperkirakan mencapai 3% hingga 4%. Sementara itu adanya acara olahraga,
termasuk Olimpiade Tokyo, dan pergelaran budaya seperti Expo 2020 Dubai
diharapkan memiliki dampak positif pariwisata dunia.
Mengingat posisi pariwisata sebagai sektor ekspor utama dan pencipta
lapangan kerja, pariwisata memiliki tempat di jantung kebijakan pembangunan
global, dan peluang untuk mendapatkan pengakuan politik lebih lanjut serta
membuat dampak nyata ketika The Decade of Action berlangsung tinggal
menyisakan sepuluh tahun untuk memenuhi agenda 2030 dan 17 tujuan
Pembangunan Berkelanjutannya (Sustainable Development Goals/SDGs).
76 Pemasaran Pariwisata: Konsep, Perencanaan & Implementasi
dari operasi dan keberadaan berbagai fasilitas pariwisata tersebut. (Rossi Evita,
I Nyoman Sirtha, I Nyoman Sunartha ) di bawah ini ditampilkan grafik ,
tingkat hunian kamar hotel berbintang tahun 2020.
Gambar 6.2: Grafik Tingkat Penghunian Kamar Hotel Bintang Tahun 2020
(Badan Pusat Statistik)
Dari Data Statistik Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang
di Indonesia pada Juli 2020 mencapai rata-rata 28,07 persen atau turun 28,66
poin dibandingkan TPK Juli 2019 yang sebesar 56,73 persen. Sementara itu,
jika dibanding dengan TPK Juni 2020 yang tercatat 19,70 persen, TPK Juli
2020 mengalami kenaikan sebesar 8,37 poin. TPK tertinggi tercatat di Provinsi
DKI Jakarta sebesar 41,03persen, diikuti Provinsi Maluku sebesar 40,50
persen, dan Provinsi Lampung sebesar 40,31 persen, sedangkan TPK terendah
tercatat di Provinsi Bali yang sebesar 2,57 persen. Dari grafik tersebut dapat
dilihat bagaimana perkembangan akomodasi yang terjadi sampai Juli 2020.
6.3 Kuliner
6.3.1 Pengertian Kuliner
Menurut Undang – Undang Pemerintahan Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai, macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, menurut Ismayanti, 2010, jenis wisata dibagi menjadi tujuh jenis
yaitu wisata olahraga, wisata religious, wisata agro, wisata gua, wista belanja,
wisata ekologi dan wisata kuliner. Wisata kuliner sendiri merupakan jenis
wisata yang tidak semata – mata hanya untuk mengenyangkan dengan
memakan aneka ragam masakan khas dari daerah tujuan wisata, melainkan
Bab 6 Industri Akomondasi dan Kuliner Pariwisata 83
Contoh : Puri Santria Bar, Mirror Lounge and Bar, The Bush Telegraph
Pub, VIN+ Semintak
4. Café atau Bistro ; Restoran ini menyediakan tempat duduk yang
nyaman sehingga tercipta suasana yang santai, menu yang disajikan
biasanya kue kering, pizza dan sandwich ,
Contoh : Candylicious
Bab 6 Industri Akomondasi dan Kuliner Pariwisata 87
10. Ice Cream Parlor (Toko Ice Krim) ; bisnis dengan konsep inovatif,
konsep yang sedang ngetren saat ini adalah Cold Stone Ice Cream (Es
ream Es Batu), Nitrogen Based Ice-Cream (Es Cream Berbasis
Nitrogen), restoran in menyediakan juga tempat duduk
Mie Aceh memiliki tekstur yang tebal dan berwarna kekuningan. Mie Aceh
disajikan dalam bentuk mie goreng dan mie basah dengan irisan daging sapi
atau kambing. Mie Aceh yang sebenarnya memiliki rasa pedas yang
menyengat dan bumbu pekat/kental.
2. Rendang Padang
Rendang khas dari suku Minangkabau ini merupakan makanan yang sudah
tersebar di berbagai penjuru Indonesia karena rendang merupakan salah satu
menu wajib dari Rumah Makan Padang. Rendang memiliki citarasa pedas dan
bumbu yang pekat. Berdasarkan proses memasak rendang ini, rendang padang
sangat tahan lama.
3. Pempek Palembang
88 Pemasaran Pariwisata: Konsep, Perencanaan & Implementasi
Makanan khas dari Jakarta yang satu ini sebenarnya merupakan perpaduan
dari kuliner Portugis. Kerak telor mudah ditemui di Jakarta terutama pada saat
diadakannya Pekan Raya Jakarta bahkan kerak telor acap kali dijadikan simbol
kuliner klasik budaya Betawi.
5. Asinan Bogor
Asinan Bogor merupakan kuliner khas Bogor yang sangat populer di kota
Bogor. Asinan Bogor terdiri dari dua jenis asinan, yaitu asinan buah dan asinan
sayur. Asinan Bogor memiliki rasa asam, manis, dan pedas.
6. Gudeg Yogya
Gudeg merupakan kuliner yang tidak bisa dipisahkan dengan kota Yogyakarta
bahkan sampai-sampai Yogyakarta memiliki julukan sebagai kota Gudeg.
Gudeg asli Yogyakarta memiliki rasa yang sangat manis. Gudeg terbuat dari
sayur nangka muda bersantan yang biasa dinikmati dengan nasi, ayam
kampung, dan telur kecap.
7. Soto Rawon Surabaya
Sup dengan potongan daging rawon asal Surabaya ini sangat terkenal di daerah
Pulau Jawa. Soto rawon Surabaya ini memiliki ciri khas yang terletak pada
kuahnya. Kuah dari soto rawon ini tidak menggunakan kecap akan tetapi
menggunakan kluwek.
8. Bubur Manado
Bubur Manado atau bubur Tinutuan merupakan makanan khas favorit dari
Pulau Sulawesi. Tinutuan dalam bahasa Manado berarti campur aduk. Di
dalam bubur Manado terdapat sayur-sayuran yang beragam, lauk hewani
seperti ikan, dan lauk nabati seperti tahu dan tempe.
9. Coto Makassar
Bab 6 Industri Akomondasi dan Kuliner Pariwisata 89
Sebenarnya Coto memiliki arti yang sama dengan Soto. Namun, khusus untuk
Soto dari Makassar, masyarakat biasa mengenalnya dengan sebutan Coto.
Coto Makassar memiliki keunikan tersendiri, yaitu berupa isi dan bumbunya.
Isi dari Coto Makassar terdiri dari daging dan jeroan sapi. Rasa kacang tanah
halus yang hanya terdapat pada kuah Coto Makassar.
10. Papeda Maluku
Daerah Indonesia Timur memiliki makanan pokok yang terbuat dari sagu.
Salah satu makanan khas daerah Maluku terpopuler yang terbuat dari sagu
adalah papeda. Papeda merupakan makanan pokok daerah Maluku sebagai
pengganti nasi. Biasanya, papeda dinikmati dengan tambahan lauk hewani
berupa ikan kuah.
90 Pemasaran Pariwisata: Konsep, Perencanaan & Implementasi
Bab 7
Perencanaan Kegiatan
Pemasaran Pariwisata
7.1 Pendahuluan
Pemasaran adalah salah satu aspek pengelolaan pariwisata yang sangat
penting. Sering disalahartikan hanya sebagai kegiatan promosi atau kegiatan
penjualan (sales), pemasaran sejatinya adalah jiwa dari setiap bisnis, termasuk
bisnis pariwisata. Dalam konteks pariwisata, pemasaran tidak terbatas
dilakukan oleh bisnis atau usaha pariwisata seperti hotel, agen perjalanan,
perusahaan transportasi, dan tempat-tempat rekreasi, tetapi juga di tingkat
destinasi, mulai dari kawasan, kabupaten/kota, provinsi sampai ke level
negara.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, terutama internet dan
gawai telah memengaruhi cara wisatawan membuat keputusan perjalanan dan
menyediakan alat dan media baru untuk pemasaran pariwisata. Internet
membantu orang lebih terhubung secara sosial daripada sebelumnya. Online
social network, media sosial, user-generated content, dan e-commerce
mendominasi panggung pemasaran pariwisata saat ini. Gawai yang berfungsi
sebagaimana komputer, laman internet yang menawarkan produk dan layanan
pariwisata, dan situs jaringan sosial online seperti TripAdvisor memungkinkan
92 Pemasaran Pariwisata: Konsep, Perencanaan & Implementasi
Gambar 7.2: Tipologi Wisatawan Budaya (du Cross & McKercher, 2015)
Purposeful dan sightseeing cultural tourists menganggap perjalanan mereka
sebagai kesempatan pengembangan diri dan lebih bermotivasi untuk belajar
tentang budaya dari suatu destinasi. Sedangkan, casual, incidental dan
serendipitous tourists melakukan perjalanan wisata untuk rekreasi, bersenang-
senang, rileksasi, dan menghabiskan waktu dengan keluarga & teman
98 Pemasaran Pariwisata: Konsep, Perencanaan & Implementasi
8.1 Pendahuluan
Bisnis pariwisata merupakan usaha yang menghasilkan barang atau jasa yang
digunakan wisatawan untuk pemenuhan kebutuhannya selama melakukan
perjalanan wisata. Dalam industri pariwisata, pelayanan yang diberikan dalam
bentuk layanan perjalanan, transportasi, penginapan, makanan, dan minuman.
Industri pariwisata mencakup wisata alam contohnya: kondisi alam,
pegunungan, hutan, wisata bahari contohnya danau, pantai, berlayar,
memancing, wisata budaya contohnya kesenian, adat istiadat, budaya, wisata
rohani, wisata pertanian, wisata ziarah dan lainnya (Sapta and Landra, 2018).
Pemasaran bisnis pariwisata memerlukan strategi pemasaran yang baik dan
berorientasi pada konsep pembangunan pariwisata yang berkelanjutan
(sustainability). Perencanaan dan pengelolaan memegang peranan yang sangat
penting dalam mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan
(Suradnya, 2011). Inovasi perlu dilakukan untuk mengembangkan pariwisata
mengingat sektor pariwisata memiliki potensi yang cukup besar dalam
meningkatkan perekonomian daerah dan pendapatan devisa negara. Selain
102 Pemasaran Pariwisata: Konsep, Perencanaan & Implementasi
Hal yang tidak kalah penting dalam sektor pariwisata adalah kemudahan
dalam mencapai destinasi wisata. Angkutan umum digunakan sebagai sarana
akses menuju tempat wisata. Jenis angkutan dapat berupa delman,
sepedamotor, mobil travel, bus, kereta api, pesawat udara, speedbaot, kapal
ferry dan cruise ship. Pembangunan akses wisata dan pembangunan
akomodasi wisata tetap memperhatikan lingkungan. Pembukaan akses ke
destinasi wisata dilakukan dengan perencanaan yang baik dan tidak merusak
hutan dan lingkungan. Pembangunan akses wisata seperti pembangunan
jembatan, jalan raya, pelabuhan, stasiun kereta, bandara udara.
3. Produk wisata yang ditawarkan.
1. Tahap Identifikasi
Hal yang perlu di formulasikan yaitu penetapan visi dan misi pariwisata sesuai
dengan potensi wisata yang ada di setiap daerah dan disesuaikan dengan misi
pengembangan pariwisata dari pemerintah pusat, merumuskan strategi
pengembangan destinasi wisata, dan promosi pariwisata. Perumusan strategi
melibatkan semua pemangku kepentingan.
3. Tahap Implementasi
2. Demografi
Kegiatan ini fokus pada pengembangan produk dan layanan pariwisata yang
paling cocok dengan destinasi wisata atau wisatawan yang berkunjung.
Dalam pemilihan pasar ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu
(Utama, 2016):
1. Target pasar, untuk melakukan identifikasi maka perlu
memperhatikan target pasar dengan kriteria : jumlah penduduk,
tingkat persaingan, perbandingan manfaat dan biaya, kekuatan dan
kelemahan destinasi wisata, tujuan jangka menengah dan kemampuan
dalam mengembangkan produk dan layanan wisata.
112 Pemasaran Pariwisata: Konsep, Perencanaan & Implementasi
gunung, sungai, danau, laut, hutan, flora, fauna dan lainnya), budaya (festival
budaya, pertunjukan tari upacara keagamaan), dan wisata buatan (taman
rekreasi, pusat perbelanjaan, atraksi hiburan, olaharaga). Perlu memperhatikan
elemen bahan produk yang digunakan untuk mendukung terwujudnya konsep
berkelanjutan. Produk yang ditawarkan berbasis budaya lokal dan ramah
lingkungan seperti atraksi wisata alam dengan model ecotourism, community
based tourism, adventure tourism, green tourism.
2. Strategi Harga
Pemilihan lokasi, pemilihan biro, agen perjalanan yang tepat dan komunikasi
sebagai saluran distribusi kepada wisatawan. Saluran distribusi memiliki peran
penting dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan dengan cara merancang
produk wisata yang sesuai dengan visi pembangunan pariwisata berkelanjutan.
4. Strategi Promosi
9.1 Pendahuluan
Hubungan teknologi dan pariwisata mulai menarik untuk diteliti sejak tahun
1980-an, seiring perkembangan Information, Communication & Technology
(ICT) yang berpengaruh penting terhadap pengembangan pariwisata (Ince &
Samatova, 2020). Kebutuhan terhadap peran teknologi dalam mendukung
aktivitas kepariwisataan sebagai refleksi terhadap semakin dinamisnya
wisatawan di era modern sekarang ini. Peningkatan aspek teknologi
dibutuhkan dalam mendukung percepatan, saling keterkaitan, adaptasi
terhadap industri dan tentunya kebutuhan wisatawan (Buhalis & O’connor,
2005). Teknologi dalam industri pariwisata, memberikan pemahaman
khususnya dalam percepatan distribusi informasi berbagai produk pariwisata.
Dalam revolusi industri 4.0, aspek digitalisasi dan teknologi menjadi kunci
mendasar dalam memengaruhi perubahan produk dan metode produksi,
berpotensi dalam inovasi pada keseluruhan produk pariwisata (Peceny, et all,
2019 dalam Ozturk, 2020). Produk pariwisata yang pada awalnya untuk dijual
secara instan, konsumsi produk jasa pariwisata oleh wisatawan harus datang
116 Pemasaran Pariwisata: Konsep, Perencanaan & Implementasi
meliputi sektor transportasi, akomodasi dan atraksi (Haque & Rahman, 2012).
Mempertimbangkan pada aspek fungsi pemasaran yang memegang peran vital
dalam aktivitas bisnis modern dan berperan sentral dalam suksesnya aktivitas
bisnis baik dalam skala kecil maupun besar (Grant, 2000 dalam Ferri, 2014).
Pemahaman terhadap arah pergerakan wisatawan, meliputi berbagai industri
terkait pariwisata seperti akomodasi, penerbangan dan destinasi wisata.
Xiang, et all (2015) mengemukakan studi terhadap perjalanan wisata,
teknologi informasi dan perilaku wisatawan, bahwa internet telah mencapai
level pengaruh pada industri perjalanan dan beberapa kanal tradisional seperti
agen perjalanan wisata yang terus mendominasi industri perencanaan
perjalanan (Ince & Samatova, 2020). Hampir seluruh elemen pariwisata telah
terpengaruh dengan internet. Sehingga dalam setiap kegiatan perencanaan
pariwisata telah terkoneksi dengan internet. Baik pelaku pariwisata maupun
wisatawan memiliki kesamaan kebutuhan terhadap perkembangan internet,
tentunya dengan memperhatikan pada aspek kecepatan, kemudahan dan
validitas data.
Memprediksi perilaku wisatawan dapat dilakukan dengan melakukan
penelitian, sehingga mampu menghasilkan bahan kajian baru dalam rangka
perumusan strategi pemasaran pariwisata dan menyesuaikan produk pariwisata
agar dapat memenuhi kebutuhan wisatawan. Perilaku konsumen akan dapat di
data dengan baik serta dipergunakan sebagai bahan evaluasi. Dalam fase ini,
melalui sarana teknologi informasi, akan menunjukkan perubahan orientasi
terhadap informasi baru dan update perubahan-perubahan perilaku wisatawan
yang terjadi pada destinasi wisata.
Saling terkait antara kebutuhan calon wisatawan sebelum melakukan
perjalanan wisata, ketersediaan kebutuhan informasi wisata dari pre, on dan
post travel baik dalam aspek transportasi, akomodasi, kuliner, jasa
pramuwisata, atraksi wisata, serta even-even pariwisata, adanya komentar
positif dari pengunjung yang lain, kemudahan mengakses dan menggunakan
aplikasi teknologi informasi, penyediaan konten yang menarik dan interaktif
serta memberikan berbagai bentuk kemudahan-kemudahan dalam bepergian.
Menjadi faktor penting yang saling memberikan pengaruh dalam kepastian
melakukan perjalanan wisata, yaitu penggunaan teknologi informasi yang
memiliki basis data yang lengkap.
120 Pemasaran Pariwisata: Konsep, Perencanaan & Implementasi
baru (Topsakal, 2020). Menjadi sebuah data base pariwisata yang tersentral
dan terkoneksi dengan seluruh pelaku di industri pariwisata suatu daerah.
Langkah ini sangat membantu dalam penyediaan layanan informasi pariwisata
satu pintu, memberikan kemudahan aksesibilitas dan ruang gerak calon
wisatawan untuk mengeksplor berbagai jenis data informasi yang diperlukan.
Namun diperlukan kolaborasi antara pemerintah, wisatawan, pebisnis dan
organisasi pemasaran destinasi wisata, dengan mempertimbangkan bahwa
informasi yang ada di internet bersifat publik, adanya ketergantungan, jaminan
keamanan, transparan dan meningkatkan kepercayaan wisatawan (Rashideh,
2020). Implementasi teknologi Blockchain ini akan mudah dilaksanakan
apabila seluruh elemen yang bergerak pada industri pariwisata, sudah
menerapkan dan menggunakan teknologi informasi dalam pembangunan
database serta startegi pemasaran pariwisata. Dengan ruang lingkup yang luas,
diharapkan teknologi ini akan semakin meningkatkan kualitas suatu destinasi
wisata.
Disisi lain, kode Quick Response (QR) sebagai sarana yang dipergunakan
secara umum untuk meningkatkan pengalaman dalam sektor jasa pariwisata,
dalam rangka meningkatkan kepuasan dan kesetiaan wisatawan (Katlav,
2020). Tentunya akan memberikan kemudahan aksesibilitas sebelum
wisatawan melakukan perjalanan wisata. QR menjadi aplikasi yang dewasa ini
sudah berlaku umum di wisatawan. Melalui aplikasi yang mudah
dipergunakan baik dalam pemesanan maupun pembayaran, dalam pembelian
tiket, pemesanan kamar hotel, sampai dengan masuk kedalam destinasi wisata.
Khususnya dalam konteks pariwisata di era pasca pandemi, QR sangat
direkomendasikan untuk dipergunakan dengan tujuan untuk membatasi
sentuhan dan pembayaran secara langsung.
Dikutip dari revine.com, terdapat beberapa kecenderungan teknologi informasi
terhadap industri pariwisata, yaitu (1) vitur pencarian suara dan control suara,
(2) robot, (3) pembayaran tanpa kontak langsung, (4) virtual reality, (5) media
chat, (6) keamanan siber, (7) internet of things (IoT), (8) teknologi pengenalan,
(9) augmented reality, (10) artificial intelligence, (11) big data. Pola-pola
kecenderungan terhadap perubahan implementasi teknologi informasi akan
terus berkembang, seiring dengan tingkat kemajuan teknologi yang notabene
sesuai dengan kebutuhan wisatawan dan pelaku industri pariwisata. Saling
ketergantungan terhadap aspek penguasaan teknologi informasi, bertujuan
untuk meningkatkan kinerja perusahaan serta perubahan orientasi kebutuhan
wisatawan.
122 Pemasaran Pariwisata: Konsep, Perencanaan & Implementasi
10.1 Pendahuluan
Kegiatan pemasaran pariwisata adalah salah satu aktivitas penting dalam
fenomena pariwisata. Fenomena kepariwisataan dimulai semenjak wisatawan
meninggalkan negaranya untuk berwisata sampai mereka kembali ke
negaranya. Pariwisata juga dipandang sebagai suatu ilmu yang dapat dikaji
dari komponen ontologi, epstemologi dan aksiologi. Pariwisata tidak dapat
dipungkiri memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat (aksiologi)
seperti yang tertuang dalam kode etik pariwisata maupun undang-undang
nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan (‘Undang -Undang No 10
Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Republik Indonesia’, 2009).
Berbagai metode dapat digunakan untuk membedah fenomena pariwisata,
metode kuantitatif, metode kualitatif atau keduanya yang disebut dengan mix
metode (Jennings, 2001). Objek ilmu pariwisata dapat dibedakan dengan ilmu
lainnya yang mempelajari manusia yang melakukan perjalanan wisata.
Sehingga ilmu pariwisata mampu memberikan informasi terkait dengan
perjalanan manusia beserta entitas yang mengikutinya.
128 Pemasaran Pariwisata: Konsep, Perencanaan & Implementasi
dimensi kualitas layanan yang terdiri dari 5 dimensi yang dikenal dengan
dengan TERRA terdiri dari: 1) Tangibility, 2) Empathy, 3) Responsiveness, 4)
Reliability, dan 5) Assurance (Parasuraman, A; Zeithaml, 1988). Walupun
Parasuraman dkk mengembangkan dimensi kualitas layanan bukan dalam
kaitannya dengan pemasaran pariwisata, karena pariwisata adalah sektor jasa
maka layak digunakan untuk penelitian dalam pemasaran pariwisata.
kembali’. Magic word ini memang sangat sederhana namun bagi wisatawan
sangat penting dan ini sangat berarti bagi kelangsungan perusahaan.
Apa yang dilakukan wisatawan ketika mereka tidak puas. Mungkin kita
membayangkan bahwa wisatawan yang tidak puas akan menyampaikan
keluhannya, nyatanya belum tentu, tidak semua wisatawan yang tidak puas
akan menyampaikan keluhannya kepada penyedia jasa. Wisatawan yang tidak
puas dan tidak menyampaikan keluhannya menjadi bumerang bagi penyedia
jasa karena tidak mengetahui jenis keluhan dan cara menanganinya. Berbeda
dengan wisatawan yang menyampaikan keluhan, penyedia jasa akan tahu jenis
keluhan dan cara menanganinya.
Beberapa hambatan dalam menyampaikan keluhan seperti disampaikan (Ekiz,
2009) yang melakukan penelitian tentang keluhan wisatawan yang berkunjung
pada destinasi pariwisata di China. Beberapa hambatan yang menyebabkan
wisatawan tidak menyampaikan keluhan adalah karena: 1) waktu, 2)
keterlibatan, 3) komunikasi, 4) keakraban, dan 5) suasana hati. Wisatawan
tidak memiliki waktu luang untuk menyampaikan keluhan baik lisan maupun
tertulis. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi diharapkan wisatawan
maupun menyampaikan keluhan melalui media online seperti facebook, IG
dan juga email. Beberapa penyedia jasa dewasa ini telah mengirimkan formulir
reviu untuk dapat mendapatkan masukan dari wisatawan. Keterlibatan
wisatawan dalam aktivitas wisata dapat memberikan dorongan agar wisatawan
tidak takut menyampaikan keluhan. Komunikasi yang tidak baik antara
wisatawan dan penyedia jasa juga dapat menghambat wisatawan untuk
menyampaikan keluhan. Keakraban atau sering disebut dengan familiarity
serimg menjadi hambatan kalau antara penyedia jasa dan wisatawan tidak
familiar, wisatawan merasa tidak dekat dengan karyawan. Sebaliknya
wisatawan yang merasakan seperti dirumahnya sendiri dapat menjadi
pendorong wisatawan menyampaikan keluhannya dan penyedia jasa dapat
memberikan solusi.
Keluhan yang tidak sampai kepada penyedia jasa juga dapat dipengaruhi oleh
faktor suasana hati atau mood dari wisatawan. Wisatawan dengan mood yang
tidak baik dapat menjadi hambatan mereka menyampaikan keluhan. Karena
ketidakpuasan yang tidak ditangani dengan baik dapat menjadi kebencian
dalam jangka pendek dan kerugian bagi perusahaan dalam jangka panjang.
Keluhan wisatawan tidak hanya terjadi pada daya tarik wisata. Keluhan juga
dapat terjadi pada industri perhotelan di Malaysia. Penelitian yang dilakukan
Cheng et al., (2019) membuktikan pentingnya memahami dan mengelola
Bab 10 Implementasi Kegiatan Pemasaran Pariwisata 133
keluhan dengan baik dan benar. Hasil penelitiannya menemukan keluhan yang
telah ditangani dengan baik menyebabkan kepuasan yang semakin meningkat
bahkan menyebabkan wisatawan ingin berkunjung kembali dan memberikan
rekomendasi yang positif.
Adapun cara yang dilakukan untuk menangani keluhan tersebut adalah 1)
Memberikan ganti rugi dalam bentuk kupon makan gratis, memberikan hadiah
dan sebagainya (keadilan distributif), 2) Menangani keluhan dengan cepat
(keadilan prosedural), penanganan keluhan yang terlalu lama bahkan ditunda
tunda dapat menyebabkan kekesalan dan kebencian. Diharapkan manajemen
hotel dapat menangani keluhan dengan cepat. Dimulai dari menerima keluhan
dengan baik untuk kemudian ditangani langsung atau disampaikan kepada
yang berwenang dalam menangani keluhan. 3) Menangani keluhan dengan
empati yang tinggi, salah satu caranya adalah dengan apology atau permintaan
maaf bila terjadi keluhan (keadilan interaksional) Staf hotel atau pimpinan
dapat menyampaikan permintaan maaf karena adanya layanan yang tidak
berkenan dimata wisatawan sehingga menimbulkan keluhan.
Sukses dalam menangani keluhan terjadi apabila semua komponen memiliki
komitmen yang sama dalam menangani keluhan. Memiliki konsep yang sama
tentang pentingnya mengelola keluhan, sehingga kekecewaan wisatawan dapat
diminimalkan dan menyebabkan kepuasan dan loyalitas berkelanjutan.
Adapun teori yang sering digunakan dalam pemasaran pariwisata adalah teori
’perilaku konsumen’ (Cohen, Prayag and Moital, 2014). Cohen dkk (2014).
Telah melakukan penelitian sejak tahun 2000 sampai dengan 2012 yang meng
mengidentifikasi 519 artikel dan me-reviu 191 artikel. Hasial rekomendasinya
adalah, bahwa beberapa konsep penting yang harus dipahami dalam
pemasaran pariwisata adalah 1) pengambilan keputusan’ (decision making),
nilai, 2) (value), 3) motivasi (motivation),4) konsep diri dan personalitas (self
concept and personality), 5) ekspektasi (expectations), 6) sikap (attitude), 7)
persepsi (perception), 8) kepuasan (satisfaction),9) kepercayaan (trust) , dan
10) loyalitas (loyalty).
pariwisata adalah Cooper dkk pada tahun 1993 (Chris, Cooper., John,
Fletcher., David Gilbert, 1993) yang mengembangkan bauran destinasi
pariwisata, yang terdiri dari variabel: 1) Attraction, 2) Access, 3) Amenities,
dan 4) Ancillary service.
Daftar Pustaka
Egger, Intal; Lei, Sut Leng & Wassler, Philipp. (2020) “Digital Free Tourism,
An Explanatory Study of Tourist Motivations” Tourism Management
Research, 79.
Ekawatingsih. (2008). Restaoran Jilid I Untuk SMK. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Ekiz, E. (2009) ‘Mapping Out Factors Constraining Tourist Complaints: Hints
For Managers Who Wish To Hear More’, Asian Journal of Business
Management, 1(1), pp. 6–18.
Erwin LT. (2008). 100 PTM: Makanan Khas Daerah. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Fadhil, A.,(2017). Pengantar Housekeeping Perhotelan. Gava Media:
Yogyakarta
Ferri, Maria A. (2014) “A Business Model for Accessible Tourim,” Handbook
of Research on Management of Cultural Products: E-Relationship
Marketing and Accessibility Perspectives, hal. 16.
Fikri, H. (2017) ‘Inovasi Pemerintahan Kabupaten Banyuwangi Melalui City
Branding “The Sunrise Of Java” Sebagai Strategi Pemasaran Pariwisata.’,
Aristo, 5(2), pp. 332–344. doi: 10.24269/aristo.v/1.2017.6.
Foret, M. (2013) Marketingová komunikace. Edika: Albatros Media as.
Goeldner, C. and Ritchie, B., (2012). Tourism: Practices, principles,
philosophies. NewJersey: John Wiley and Sons, Inc.
Goeldner, R.C dan Ritchie, B.J.R. (2009), Tourism : Principles, Practices,
Philosophies 12th ed. Ner Jersey: John Wiley & Sons, INC.
Gorlevskaya, L. (2016) ‘Building Effective Marketing Communications in
Tourism’, Studia commercialia Bratislavensia, 9(35), pp. 252–265. doi:
10.1515/stcb-2016-0025.
Guerreiro, M., Mendes, J. and Oom do Valle, P. (2006) ‘Tourist Satisfaction and
Destination Loyalty intention A Structural and Categorical Analysis’,
International Journal of Business Science and Applied Management, 1(1),
pp. 25–44.
Gunn, Clare A. (1994). Tourism Planning: Basic, Concepts and Cases.
Taylor&Francis: Washington Dc
Daftar Pustaka 141
Hall, C.M., Sharples, L., Mitchell, R., Macionis,N., dan Cambourne, B. (2003).
Food Tourism Around the World: Development, Management, and
Markets. Burlington: Butterworth-Heinemann.
Hallowell, R. (1996) ‘The relationships of customer satisfaction , customer
loyalty , and profitability : an empirical study’, 7(4), pp. 27–42.
Haque, M. Imamul & Rahman, Md Anisur (2012) “Information Technology in
Tourism Industry: What More Needed,” International Journal of
Engineering Sciences Paradigms and Researches, 1 (1), hal 111.
Harmayani, E., Santoso, U., dan Gardjito, M. (2017). Makanan Tradisional
Indonesia seri 2: Makanan Tradisional Indonesia yang Populer.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Oress
Hasibuan, A. et al. (2020) E-Business: Implementasi, Strategi dan Inovasinya.
Medan: Yayasan Kita Menulis.
Hays, S., Page, S. J. and Buhalis, D. (2013) ‘Social media as a destination
marketing tool: its use by national tourism organisations’, Current issues in
Tourism, 16(3), pp. 211–239.
Hennig-Thurau, T. et al. (2004) ‘Electronic word-of-mouth via consumer-
opinion platforms: what motivates consumers to articulate themselves on
the internet?’, Journal of interactive marketing, 18(1), pp. 38–52.
Hollow. (1999). Ilmu Pariwisata. Angka: Bandung
Holloway, J. Christopher, Humphreys, Claire, dan Davidson, Rob. (2009). The
Business of Tourism, 8th Edition. England: Pearson Education Limited
Hudson, S. (2008).“Tourism and Hospitality Marketing - A Global
Perspective,”London: SAGE Publications Ltd
Hudson, S. (2017) Marketing for Tourism, Hospitality & Events: A Global &
Digital Ap-proach. Delhi: SAGE Publications.
Ince, Cemal & Samatova, Gulmira. (2020) “Smart Applications in Tourism,”
Handbook of Research on Management of Cultural Products: E-
Relationship Marketing and Accessibility Perspectives, Kyrgyz Turkish
Manas University, Kyrgyztan, hal. 346.
Inskeep, Edward. (1991). Tourism Planning- An Integrated Sustainable.
Approach. New York: Van Nostrand Reinhold;
142 Pemasaran Pariwisata: Konsep, Perencanaan & Implementasi
Salah satu Penulis Buku Pariwisata Internasional. National Book Chapter dan
Pemakalah Call Paper Nasional dan Internasional. Sebagai Sekretaris BPC
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Tabanan.Asesor
Kompetensi Bidang Pariwisata dari Badan Nasional Sertifikasi.
Reg.MET.000.0098372015. Dosen Berprestasi Tingkat Fakultas 2011 dan
2013. Penghargaab Poster Terbaik dari Ristek Dikti tahun 2018. Penghargaan
Dosen Berprestasi tingkat UNUD, Juara II Bidang Humaniora tahun 2019