Anda di halaman 1dari 28

Laporan Praktikum ke-1 Senin, 29 Mei 2023

Mata Kuliah: Teknik Interpretasi

RANCANGAN PROGRAM INTERPRETASI


(Studi Kasus: Desa Wisata Pulo Geulis, Kota Bogor)

Disusun Oleh
Kelompok 4 / A2
Ananda Ratu Ismaya J0402221092
Annisa Widya Utami J0402221097
Bakhtiar Ahmad Rifai J0402221126
Pandu Andika J0402221030
Siti Rahayu Annisa J0402221056

Dosen:
Dr. Helianthi Dewi, S.Hut., M.Si.

Asisten Dosen:
Alfian Wiguna Hutama, A. Md.
Nia Wahyuni, A. Md.

PROGRAM STUDI EKOWISATA


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2023
2

DAFTAR ISI

Hal
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR LAMPIRAN ii
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1
II. METODE PRAKTIKUM 2
A. Waktu dan Tempat 2
B. Alat dan Bahan 2
C. Tahapan Kerja 2
III. HASIL PEMBAHASAN 3
A. Program Interpretasi 3
B. Aktivitas Interpretasi 5
C. Materi Interpretasi 8
D. Teknik Interpretasi 10
E. Media Interpretasi 10
F. Sarana dan Prasarana Interpretasi 13
G. Publikasi Interpretasi 17
H. Evalusi Program Interpretasi 18
IV. KESIMPULAN 19
V. DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 21
3

DAFTAR TABEL

No Hal
1. Alat dan Bahan 1
2. Rancangan aktivitas program interpretasi Pulo Geulis 3
3. Rancangan naskah pada materi interpretasi 6
4. Media interpretasi 8

DAFTAR GAMBAR

No Hal
1. Lokasi Pulo Geulis 4
2. Ilustrasi pertunjukkan wayang dalam program interpretasi 5
3. Ilustrasi kegiatan padepokan pencak silat 7
4. Ilustasi aktivitas pertunjukan barongshai 7
5. Ilustrasi aktivitas pertunjukan barongshai di Pulo Geulis 8
6. Media Interpretasi leaflet 13
7. Kotak Wadah Leaflet 14
8. Paku Beton sebagai Prasarana 15
9. Ilustrasi Panah yang di Cat Sebagai Jalur Masuk 15
10. Ilustrasi Bentuk Kode Batang pada Altar di Phan Ko Bio 16
11. Kertas dan Mesin Cetak 16
12. Satelit Penguat Sinyal 16
13. Sketsa gambar panggung interpretasi 17
14. Ilustasi wayang kertas alat interpretasi 17
15. Ilustasi speaker audio 18
16. Ilustrasi Instalasi Listrik 18

DAFTAR LAMPIRAN

No
Hal
1. Hasil Leaflet
21
2. Hasil Ilustrasi media interpretasi blog
21
4

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Interpretasi adalah tangan pertama untuk memberikan wisatawan sebuah


pengalaman baru. Interpretasi adalah sebuah kegiatan yang memiliki sifat
mendidik disertai maksud untuk mengungkapkan arti dan juga hubungan lewat
perantara objek asli beserta pengalaman (Tilden,2008). Interpretasi merupakan
cara pelayanan yang membantu agar sebuah kelompok tertentu bisa tergugah rasa
sensitifnya untuk merasakan keindahan alam sekitar, variasi, serta hubungan
lingkungan (Wallen, 2012). Interpretasi diartikan suatu misi yang didasarkan pada
proses komunikasi yang membentuk koneksi emosional dan intelektual diantara
ketertarikan pendengar dan maksud yang melekat pada sumberdaya yang ada di
kawasan. Berkunjung ke suatu destinasi wisata belakangan ini mulai marak
dengan wisata yang berbasis edukasi dan budaya. Wisata yang dikemas dengan
unsur-unsur edukasi ini diharapkan tidak hanya mendapatkan kesenagan saja
namun juga bisa mendapatkan inspirasi ataupun wawasan yang luas.
Desa wisata dibentuk untuk memberdayakan masyarakat agar dapat berperan
sebagai pelaku langsung dalam upaya meningkatkan kesiapan dan kepedulian
lingkungan dalam menyikapi potensi wisata atau lokasi daya tarik wisata
diwilayah masing-masing desa. Pulo Geulis atau dalam bahasa Indonesia berarti
Pulau Cantik, merupakan sebuah desa wisata menyerupai pulau yang persis
berada di tengah-tengah Kali Ciliwung, Kota Bogor. Desa Wisata Pulo Geulis ini
merupakan bagian dari Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah,
Kota Bogor dengan emiliki luas sekitar 3,5 hektare. Kampung Pulo Geulis dihuni
sebanyak 2.684 warga dari 773 kepala keluarga (KK) yang mana Penduduk
Kampung Pulo Geulis didominasi suku Sunda dan Tionghoa, sehingga banyak
potensi-potensi yang dapat dijadikan subyek dalam interpretasi. Potensi yang
terdapat pada desa wisata ini salah satunya adalah klenteng tertua di Kota Bogor
Phan Ko Bio. Klenteng ini dapat dijadikan sebagai subjek interpretasi berbasis
sejarah dan budaya.
Perencanaan program interpretasi sangat dibutuhkan di Desa Wisata Pulo
Geulis dikarenakan banyak subjek yang menjadi destinasi wisata yang banyak
memiliki sejarah dan akan sangat mudah dipahami jika pengunjung dibangun rasa
sensitivitasnya dengan cara di adakanya program interpretasi yang mendukung
kegiatan wisata di Desa Pulo Geulis.Tujuan dari pelaksanaan program interpretasi
ini ialah sebagai bentuk apresiasi terhadap lingkungan khususnya pada studi kasus
Pulo Geulis dengan cara menyampaikan nilai-nilai sejarah yang terdapat didalam
kawasan Pulo Geulis. Tujuan dari pelaksanaan program interpretasi selain untuk
meningkatkan pemahaman, setelah pelaksanaan program diharapkan dapat
mendorong kesadaran, pengetahuan, sikap, keterampilan, dan partisipasi audiens
seperti yang disampaikan Tilden bahwa interpretasi harus memiliki sifat
mendidik.
Rancangan program interpretasi di Desa Wisata Pulo Geulis yaitu dengan
merangkai susunan aktivitas-aktivitas yang menjadi daya tarik di dsa tersebut
seperti pencak silat, barongshai, dan pertunjukkan wayang dengan subjek Vihara
Mahabrahma Phan Ko Bio. Rancangan program interpretasi juga membutuhkan
5

rancangan sarana dan prasarana serta media sebagai publikasi program. Media
publikasi yang digunakan yaitu leaflet dan sosial media.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum Rancangan Program Interpretasi pada studi kasus di


Desa Wisata Pulo Geulis adalah sebagai berikut.
1. Merancang program interpretasi untuk memperkenalkan Desa Wisata Pulo
Guelis dengan meliputi aktivitas, materi, teknik, media, sarana dan prasarana.
2. Merancang metode publikasi untuk mempromosikan Desa Wisata Pulo
Geulis dengan rancangan program interpretasi.
3. Mengedukasi pengunjung dengan subjek-subjek yang terdapat pada desa
sebagai implementasi interpretasi.
4.
6

I. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Teknik Intepretasi ini dilaksanakan selama 2 hari pada hari Rabu 15
Februari dan hari Jumat 19 Mei 2023, pada pukul 14.30 dengan studi kasus yang
berlokasi di Pulo Geulis, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah,
Jawa Barat.

Gambar 1. Lokasi Pulo Geulis


Sumber: News.detik.com

B. Alat dan Bahan

Pelaksanaan praktikum Teknik Interpretasi ini memerlukan alat dan bahan


guna mempermudah dalam pelaksanaan praktikum pada studi kasus Pulo Geulis.
Alat dan bahan yang digunakan selama praktikum terdapat pada tabel 1.
Tabel 1 Alat dan Bahan
No. Alat dan Bahan Kegunaan
1 Alat Tulis Untuk mencatat dan mengisi tallysheet
2 Laptop Untuk mencari bahan literatur
3 Buku catatan Untuk mencatat hasil praktikum di lapang
4 Jurnal Untuk sumber literatur dalam pembahasan
5 Microsoft Word Untuk mengolah dan menyusun data hasil pengamatan

C. Tahapan Kerja

Tahapan kerja dalam pembuatan laporan praktikum Rancangan Program


Interpretasi dilakukan dengan beberapa tahapan. Tahapan-tahapan kerja untuk
menyelesaikan pelaksanaan praktikum sebagai berikut:
1. Melakukan pengamatan terhadap kondisi studi kasus di Pulo Geulis.
2. Menentukan tema dan subyek program yang mencangkup studi kasus masing –
masing kelompok yang didapatkan saat pengamatan di Desa Wisata Pulo
Geulis.
3. Menentukan sasaran program interpretasi.
4. Menentukan aktivitas program interpretasi.
5. Menentukan teknik untuk menyampaikan program interpretasi.
6. Menentukan sarana dan prasarana yang akan digunakan untuk menyampaikan
rancangan.
7. Menentukan media dan publikasi program interpretasi.
8. Membuat laporan praktikum.
7

II.
8

HASIL PEMBAHASAN
A. Program Interpretasi

Program interpretasi merupakan suatu pola pelaksanaan interpretasi yang


disusun menurut waktu. Program Interpretasi yang disusun dengan menggunakan
tema dan subjek-subjek yang terdapat pada studi kasus Pulo Geulis. Tema dari
program interpretasi yaitu "Maha Brahma sang Pemersatu Keyakinan". Program
Interpretasi dengan tema “Maha Brahma sang Pemersatu Keyakinan”diambil
berdasarkan pada fungsi dari salah satu subjek yang ada pada Pulo Geulis yaitu
Vihara Maha Brahma, Phan Ko Bio yang dimana menjadi pusat kegiatan agama
bagi masyarakat keturunan tionghoa berkeyakinan taoisme, konghucu, dan
buddha. Tema pada program interpretasi dibuat menarik dengan tujuan untuk
menarik perhatian dan minat audiens untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan
program interpretasi. Tujuan dari pelaksanaan program interpretasi ini ialah
sebagai bentuk apresiasi terhadap lingkungan khususnya pada studi kasus Pulo
Geulis dengan cara menyampaikan nilai-nilai sejarah yang terdapat didalam
kawasan Pulo Geulis. Pelaksanaan program interpretasi selain untuk
meningkatkan pemahaman, setelah pelaksanaan program diharapkan dapat
mendorong kesadaran, pengetahuan, sikap, keterampilan, dan partisipasi audiens.
Kategori pelaksanaan program interpretasi ialah community outreach yaitu
menyampaikan program interpretasi dengan menggunakan pertunjukan wayang
yang menjadi subjek pada studi kasus. Kategori community outreach dalam
program interpretasi dipilih sebagai ilustasi atau gambaran-gambaran subjek
dengan tujuan agar materi interpretasi tersampaikan kepada audiens secara
langsung. Sasaran usia pada program interpretasi dikhususkannya bagi remaja
yang berusia 15-21 tahun. Sasaran usia remaja dengan rentang usia 15-21 tahun
dipilih karena cenderung lebih mudah menerima interpretasi mengenai subjek
yang ada di Vihara atau Klenteng ini. Selain itu, usia masa remaja lebih memiliki
kesadaran yang tinggi dan selalu tertarik akan mencoba hal baru. Jumlah peserta
program interpretasi ini adalah kelompok besar yaitu 12 orang peserta,
dikarenakan keterbatasan lokasi dan agar tujuan dari program interpretasi ini lebih
tersampaikan dengan jelas. Program interpretasi akan dirancang dengan aktivitas,
materi interpretasi pada subjek, teknik yang digunakan dalam interpretasi, media
dan sarana prasarana interpretasi hingga publikasi interpretasi. Ilustrasi program
interpretasi terdapat pada gambar 2.

Gambar 2 Ilustrasi pertunjukkan wayang dalam program interpretasi


Sumber: www.Sikerja.com
9

B. Aktivitas Interpretasi

Aktivitas dalam program interpretasi dirancang dengan mengambil atau


menjadikan aktivitas masyarakat di Pulo Geulis sebagai rancangan program
interpretasi. Rencana dalam aktivitas program interpretasi berdurasi selama 210
menit (3 jam 30 menit). Rancangan aktivitas program interpretasi terdapat pada
tabel 2 berikut ini :
Tabel 2 Rancangan aktivitas program interpretasi Pulo Geulis
Durasi
No Waktu Aktivitas Keterangan
(Menit)
Pembukaan Pembukaan acara bersikan sambutan oleh
1 10.00 - 10.15 15
acara pengurus Pulo Geulis
Pertunjukan Pertunjukan silat oleh padepokan Pulo
2 10.15 – 10.30 15
silat Gelis
Pertunjukan
3 10.30 – 10.45 30 Pertunjukan silat oleh pemuda Pulo Gelis
Barongsai
Pengenalan
Pengenalan subjek interpretasi dan
subjek dan
4 10.45 – 11.30 45 makanan khas yang ada di Pulo Geulis
makanan
kepada audiens
khas
5 11.30 – 12.15 45 Istirahat Istirahat, sholat, dan makan
Pertunjukan
Pertunjukan penampilan cerita phan ko
6 12.15 – 13.00 45 interpretasi
dalam bentuk pertunjukkan wayang kertas
wayang
Games
7 13.00 – 13.15 15 Games sebagai acara penutupan program
hiburan
8 13.15 – 13.30 15 penutupan Sesi dokumentasi dan penutupan acara
1. Pembukaan
Aktivitas pertama ialah pembukaan acara pada pukul yang akan diisi dengan
sambutan acara oleh kepengurusan dari Pulo Geulis yang pertama adalah pembina
bagian kepariwisataan di pulo geulis, kemudian sambutan oleh ketua rt dan RW
setempat, dilanjut dengan bapak pengurus kelenteng phanko bio. Sambutan ini
diperlukan untuk tujuan pengenalan pihak pihak terkait pengurus pulo geulis,
dengan adanya pengenalan dan sambutan bertujuan untuk komunikasi informasi
apabila diperlukan dan bisa di komunikasi kan kepada pihak pengurus sebagai
sumber informasi. Pembukaan program interpretasi pada pukul 10.00 karena
menyesuaikan dengan jam operasional Phan Ko Bio dan dengan durasi
pembukaan selama 15 menit oleh kepengurusan Pulo Geulis.
2. Pertunjukan silat
Acara selanjutnya adalah pertunjukan seni berupa kegiatan penampilan silat
yang akan di tampilkan oleh tim padepokan yang ada di pulo geulis. Pulo Geulis
merupakan pusat pelatihan padepokan pencak silat Bina Saluyu. Aktivitas
pertunjukan silat dengan menampilkan gerakan-gerakan silat dengan gerakan silat
yang menarik dan menghibur audiens. Pertunujkan silat kegiatan ini bertujuan
para pengunjung bisa melihat bagaimana atraksi silat yang ada di pulo geulis
dengan mempertunjukkan gerakan dan penampilan skenario penggunaan silat
sebagai pertahanan diri serta mengenalkan budaya pencak silat yang ada di Polu
geulis ini dengan audiens. Aktivitas akan berlangsung selam 15 menit agar
audiens tidak merasa bosan.
10

Gambar 3 Ilustrasi kegiatan padepokan pencak silat


Sumber: www.kompas.com
3. Pertunjukan barongshai
Aktivitas selanjutnya adalah pertunjukan barongsai yang akan ditampilkan oleh
tim barongsai yang merupakan pemuda-pemuda Pulo Geulis. Pertunjukan akan
diiring musik dengan diiringi narator mendukung bagaimana sejarah kegiatan dan
pembuatan barongsai, sejarah bagaimana awal mula nya bagaimana pembuatan
barongsai bisa ada di Pulo Geulis. Pertunjukan barongshai masuk dalam aktivitas
program interpretasi guna mengenalkan koleksi kesenian budaya yang ada pada
Pulo Geulis. Pulo Geulis merupakan pemukiman yang dikenal karena kerukunan
warganya, dimana suku Sunda dan suku Tionghoa dapat hidup berdampingan
dengan damai. Barongshai ini merupakan kesenian yang diturunkan oleh
keturunan Tionghoa. Aktivitas pertunjukan barongshai aberlangsung selam 15
menit agar audiens tidak merasa bosan.

Gambar 4 Ilustasi aktivitas pertunjukan barongsai


Sumber: www.detik.com
4. Pengenalan subjek interpretasi dan makanan khas
Pengunjung diberikan kesempatan untuk melihat-lihat subjek interpretasi yang
ada dan diberikan kesempatan untuk mencicipi kuliner yang ada pada Pulo Geulis.
Pengenalan kuliner yang ada di pulo geulis menjadi tujuan untuk menaikan
ekonomi masyarakat pada bagian UMKM. Desa Pulo Geulis sempat menjadi
salah satu desa wisata yang memenangkan penghargaan desa dengan memajukan
UMKM di bidang kuliner dan sempat menjadi pemasok kuliner pada acara
tertentu di Surya Kencana. Waktu dalam aktivitas ini cukup singkat, hanya
berdurasi selama 45 menit karena pelaksanaan program pada pukul 11.30
bersamaan dengan waktu beribadah umat muslim.
11

5. Istirahat
Audiens diberikan kesempatan untuk beristirahat, sholat dan makan sebulm
kembali melanjutkan program interpretasi pertunjukan penampilan-pelampilan
interpretasi.
6. Pertunjukan subjek interpretasi wayang kertas
Pertunjukan interpretasi ini merupakan sesi untuk menginterpretasikan subjek-
subjek yang ada pada Pulo Geulis khususnya pada Phan Ko Bio yang mana
merupakan masterpiece Pulo Geulis itu sendiri. Pertunjukan cerita yang di angkat
adalah tentang bagaimana perjalanan hidup dewa phanko dan keyakinan lainnya
seperti keyakinan taoisme, konghucu, dan buddha. Memperkenalkan berbagai
kepercayaan yang ada di phan ko sesuai dengan tema program pada intepretasi
yaitu "Maha Brahma sang Pemersatu Keyakinan. Penyampaian materi interpretasi
ini akan menggunakan alat berupa wayang kertas sebagai media untuk
mempermudah dalam melakukan interpretasi. Pelaksanaan subjek interpretasi ini
guna meningkatkan pemahaman audiens terkait keberagaman kepercayaan yang
terdapat pada masyarakat Pulo Geulis. Pertunjukan interpretasi berlansung selama
45 menit.

Gambar 5 Ilustrasi aktivitas pertunjukan barongshai di Pulo Geulis


Sumber: www.detiknews.com
7. Games hiburan
Sesi games ini merupakan sesi ice breaking atau hiburan yang ditujukan
kepada audiens guna menghibur untuk mengembalikan antusias audiens setelah
mengikuti semua rancangan program interpretasi. Sesi hiburan ini berupa sesi
tanya jawab antar panitia dengan pengunjung terkait program yang telah
dilaksanakan. Aktivitas hiburan ini hanya berdurasi 15 menit untuk
mempersingkat acara.
8. Penutupan
Penutup menjadi sesi terakhir dalam program interpretasi. Sesi penutup ini juga
akan dilakukannya foto Bersama guna dokumentasi setalah pelaksaaan program
interpretasi. Interpreter akan mengucapkan terima kasih kepada audiens dan
mengakhiri program tersebut serta membagikan barcode yang terhubung ke link
feedback berupa Google Form untuk bahan evaluasi.

C. Materi Interpretasi

Materi interpretasi yang akan disampaikan kepada audiens terkait subjek-


subjek interpretasi yang terdapat pada Pulo Geulis seperti pencak silat,
12

barongshai, pertunjukan interpretasi wayang pada subjek Phan Ko Bio. Materi


interpretasi ini akan disampaikan kepada audiens dalam bentuk naskah cerita.
Naskah cerita yang nantinya akan diinterpretasikan dengan bantuan alat berupa
wayang kertas sebagai gambaran dari sejarah yang sesungguhnya. Naskah dalam
materi interpretasi dibuat guna naskah dapat runtut dan tertata. Materi yang
diangkat pada subjek interpretasi di Phan Ko Bio yaitu Altar dewa phan ko,
dhamma, dan nabi khong zhi sesuai dengan tema pada program interpretasi.
Rancangan naskah interpretasi terdapat pada tabel 3 berikut.
Tabel 3 Rancangan naskah pada materi interpretasi
No Materi Naskah
1 Pedepokan pencak silat Pengenalan terkait sejarah Bina Saluyu yang merupakan
Bina Saluyu sebuah organisasi Pencak Silat yang didirikan oleh M. Juju
Juarsah dan Onong Suganda. Materi selanjutnya mengenai
tujuan perguruan silat dan materi Teknik yang digunakan
perguruan silat bina saluyu.
2 Sejarah Phan Ko Bio Menjelaskan subjek barongshai yang diambil dari klenteng
ini dan materi tema “Maha Brahma sang Pemersatu
Keyakinan” diambil berdasarkan pada fungsi dari Vihara
Maha Brahma, Phan Ko Bio yang menjadi pusat kegiatan
agama bagi masyarakat keturunan tionghoa berkeyakinan
taoisme, konghucu, dan buddha.
3 Dewa Phan Ko, Sejarah Materi penyampaian subjek interpretasi ini yaitu dengan
Dhamma buddha dan ilustrasi kegiatan dengan pertunjukkan wayang.Keyakinan
Tridhrma menurut agama yang dianut masing-masing menjadi faktor
dalam beribadah, sehingga tempat bukan menjadi faktor
utama dalam beribadah melainkan hanya sebagai faktor
penunjang saja. Klenteng ini dapat dikatakan sebagai
pemersatu keyakinan karena terdapat masyarakat dengan
keyakinan beragam yang menjadikan klenteng ini sebagai
tempat beribadah.
1. Padepokan Pencak Silat Bina Saluyu
Materi yang akan disampaikan pada subjek pedepokan pencak silat Bina
Saluyu ialah diawali dengan sejarah berdirinya hingga perkembangan padepokan
pencak silat Bina Saluyu. Materi selanjutnya yaitu Teknik dan aliran yang
digunakan pada pedopokan pencak silat tersbut. Materi pada subjek interpretasi
pencak silat ini akan disampaikan secara langsung kepapa audiens sebelum
menyaksikan pertunjukkan pencak silat dilakukan. Durasi penyampaian materi
interpretasi dilakukan selama 10 menit dengan naskah materi interpretasi sebagai
berikut :
Proses pendirian Perguruan Silat Bina Saluyu awalnya hanyalah sekumpulan
para pencinta seni beladiri Pencak Silat yang terdiri dari 10 orang remaja dan 6
orang anak-anak yang didasari oleh dukungan penuh para orangtua. Perguruan
Silat Bina Saluyu sebagai sebuah organisasi Pencak Silat yang didirikan oleh M.
Juju Juarsah dan Onong Suganda akhirnya berhasil mencetuskan satu gagasan
yang bersejarah dimana untuk mengawali eksistensinya sebuah perguruan yang
kuat dan kokoh. Perguruan ini pertama kali bentuk di RRI Bogor pada tanggal 12
Juli 1979 dengan nama perguruan Wargi Saputra yang kemudian membetuk
cabang pertama di Pulo Geulis pada tanggal 15 April 1980 cabang inilah yang
tumbuh pesat, oleh karna didalam perkembangannya yang telah meluas
keberbagai wilayah seperti cabang I di Kampung Sawah pada tanggal 25 Mei
1981, pada tanggal 4 Oktober 1991 cabang II di Suka Jadi, dan pada tanggal 9
13

April 1982 mendirikan cabang di Kampung Binong.


Organisasi ini memutuskan untuk mengadakan musyawarah pembentukan
pengurusan baru yang diadakan pada tanggal 7 s/d 10 Juli 1982 serta menetapkan
dan disyahkannya Perguruan Silat Wargi Saputra menjadi Perguruan Silat Bina
Saluyu, nama Bina Saluyu sesungguhnya tidak dimaksudkan dalam pendiriannya
sebagai satu aliran melainkan sebagai fungsi cara melindungi diri. Demikian pula
dengan penggunaan nama Bina Saluyu merupakan satu cita-cita luhur dari Abah
Mandra guru dari pendiri perguruan silat Bina Saluyu agar dapat mengembangkan
seni budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang berada di Jawa Barat.
Akhirnya pada Tanggal 12 Juli 1982 Perguruan Silat Bina Saluyu disyahkan oleh
Ketua IPSI Kota Bogor. Hakekatnya Perguruan Silat Bina Salyu mempunyai
tugas dan tujuan sebagai media Melestarikan warisan seni budaya bangsa yang
bernilai luhur, serta mengembangkan seni budaya tersebut hingga manfaatnya
dapat dinikmati oleh masyarakat luas dan mengangkat harkat dan martabat
bangsa. Mengembangkan, melestarikan dan memasyarakatkan pencak silat,
khususnya pencak silat Tradisi/seni.
Upaya melestarikan, mengembangkan dan memasyarakatkan pencak silat
tradisi/seni perguruan silat Bina Saluyu menghimpun berbagai corak  dan ragam
aliran yang ada di Kota Bogor, berdasarkan tujuan tersebut perguruan Silat Bina
Saluyu mengembangkan serta melestarikan aliran-aliran Cimande,aliran Sera dan
aliran Syahbandar. Dari ketiga aliran tersebut perguruan silat Bina Saluyu
mengembangkan gerakan-gerakan yang memperhitungkan segi anatomis, tidak
bertele-tele sesuai dengan pungsi dan kebutuhan penggunaannya. Sifat serta ciri
tersebut, tidaklah berlebihan bila teknik perguruan silat Bina Saluyu disebut
teknik Silat Tradisi/seni yang menitik beratkan kepada empat aspek pencak silat
yaitu aspek Mental Spiritual, aspek Bela Diri, aspek seni dan olahraga.

2. Sejarah Phan Ko Bio


Materi dengan subjek interpretasi material ini yaitu dengan menjelaskan
sejarah berdirinya Vihara Mahabrahma,Phan Ko Bio sebagai interpretasi kepada
audiens. Materi interpretasi nantinya akan disampaikan langsung dengan
mengeliling vihara dengan materi sebagai berikut :
Phan Ko Bio ini merupakan tempat ibadah keturunan Tionghoa umat agama
hindu dan buddha. Berawal pada tahun 1705 dimana awal ditemukannya Phan Ko
Bio ini bersamaan dengan patung Dewa Phan Ko. Ketika itu pemimpin atau raja
pertama Kerajaan Pajajaran, Sri Baduga Maharaja atau yang dikenal Prabu
Siliwangi menjadikan tempat ini sebagai tempat peristirahatan keluarga Pajajaran.
Setelah berkembangnya Pajajaran, kemudian pada 1579 Pajajaran runtuh diserang
Banten. Setelah penyerangan usai, kawasan sini seperti tanah tak bertuan. Barulah
kembali ditemukan ada kehidupan ketika Belanda masuk, perjanjian dengan
Banten dan Cirebon, lalu mengadakan eksedisi pertama. Sampai pada tahun 1703,
ketika Abraham van Riebeeck datang usai perjalanannya dari Timur ke Barat. Ia
mendapati tempat ini sudah dihuni dan diisi oleh komposisi penduduk antara suku
Sunda dan Tionghoa. Keturunan Tionghoa tidak mendirikan ini sembarangan.
Tempat ini dianggap sacral dan strategis. Sakral karena diyakini Pajajaran juga
menggunakan tempat ini untuk mendirikan tempat peristirahatan. Dijelaskan
bahwa dulu kelenteng tersebut digunakan oleh tiga keyakinan Buddha, Tao, dan
14

Khonghucu. Pada zaman order baru, terjadi pelarangan penggunaan nama


kelenteng harus diganti dengan kata wihara. Karena kelenteng saat itu digunakan
bukan hanya oleh agama, tapi juga kepercayaan. Maka diubahlah kelenteng
tersebut dengan nama Maha Brahma. 

3. Dewa Phan Ko, Dhamma Budha dan Tridharma


Materi dengan subjek interpretasi altar dewa Phan Ko ini nantinya akan
disampaikan dengan ilustrasi kegiatan berupa pertunjukan wayang sebagai bentuk
gambaran kepada audiens perjalanan hidup Dewa Phan Ko. Naskah materi akan
disampaikan sebagai berikut :
Di kisahkan sebagai tuan rumah dan sang kreator alam semesta, Dewa
Phan Ko merupakan yang tertinggi di Klenteng. Dewa Phan Ko lahir pada bulan 1
tanggal 6 Imlek, dan ritual peringatan malam Sie Jit Kongco Pan Kho dilakukan
setiap tahun di kelenteng ini. (Instrumen music Tionghoa (Psikologi
suara)).Konon awalnya terjadi kegelapan dan kekacauan dimana-mana.
(Mematikan Lampu (Psikologi Cahaya)). Saat itulah muncul telur berisi Phan Ko.
Selama ribuan tahun Phan Ko tidur dan tumbuh di dalam telur, hingga tubuhnya
menjadi sangat besar. Telur pun pecah saat ia merentangkan tangan dan kakinya.
Bagian telur yang ringan melayang membentuk langit, dan yang padat turun
menjadi bumi. Untuk mencegah bersatunya langit dan bumi, Phan Ko berdiri
diantara keduanya dengan kepala menahan langit dan kaki menjejak bumi. Dalam
keadaan itu Phan Ko terus tumbuh dengan kecepatan 10 kaki per hari selama
18.000 tahun, sampai bumi langit terpisah sejauh 30.000 mil. Karena kelelahan ia
pun tertidur dan tak pernah bangun lagi.
Setelah Phan Ko meninggal, konon nafasnya menjadi angin dan awan,
suara jadi guntur dan halilintar, mata kiri kanan jadi matahari dan bulan, lengan
dan kaki jadi mata angin, tubuh jadi gunung, daging jadi bumi dan pohon, darah
jadi sungai, rambut tubuh jadi rerumputan dan tumbuhan berkhasiat, kulit jadi
kulit bumi, tulang dan gigi jadi batu berharga dan mineral, rambut kepala menjadi
bintang, keringat jadi embun, serta benalu di tubuhnya jadi manusia yang tersebar
di seluruh penjuru dunia.
Berpindah pada Dhamma Buddha atau Agama Buddha, Kitab suci agama
Buddha menggambarkan empat perjumpaan yang berfungsi membangkitkan suatu
kesadaran empat penderitaan umum yang dialami oleh semua manusia dalam
kehidupan yaitu kelahiran, penuaan, sakit, dan kematian, serta suatu keinginan
untuk menemukan solusinya. Pada akhirnya, ia melepaskan statusnya sebagai
pangeran dan melakukan penjelajahan spiritual untuk memahami bagaimana
mengatasi penderitaan manusia. Selama beberapa tahun, ia menantang dirinya
lewat kedisiplinan pertapaan (penaklukan nafsu atau keinginan dengan cara
penyangkalan diri atau disiplin diri sebagai aspek dari pengabdian keyakinannya),
tetapi pada akhirnya tidak dapat mencapai kebebasan melalui penyiksaan diri
seperti itu, dan pada akhirnya menolak cara tersebut. (latar instrument alat musik
tradisional tionghoa).
Di dekat kota Gaya, dia duduk di bawah pohon pipul dan bermeditasi. Ia disana
mencapai kesadaran, atau pencerahan, dari sifat sejati kehidupan dan semua hal.
Melalui pencerahan tersebut ia kemudian disebut Buddha, atau “Yang
Tersadarkan”. Setelah mencapai kesadaran Buddha, Sakyamuni dikatakan masih
15

tetap berada di dalam pohon, bersuka cita atas pembebasannya namun terusik oleh
pengetahuan tentang betapa sulitnya menjelaskan kepada orang lain apa yang
membuatnya bisa mencapai kesadaran Buddha. (latar suara instrument alat music
tradisional tionghoa).
Tridharma berasal dari kata Tri dan Dharma. Tri berarti “tiga” dan Dharma
berarti “ajaran kebenaran”. Jadi secara harafiah, Tridharma berarti “tiga ajaran
kebenaran”, yaitu ajaran Konfusius, ajaran Tao, dan ajaran Buddha. Tridharma
merupakan sebuah kepercayaan yang tidak dapat digolongkan terhadap agama
apapun. Tridharma lebih tepat disebut sebagai suatu kepercayaan masyarakat
Tionghoa. Arti Tridharma tidak boleh di plesetkan atau berubah menjadi agama
yang baru, dan tidak etis jika harus mencampur ke-3 ajaran tersebut. Agama
budha diajar oleh dhamma, agama khonghucu diajar keteladanan nabi Kong zi
dan agama Tao diajarkan ilmu-ilmu kedewaan. Ketiga ajaran ini sama-sama
mengajarkan untuk menjadi manusia yang lebih baik. (nilai moral).

D. Teknik Interpretasi

Teknik dalam penyampai materi interpretasi dengan menggunakan teknik


secara langsung (Attended service). Teknik secara langsung adalah kegiatan
interpretasi yang melibatkan pemandu interpreter dan pengunjung, langsung
bersentuhan dengan objek interpretasi yang ada, sehingga pengunjung dapat
secara langsung melihat, mendengar atau bila mungkin mencium, meraba, dan
merasakan obyek- obyek interpretasi tersebut. Alasan pemateri membawakan
teknik penyampaian secara langsung karena dalam rangkaian kegiatan yang akan
didampingi dan disampaikan oleh seorang intrepreater akan menyajikan objek
yang pada Pulo Geulis. Menggunakan teknik penyampaian secara langsung para
pengunjung dapat merasakan bagaimana situasi atau objek apasaja yang terdapat
di Pulo Geulis dan para pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan
interpreter apabila terdapat pertanyaan ataupun hal yang kurang dimengerti pada
saat kegiatan interpretasi, para pengunjung dapat menanyakan langsung kepada
pemandu atau interpreter.

E. Media Interpretasi

Media merupakan metode penyampaian berperan penting dalam suatu kegiatan


interpretasi agar suatu informasi yang disampaikan ke wisatawan tersampaikan
dengan jelas. Metode penyampaian dalam interpretasi yang akan disajikan dalam
ke lima subyek interpretasi dengan tema “Maha Brahma sang Pemersatu
Keyakinan” adalah literasi dengan media leaflet dan blog berupa artikel yang
yang dapat di pindai melalui barcode. Berikut merupakan tabel rancangan konsep
media interpretasi untuk metode literasi dalam bentuk leaflet dan blog berupa
artikel yang akan disampaikan pada setiap objek. Media interpretasi terdapat pada
tabel 4.
Tabel 4 Media interpretasi
No Rancangan Keterangan
1 Subyek Interpretasi Subyek yang pada tema yang dipilihi adalah
Phan Ko Bio, Altar Phan Ko, Dhamma (Agama
Buddha), Nabi Kong Zhi (Agama Konghucu),
dan Ritual sayat lidah.
2 Sasaran Pengguna Media Pengunjung remaja hingga dewasa akhir
16

Tabel 4 Media interpretasi


No Rancangan Keterangan
3 Tema Interpretasi Tema interprestasi ”Maha Brahma sang
Pemersatu Keyakinan”.
4 Tujuan Pembuatan Media Mengedukasi arti toleransi dalam suatu agama
dengan agama lainnya.
5 Konsep Materi Materi diawali dengan penjelasan mengenai
sejarah dari Phan Ko Bio atau Vihara Maha
Brahma.
6 Konsep Desain Konsep desain yang mudah diterima dengan
penggunaan bahasa, warna, gaya tulisan,
ukuran, foto, dan elemen yang digunakan.
7 Distribusi atau Penempatan Media Media leaflet diletakkan pada meja dekat
dengan pintu masuk Vihara, media barcode
yang tetrsambung kedalam blog berisi artikel
yang lebih lengkap untuk setiap subyek yang
dibahas diletakkan disebelah subyek.
1. Subyek Interpretasi
Subyek interpretasi yang diambil pada tema ”Maha Brahma sang Pemersatu
Keyakinan” yaitu Phan Ko Bio, Altar Phan Ko, Dhamma (Agama Buddha), Nabi
Kongzhi (Agama Konghucu) dan Ritual sayat lidah. Phan Ko Bio merupakan
merupakan tempat ibadah keturunan Tionghoa umat agama hindu dan buddha.
Berawal pada tahun 1705 dimana awal ditemukannya Phan Ko Bio ini bersamaan
dengan patung Dewa Phan Ko. Altar Phan ko yang menjadi salah satu subyek
interpretasi pada tema ”Maha Brahma sang Pemersatu Keyakinan” Dewa Phan Ko
merupakan yang tertinggi di Klenteng. Dewa Phan Ko lahir pada bulan 1 tanggal
6 Imlek, dan ritual peringatan malam Sie Jit Kongco Pan Kho dilakukan setiap
tahun di kelenteng ini. Dhamma dalam Agama Buddha biasanya lebih dikenal
dengan nama Buddha Dhamma. Seluruh ajaran dari Sang Buddha Gotama dapat
disarikan dalam satu kata saja, yang dalam bahasa Pali disebut Dhamma atau
dalam bahasa Sansekerta disebut Dharma. Nabi Kongzhi dalam Agama Konghucu
merupakan agama yang berasal dari negeri Tiongkok. Pada awal keberadaannya,
Agama Khonghucu ini hanya dianut di dalam kerajaan. Oleh karena jasa Nabi
Kong Zi, Kong Fu Tze atau Khonghucu, maka rakyat jelata bisa mempelajari
Ajaran Khonghucu di Tiongkok (Nabi Kong Zi mengembara). Ritual sayat lidah
merupakan ritual kebudayaan yang terdapat di pulo geulis. Ritual sayat lidah ini
adalah tolak bala bagi mereka yang menyakininya supaya dihindarkan dari
marabahaya khususnya bagi shio yang dinilai tidak cocok pada tahun ini. Ritual
Sayat lidah ini juga sebagai pembersihan patung dewa dengan menggunakan
darah yang dicampur dengan air,kenapa menggunakan darah,karena darah disini
dimaksud kembali kepada kepercayaan pada dewa dimana kehidupan manusia
atau jalan kehidupan manusia di bumi bermula dari nya maka didedikasikan
bentuk balas budi kepada dewa.
2. Sasaran Pengguna Media
Sasaran pengguna dari media interpretasi yang menggunakan metode literasi
dalam bentuk leaflet dan blog berupa artikel yang dapat di pindai melalui barcode
berisi penjelasan lengkap mengenai subyek yang dibahas pada tema ”Maha
Brahma sang Pemersatu Keyakinan” adalah pengunjung remaja sampai denga
dewasa akhir. Pentingnya mengedukasi dini pada remaja dengan subyek
17

interpretasi yang disampaikan berguna untuk memunculkann kesadaran mengenai


toleransi antar umat beragama dan pelajaran baik yang dapat diambil pada setiap
hal yang diajarkan pada setiap agama yang dibahas pada tema ”Maha Brahma
sang Pemersatu Keyakinan.
3. Tema Interpretasi
Tema yang digunakan pada rancangan interpretasi adalah ”Maha Brahma sang
Pemersatu Keyakinan”, tema tersebut diambil karena tujuan dari interpretasi ini
adalah memberikan edukasi mengenai toleransi pada berbagai keyakinan yang ada
pada Vihara Maha Brahma atau Phan Ko Bio. Tema ”Maha Brahma sang
Pemersatu Keyakinan” dapat mewakili inti dari subyek yang akan disampaikan.
4. Tujuan Pembuatan Media
Tujuan dari pembuatan media tersebut adalah untuk membantu pengunjung
dalam mengetahui subyek-subyek yang ada pada Vihara Maha Brahma.
Pembuatan media dalam bentuk leaflet dan blog yang di pindai melalui barcode
menjadi pilihan untuk pengunjung dalam memperoleh informasi mengenai subyek
yang ada sesuai dengan minat pengunjung dalam menerima informasi.
5. Konsep Materi
Konsep materi yang disampaikan diawali dengan penjelasan mengenai sejarah
dibangunnya Phan Ko Bio atau Vihara maha Brahma, hal tersebut bertujuan agar
pengunjung dapat mengetahui asal muasal bangunan terbentuk hingga alasan
mengapa terdapat beberapa agama dalam satu tempat ibadah. Pada akhir materi
yang disampaikan terdapat pesan moral yang dikutip dari cerita subyek-subyek
yang diangkat dalam satu tema.
6. Konsep Desain
Media interpretasi leaflet menggunakan desain minimalis dengan
menambahkan foto-foto dari setiap subyek yang dibahas, hal ini guna
mengilustrasikan subyek yang dibahas. Penggunaan warna hijau pada media
interpretasi memiliki tujuan agar kontras dan tidak terkesan monoton karena
subyek yang dibahas didominasi oleh warna merah. Gaya huruf menggunakan
empat gaya ukuran yang berbeda, pada bagian depan leaflet menggunakan gaya
huruf ”Open sans”, ”Open sans light”, ”Amsterdam three”, dan ”Achivo black”.
Pada slide ke dua pada bagian penjelasan mengenai Phan Ko Bio menggunakan
gaya huruf ”Amstredam three” dan ”Open sans light”. Penjelasan mengenai
subyek interpretasi menggunakan gaya huruf ”Open sans” dan ”Opens sans
black”. Pada bagian belakang leaflet terdapat barcode dan sosial media dari Phan
Ko Bio untuk penjelasan yang lebih lanjut. Ukuran leaflet berukuran A4 atau
21x29,7 cm .Berikut merupakan konsep desain leaflet.
18

Gambar 6 Media Interpretasi leaflet


7. Distribusi atau Penempatan Media
Media leaflet diletakkan pada bagian depan dekat pintu masuk kedalam Phan
Ko Bio, hal tersebut untuk membrikan informasi mengenai subyek apa saja yang
ada pada Phan Ko Bio. Leaflet diletakkan diatas meja menggunakan sebuah
wadah khusus untuk leaflet yang berukuran panjang 11 cm dengan lebar 12 cm
dan tinggi 23,5 cm. Terdapat barcode pada leaflet dan barcode yang ditempel
pada samping subyek yang berguna untuk memberikan informasi yang lebih
lengkap bagi pengunjung yang berminat dengan subyek tersebut.
Distribusi penempatan media blog nantinya melalui website, yang berisikan
sejarah yang dibuat menarik dengan tujuan agar pembaca dapat tertarik untuk
berkunjung pada Desa Wisata Pulo Geulis.

F. Sarana dan Prasarana Interpretasi

Sarana dan prasarana adalah merupakan seperangkat alat yang digunakan


dalam suatu proses kegiatan baik alat tersebut adalah merupakan peralatan
pembantu maupun peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk mewujudkan
tujuan yang hendak dicapai (Moenir, 2016). Berikut ini merupakan sarana dan
prasarana pada tiap-tiap media interpretasi.
1. Kotak Wadah Leaflet
Kotak wadah leaflet merupakan kotak yang terbuat dari bahan akrilik dengan
desain dan bentuk tertentu yang digunakan sebagai sarana untuk menampung
selebaran yang terkait subyek yang terdapat pada Vihara Maha Brahma. Kotak
Wadah Leaflet ini memiliki ukuran panjang 11 cm dengan lebar 12 cm dan tinggi
23,5 cm. Kotak Wadah leafet ini nantinya akan diletakan pada pintu masuk agar
dapat mudah dilihat oleh pengunjung yang datang. Penempatan kotak ini setinggi
dada orang dewasa supaya mudah di jangkau. Bagi anak kecil yang ingin melihat
leaflet ini dapat meminta bantuan orang dewasa supaya meminimalisir
penyalahguanaan leaflet menjadi mainan untuk pengunjung anak kecil dan
akhirnya menjadi limbah sampah. Berikut merupakan ilustrasi dari kotak Leaflet
yang akan digunakan pada media publikasi dalam bentuk cetak.
19

Gambar 7 Kotak Wadah Leaflet


Sumber: www.tokopedia.com
2. Paku Beton
Penggunaan paku beton adalah sebagai prasarana untuk menggantungkan kotak
wadah leaflet. Penggunaan bahan beton untuk paku ini dikarenakan dari kondisi
dinding Phan Ko Bio yang menggunakan semen beton sehingga akan sangat sulit
jika menggunakan paku jenis bahan besi biasa. Penggunaan paku beton ini
hanyaakan di gunakan dengan menancapkan paku sekiat 3 sentimeter ke dalam
dinding guna tidak merusak struktur dinding jika paku tersebut dicabut. Paku yang
digunakan merupakan paku beton yang berukuran kecil, 3,8 sentimeter sehingga
tidak mengganggu nilai estetik dari leaflet yang di pajang.

Gambar 8 Paku Beton sebagai Prasarana


Sumber : www.tokopedia.com
3. Cat sebagai Penanda Jalur Masuk
Jalur masuk yang dimaksud adalah jalan masuk pada pintu masuk dalam Phan
Ko Bio yang dibagi menjadi dua. Bagian kiri sebagai bagian pengunjung masuk
dan juga bagian kanan untuk jalur pengunjung keluar. Bagian kiri merupakan jalur
masuk yang juga merupakan tempat penempatan kotak wadah leaflet yang akan
menjadi tujuan pemisahan jalur masuk ini. Bertujuan supaya pengunjung yang
masuk dapat melihat kotak tersebut dan tertarik untuk membawa leaflet yang
disediakan. Bentuk dari pemisah jalur ini adalah tanda panah yang di cat pada
bagian tanah bawah jalur pintu masuk Phan Ko Bio. Di cat rapih dengan warna
terang seperti kuning ataupun merah serta dengan ukuran panjang sekitar 50 cm
dan lebar sekitar 10 cm supaya terlihat oleh pengunjung.

Gambar 9 Ilustrasi Panah yang di Cat Sebagai Jalur Masuk


20

Sumber : www.priceza.com
4. Kode Batang
Barcode atau kode batang adalah representasi angka dan karakter yang dapat
dibaca gawai. Kode batang ini nantiya akan berisikan interpretasi terkait subyek
yang yang terdapat pada Vihara Maha Brahma, Phan Ko Bio. Pengunjung dapat
memindai (scan) kode batang untuk melihat selebaran melalui gawai. Kode
batang ini dapat diakses pengunjung dengan cara memindai kode batang yang
nantinya akan ditempel di dekat subyek interpretasi agar pengunjung dapat
menerima informasi terkait subyek interpretasi tersebut melalui gawai pribadi
pengunjung yang datang pada Phan Ko Bio. Pengunjung yang memindai kode
batang ini akan langsung dibawa pada sebuah blog yang berisikan narasi audio
yang bisa dijangkau, narasi yang bisa dibaca serta sejarah singkat serta fakta
menarik yang bisa dibaca melalui blog yang sudah disediakan. Kode batang ini
akan disajikan dengan menggunakan media kertas photo dan ditempel
menggunakan perekat dua sisi.

Gambar 10 Ilustrasi Bentuk Kode Batang pada Altar di Phan Ko Bio


5. Kertas dan Mesin Cetak
Kertas yang digunakan merupakan kertas photo yang biasa digunakan untuk
pembuatan sticker, sehingga sudah mempunyai prekat pada bagian belakangnya.
Kertas yang digunakan juga perlu kertas yang berkualitas tinggi dengan ketebalan
100 gsm agar gambar dari kode batang yang dihasilkan oleh printer terlihat jelas
dan bisa terbaca oleh sistem gawai pengunjung, serta ketebalan dari ketas ini
diharapkan tidak membuat kode batang mudah tertekuk dan berubah bentuk.
Cetakan dari kode batang ini berukuran sekitar 5x5 cm supaya ukuran tersebut
bisa dengan mudah dilihat pengunjung. Mesin cetak yang digunakan bisa
menggunakan mesin cetak model apapun dengan syarat menghasilkan gambar
kode batang yang jernih dan dapat dibaca dengan menggunakan gawai
pengunjung.

Gambar 11 Kertas dan Mesin Cetak


Sumber : www.blibli.com
6. Satelit Penguat Sinyal
21

Satelit penguat sinyal ini berfungsi supaya sinyal yang ada di sekitar Phan Ko
Bio lebih cepat sehingga pengunjung yang telah memindai kode batang dapat
dengan mudah mengakses blog yang dituju dan dapat dengan mudah
mengoperasikan blog dan menikmati media yang ada seperti mengakses rekaman
audio dari narasi yang dibacakan. Satelit penguat sinyal ini akan di letakan pada
kanan dan kiri altar paling ujung Phan Ko Bio. Satelit penguat sinyal ini akan
berukuran kecil dengan harapan tidak akan mengganggu umat ketika sembahyan
dan akan disimpan pada bagian ujung meja altar.

Gambar 12 Satelit Penguat Sinyal


Sumber: www.blibli.com
7. Panggung pertunjukan
Panggung pertunjukan ini di desain dengan ukuran lebar 120 cm dan tinggi
sekitar 100cm. Panggung pertunjukan ini di desain untuk pertunjukan wayang
kulit yang membawa tema tentang sejarah Dewa Phan Ko. Panggung ini di desain
untuk dimainkan dengan posisi duduk dimana pertunjukan akan di lakukan di
bagian pekarangan luar Phan Ko Bio dengan posisi di bagian kiri sayap Phan Ko.
Panggung pertunjukan ini akan dibalut dengan warna merah yang menjadi warna
ciri khas untuk klenteng dan aliran agaman tionghoa. Panggung pertunjukan ini
akan ber bahan material kayu dan triplek serta bagian dekorasi akan menggunakan
kain perca yang warnanya disesuaikan dengan bentuk dari karakter yang akan di
buat. Panggung pertunjukan ini akan berdiri tegak dengan menggunakan
penopang kayu dibawahnya dengan ukuran 1 meter sekaligus tempat untuk
pembawa acara pertunjukan ini memainkan wayang-wayang karakter. Bagian
depan panggung akan ditutupi dengan tirai berwarna merah.

Gambar 13 Sketsa gambar panggung interpretasi


8. Wayang kertas
Wayang kertas ini akan berbentuk karakter karakter dewa yang ada di cerita
Dewa Phan Ko dan juga menggambarkan dewa-dewa lain serta beberapa pernak
pernik pendukung cerita lainya. Ukuran dari setiap wayang kertas ini adalah lebar
5-8 cm dan tinggi sekitar 20 cm. Ukuran yang digunakan merupakan ukuran kecil
dikarenakan menyesuaikan ukuran panggung. Wayang kertas ini akan diberi
22

warna sesuai dengan karakter yang akan di buat.

Gambar 14 Ilustasi wayang kertas alat interpretasi


Sumber : www.detik.com
9. Speaker audio
Speaker audio ini akan digunakan untuk penyampaian cerita melewati
panggung cerita. Dalam penyampaianya akan ada beberapa efek audio seperti
hembusan angin yang akan di tunjukan dengan baik bila menggunakan speaker
audio. Ukuran dari speaker audi ini tidak terlalu besar dan menyesuaikan dengan
ukuran panggung. Penempatan speaker ini akan berada di bagian samping
panggung pertunjukan dengan jumlah dua buah pada sisi kanan kirinya. Speaker
audio ini akan di simpan di depan panggung guna suara yang dikeluarkan dapat
terdengar jelas oleh penonton.

Gambar 15 Ilustasi speaker audio


Sumber: www.blibli.com
10. Instalasi listrik
Prasarana lain sebagai pendukung merupakan instalasi listrik yang digunakan
untuk dihubungkan pada speaker audio. Instalasi listrik ini akan mendapatkan
sumber listrik dari Phan Ko Bio.instalasi ini akan menggunakan stop kontak bulat
dengan ukuran 20 meter supaya posisinya bisa menyesuaikan dengan posisi
panggung pertunjukan yang akan ditempatkan sesuai situasi dan kondisi tertentu.
Kabel dari stop kontak yang digunakan akan berada di lantai dan ditutu[i dengan
menggunakan lakban karet atau yang biasa disebut lakban hitam supaya
mengantisipasi terjadi kebocoran pada aliran listriknya.
23

Gambar 16 Ilustrasi Instalasi Listrik


Sumber: www.blibli.com

G. Publikasi Interpretasi

Nisberg (2014) menjelaskan bahwa, Publikasi adalah informasi yang dirancang


untuk memperlihatkan, memperkenalkan, mempertahankan nama dan kehormatan
seseorang, kelompok, atau suatu organisasi kepada khalayak dalam suatu konteks
tertentu melalui media dengan tujuan untuk menciptakan daya tarik khalayak.
Astika (2008) memaparkan bahwa publikasi adalah sebuah upaya yang dilakukan
untuk menyebarkan informasi bermanfaat dalam apapun misalkan itu tulisan,
video, foto dan lain-lain sebagainya kumpulan publikasi ilmiah. Astika memaknai
bahawasanya publikasi tersebut bisa digunakan sebagai sarana iklan atau promosi
sehingga masyarakat menjadi tertarik.
24

1. Leaflet
Leaflet bisa menjadi cara publikasi dengan kemudahan yang bisa di capai
hanya dengan media visual cetak yang bisa dibaca oleh para pengunjung,
penggunaan leaflet ini bertujuan memiliki nilai konsumsi secara literasi bagi para
target interpretasi, selain daripada kemudahan akses produksi leaflet terbilang
efisien di banding media lain contohnya adalah phamplet yang mengharuskan
produksinya lebih lebar dan menggunakan ruang lebih banyak. Alasan leaflet
digunakan pada publikasi program interpretasi karena materi yang dicetak secara
unik dan isinya yang dapat digunakan sebagai bahan diskusi dan bisa di cetak
kembali dan leaflet ini juga memiliki jangkauan dan target yang sangat luas.
2. Sosial media
Sosial media yang digunakan sebagai bahan publikasi adalah blog, dimana para
pengunjung bisa mengakses blog tersebut dengan cara memindai kode batang
yang disediakan, blog berisikan literasi mengenai subjek yang di angkat pada
program interpretasi, alasan penggunaan blog ini yaitu aksesnya yang mudah, di
jaman sekarang ini orang-orang akan cenderung memilih akses yang mudah untuk
mendapatkan suatu informasi. Digital literasi bisa menjadi satu pilihan penting
dalam media interpretasi untuk kemudian bisa dijadikan suatu publikasi dalam
program interpretasi.

H. Evalusi Program Interpretasi

Evaluasi merupakan proses dalam membuat penilaian mengenai keberhasilan


atau kegagalan suatu proses. Perancangan program tentu memerlukan evaluasi
guna membenahi atau membawa perubahan ke arah yang lebih baik dari
sebelumnya. Perancangan program interpretasi ini dengan menggunakan teknik
umpan balik langsung dari audiens dan menggunakan teknik evaluasi pengamatan
terhadap perhatian audiens. Teknik umpang balik langsung oleh audiens nantinya
akan menggunakan kode batang yang berisikan kritikan dan saran dengan cara
memindai kota batang yang dipasang di dinding. Teknik evaluasi pengamatan
terhadap perhatian audiens dengan cara menempatkan pengamat diantara audiens.
Evaluasi tak hanya sebagai penilaian prosess kegiatan, namun juga evaluasi
kegiatan juga nantinya dapat digunakan untuk dokumentasi kegiatan, mengukuru
dampak program yang dilaksanakan, sebagai catatan sumberdaya, dan melihat
efisiensi alokasi.
25

III. KESIMPULAN

Rancangan publikasi untuk media yang dibuat sangat penting untuk


penyebaran ke khalayak banyak. Dengan adanya dukungan sarana prasarana yang
dibuat, proses publikasi yang di rancang dapat terlaksana dan dapat
menyampaikan hasil yang diinginan oleh pengelola wisata yang bisa menarik
banyak pengunjung baru pada destinasi wisata yang dituju. Sarana Prasaran yang
dibuat dalam metode penyampaian merupakan bagian paling penting untuk
menunjang keberlangsungan kegiatan interpretasi yang sedang berjalan.
Kesuksesan sebuah interpretasi bisa di tentukan pada sarana prasaran yang
digunakan dan disediakan. Sarana prasarana ini di sediakan untuk kebuthan
interpretasi agar menarik pengunjung ataus wisatawan yang datang untuk sekedar
melihat atau membaca sekilas dan terbangun rasa sesitivitasnya untuk mengetahui
lebih lanjut suatu atraksi yang ada di destinasi wisata tersebut.
26

IV. DAFTAR PUSTAKA

Adiba, H., & Priyendiswara, A. B. (2023). Penataan Kampung Wisata Tematik


Pulo Geulis, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota
Bogor. Science and Technology Index.
Evita, D. (2017). Teknologi Masyarakat Indonesia: Malas Baca Tapi Cerewet di
Medsos. Jurnal Teknologi Indonesia.
Komariah, N., Saepudin, E., & Yusup, P. M. (2018). Pengembangan Desa Wisata
Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Pariwisata Pesona.
27

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Leaflet


28

Lampiran 2 Ilustrasi media interpretasi blog

Anda mungkin juga menyukai