LAPORAN FIELDTRIP
PERTANIAN BERLANJUT
KELAS D, KELOMPOK 2
Anggota:
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
MALANG
2018
2
3
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
(Nurlinda Rifqiah)
Diterima Tanggal :
Jam :
Paraf Penerima :
(Fitri Wijayanti)
4
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Manfaat 2
II. METODOLOGI 3
2.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan 3
2.2 Metode Pelaksanaan 3
2.2.1 Pemahaman Karakteristik Lansekap 3
2.2.2 Pengukuran Kualitas Air 3
2.2.3 Pengukuran Biodiversitas 4
2.2.4 Pendugaan Cadangan Karbon 6
2.2.5 Identifikasi Keberlanjutan Lahan dari Aspek Sosial Ekonomi 6
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 7
3.1 Hasil 7
3.1.1 Kondisi Umum Wilayah 7
3.1.2 Indikator Pertanian Berlanjut dari Aspek Biofisik 9
3.1.3 Indikator Pertanian Berlanjut dari Sosial Ekonomi 26
BAB 4 PEMBAHASAN UMUM 56
4.1 Keberlanjutan Sistem Pertanian di Lokasi Pengamatan 56
BAB 5 PENUTUP 60
5.1 Kesimpulan 60
5.2 Saran 60
DAFTAR PUSTAKA 62
LAMPIRAN 65
5
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 38. Rincian Biaya Tenaga Kerja Tahun-1 Usahatani Kopi Plot 2 34
Tabel 39. Rincian Biaya Tetap Tahun-1 Usahatani Kopi Plot 2 34
Tabel 40. Rincian Biaya Penyusutan Tahun-1 Usahatani Kopi Plot 2 35
Tabel 41. Penerimaan Usahatani Kopi Tahun-1 Plot 2 35
Tabel 42. Biaya Variabel Tahun-2 Usahatani Kopi Plot 2 35
Tabel 43. Rincian Biaya Tenaga Kerja Tahun-2 Usahatani Kopi Plot 2 35
Tabel 44. Rincian Biaya Tetap Tahun-2 Usahatani Kopi Plot 2 36
Tabel 45. Rincian Biaya Penyusutan Tahun-2 Usahatani Kopi Plot 2 36
Tabel 46. Penerimaan Usahatani Kopi Tahun-2 Plot 2 36
Tabel 47. Biaya Variabel Tahun-3 Usahatani Kopi Plot 2 36
Tabel 48. Rincian Biaya Tenaga Kerja Tahun-3 Usahatani Kopi Plot 2 36
Tabel 49. Rincian Biaya Tetap Tahun-3 Usahatani Kopi Plot 2 37
Tabel 50. Rincian Biaya Penyusutan Tahun-3 Usahatani Kopi Plot 2 37
Tabel 51. Penerimaan Usahatani Kopi Tahun-3 Plot 2 37
Tabel 52. Biaya Variabel Tahun-4 Usahatani Kopi Plot 2 37
Tabel 53. Rincian Biaya Tenaga Kerja Tahun-4 Usahatani Kopi Plot 2 37
Tabel 54. Rincian Biaya Tetap Tahun-4 Usahatani Kopi Plot 2 38
Tabel 55. Rincian Biaya Penyusutan Tahun-4 Usahatani Kopi Plot 2 38
Tabel 56. Penerimaan Usahatani Kopi Tahun-4 Plot 2 38
Tabel 57. Biaya Variabel Tahun-5 Usahatani Kopi Plot 2 38
Tabel 58. Rincian Biaya Tenaga Kerja Tahun-5 Usahatani Kopi Plot 2 38
Tabel 59. Rincian Biaya Tetap Tahun-5 Usahatani Kopi Plot 2 39
Tabel 60. Rincian Biaya Penyusutan Tahun-5 Usahatani Kopi Plot 2 39
Tabel 61. Penerimaan Usahatani Kopi Tahun-5 Plot 2 39
Tabel 62. Tabulasi Hasil Tahun 1-5 pada Plot 2 39
Tabel 63. Rincian Biaya Tetap Usahatani Jagung Plot 2 40
Tabel 64. Rincian Biaya Penyusutan Alat Usahatani Jagung 40
Tabel 65. Rincian Biaya Variabel Jagung Plot 2 40
Tabel 66. Rincian Biaya Tenaga Kerja Jagung Plot 2 41
Tabel 67. Penerimaan Usahatani Jagung Plot 2 41
Tabel 68. Rincian Biaya Variabel Plot 3 42
Tabel 69. Rincian Biaya Tenaga Kerja Plot 3 42
Tabel 70. Rincian Biaya Tetap Plot 3 43
Tabel 71. Rincian Biaya Penyusutan Alat Plot 3 43
Tabel 72. Penerimaan Plot 3 43
Tabel 73. Rincian Biaya Variabel Plot 4 44
Tabel 74. Rincian Biaya Tenaga Kerja Plot 4 45
Tabel 75. Rincian Biaya Tetap Plot 4 45
Tabel 76. Rincian Biaya Penyusutan Alat Plot 4 45
Tabel 77. Penerimaan Plot 4 45
Tabel 78. Indikator Keberhasilan Sistem Pertanian di Setiap Plot 56
Tabel 79. Lampiran Keragaman Arthropoda pada Plot 1 69
Tabel 80. Lampiran Keragaman Arthropoda pada Plot 2 72
Tabel 81. Lampiran Keragaman Arthropoda pada Plot 3 73
Tabel 82. Lampiran Keragaman Arthropoda pada Plot 4 75
8
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui kondisi umum wilayah Desa Tulungrejo, Kecamatan
Ngantang.
2. Mengetahui gambaran tingkat keberlanjutan pertanian di Desa Tulungrejo
yang dilihat dari aspek biofisik.
3. Mengetahui gambaran tingkat keberlanjutan pertanian di Desa Tulungrejo
yang dilihat dari aspek sosial ekonomi.
11
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana kondisi umum wilayah Desa
Tulungrejo, Kecamatan Ngantang.
2. Mahasiswa dapat mengetahui gambaran tingkat keberlanjutan pertanian di
Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang.
3. Mahasiswa dapat mengetahui gambaran tingkat keberlanjutan pertanian di
Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang.
12
II. METODOLOGI
B. Pengamatan Penyakit
Dalam pengamatan biodiversitas penyakit, maka memerlukan
alat gunting untuk memotong sampel bagian tanaman berpenyakit,
kamera untuk mendokumentasikan kegiatan pengamatan, kantong
plastik untuk menyimpan sampel daun berpenyakit, alat tulis untuk
memberi tanda pada plastik. Langkah-langkah dalam pengamatan
biodiversitas penyakit dapat dilakukan dengan mengamati gejala dan
tanda pada tanaman yang ada dilokasi pengamatan kemudian ambil
bagian tanaman yang memiliki gejala penyakit dan dokumentasikan.
Selanjutnya bungkus menggunakan plastik dan tutup dengan rapat dan
identifikasi penyakit yang menyerang tanaman tersebut.
2.2.4 Pendugaan Cadangan Karbon
Langkah-langkah dalam pengamatan biodiversitas penyakit dapat
dilakukan yng pertama dengan melihat vegetasi tanaman yang ada dilokasi
pengamatan. Kemudian menghitung jumlah spesies yang ada pada lokasi
pengamatan. Setelah itu melihat kerapatan dari penggunaan lahan dan
menyesuaikan data dengan literature tabel pendugaan cadangan karbon.
2.2.5 Identifikasi Keberlanjutan Lahan dari Aspek Sosial Ekonomi
Langkah-langkah dalam pengamatan biodiversitas penyakit dapat
dilakukan sebagai berikut yaitu penjelasan dan diskusi di kelas. Kemudian
kunjungan dan observasi lapang. Setelah itu wawancara petani dan
pembuatan laporan.
16
3.1 Hasil
3.1.1 Kondisi Umum Wilayah
Pelaksanaan fieldtrip pertanian berlanjut dilaksanakan di Desa Tulungrejo,
Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Lokasi ini merupakan salah satu
kawasan sub Daerah Aliran Sungai Kalikonto, dengan kriteria sesuai yang
dibutuhkan untuk kegiatan fieldtrip pertanian berlanjut yaitu memiliki
keanekaragaman jenis penggunaan lahan dalam satu lansekap.
Desa Tulungrejo merupakan daratan sedang dengan ketinggian sekitar 156
mdpl. Secara geografis, desa ini terletak pada posisi 7°21′-7°31′ Lintang Selatan
dan 110°10′-111°40′ Bujur Timur. Secara administrative Desa Tulungrejo dibatasi
oleh desa-desa lain, dimana di sebelah Utara berbatasan dengan Hutan Kecamatan
Wonosalam Kabupaten Jombang, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Waturejo,
sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sumberagung/Kaumrejo, dan sebelah
Timur berbatasan dengan Hutan Kecamatan Pujon. Luas wilayah Desa Tulungrejo
adalah 779,699 Ha. Sebagian besar luas lahannya digunakan sebagai lahan
pertanian, perkebunan, lahan tegalan, dan hutan produksi. Hal ini karena, secara
umum wilayah Desa Tulungrejo mempunyai ciri geologis berupa lahan tanah hitam
yang sangat cocok sebagai lahan pertanian dan perkebunan (Pemerintah Kabupaten
Malang, 2012).
Secara umum, penggunaan lahan di Desa Tulungrejo beraneka ragam yaitu
terdapat hutan pinus, agroforestri (pertanaman campuran), tegalan tanaman
semusim, dan pemukiman. Berbagai penggunaan lahan ini memiliki jenis tutupan
lahan yang berbeda dan bervariasi serta kondisi kemiringan yang berbeda-beda.
Berikut merupakan dokumentasi beberapa penggunaan lahan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, kondisi lahan di Desa Tulungrejo
memiliki karakteristik lansekap yang beranekaragam. Pada dasarnya, lansekap
adalah konfigurasi khusus dari topografi, tutupan lahan, tata guna lahan, dan pola
pemukiman yang membatasi beberapa aktivitas dan proses alam serta budaya.
Pengamatan karakteristik lansekap dilakukan pada 4 plot yang berbeda dengan jenis
penggunaan lahan dan tutupan lahan yang berbeda. Adapun hasil pengamatan
karakteristik lansekap dari 4 plot (hutan produksi, agroforestri, tanaman semusim,
tanaman semusim dan pemukiman) adalah sebagai berikut.
17
ialah, kopi, lamtoro, pisang, dan durian dengan keragaman jumlah spesies yang
berbeda, yaitu tinggi (kopi), sedang (lamtoro), rendah (pisang dan durian). Lokasi
ini berada pada lereng tengah, dengan tingkat tutupan kanopi dan seresah serta
kerapatan pohonnya sedang sampai rendah.
Pada plot 3 yang merupakan lahan tanaman semusim, memiliki jenis tutupan
lahan berupa jagung dengan keragaman jumlah spesies yang tinggi. Lokasi plot 3
berada pada lereng bawah dengan tingkat tutupan kanopi dan seresahnya sedang
sampai rendahi. Tingkat kerapatan penanaman jagung tergolong tinggi. Sedangkan,
pada plot 4 merupakan lahan dengan jenis penggunaan lahan tanaman semusim dan
pemukiman. Lokasi plot 4 berada pada lereng bawah untuk tanaman semusim dan
pemukiman. Jenis tutupan lahan tanaman semusim yang ada ialah jagung dengan
keragaman jumlah spesies yang tinggi, sedangkan tingkat tutupan kanopinya
sedang dan seresahnya tergolong rendah dengan kerapatan pohon tinggi.
Pada dasarnya, jika di amati secara keseluruhan berdasarkan karakteristik
lansekap di atas kondisi umum wilayah Desa Tulungrejo banyak didominasi oleh
lahan pertanian daripada hutan. Sehingga, bisa dikatakan bahwa tipe lansekap
wilayah Desa Tulngrejo merupakan tipe fragemented. Dimana penggunaan lahan
sebagian besarnya di dominasi oleh lahan pertanian, misalnya di plot 1 penggunaan
lahan utamanya adalah hutan produksi pinus, plot 2 adalah agroforestri (campuran
tanaman tahunan dan tanaman semusim), plot 3 adalah tanaman semusim, dan plot
4 adalah tanaman semusim dan pemukiman. Sehingga bisa dikatakan bahwa telah
terjadinya alih fungsi lahan hutan atau ekosistem alami ke lahan pertanian. Selain
itu, di beberapa lokasi penggunaan lahan juga masih tersisa >10% dan tidak lebih
dari 60% habitat hutan alami masih tersisa, misalnya seperti pada hutan produksi.
UL1 UL2 UL3 UL1 UL2 UL3 UL1 UL2 UL3 UL1 UL2 UL3
Kekeruhan cm 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Suhu °C 23 23 23 24 24 24 24 25 26 30 30 29
Ph - 5.75 5.75 5.75 5.94 5.94 5.94 5.94 5.94 5.94 5.81 5.81 5.81
DO mg/L 0.006 0.006 0.006 0.01 0.01 0.01 0.02 0.02 0.02 0.04 0.04 0.04
19
2. Biodiversitas Tanaman
a. Keragaman Tanaman Bernilai Ekonomi
Dari hasil pengamatan keragaman tanaman bernilai ekonomi dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Perbandingan Sebaran Tanaman Bernilai Ekonomi pada Plot 1, 2, 3
dan 4 Lokasi Ngantang
20
Populasi Sebaran
Nama
No Jenis Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot Plot
Tanaman
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Kopi T TA PT TA TA SB SM TA TA
2 Lamtoro T TA PS TA TA TA SB TA TA
3 Jagung S TA TA PT PT TA TA SM SM
4 Pinus T PT TA TA TA SM TA TA TA
5 Pisang S PR PR TA TA SB SB TA TA
6 Trembesi T PR TA TA TA SB TA TA TA
7 Durian T PR PR TA TA SB SB TA TA
Belimbing
8 T PR TA TA TA SB TA TA TA
Wuluh
SDR (%)
Nama Gulma
No Jenis
(Nama Ilmiah) Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4
1 Teki (C. rotundus) T 25.8931 26.14011 34.80352
Urang aring
2 S 11.68852
(Eclipta Prostrata l)
Meniran
3 (Phyllantus L 3.080063 20.53208
Urinaria)
rumput gajah
4 (Pennisetum S 46.0685
Purpureum)
suket ngawan
5 (Echinochloa crus- S
galli (L.) 12.8184
pulmonaria
6 L
montana lej 13.87164
Culantro/walangi
7 (eryngium foetidum S
l) 8.458724
rumput dallis
8 (paspalum S
dilatatum) 4.014148
9 Krokot (Portulaca) L 46.22547 7.512563
Teki Kuning
10 T
(Cyperus eculentus) 21.36201
22
Wedusan
11 (Ageratum L 26.871 6.272416 7.683238
conyzoides)
Bayam Duri
12 (Amaranthus S 22.5358
spinosus L.)
Kakawatan
13 (Cynodon dactylon S
L.) 5.959
Kremah
14 (Altenathera sessilis S
L.) 5.89107
Ketepeg kecil
15 L
(Cassia tora) 5.14567
Udelan (Cyperus
16 T 7.70434
kyllingia)
Keterangan: L: Daun Lebar, S: Daun Sempit, T: Teki-Tekian
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada plot 1 dengan tipe
penggunaan lahan hutan produksi terdapat 7 jenis gulma yaitu urang-
aring, meniran, rumput gajah, suket ngawan, Pulmonaris Montana,
cullantro, dan rumput dallis dengan nilai SDR tertinggi adalah rumput
gajah yaitu sebesar 46.0685% atau dapat diketahui gulma dominan yang
terdapat pada plot 1 adalah gulma berdaun sempit, sedangkan pada plot 2
yaitu agroforestri terdapat 7 jenis gulma yaitu bayam duri, wedusan,
kakawatan, kremah, ketepeng kecil, teki ladang, dan udelan dengan nilai
SDR tertinggi adalah wedusan yaitu sebesar 26.871% atau dapat diketahui
gulma dominan yang terdapat pada plot 2 adalah gulma berdaun lebar
sehingga dapat direkomendasikan untuk upaya pegendalian digunakan
aplikasi herbisida pra tumbuh dan purna tumbuh hal tersebut sesuai
pendapat Saitama dkk (2016) yang menyatakan bahwa pengendalian
gulma berdaun lebar dapat direkomendasikan dengan menggunakan
herbisida pra tumbuh (pree emergence) sebagai upaya pencengahan yang
dilakukan setelah panen dan juga herbisida purna tumbuh (post
emergence) yang dilakukan setelah tanaman setinggi 45 cm.
Pada plot 3 yaitu tanaman semusim terdapat 4 jenis gulma yaitu
rumput teki, krokot, teki kuning, wedusan dengan SDR tertinggi adalah
krokot yaitu sebesar 46.22547% atau dapat diketahui gulma dominan yang
terdapat pada plot 2 adalah gulma berdaun lebar sehingga dapat
direkomendasikan untuk upaya pegendalian digunakan aplikasi herbisida
pra tumbuh dan purna tumbuh hal tersebut sesuai pendapat Saitama dkk
(2016) yang menyatakan bahwa pengendalian gulma berdaun lebar dapat
direkomendasikan dengan menggunakan herbisida pra tumbuh (pree
23
No Lokasi H’ C
1 Hutan 1.59 0.27
2 Agroforestri 1.72 0.21
3 Semusim 1.21 0.33
Pemukiman
4
& Semusim 1.19 0.35
Keterangan: L: Daun Lebar, S: Daun Sempit, T: Teki-Tekian
Dari ke empat jenis tutupan lahan yang ada, didapati Nilai Indeks
Keragaman Shannon-Wiener (H’) pada penggunaan lahan hutan sebesar
24
1.59, pada agroforestri sebesar 1.72, pada tanaman semusim sebesar 1.21
dan pada pemukiman+tanaman semusim sebesar 1.19, hal tersebut
menunjukkan bahwa semua tipe penggunaan lahan memiliki nilai 1,0 < H’
< 3,322. Dari nilai tersebut berarti pada semua tipe penggunaan lahan
mempunyai keanekaragaman yang termasuk dalam kategori sedang. Hal
ini sesuai dengan pendapat Saitama dkk (2016), Besaran H’ < 1
menunjukkan keanekaragaman tergolong rendah, H’ = 1-3.32
menunjukkan keanekaragaman tergolong sedang, H’ > 3.322
menunjukkan keanekaragaman spesies tergolong tinggi. Dari hasil analisis
data tersebut dapat diketahui bahwa indeks keragaman tertinggi terdapat
pada plot hutan dan agroforestri karena pada kedua plot tersebut terdapat
keragaman yang tinggi serta jenis gulma yang ditemukan pada kedua plot
tersebut menunjukkan hasil yang terbanyak disbanding kedua plot lainnya
hal tersebut didukung oleh pernyataan Insafitri (2010) yang menyatakan
bahwa semakin banyak jenis yang ditemukan maka keanekaragaman akan
semakin besar, meskipun nilai ini sangat tergantung dari jumlah inividu
masing-masing jenis. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Kamal
(2011) yang menyatakan bahwa keanekaragaman spesies umumnya
meningkat sejalan dengan meningkatnya keragaman struktur komunitas, .
Dengan perhitungan Indeks Dominansi Simson (C) didapati hasil
bahwa pada penggunaan lahan hutan Indeks Dominansi Simson (C)
sebesar 0.27, pada agroforestri sebesar 0.21, pada tanaman semusim
sebesar 0.33 dan pada pemukiman+tanaman semusim sebesar 0.35 hal
tersebut menunjukkan bahwa pada semua tipe penggunaan lahan memiliki
nilai mendekati angka 0. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa tidak
terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya atau struktur
komunitas dalam keadaan stabil. Hal ini didukung oleh pernyataan Sagar
dan Gyan P. Sharma (2012) bahwa Indeks dominansi berkisar antara 0-1.
Semakin mendekati D = 0, berarti tidak terdapat spesies yang
mendominasi dan sebaliknya semakin mendekati D = 1, berarti pada lokasi
terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya. Dari hasil tersebut
indeks dominasi tertinggi terdapat pada plot tanaman semusim dan plot
tanaman semusim+pemukiman hal dapat disebabkan karena rendahnya
tingkat keragaman gulma pada plot tersebut dibandingkan kedua plot
lainnya. Hal tersebut sesuai pendapat Tetrasani (2012) yang menyatakan
bahwa dalam komunitas yang keanekaragamannya tinggi, maka suatu
jenis tidak akan bisa dominan dan sebaliknya dalam komunitas yang
keanekaragamannya rendah, maka satu atau dua jenis akan menjadi
dominan.
25
Pemukiman
Plot Hutan Agroforestri Semusim
& Semusim
Hutan 100,00
Pemukiman
23.37662 46.42857 21.21212 100,00
& Semusim
Titik Peran
Pengambilan Nama Serangga Hama Musuh Serangga
Sampel Alami Lain
Semut Hitam (Dolichoderus 48
thoracicus)
Plot 1 Laba-laba Kecil (Patu digua) 1
Nyamuk Hutan (Aedes 2
albopictus)
Lebah (Xylocopa Confusa) 2
Laba-laba Tanah (Gnaphosidae) 2
Kumbang Daun Berduri 1
(Dactylispa issikii)
Semut Tentara Hitam 1
(Dolichoderus thoracicus)
Belalang Coklat (Phlaeoba 2
fumosa)
Belalang Kayu (Valanga 1
nigricornis)
Laba-laba (Araneus diadematus) 2
Semut Rang-rang (Oecophylla 42
smaragdina)
Kumbang Koksi (Coelophora 2
inaequalis)
Jangkrik (Gryllidae) 1
Nyamuk (Culicidae) 1
27
yang dicirikan dengan penyakit karat daun dan hawar daun. Menurut Burhanudin
(2015) penyakit karat daun yang disebabkan oleh cendawan Puccinia polysora.
Gejala awal pada tanaman jagung yang terinfeksi penyakit karat adalah adanya
bisul (pustules) pada kedua permukaan daun bagian atas dan bawah dengan warna
coklat kemerahan tersebar pada permukaan daun dan berubah warna menjadi hitam
kecoklatan setelah teliospora berkembang. Pada tingkat serangan berat, daun
menjadi kering sehingga mematikan tanaman.
Menurut semangun (1991), Cendawan Helminthosporium sp. banyak
membentuk konidia pada lingkungan dengan kelembaban udara antara 97 –98%
dan suhu antara 20 –30°C. Hal tersebut sesuai dengan keadaan suhu di plot 4
berkisar antara 23-30oC. Namun tingkat serangan Helminthosporium sp maupun
Puccinia polysora pada plot ini dapat dikurangi karena penggunaan pestisida kimia
oleh petani secara rutin.
Tingkat Tutupan C-
Penggunaan Tutupan Posisi Jumlah
Plot Manfaat Kerapatan Stock/tanama
Lahan Lahan Lereng Kanopi Seresah spesies
(ton/ha)
Pinus B A T R Tinggi S 150
Pisang B, D A S R Rendah R 100
Hutan Durian B A S R Rendah R 100
1
Produksi Belimbing
B A R S Rendah S 150
Wuluh
Trembesi B, D A S T Rendah T 250
Kopi B T R T Tinggi T 80
Lamtoro B T S S Sedang S 50
2 Agroforestri
Durian B T S S Rendah R 20
Pisang B, D T S R Rendah R 20
Tanaman
3 Jagung B B S R Tinggi T 1
Semusim
Tanaman
Semusim
4 Jagung B B S R Tinggi T 1
dan
Pemukiman
4. Cadangan Karbon
Tabel 10. Cadangan Karbon Setiap Plot
Keterangan:
Manfaat : B (Buah), D (Daun), A (Akar), B (Biji)
Posisi Lereng : A (Atas), T (Tengah), B (Bawah)
Tingkat Tutupan Kanopi dan Seresah : T (Tinggi), S (Sedang), R (Rendah)
34
Tahun Ke-1
Tabel 11. Rincian Biaya Variabel Tahun-1 Plot 1
Harga Harga
Awal Akhir Umur Biaya
Jumlah
No. Uraian Per Per Ekonomis Penyusuta
(unit)
Unit Unit (tahun) n
(Rp) (Rp)
1. Cangkul 2 45.000 10.000 10 7.000
2. Sabit 1 24.000 10.000 10 5.000
Pemangka
3. 1 60.000 5.000 10 3.800
s
Total 15.800
Tahun Ke-2
Tabel 16. Rincian Biaya Variabel Tahun-2 Plot 1
Harga Harga
Awal Akhir Umur Biaya
Jumlah
No. Uraian Per Per Ekonomis Penyusuta
(unit)
Unit Unit (tahun) n
(Rp) (Rp)
1. Cangkul 2 45.000 10.000 10 7.000
2. Sabit 1 24.000 10.000 10 5.000
Pemangka
3. 1 60.000 5.000 10 3.800
s
Total 15.800
Tahun Ke-3
Tabel 21. Rincian Biaya Variabel Tahun-3 Plot 1
Tahun ke-4
40
= Rp 383.750
TFC = 15.800
TC = TFC + TVC
= 383.000 + 15.800
= Rp 399.550
TR = 280 x 5.000
= 1.400.000
Tahun ke-5
Tabel 31. Rincian Biaya Variabel Tahun-5 Plot 1
Harga Harga
Awal Akhir Umur Biaya
Jumlah
No. Uraian Per Per Ekonomis Penyusuta
(unit)
Unit Unit (tahun) n
(Rp) (Rp)
1. Cangkul 2 45.000 10.000 10 7.000
2. Sabit 1 24.000 10.000 10 5.000
Pemangka
3. 1 60.000 5.000 10 3.800
s
Total 15.800
Benefit
Discount Pv
Tahun Biaya Revenue Benefit Komulati Pv Biaya
Factor Revenue
f
1 628.300 0 -628.300 -628300 0,93 584.465 0
2 320.800 0 -320.800 -949100 0,87 277.599 0
3 320.800 0 -320.800 -1269900 0,80 258.231 -
4 399.550 1.400.000 1.000.450 -269450 0,75 299.183 1.048.321
5 399.550 1.400.000 1.000.450 731.000 0,70 278.310 975.182
Total 2.069.000 2.800.000 731.000 1.697.788 2.023.503
IRR = 18%
Net B/C = PV Penerimaan/ PV Biaya
= 2.023.503/1.697.788
= 1,191
Dari kegiatan budidaya kopi yang dilakukan oleh Bapak Suwono ,
NPV yang dihasilkan adalah sebesar Rp 325.714 yang berarti bahwa nilai
NPV > 0. Nilai tersebut berarti usahatani kopi tersebut akan memberikan
keuntungan sebesar Rp 325.714 setelah terdapat suku bunga kredit sebesar
7,5%. Analisa Net B/C pada usahatani durian milik Bapak Suwono
menghasilkan nilai Net B/C sebesar 1,191 yang berarti untuk setiap nilai
pengeluaran sekarang sebesar Rp 1 mendapatkan penerimaan sebesar Rp.
1,191. Hasil B/C ratio tersebut menunjukkan bahwa usahatani kopi yang
dilakukan Bapak Suwono dapat layak untuk diusahakan karena telah
melebihi ketentuan kelayakan usahatani yaitu B/C Ratio >1.
Plot 2. Agroforestri
Petani yang menjadi narasumber adalah Bapak Trisulo yang
mengelola lahan agroforestri. Lahan yang digunakan oleh Bapak Trisulo
adalah milik sendiri yang terdiri dari lahan sawah seluas <0,25 ha yang
ditanami jagung dan lahan tegalan seluas 0,386 ha yang ditanami kopi,
durian, waru, pisang, dan nangka. Pada lahan tegalan, Bapak Trisulo
membudidayakan kopi dan membuat sendiri bibit yang digunakan.
Sedangkan pada lahan sawah, Bapak Trisulo membuat sebagian bibitnya
dan sebagian lagi dibeli. Pupuk yang digunakan sebagian dibuat sendiri
seperti pupuk kandang yang dibuat dari kotoran ternak sapi milik Bapak
Trisulo dan sebagian lagi dibeli seperti pupuk urea dan pupuk ZA. Dalam
melakukan usahatani, modal yang digunakan Bapak Trisulo dalam
kegiatan budidaya adalah modal sendiri dan hasil budidaya Bapak Trisulo
dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi.
Total 0
Tabel 38. Rincian Biaya Tenaga Kerja Tahun-1 Usahatani Kopi Plot 2
Upah
Tenaga Jumlah Jumlah Jumlah Upah/
HOK Buruh
Kerja orang hari jam/hari HOK
(Rp)
Penyiapan
2 3 4 3 30000 90000
Lahan
Penanama
2 2 4 2 30000 60000
n
Perawatan 1 4 3 1,5 30000 45000
Total 150000
Harga
Jumla Harga Akhir Tahun Penyusutan
Keterangan Satuan Awal
h Unit (Rp) Ekonomis (Rp)
(Rp)
Cangkul 2 Buah 55000 25000 10 6000
Pemangkas 1 Buah 75000 30000 10 4500
Sabit 1 Buah 35000 10000 10 5000
Total 15500
Harga Per
Keterangan Jumlah Unit Satuan
Satuan
Kopi 0 Kg 5000
TVC = 0 + 150.000
= Rp 150.000
TFC = 38.000 + 25.500
= Rp 53.500
TC = TFC + TVC
= 150.000 + 53.500
45
= Rp 203.500
TR = 0 x 5.000
= Rp 0
Tahun-2
Tabel 42. Biaya Variabel Tahun-2 Usahatani Kopi Plot 2
Tabel 43. Rincian Biaya Tenaga Kerja Tahun-2 Usahatani Kopi Plot 2
Upah
Tenaga kerja Jumlah Jumlah Jumlah Upah/
HOK Buruh
perempuan orang hari jam/hari HOK
(Rp)
Perawatan 2 4 3 3 30000 90000
Total 90000
Harga Per
Keterangan Jumlah Unit Satuan
Satuan
Kopi 0 Kg 5000
TVC = 0 + 90.000
46
= Rp 90.000
TFC = 38.000 + 15.500
= Rp 53.500
TC = TFC + TVC
= 90.000 + 53.500
= Rp 143.500
TR = 0 x 5.000
= Rp 0
Tahun-3
Tabel 47. Biaya Variabel Tahun-3 Usahatani Kopi Plot 2
Tabel 48. Rincian Biaya Tenaga Kerja Tahun-3 Usahatani Kopi Plot 2
Harga Per
Keterangan Jumlah Unit Satuan
Satuan
47
Kopi 0 Kg 5000
TVC = 0 + 90.000
= Rp 90.000
TFC = 38.000 + 15.500
= Rp 53.500
TC = TFC + TVC
= 90.000 + 53.500
= Rp 143.500
TR = 0 x 5.000
= Rp 0
Tahun-4
Tabel 52. Biaya Variabel Tahun-4 Usahatani Kopi Plot 2
Tabel 53. Rincian Biaya Tenaga Kerja Tahun-4 Usahatani Kopi Plot 2
Upah
Tenaga kerja Jumlah Jumlah Jumlah Upah/
HOK Buruh
laki-laki orang hari jam/hari HOK
(Rp)
Perawatan 2 2 4 2 35000 70000
Pemanenan 1 2 4 1 35000 35000
Total 105000
Harga Per
Keterangan Jumlah Unit Satuan
Satuan
Kopi 418 Kg 21000
TVC = 0 + 105.000
= Rp 105.000
TFC = 38.000 + 15.500
= Rp 53.500
TC = TFC + TVC
= 105.000 + 53.500
= Rp 158.500
TR = 418 x 21.000
= Rp 8.778.000
Tahun-5
Tabel 57. Biaya Variabel Tahun-5 Usahatani Kopi Plot 2
Tabel 58. Rincian Biaya Tenaga Kerja Tahun-5 Usahatani Kopi Plot 2
Upah
Tenaga kerja Jumlah Jumla Jumlah Upah/
HOK Buruh
perempuan orang h hari jam/hari HOK
(Rp)
Perawatan 2 4 3 3 30000 90000
Pemanenan 2 3 3 2,25 30000 67500
15750
Total
0
Harga Per
Keterangan Jumlah Unit Satuan
Satuan
Kopi 418 Kg 21000
TVC = 0 + 157.500
= Rp 157.500
TFC = 38.000 + 15.500
= Rp 53.500
TC = TVC + TFC
= 157.500 + 53.500
= Rp 211.000
TR = 418 x 21.000 = Rp 8.778.000
Tabel 62. Tabulasi Hasil Tahun 1-5 pada Plot 2
Benefit
Discount Pv
Tahun Biaya Revenue Benefit Komulati Pv Revenue
Factor Biaya
f
1 203.500 0 -203.500 -203500 0,93 189.302 0
2 143.500 0 -143.500 -347000 0,87 124.175 0
3 143.500 0 -143.500 -490500 0.80 115.512 0
4 158.500 8.778.000 8.619.500 8.129.000 0,75 118.685 6.572.971
16.696.00
5 211.000 8.778.000 8.567.000 0,70 146.974 6.114.392
0
Total 860.000 2.800.000 16.696.000 694.648 12.687.363
Jagung
Tabel 63. Rincian Biaya Tetap Usahatani Jagung Plot 2
Biaya
Keteranga Harga Harga Tahun
Jumlah penyusuta
n awal (Rp) akhir (Rp) ekonomi
n (Rp)
Cangkul 1 85.000 20.000 10 6.500
Sabit 1 45.000 5.000 10 4.000
Total Biaya Penyusutan 10.500
Tenaga Jumlah
Jumlah Jumla Jumla Upah/HOK Total
Kerja Laki- Jam/Har
Orang h Hari h HOK (Rp) Upah
Laki i
Pengolahan
2 1 8 2 35.000 70000
lahan
Total Upah 70000
51
Dari data yang diperoleh, total biaya yang dikeluarkan oleh Bapak
Wibowo dalam budidaya jagung adalah sebesar Rp 808.500 dan
penerimaan yang diperoleh adalah sebesar Rp 1.750.000. Sehingga dari
kegiatan budidaya jagung diperoleh keuntungan sebesar Rp 941.500 dan
hasil perhitungan analisis R/C Ratio yaitu sebesar 2,16. Hail R/C ratio
tersebut menunjukkan bahwa usahatani jagung layak diusahakan dan
setiap Rp. 1 biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan penerimaan
sebesar Rp. 2,16.
adalah pupuk kandang, pupuk urea, pupuk phonska, KCl, dan NPK. Modal
yang digunakan Bapak Juari dalam kegiatan budidaya adalah modal
sendiri dan hasil budidaya Bapak Juari tidak ada yang dimanfaatkan untuk
kebutuhan konsumsi karena karena semua hasil panen langsung kepada
tengkulak.
Berikut tabel pengeluaran dan pendapatan usahatani untuk menganalisis
kelayakan usahatani:
Nilai
Jenis Luas Jumlah
Harga/Unit Produksi
Tanaman Lahan (ha) Produksi (kg)
(Rp)
Rp20.000.00
Kubis 0,5 10.000 Rp 2.000 /kg
0
R/C Ratio >1. Dengan perhitungan BEP, didapatkan hasil BEP unit dan
BEP rupiah. BEP rupiah diperoleh hasil 544,76 yang artinya titik impas
untuk harga komoditas kol adalah Rp 544,76. BEP unit diperoleh sebesar
2.723,8 yang artinya pada jumlah 2.723,8 kg telah mencapai titik impas
untuk 1 musim tanam.
Pengolahan
1. 2 1 8 2 35.000 70.000
Lahan
2. Penanaman 1 1 8 1 35.000 35.000
3. Panen 2 1 8 2 35.000 70.000
Total 175.000
Jumlah
No. Uraian Harga (Rp) Biaya (Rp)
(unit)
1. Sewa lahan 5.000 m2 3.500.000 583.333
Total 583.333
𝑇𝑇 2.166.333
BEP Rupiah = = = 902,63
𝑇 2.400
𝑇𝑇 2.166.333
BEP Unit = = = 1.083,1
𝑇 2.000
2. Ecologically Sound
Plot 1. Hutan Produksi
a. Kualitas dan kemampuan agroekosistem yang terjadi di lingkungan
landscape.
Pak Suwono adalah petani yang menggarap lahan tegal dan
hutan. Lahan yang dimiliki berupaka hutan produksi seluas 0,5 ha
dengan sistem bagi hasil dengan pihak PERHUTANI yang digunakan
untuk budidaya kopi dan pinus. Kerjasama antar PERHUTANI dan
petani memiliki beberapa keuntungan dari segi ekologi, salah satunya
bertujuan untuk menjaga lingkungan, dengan menjaga pohon-pohon
di arean hutan tersebut agar tidak ditebang. Hal ini dimaksudkan untuk
menjaga biodiversitas yang ada di lahan hutan milik Pak Suwono
masih beragam dan terjaga sehingga baik hewan, tumbuhan dan
organisme tanah serta manusia juga mendapatkan manfaatnya
khususnya dalam kegiatan budidaya pertanian
b. Sistem pertanian berorientasi ramah lingkungan dan biodiversitas.
Dalam kegiatan usahataninya, Pak Suwono menggunakan dua
jenis pupuk yaitu organik dan sintetis. Selain itu, penggunaan
pestisida kimia juga masih dilakukan. Pada dasarnya, pak Suwono
telah mengerti pentingnya menggunakan pupuk organik untuk
menjaga kondisi lingkungan. Sedangkan penggunaan pestisida
sintetis jarang dilakukan karena minimnya serangan hama. Minimnya
serangan hama ini tentu dipengaruhi oleh keanekaragaman
biodiversitas yang ada. Adapun penggunaan pestisida selalu
57
3. Socially Just
Indikator keberhasilan pertanian dengan menggunakan asas keadilan
atau Socially just dapat meliputi beberapa kategori. Adapaun indikator
keberhasilan pertanian menggunakan asas keadilan dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Kebutuhan Dasar Sebagai Pengelola Pertanian
a. Penggunaan fungsi lahan pertanian
Penggunaan lahan-lahan yang ada di desa Tulungrejo terbagi menjadi
beberapa bagian. Diantaranya hutan produksi milik PERHUTANI dan
lahan sawah atau tegalan milik masyarakat. Pada hutan produksi
didominasi tanaman-tanaman tahunan seperti kopi dan pinus.
Pengelolaannya bekerjasama dengan masyarakat. Hutan produksi dan plot
agroforestri menggunakan pola tanam tumpangsari yang mana pola tanam
tersebut memberikan banyak keuntungan diantaranya efektifitas lahan
serta peningkatan biodiversitas lahan.
62
4. Culturally Acceptable
1) Selaras atau sesuai dengan sistem budaya yang berlaku
Kegiatan budidaya pada dasarnya memiliki cara-cara tertentu
untuk mencapai hasil yang memuaskan. Antusiasme masyarakat akan
kebudayaan yang ada juga masih tinggi. Hal ini dilihat dari beberapa
kebudayaan yang ada terkait kegiatan bertani. Masyarakat desa
Tulungrejo masih menjaga nilai budaya yang ada didaerahnya dimana
hal ini didasari oleh kebiasaan dan bentuk rasa syukur masyarakat
terhadap apa yang diperolehnya juga harus memberi dampak bagi
lingkungan sekitarnya. Masyarakat desa umumnya selalu membagi
hasil pertanian yang didapat dalam bentuk syukuran bersama saat
masa panen tiba atau secara mandiri membagikan sebagian hasil
panen kepada tetangga-tetangganya. Tidak hanya itu, mashyarakat
juga masih menggunakan tanda-tanda alam untuk melakukan
budidaya. Tanda alam tersebut biasa disebut dengan “Pranoto
Mangsa” dimana aktivitas tersebut merupakan aktivitas untuk
membaca tanda-tanda alam yang muncul. Kebudayaan yang ada pada
setiap plot umumnya sama antara satu dan yang lain. Hal ini
dimungkinkan mengingat masyarakat (petani) berada dalam satu
domisili wilayah yang sama.
65
Indikator
Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4
Keberhasilan
Produksi B B A B
Air C C C C
Karbon A B D D
Arthropoda C C C C
dan penyakit
Gulma C C C C
Keterangan : (D) Kurang, (C) Sedang, (B) Baik, (A)Sangat baik
3 semusim sebesar 1,32 dan pada plot 4 semusim dan pemukiman sebesar
1,07. Data seluruh plot menunjukkan tingkat keankaragaman sedang karena
masih pada 1< x < 3, sehingga plot 1 hutan produksi, 2 agroforestry, dan 3
tanaman tergolong dalam kategori sedang.
Berdasarkan hasil pengamatan plot 1 hutan produksi yaitu
perkebunan pinus tidak ada tanda dan gejala penyakit. Sedangkan pada plot
2 agroforestri dari lima sampel tanaman yang diamati, didapati nilai indeks
penyakit rata-rata sebesar 23,7%. Hal ini tergolong ringan dan tidak terlalu
berpengaruh terhadap hasil produksi komoditas kopi. Pada plot 3 semusim
didapati nilai indeks penyakit rata-rata sebesar 3%. Hal ini tergolong sangat
ringan dan tidak berpengaruh terhadap hasil produksi komoditas jagung.
Pada plot 4 semusim dan pemukiman didapati nilai indeks penyakit hawar
daun rata-rata sebesar 19,2 %. Hal ini tergolong ringan dan tidak terlalu
berpengaruh terhadap hasil produksi komoditas jagung.
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada lokasi pengamatan yaitu Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang,
Kabupaten Malang. Desa Tulungrejo memiliki karakteristik lansekap yang
beraneka ragam. Pada lokasi yang diamati terdiri atas 4 plot yaitu, plot 1 yang
penggunaan lahannya sebagai hutan produksi, plot 2 sebagai agroforestri, plot 3
sebagai areal tanaman semusim dan plot 4 merupakan lokasi tanaman semusim dan
pemukiman. Pada indikator kualitas air, air pada lokasi pengamatan cocok
digunakan untuk mengairi tanaman-tanaman budidaya. Memiliki pH yang asam
(5,75-5,94) dan DO yang bernilai kecil (0,006-0,04) disimpulkan bahwa air pada
plot 1 hutan produksi hingga plot 4 semusim dan pemukiman masuk ke kategori
kelas IV. Menurut PP no. 82 tahun 2001 pasal 8, kualitas air kelas IV diperuntukkan
untuk mengairi tanaman dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
Pada indikator agronomi pada lokasi pengamatan dapat diketahui bahwa
setiap plot tidak terdapat spesies yang terlalu mendominasi spesies lainnya atau
struktur komunitas dalam keadaan stabil. Sedangkan jika dilihat dari pertumbuhan
gulma didapatkan hasil dalam keaadaan cukup seimbang pada setiap plot yang
diamati Pada indikator aspek hama dan penyakit diketahui bahwa jumlah hama
lebih sedikit dibandingkan dengan musuh alami dan serangga lain sehingga
keseimbangan ekosistem masih terjaga.
Pada indikator karbon, berdasarkan hasil perhitungan cadangan karbon
diketahui bahwa hutan produksi dan agroforestri berlanjut secara aspek ekologi,
sedangkan tanaman semusim dan semusim dan pemukiman tidak berlanjut secara
aspek ekologi karena cadangan karbon yang rendah.
Indikator keberhasil aspek sosial ekonomi dapat dilihat dari produksinya.
Hasil dari setiap plot jika ditinjau dari aspek produksinya sudah berhasil dan layak.
Hal ini dapat dilihat dari analisi R/C dan B/C rasio yang lebih dari 1.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan indikator Culturally
acceptable menjadi perhatian yang utama Karena berdasarkan hasil pengamatan
yang telah dilakukan, kelompok tani yang ada di Desa Tulungrejo tidak berjalan
dengan baik. Sehingga petani di Desa Tulungrejo akan kesulitan dalam
pengorganisasian kegiatan usaha tani secara bersama-sama. Kelompok tani
merupakan wadah bagi para petani untuk bekerja saling bahu membahu untuk
memajukan usaha taninya. Oleh karena itu, perlu dibangun kelompok tani di Desa
Tulungrejo agar petani Desa Tulungrejo mampu meningkatkan hasil pertaniannya
dan mampu mencapai pertanian berkelanjutan.
Saran untuk kegiatan praktikum, diharapkan agar lebih awal dalam
membagikan format laporan mengingat kesibukan asisten yang bermacam-macam
71
sehingga tidak dapat dikerjakan dalam waktu yang singkat dan melakukan
pengkolektifan data ketika kelas praktikum mengingat aspek dan materi dalam mata
kuliah berlanjut sangat banyak dan berkaitan. Terimakasih.
72
DAFTAR PUSTAKA
Amalia.E. 2016. Residu Pestisida pada Tanaman Hortikultura (Studi Kasus di Desa
Cihanjuang Rahayu Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat).
Jurnal Agrikultura 2016, 27 (1): 23-29 ISSN 0853-2885
Bohn, Friedrich J.and Andreas Huth. 2017. The importance of forest structure to
biodiversity–productivity relationships. J. The Royal Society. Vol 4(1)
Efendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Hairiah K, Rahayu S. 2007. Pengukuran ‘Karbon Tersimpan di Berbagai Macam
Penggunaan Lahan. Bogor: World Agroforestri Centre - ICRAF, SEA
Regional Office, University of Brawijaya, , Indonesia. 77 p.
Lewis, Michael. 2006. Dissolved Oxygen (version 2.1). Virginia: USGS Water
Quality Information.
M. Mareyeke. 2012. Diversity of Natural Enemies Species on Wet Rice-Field Insect
Pests in South Minahasa Regency Volume 18 No. 2 Jurusan Hama
danPenyakit Tumbuhan. Manado: Fakultas Pertanian Unsrat Manado.
73
Nair, K.S.S dan Sumardi 2000 Insect pests and diseases of major plantation species.
Dalam: Nair, K.S.S. (ed.) Insect pests and diseases in Indonesian forests: an
assessment of the major treats, research efforts and literature. CIFOR,
Bogor,Indonesia.
NN. 1988. Guidelines for Drinking Water Quality (vol 1). Belgium: World Health
Organization.
Odero, D.C and J.A. Dusky. 2014. Weed Management In Sugarcane. Agronomy
Department, IFAS Extension Florida.
Price, PW. 1997. Insect Ecology, Third Edition. New York: John Willey and Sons,
Inc.
Putri, A.H.M. dan C. Wulandari. 2015. Potensi Penyerapan Karbon pada Tegakan
Damar Mata Kucing (Shorea javanica) di Pekon Gunung Kemala Krui
Lampung Barat. Jurnal Sylva Lestari 3 (2) : 13–20.
Sagar dan Gyan P. Sharma. 2012. Measurement of alpha diversity using Simpson
index (1/λ): the jeopardy. J. Environmental Skeptics and Critics. Vol
1(1):23-24.
Suntoro, 2007. Pertanian sehat ramah lingkungan. Solo : Fakultas Pertanian UNS.
Supriadi H, Pranowo D. 2015. Agroforestri Berbasis Kopi di Indonesia (Prospects
of Agroforestri Development Based on Coffee in Indonesia). Sukabumi:
Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar Indonesian Research
Institute for Industrial and Beverage Crops.
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Secara Hidroponik. Bandung:
CV. Nuansa Aulia.
74
Yuliastuti. 2011. Kajian Kualitas Air Sungai Ngringo Karanganyar dalam Upaya
Pengendalian Pencemaran Air (Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro.
Yunasfi, 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit Dan
Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur. Sumatera Utara: Universitas
Sumatera Utara.
75
LAMPIRAN
Pinus
Pisang
Lamtoro
Rerumputan
Durian
Belimbing Trembes
wuluh i
Plot 2. Agroforestri
76
Keterangan :
Plot 2. Agroforestri
Keterangan :
Semut hitam
Serangga
2. (Dolichoderus 2
Lain
Thoracicus Smith)
Lebah
4. Hama 2
(X. Confusa)
80
Kumbang Daun
Serangga
6. Berduri 1
Lain
(Dactylispa issikii)
Serangga
7. 1
Lain
8. Hama 2
Belalang Kayu
9. (Valanga Hama 1
nigricornis)
Musuh
10. Laba-laba Alami 2
81
(Araneus
diadematus)
Semut hitam
Serangga
11. (Dolichoderus 46
Lain
Thoracicus Smith)
Semut Rang-rang
Musuh
12. (Oecophylla 42
Alami
smaragdina)
Kumbang Koksi
13. (Coelophora Hama 2
inaequalis)
Jangkrik Serangga
14. 1
(Gryllidae) Lain
82
Nyamuk
1 Serangga lain 1
(Culicidae)
Lalat apung
2 (Episyrphus Musuh alami 9
balteatus)
Kutu daun
4 Hama 12
(Aphid SP)
Belalang
5 Musuh alami 2
(Caelifera)
Lalat buah
6 Hama 10
(Bactrocera)
Laba-laba
7 (Araneus Musuh alami 1
diadematus)
83
Semut hitam
8 (Dolichoderus Musuh alami 19
Thoracicus)
Semut merah
9 (Oecophylla Musuh alami 13
smaragdina)
Jangkrik
10 Serangga lain 1
(Gryllidae)
Kecoa
11 Serangga lain 23
(Blattidae)
Semut
1. (Dolichoderus Serangga lain 5
thoracicus)
84
Lalat
2. Serangga lain 3
(Musca domestica)
Tawon
3. Serangga lain 15
(Polistes sp.)
Kutu kebul
4. Hama 1
(Bemisia tabaci)
Lalat rumah
5. Serangga lain 3
(Musca domestica)
Kumbang Spot M
7. (Menochillus Musuh alami 1
sexmacullatus)
Belalang Coklat
2. (Melanoplus Hama 4
differentialis)
Semut Hitam
3. (Dolichoderus Serangga Lain 3
thoracicus)
Lalat Buah
4. (Drosophila Hama 3
melanogaster)
86
Kumbang Penggerek
biji
5. Hama 4
(Prostephanus
truncatus H)
Plot 2
Perhitungan Indeks Penyakit Plot 2.1
∑(𝑇 × 𝑇)
𝑇𝑇 = × 100%
𝑇×𝑇
(29 × 0) + (16 × 1) + (5 × 2) + (6 × 3) + (0 × 4)
𝑇𝑇 = × 100%
3 × 56
44
𝑇𝑇 = × 100%
168
𝑇𝑇 = 26%
(0 × 0) + (0 × 1) + (0 × 2) + (0 × 3) + (0 × 4)
𝑇𝑇 = × 100%
0 × 13
𝑇𝑇 = 0 × 100%
𝑇𝑇 = 0%
Perhitungan Indeks Penyakit karat daun tanaman 4
∑(𝑇 × 𝑇)
𝑇𝑇 = × 100%
𝑇×𝑇
(0 × 0) + (1 × 1) + (0 × 2) + (0 × 3) + (0 × 4)
𝑇𝑇 = × 100%
1 × 12
𝑇𝑇 = 0, ,083 × 100%
𝑇𝑇 = 8,3%
Perhitungan Indeks Penyakit karat daun tanaman 5
∑(𝑇 × 𝑇)
𝑇𝑇 = × 100%
𝑇×𝑇
(0 × 0) + (0 × 1) + (0 × 2) + (0 × 3) + (0 × 4)
𝑇𝑇 = × 100%
0 × 15
𝑇𝑇 = 0 × 100%
𝑇𝑇 = 0%
𝑇𝑇 = 9%
Perhitungan Indeks Penyakit hawar daun tanaman 3
∑(𝑇 × 𝑇)
𝑇𝑇 = × 100%
𝑇×𝑇
(0 × 0) + (1 × 1) + (1 × 2) + (0 × 3) + (0 × 4)
𝑇𝑇 = × 100%
2 × 13
𝑇𝑇 = 0,12 × 100%
𝑇𝑇 = 12%
Perhitungan Indeks Penyakit hawar daun tanaman 4
∑(𝑇 × 𝑇)
𝑇𝑇 = × 100%
𝑇×𝑇
(0 × 0) + (1 × 1) + (0 × 2) + (0 × 3) + (0 × 4)
𝑇𝑇 = × 100%
1 × 12
𝑇𝑇 = 0,083 × 100%
𝑇𝑇 = 8,3%
Perhitungan Indeks Penyakit hawar daun tanaman 5
∑(𝑇 × 𝑇)
𝑇𝑇 = × 100%
𝑇×𝑇
(0 × 0) + (1 × 1) + (0 × 2) + (0 × 3) + (0 × 4)
𝑇𝑇 = × 100%
0 × 15
𝑇𝑇 = 0,067 × 100%
𝑇𝑇 = 6,7%
plot 4
Perhitungan Indeks Penyakit 4.1
∑ 𝑇×𝑇
𝑇𝑇 = × 100%
𝑇×𝑇
(2 × 2)
𝑇𝑇1 = × 100%
(6 × 4)
4
= × 100% = 17%
24
Perhitungan Indeks Penyakit 4.2
(1 × 3)
𝑇𝑇2 = × 100%
(4 × 4)
3
= × 100% = 19%
16
93
𝑛𝑛 𝑛𝑛
H’= − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 𝑛 ) (𝑛𝑛 )
𝑛
41,61 41,61
H’ = − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 300 ) (𝑛𝑛 )
300
H’ =0,27
Culantro (Eryngium foetidum)
𝑛𝑛 𝑛𝑛
H’= − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 𝑛 ) (𝑛𝑛 )
𝑛
25,38 25,38
H’ = − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 300 ) (𝑛𝑛 )
300
H’ = 0,2
Rumput Dallis (Paspalum dilatatum)
𝑛𝑛 𝑛𝑛
H’= − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( ) (𝑛𝑛 )
𝑛 𝑛
12,04 12,04
H’ = − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 300 ) (𝑛𝑛 )
300
H’ = 0,13
● Perhitungan Indeks Keragaman (H’) Lokasi Plot 2 (Agroforestri)
Bayam Duri (Amaranthus spinosus L.)
𝑛𝑛 𝑛𝑛
H’= − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 𝑛 ) (𝑛𝑛 )
𝑛
67,61 67,61
H’ = − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 300 ) (𝑛𝑛 )
300
H’ = 0,34
Babadotan (Agerantum conyzoides L.)
𝑛𝑛 𝑛𝑛
H’= − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 𝑛 ) (𝑛𝑛 )
𝑛
80,61 80,61
H’ = − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 300 ) (𝑛𝑛 )
300
H’ = 0,35
Kakawatan (Cynodon dactylon L.)
𝑛𝑛 𝑛𝑛
H’= − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 𝑛 ) (𝑛𝑛 )
𝑛
17,88 17,88
H’ = − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 300 ) (𝑛𝑛 )
300
H’ = 0,17
Kremah (Altenathera sessilis L.)
𝑛𝑛 𝑛𝑛
H’= − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 𝑛 ) (𝑛𝑛 )
𝑛
17,67 17,67
H’ = − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( ) (𝑛𝑛 )
300 300
H’ = 0,17
Ketepeg Kecil (Cassia tora)
𝑛𝑛 𝑛𝑛
H’= − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 𝑛 ) (𝑛𝑛 )
𝑛
15,44 15,44
H’ = − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 300 ) (𝑛𝑛 )
300
H’ = 0,15
Teki Ladang (Cyperus rotundus)
𝑛𝑛 𝑛𝑛
H’= − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 𝑛 ) (𝑛𝑛 )
𝑛
95
77,68 77,68
H’ = − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 300 ) (𝑛𝑛 )
300
H’ = 0,35
Udelan (Cyperus killingia)
𝑛𝑛 𝑛𝑛
H’= − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 𝑛 ) (𝑛𝑛 )
𝑛
23,11 23,11
H’ = − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 300 ) (𝑛𝑛 )
300
H’ = 0,20
● Perhitungan Indeks Keragaman (H’) Lokasi Plot 3 (Tanaman semusim)
Rumput Teki (Cyperus rotundus)
𝑛𝑛 𝑛𝑛
H’= − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 𝑛 ) (𝑛𝑛 )
𝑛
78,4
H’ = − ∑𝑛
𝑛=𝑛 (78,4) (𝑛𝑛 )
300
H’ = 0,35
Krokot (Portulaca)
𝑛𝑛 𝑛𝑛
H’= − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( ) (𝑛𝑛 )
𝑛 𝑛
138,68 138,68
H’ = − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( ) (𝑛𝑛 )
300 300
H’ = 0,36
Teki Kuning (Cyperus eculentus)
𝑛𝑛 𝑛𝑛
H’= − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 𝑛 ) (𝑛𝑛 )
𝑛
64,09 64,09
H’ = − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 300 ) (𝑛𝑛 )
300
H’ = 0,33
Wedusan (Ageratum conyzoides)
𝑛𝑛 𝑛𝑛
H’= − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 𝑛 ) (𝑛𝑛 )
𝑛
18,82 18,82
H’ = − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 300 ) (𝑛𝑛 )
300
H’ = 0,17
Perhitungan Indeks Keragaman (H’) Lokasi Plot 4 (Tanaman semusim dan
Pemukiman)
Rumput Teki (Cyperus rotundus)
𝑛𝑛 𝑛𝑛
H’= − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 𝑛 ) (𝑛𝑛 )
𝑛
102,63 102,63
H’ = − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( ) (𝑛𝑛 )
300 300
H’ = 0,35
Meniran (Phyllanthus debilis)
𝑛𝑛 𝑛𝑛
H’= − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 𝑛 ) (𝑛𝑛 )
𝑛
60,41 60,41
H’ = − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 300 ) (𝑛𝑛 )
300
H’ = 0,36
Krokot (Portulaca)
96
𝑛𝑛 𝑛𝑛
H’= − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 𝑛 ) (𝑛𝑛 )
𝑛
21,94 21,94
H’ = − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 300 ) (𝑛𝑛 )
300
H’ = 0,24
Bandotan (Ageratum conyzoides L.)
𝑛𝑛 𝑛𝑛
H’= − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 𝑛 ) (𝑛𝑛 )
𝑛
21,84 21,84
H’ = − ∑𝑛
𝑛=𝑛 ( 300 ) (𝑛𝑛 )
300
H’ = 0,24
25,38 2
C = ∑𝑛
𝑛=𝑛 [ 300 ]
C = 0,01
Rumput Dallis (Paspalum dilatatum)
𝑛𝑛 2
C = ∑𝑛
𝑛=𝑛 [𝑛]
12,04 2
C = ∑𝑛
𝑛=𝑛 [ 300 ]
C = 0,0016
Krokot (Portulaca)
𝑛𝑛 2
C = ∑𝑛
𝑛=𝑛 [𝑛]
21,94 2
C = ∑𝑛
𝑛=𝑛 [ 300 ]
C = 0,01
Bandotan (Ageratum conyzoides L.)
𝑛𝑛 2
C = ∑𝑛
𝑛=𝑛 [𝑛]
21,84 2
C = ∑𝑛
𝑛=𝑛 [ 300 ]
C = 0,01
100
Udelan
(Cyperus 7234.6 1.3 8.3 0.3 11.1 1.0 3.7 23.1 7.7 -0.2 0.0
kyllingia)
197203. 16. 100. 100. 100. 300. 100.
Total 3.0 26.3 -1.7 0.2
0 0 0 0 0 0 0
Plot D
Titik Spesies Total
1 2 3 1 2
Urang aring (Eclipta prostrata l) 5 2 1 8 11 9.5
Plot 1 Meniran (Phyllantus Urinaria) 1 1 5.5 9.5
(hutan)
Rumput Gajah (Pennisetum
3 2 7
purpureum) 12 35 47
104
Catalog Gulma
Plot 1. Hutan Produksi
105
Plot 2. Agroforestri
1. Teki Ladang (Cyperus rotundus)
Nama Ilmiah : Cyperus rotundus
Sinonim :-
Nama Umum : Teki ladang
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Cyperales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus rotundus L.
2. Ketepeg kecil (Cassia tora)
Nama Ilmiah : Cassia tora
Sinonim : Senna tora (L.) Roxb
Nama Umum : Ketepeg kecil
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Senna Mill
Spesies : Senna tora (L.) Roxb
3. Teki Udelan (Cyperus kyllingia Endl.)
Nama Ilmiah : Cyperus kyllingia Endl.
Sinonim : Rhynchospora colorata
Nama Umum : Teki Udelan
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Cyperaceae
Genus : Rhynchospora vahl
Spesies : Cyperus kyllingia Endl.
4. Bayam Duri (Amaranthus spinosus L.)
Nama Ilmiah : Amaranthus spinosus L.
Sinonim :-
108
Famili : Amaranthaceae
Genus : Alternathera
Spesies : Alternathera sessilis L.
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Asteralas
Famili : Asteraceae
Genus : Ageratum
Spesies : Ageratum conyzoides (L.)
3. Rumput Teki (Cyperus rotundus L)
Nama Ilmiah : Cyperus rotundus L
Sinonim :-
Nama Umum : Rumput Teki
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Liliopsida
Kelas : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus rotundus L
4. Krokot (Portulaca)
Nama Ilmiah : Portulaca
Sinonim :-
Nama Umum : Krokot
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Famili : Portulacaceae
Genus : Portulaca
Spesies : Portulaca oleracea L.
Sawah (Ha) 0 0 0 0
Tegal (Ha) 0 0 0 0
Desa dibuka sejak tahun 1816, sebagian besar penduduk yang tinggal
di daerah sini berasal dari Jawa Tengah dan Madura.
2. Apakah ada rencana untuk pengalihan fungsi lahan pertanian di
desa ini?
Tidak, karena terdapat kesepakatan dari masyarakat dan lahan ini masih
merupakan lahan Perhutani.
3. Apakah ada pembukaan areal hutan untuk pertanian 2 tahun
terakhir ini? Bila ya, digunakan untuk apa dan siapa yang
membuka (penduduk desa setempat/ dari luar desa).
Ada pembukaan areal hutan untuk pertanian yaitu digunakan untuk
kebun kopi. Pihak yang membuka pengalihan fungsi lahan tersebut
yaitu beberapa penduduk desa setempat dan pihak luar yang
melakukan kerjasama dengan pihak PERHUTANI.
4. Apakah ada perubahan luasan hutan yang dikelola Perhutani
yang dimanfaatkan masyarakat di desa?
Ada perubahan, luasan hutan menjadi berkurang semenjak dikelola
oleh PERHUTANI yang digunakan sebagai kebun kopi dimana kebun
kopi tersebut juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat desa.
5. Apakah ada peraturan di desa tentang pemanfaatan lahan?
(1) Bila ada sebutkan! Siapa yang membuat peraturan tersebut?
Pihak yang membuat peraturan adalah kelompok tani dan pihak
Perhutani.
(2) Apa ada sanksi bila tidak mematuhi peraturan tersebut? Bila
ya, sebutkan sanksinya dan siapa yang akan member sanksi
-
6. Apa ada tempat tertentu yang secara adat atau kesepakatan
masyarakat dilindungi? Bila ya, apa saja dan dimana tempatnya?
Tidak ada tempat yang secara adat dilindungi.
7. Mengapa tempat tersebut dilindungi?
-
Plot 2. Agroforestri
Narasumber : Pak Trisulo
Luas lahan pribadi 0,5 ha
1. Macam/jenis komoditas yang ditanam (semakin beragam jenis
tanaman, semakin berkelanjutan).
Lahan yang digunakan : Tegal dan sawah
Jenis komoditas tegal : kopi, durian, waru, pisang, nangka
Jenis komoditas sawah : jagung
Skor lahan tegal : 5, karena terdiri dari 5 jenis tanaman
Skor lahan sawah : 1, karena terdiri dari 1 jenis tanaman
115
Pekarangan (Ha) 0 0 0 0
d. Kegiatan masyarakat
Ada kegiatan gotong royong ketika membuat saluran irigasi dan kegiatan
rutin dalam kelompok tani.
10. Kelembagaan
Tidak ada kelompok tani yang resmi, melainkan hanya ada kelompok tani
yang berkumpul dalam bentuk paguyuban untuk menentukan masa
tanam.
11. Tokoh Masyarakat
-
12. Analisis Usahatani dan Kelayakan Usaha
TVC = 703.000 + 70.000
= Rp 773.000
TFC = 25.000 + 3.500
= Rp 28.500
TC = TFC + TVC
= 28.500 + 773.000
= Rp 801.500
TR = 700 x 2.500
= Rp 1.750.000
GFFI = Y.Py - ∑𝑇𝑇−1 𝑇𝑇. 𝑇𝑇
= 700 x 2.500 – (TVC)
= Rp 1.750.000,00 – Rp 773.000,00
= Rp 977.000,00
R/C ratio = TR / TC
117
= Rp 1.750.000,00/ Rp 801.500,00
= 2,18
Seluruh hasel panen dijual dalam bentuk kopi yang sudah diolah (diose) ke
pasar Ngantang oleh petani seharga Rp21.000,00/kg.
9. Kearifan Lokal
a. Kepercayaan adat/isitadat
Adat istiadat yang dilakukan di desa tersebut yaitu membuat sesajen pada saat
menanam padi dan tumpengan saat panen raya.
10. Kelembagaan
120
Tegal (Ha) 0 0 0 0
Pekarangan (Ha) 0 0 0 0