Anda di halaman 1dari 51

PENGEMBANGAN MATERI NUTRUSI TANAMAN DAN PEMUPUKAN

Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Nutrisi Tanaman dan


Pemupukan

Oleh

Nama : AKHMAD DANI

Npm: 19110007

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN DHARMA WACANA

METRO

2021
INTERAKSI HARA DAN TANAMAN

A. Pengertian unsur hara

Unsur hara tanaman ada beberapa macam, sehingga untuk memudahkan dalam
mempelajarinya para ahli di bidang nutrisi tanaman mengelompokkan seperti
berdasarkan keesensialitasannya bagi tanaman, berdasarkan jumlah yang dibutuhkan
dan berdasarkan mobilitasnya dalam floem.

Berdasarkan keesensialannya, hara dibedakan menjadi : (a) Hara esensial yaitu


hara yang harus memenuhi 4 kriteria, yaitu (1) Tanpa kehadirannya tanaman tak
dapat tumbuh (tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya secara penuh); (2)
Berperan sangat penting dalam proses fisiologis dan tak dapat digantikan; (3)
Merangsang dan mengatur aktivitas enzim; dan (4) Komponen metabolisme esensial.
(b) Hara benefisial yaitu hara yang berfungsi menstimulir pertumbuhan tetapi tidak
esensial atau bersifat esensial untuk spesies tertentu. Unsur hara yang termasuk ke
dalam hara beneficial adalah : hara Cobalt (Co), Natrium/Sodium (Na), Silikon (Si),
Nikel (Ni), Selenium (Se) dan Aluminium (Al) (Marschner, 1986); dan (c) Hara
Non-esensial atau hara fungsional yaitu hara yang tidak mempunyai 4 kriteria
esensial seperti di atas.

Berdasarkan jumlah kebutuhan tanaman, hara esensial dibagi menjadi 2


kelompok, yaitu : hara makro adalah dibutuhkan dalam jumlah relatif banyak, yang
terdiri dari 9 unsur (C, H, O, N, P, K, S, Ca dan Mg) dan hara mikro yaitu
dibutuhkan dalam jumlah relatif sedikit yang terdiri dari 7 unsur (Fe, B, Mn, Zn,

Cu, Mo dan Cl). Dasar pembagiannya menjadi hara makro dan mikro ini sembarang
dan tidak jelas. Dalam praktek pembagian ini tak banyak artinya karena sangat
tergantung jenis tanaman dan kondisi lingkungan

1
Berdasarkan mobilitasnya dalam floem hara terdiri atas hara mobil seperti K,
Na, Mg, P, S, Cl dan Rb; hara intermediet seperti Fe, Mn, Zn, Co, dan Mo; dan hara
immobil seperti Li, Cs, Sr, Ba dan B.

Menjaga dan mengontrol nutrisi tanaman merupakan salah satu aspek yang
sangat fundamental dalam pertanian modern. Pengaruh menguntungkan
penambahan hara mineral ke dalam tanah untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman
telah dikenal dalam pertanian sejak lebih dari 2.000 tahun yang lalu (Marschner,
1986).

Komposisi hara mineral dalam tubuh tanaman tidak dapat digunakan secara
langsung untuk menentukan apakah hara-hara tersebut merupakan hara esensial bagi
pertumbuhan tanaman (Hartman et al.,1981). Menurut Epstein (1972), hara mineral
dikelompokkan sebagai hara esensial paling tidak harus memenuhi 3 kriteria, yaitu :
1) tanpa kehadiran hara tersebut maka tanaman tidak dapat menyelesaikan siklus
hidupnya, 2) fungsi hara tersebut tidak dapat digantikan oleh hara yang lain, dan 3)
hara tersebut secara langsung terlibat dalam metabolisme tanaman yaitu sebagai
komponen yang dibutuhkan dalam reaksi-reaksi enzimatis. Dengan demikian,
sangatlah sulit untuk menggeneralisir apakah suatu hara mineral tertentu termasuk
esensial atau non esensial, karena hara mineral yang satu bisa bersifat esensial bagi
tanaman tertentu tetapi sebaliknya tidak esensial bagi jenis tanaman yang lain.

Tabel 1. Unsur esensial bagi sebagian besar tumbuhan tingkat tinggi dan
kosentrasinya pada jaringan (berdasarkan berat kering) yang dianggap
memadai (Brown et al. 1987 dalam Salisbury dan Ross,1992)

2
Bentuk Konsentrasi pada
Unsur Jumlah atom
yang Bobot jaringan kering
(laambang dibandingkan
tersedia atom
kimia) molibdnum
bagi
mg/kg (%)
tumbuhan

Molibdenum MoO42- 95,95 0,1 0,00001 1


Mo)
Nikel (Ni) Ni2= 58,71 ? ? ?
Tembaga Cu-, Cu= 63,54 6 0,0006 100
(Cu)
Seng (Zn) Zn2= 65,38 20 0,0020 300
Mangan (Mn) Mn2= 54,94 50 0,0050 1.000
Boron (B) H3BO3 10,82 20 0,002 2.000
Besi (Fe) Fe3=, Fe2= 55,85 100 0,010 2.000
Klor (Cl) Cl- 35,46 100 0,010 3.000
Belerang (S) SO4- 32,07 1.000 0,1 30.000
Fosfor (P) H2PO44- 30,98 2.000 0,2 60.000
Magnesium Mg2= 24,32 2.000 0,2 80.000
(Mg)
Kalsium (Ca) Ca2+ 40,08 5.000 0,5 125.000
Kalium (K) K+ 39,10 10.000 1,0 250.000
Nitrogen (N) NO3-,, 14,01 15.000 1,5 1.000.000
NH4+
Oksigen (O) O2, H2O 16,00 450.000 45 30.000.000
Karbon (C) CO2 12,01 450.000 45 35.000.000
Hidrogen (H) H2O 1,01 60.000 6 60.000.000

Untuk tanaman tingkat tinggi terdapat 13 jenis hara esensial yang terdiri atas
kelompok hara makro (N, P, K, S, Mg dan Ca) den kelompok hara mikro (Fe,

3
Mn, Zn, Cu, B, Mo dan Cl) (Janick et al, 1974; Hartman et al., 1981; Baligar dan
Duncan, 1990). Selanjutnya Brown et al. (1987 dalam Salisbury dan Ross,1992)
menyajikan daftar unsur hara esensial dan konsentrasinya dalam jaringan yang
diperlukan agar tumbuhan dapat tumbuh dengan baik (Tabel 1). Disebutkan bahwa
nilai konsentrasi tesebut menjadi pedoman yang berguna bagi para ahli fisiologi,
pengelola kebun dan petani, karena konsentrasi unsur-unsur dalam jaringan
(terutama dalam daun terpilih) lebih dapat dipercaya dari analisis tanah untuk
menunjukkan apakah tanaman akan tumbuh lebih baik dan/atau lebih cepat jika
unsur tertentu diberikan lebih banyak.

Hampir 90% dari seluruh berat segar tanaman herba adalah air, dan sisanya
10% berupa bahan kering terutama terdiri atas 3 elemen yaitu carbon, hidrogen dan
oksigen. Sebagian kecil dari bahan kering tersebut, tetapi merupakan fraksi yang
penting terdiri atas elemen-elemen lain yang secara absolut dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman yaitu 13 elemen yang

dikelompokkan sebagai hara esensial bagi tanaman tingkat tinggi. Ke tiga belas hara
esensial tersebut dibagi lagi menjadi 2 kelompok berdasarkan atas banyaknya jumlah
yang dibutuhkan tanaman yaitu hara makro dibutuhkan dalam jumlah yang relatif
banyak, biasanya dinyatakan dalam persen per unit bahan kering (meliputi N, P, K,
Ca, Mg dan S) dan hara mikro dibutuhkan dalam jumlah yang relatif sedikit,
biasanya dinyatakan dalam ppm (part per million) per unit bahan kering (meliputi Fe,
Mn, Zn, B, Mo, Co dan Cl) (Janick et al, 1974).

Salah satu metode untuk menentukan unsur hara yang esensial bagi tanaman
dan berapa banyaknya adalah dengan menganalisis secara kimia semua unsur yang
dikandung oleh tumbuhan sehat dan berapa banyaknya unsur itu. Salisbury dan Ross
(1992) menyebutkan berdasarkan hasil analisis modern terhadap daun yang paling
dekat dengan tongkol jagung muda (daun bendera) yang diambil dari daun jagung

4
dikebun yang dipupuk dengan baik menunjukkan adanya konsentrasi 3 unsur
esensial tambahan pada jagung yaitu seng, tembaga dan boron.

B. Fungsi Fisiologis Hara Mineral Bagi Tanaman.

Secara fisiologis unsur hara yang diserap oleh tanaman akan memiliki fungsi
tertentu di dalam tanaman. Tubuh tanaman mengandung 90 jenis unsur dalam
jumlah kecil, namun dari 90 unsur itu hanya 16 unsur yang diketahui bersifat esensial
(Fageria, 1984). Fungsi umum hara mineral adalah :
1. Sebagai bagian dari protoplasma dan dinding sel. Beberapa unsur hara
merupakan bagian yang penting dari molekul sel ( misalnya S dalam protein, P
dalam ATP, Mg dalam klorofil, Ca dalam kalsium pektat).
2. Mempengaruhi permeabilitas membran sitoplasma. Ca dan unsur-unsur yang
bervalensi 2 atau 3 mengurangi permebilitas sedangkan unsur-unsur yang
bervalensi 1 menambah permeabilitas.
3. Sebagai katalisator dalam reaksi kimia. Misal : Fe, Cu dan Zn merupakan bagian
dari berbagai enzim (bagian prostetik), Fe sebagai bagian dari sitokrom; Mg, Mn,
Co dapat mempercepat atau memperlambat reaksi-raksi enzimatik.
4. Sebagai penyangga kemasaman sel. Kation penting sebagai sistem penyangga
tumbuhan adalah K, Ca, Na dan Mg.
Pengaruh dan peranan tiap-tiap hara mineral bersifat sepesifik bagi tanaman.
Fungsi unsur hara makro dan bentuk yang tersedia bagi tanaman seperti pada Tabel

Tabel 2. Fungsi Unsur hara makro dan bentuk yang tersedia bagi tanaman

Unsur hara Fungsi Fisiologis Bentuk

5
tersedia
Carbon Sebagai komponen dasar molekuler CO2
(C) karbohidrat, protein, lipid dan asam nukleik

Oksigen Seperti halnya karbon, oksigen merupakan O2


(O) penyusun senyawa-senyawa organik tanaman

Hidrogen Memegang fungsi sentral dalam proses metabolism


H2O
(H) tanaman. Penting dalam keseimbangan ion dan
sebagai unsure pereduksi utama (reducing agent)
misalnya terlibat dalam proses reduksi nitrat
menjadi amoniak.

Nitrogen Komponen penyusun banyak senyawa organik


NH4+ dan
(N) penting di dalam tanaman (protein, enzim, vitamin B
NO3-
complek, hormone, klorofil).

Fosfor Berfungsi dalam transfer energi, metabolisme


H2PO4- dan
(P) karbohidrat dan protein serta transport karbohidrat
HPO42-
di dalan sel daun.

Kalium Sebagai kofaktor dan aktifator enzim-enzim dalam


(K) metabolisme karbohidrat dan protein, serta K+
membantu mengatur tekanan osmotic dan
keseimbangan ion di dalam tanaman.

Kalsium Menyusun lamella tengah, menjaga kestabilan


(Ca) integritas membrane dan terlibat dalam proses Ca2+
pembelahan sel.

6
Magnesium Komponen penyusun klorofil, bertindak sebagai
(Mg) kofaktor pada banyak reaksi enzimatik, berfungsi
mengatur pH sel tanaman dan menjadi unsure Mg2+
perantara (bridging element) pada sintesis protein.

Sulfur (S) Menyusun protein, terlibat dalam masalah energi sel


tanaman.
SO42- dan

SO2

Tabel 3. Fungsi Unsur hara mikro dan bentuk tersedia bagi tanaman

Unsur hara Fungsi Fisiologis Bentuk


tersedia

Zat Besi (Fe) Sebagai komponen penyusun enzim yang Fe, Fe2+ dan
sebagai carrier, terlibat dalam proses Fe3+

7
metabolism seperti fiksasi N, fotosintesis dan
transfer electron.
Seng (Zn)
Komponen esensial beberapa enzim seperti
dehidogenase, proteinase, peptidase, carbonic Zn2+
anhydrase, alcohol dehydrogenase, glutamic
Mangan dehydrogenase, malic dehydrogenase.
(Mn)
Terlibat dalam sistem penyusunan O2 dalam proses
fotosintesis dan sebagai komponen enzim arginase Mn2+
Tembaga dan phosphotransferase.
(Cu)
Sebagai penyusun beberapa enzim diantaranya
cytochrome oxidase, ascorbic acid oxidase dan Cu2+
Boron laccase.
(B)
Fungsi spesifik dari B belum diketahui secara pasti,
tapi diduga terlibat dalam metabolism karbohidrat H3BO3
dan mensintesis komponen-komponen penyusun
Molibdenu m dinding sel tanaman.
(Mo)

Dibutuhkan dalam proses asimilasi N dalam


tanaman, sebagai komponen esensial enzim nitrat MoO42-
Khlor (Cl) reduktase dan ntrogenase (enzim fiksasi N2).

Berfungsi sebagai aktifator enzim-enzim yang


menguraikan air dalam proses fotosintesis, berfungsi Cl-
dalam menjaga dan mengatur tekanan osmosis sel
tanaman yang tumbuh pada kondisi tanah yang

8
memiliki salinitas tinggi.

C. Pergerakan hara mineral ke tanaman dan dalam tanaman

Pergerakan Hara Mineral dari Larutan Tanah ke Permukaan Akar

Organ yang berfungsi menyerap unsur hara dari media tanaman adalah akar
yaitu bulu-bulu akar yang terletak beberapa millimeter di belakang ujung akar (root
tip). Bulu akar terbentuk dari satu sel yang bentuknya sempit dan panjang Gambar
1.

9
Gambar 1. Skematis gerakan air dan unsur hara dari media tanam
menuju xylem

Karena akar merupakan organ penyerap air dan unsur hara, maka kontak air atau
unsur hara dengan permukaan sel bulu-bulu akar merupakan bagian yang sangat
penting dari proses penyerapan. Ada 3 cara atau peristiwa gerakan air dan unsur
hara ke permukaan sel bulu akar yaitu melalui :

1. Aliran Massa (Mass Flow)

2. Peristiwa Intersepsi akar (Root Interception)

3. Peristiwa Difusi (Diffusion)

Aliran Massa (Mass Flow)

Aliran massa merupakan gerakan larutan hara (air dan hara mineral) ke
permukaan akar yang digerakkan oleh transpirasi tanaman (Gambar 2). Hara
bergerak karena ada gradien potensial air. Aliran massa terjadi akibat adanya gaya
tarik menarik antara molekul-molekul air yang digerakkan oleh lepasnya molekul air
melalui penguapan (transpirasi). Setiap ada molekul air yang menguap posisinya
akan diisi oleh molekul air yang berada di bawahnya dan molekul air di bawahnya
menarik molekul yang di bawahnya lagi sampai pada molekul air yang berada di luar
sel epidermis bulu akar masuk ke dalam sel sambil menarik molekul air yang
kebetulan kontak dengannya. Demikian tarikmenarik ini terjadi selama ada
penguapan. Karena pergerakan ini terjadi tidak membutuhkan energi, maka
peristiwa ini disebut transportasi pasif unsur hara dari larutan media tanam menuju
sel epidermis bulu akar. Perhitungannya didasarkan pada konsentrasi hara dalam
larutan tanah dan jumlah air yang ditranspirasikan melalui tanaman, dapat

10
dinyatakan dalam koefisien transpirasi yaitu jumlah air yang ditranspirasikan oleh
berat kering tajuk, misalnya 300-600 liter air per kilogram tajuk kering atau per
hektar areal tanaman (Marschner, 1986).

Kuantitas unsur hara yang dapat mencapai permukaan akar (root surface)
melalui peristiwa aliran massa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

a. Sifat-sifat media tumbuh

b. Kondisi iklim

c. Kelarutan hara

d. Spesies tanaman

Kuantitas unsur hara yang dapat diserap oleh akar tanaman melalui aliran
massa dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : MF = C x WU,

dimana MF = kontribusi mass flow, C = konsentrasi unsur hara, WU = total


air yang diserap tanaman.

11
Gambar 2. Skematis gerakan air dan unsur hara melalui aliran massa.

Peristiwa Difusi (Diffusion)

Difusi adalah peristiwa bergeraknya molekul-molekul dari daerah konsentrasi tinggi


ke daerah konsentrasi rendah (Gambar 3). Jadi gerakan molekul (hara) terjadi karena
adanya perbedaan konsentrasi (concentration gradient). Dari hasil-hasil penelitian
yang telah dilakukan diketahui bahwa pasokan Ca dan Mg terutama adalah melalui
aliran massa, sedangkan K dan P terutama oleh difusi.

12
Hara yang diangkut ke permukaan akar melalui proses difusi tidak dapat dihitung
secara langsung, tetapi dihitung sebagai selisih dari penyerapan hara total oleh
tanaman dikurangi penyerapan oleh aliran massa dikurangi penyerapan oleh
pertumbuhan akar.

Daerah rhizosfir memiliki konsentrasi lebih rendah dari pada daerah di luarnya,
sehingga pergerakan unsur hara terjadi dari daerah luar rhizosfir menuju daerah
rhizosfir. Akibat dari peristiwa ini unsur hara yang tadinya tidak kontak dengan akar
menjadi bersinggungan dengan permukaan akar. Untuk selanjutnya penyerapan
dapat dilakukan oleh akar tanaman.

Kuantitas masuknya unsur hara (flux) ke dalam tanaman mengikuti


persamaan : F = -D (KT-KR), dimana F = flux; D = koefisien difusi; KT =
konsentrasi tinggi; dan KR = konsentrasi rendah.

13
Keterangan : BA = bulu akar, E = sel epidermis
akar, DKT = daerah konsentrasi tinggi,
DKR = daerah konsentrasi rendah
(rozosfir), dan

arah gerakan unsure hara

Gambar 3. Skematis terjadinya gerakan air dan unsur hara melalui difusi

Peristiwa Intersepsi/Penyusupan akar (Root Interception)

Intersepsi akar terjadi akibat dari pertumbuhan akar dari pendek menjadi lebih
panjang. Dari tidak bercabang menjadi bercabang. Dari bercabang sedikit menjadi
bercabang banyak. Sebagai akibat dari pertumbuhan ini akarakar yang terbentuk
menjangkau bagian-bagian media tanam yang tadinya belum terjangkau.
Bertambahnya jangkauan tentu saja bertambah pula unsur hara yang bisa kontak
dengan permukaan bulu-bulu akar dan selanjutnya dapat diserap oleh akar tanaman.
Unsur hara yang berhasil kontak dengan akar dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain :
a. Volume media tanam yang tercover oleh perakaran.

b. Morfologi akar
c. Konsentrasi unsur hara yang tersusupi.

Karena banyaknya kritik-kritik yang menyatakan bahwa penyerapan hara


melalui pertumbuhan akar sebenarnya adalah penyerapan melalui difusi biasa, maka

14
akhir-akhir ini tekanan pembahasan mengenai gerakan hara ke permukaan akar lebih
difokuskan pada aliran masaa dan difusi biasa (Marschner, 1986).

Setelah sampai di permukaan akar, maka hara akan masuk ke dalam akar
melalui berbagai proses. Banyaknya hara yang masuk ke dalam akar (Fu) terutama
dipengaruhi oleh konsentrasi hara di permukaan akar (Cr). Berdasarkan selisih hara
yang datang ke permukaan akar (pasokan) dengan

banyaknya hara yang masuk ke akar, dapat terjadi


zone

penimbunan/accumulation zone (tertimbunnya hara di permukaan akar) dan zone


pengurasan (depletion zone) di permukaan akar. Bila diumpamakan bahwa Fu =
banyaknya hara yang masuk ke akar, F = pasokan/masukan hara ke permukaan
akar, dan Cr = konsentrasi hara di permukaan akar, maka :

Cr = F - Fu

Bila F > Fu maka terjadi zone penimbunan (accumulation zone) di permukaan


akar, sedangkan apabila F < Fu maka terjadi zone pengurasan (depletion zone) di
permukaan akar.
Nyata bahwa difusi adalah proses terpenting dalam penyerapan hara akar,
karenanya jelas keadaan hara sekitar akar tidak sama dengan keadaan hara dalam
tanah pada umumnya. Bila 85 % dari K yang diserap akar adalah melalui proses
difusi, maka konsentrasi K di sekitar akar harus jauh lebih rendah dari pada
konsentrasi larutan K tanah pada umumnya, sehingga terjadi gradient konsentrasi
yang besar.

15
UNSUR HARA NITROGEN (N)

A. Pengertian nitrogen
Nitrogen ( N) diserap tanaman dalam bentuk nitrat ( N03 – ) amonium (
NH4 + ) , dan bahan lebih komplek seperti asam amino larut air dan asam
nukleik. umumnya tanaman mampu menyerap dan menggunakan nitrat dan
amonium, tanaman darat lebih banyak menyerap N dalam bentuk anion nitrat

16
karena perubahan bentuk N-NH4 menjadi N-NO3 telah terjadi dalam tanah,
sedangkan tanaman padi sawah lebih banyak menyerap N-NH4

B. Fungsi N dalam tanaman


1.Sebagai penyusun protein, asam- asam amino, asam – asam nukleat dan
senyawa- senyawa organik lainnya.
2.Merupakan anasir klorofil sehingga kekurangannya menyebabkan
berkurangnya kadar klorofil terutama pada daun-daun yang tua.

C. Pemberian N yang berlebihan akan menyebabkan :


- Pertumbuhan vegetatif berlangsung hebat sekali
- Warna daun hijau tua
- Memperpanjang umur tanaman
- Memperlambat proses pematangan.
- Persediaan N berhubungan dengan penggunaan karbohidrat, apabila
persediaan N sedikit, maka hanya sebagian hasil fotosintesa yang dirubah
menjadi protein dan sisanya diendapkan. Pengendapan karbohidrat ini
menyebabkan sel - sel vegetatif tanaman menebal, apabila penyediaaan N
cukup banyak maka sedikit sekali yang mengendap karena sebagian besar
dijadikan protein,jadi banyak protoplasma yang terbentuk, karena
protoplasma ini banyak mengikat air.,maka tanaman yang dipupuk banyak N
biasanya kadar airnya tinggi di dalam sel vegetatif, sehingga tanaman tidak
resisiten terhadap serangan hama / penyakit.
- Pada tanaman serat, kelebihan N akan melemahkan serat seratnya,
- untuk tanaman biji – bijian, menyebabkan tanaman rebah terutama bila juga
kekurangan K atau apabila varietas yang dipakai tidak tahan terhadap
pemupukan N yang tinggi.
- kelebihan N juga dapat mengurangi kadar gula pada tanaman bit.

17
Keburukan akibat pemupukan N tidak akan terjadi, bila unsur unsur lain dalam
keadaan cukup.

D. Kekurangan ( defisiensi ) N
Gejala chlorosis mula – mula timbul pada daun yang tua dan yang muda
tetap hijau, hal ini membuktikan mobilitas N di dalam tanaman, apabila akar
tanaman tidak dapat mengambil N yang cukup untuk pertumbuhannya, maka
senyawa N didalam daun – daun yang tua menjalani proses autolysis, yaitu
protein dirubah menjadi bentuk yang larut dan ditranslokasikan ke bagian –
bagian muda yang jaringan meristemnya masih aktif, Apabila kadar N rendah
sekali, daun menjadi coklat dan mati, pengguguran daun lebih cepat dari biasanya
dan produksinya juga turun dengan drastis.

E. Peredaran dan masalah nitrogen


Nitrogen banyak mendapat perhatian, antara lain karena :
1. N terdapat dalam tanah dalam jumlah sedikit dan yang diambil tanaman pada
setiap kali panen cukup banyak.
2. N anorganik sangat larut dan mudah hilang dalam air drainase / menguap.
3. Efek N terhadap pertumbuhan jelas dan cepat. Sehingga N harus diawetkan
dan dikendalikan pemakaiannya juga perlu mengefisienkan pemakaian N
dalam meningkatkan produksi.

F. Sumber nitrogen

Sumber utama nitrogen dalam tanah adalah bahan organik yang dapat berupa sisa
tanaman, hewan, manusia, pupuk organik ( pupuk hijau, pupuk kandang dan

18
kompos ) sumber lain adalah air hujan, hasil fiksasi N- simbiotik/non simbiotik,
gunung berapi dan pupuk buatan.

GAMBAR PEREDARAN ANASIR HARA NITROGEN

19
Nitrogen atmosfir

Hewan NH3
N205 N2 dan N20

N20

Gunung Sisa Tanaman tanaman INDUSTRI


______________________________________________________________PUPUK.N
api Dan Hewan
________
______________________________________________________________
________

PELAPUKAN AMONIA PENAMBATAN JEMBATAN

B.ORGANIK N-SIMBIOTIK NITRIFIKASI

JASAD
Hilang dan mengendap dalam bentuk terikat
NITRIFIKASI

NITRIT
PENGIKAT N - BEBAS
G. Mineralisasi senyawa nitrogen komplek NITRAT
Senyawa nitrogen yang tertambat jasad dan dilibatkan dalam kegiatan
fisiologisnya, dikembalikan kedalam peredaran nitrogen setelah mengalami
mineralisasi, peruraian senyawa N-kompleks menjadi senyawa N-anorganik
sederhana sehingga memungkinkan digunakan lagi dalam asimilasi jasad,
berlangsung dalam tiga tahap, yaitu:

20
1. aminisasi

merupakan proses biologi yang dilakukan oleh berbagai ragam


organisme tanah, seperti serangga tanah, cacing tanah, jamur, bakteri dan
aktinomicetes. Bahan organik dan senyawa N-komplek yang dipakai oleh
jasad itu dibebaskan lagi melalui ekskresi dalam bentuk senyawa N lebih
sederhana, seperti albuminose, proteosa, pepton, asam amino dan amonium.
Perubahan bentuk senyawa N ini melibatkan serangkaian reaksi ensimatik
dalam bentuk jasad. Perubahan bentuk senyawa N ini dapat dituliskan sbb:
Protein dan seny serupa + pencer enzimatik - seny amino komplek + CO2
+E + Hasil lain
Energi (E) yang dibebaskan dari perubahan diatas akan digunakan oleh
berbagai jasad tanah itu untuk melakukan kegiatannya, termasuk melakukan
perubahan senyawa N tahapan selanjutnya.
Proses perubahan bentuk senyawa N organik komplek menjadi
senyawa N organik lebih sederhana (asam amino) disebut aminasi

2. amonifikasi
Asam amino yang dibentuk melalui aminasi akan terus diserang untuk
diurai dan dimanfaatkan oleh jasad renik sampai akhirnya terbentuk amonium
melalui serangkaian proses enzimatik yang disebut amonifikasi. Amonifikasi
berlangsung lancar sekali jika tanah berpengatusan dan bertata udara baik
serta banyak mengandung kation basa. Proses ini dapat berlangsung hampir
pada setiap keadaan, disebabkan jasad yang mampu melakukannya sangat
banyak dan heterogen, terutama dari golongan heterotropik.

Penggunaan senyawa amonium (nh4)

21
1. Sejumlah amonium dipakai oleh organisme amonifikasi atau organis lain yang
dapat menggunakan senyawa demikian. Fungi mikoriza dapat menyerap
nitrogen-amonium dan sebagian diteruskan atau diberikan kepada tanaman
inangnya.
2. Tanaman dapat menggunakan bentuk amonium dengan mudah, terutama pada
hampir semua tanaman muda, walaupun mereka akan tumbuh baik bila
terdapat juga nitrogen-nitrat.
1. ion amonium dapat diikat oleh beberapa mineral lempung (illit). Dalam
keadaan terikat amonium tidak mudah dioksidasikan, walaupun lambat laun
akhirnya tersedia juga.
3.nitrifikasi
merupakan suatu proses oksidasi ensimatik yang dilakukan sekelompok jasad
renik dan berlangsung dalam dua tahap yang terkoordinasikan. Masing-masing tahap
dilakukan oleh sekelompok jenis jasad renik yang jelas berbeda.

Reaksi-reaksi dalam nitrifikasi senyawa N-amonium dapat dituliskan sbb :


Tahap pertama (nitrisasi)
Oksidasi ensimatik
2NH4 + 3O2 ---------------------------- 2NHO2 + 2H2O + E ( 79 kalori)
Bakteri yang berperan nitrosomonas dan nitrosococcus (organisme nitrit )

Tahap kedua (nitrasasi)


Oksidasi ensimatik
2HNO2 + O2 ------------------------------ 2HNO3 + E (43 kalori)
Bakteri yang berperan nitrobakter (organisme nitrat)

Dalam keadaan yang mendukung berlangsungnya kedua reaksi diatas,


transformasi kedua berlangsung begitu cepat, menyusul reaksi pertama,

22
sehingga tidak terjadi penimbunan nitrit (nitrit sangat beracun bagi tanaman).
Pada tanah sangat basa, reaksi kedua agak terlambat, yaitu reaksi kedua baru
berlangsung setelah hampir semua amonium habis, sehingga terjadi
penimbunan nitrit.

H. Keadaan tanah yang mempengaruhi nitrifikasi :

1. Aerasi, karena nitrifikasi merupakan proses aoksidasi, maka setiap usaha


meningkatkan aerasi tanah hingga batas tertentu, akan meningkatkan
nitrifikasi, misalnya : pembajakan, penyiangan.
2. Suhu, suhu optimum 27 – 320C
Suhu 520C nitrifikasi berhenti

Titik beku nitrifikasi tidak terjadi

2 – 5 0C nitrifikasi mulai berlangsung

3. Kelembaban, kelembaban yang optimum bagi tanaman juga optimum bagi


nitrifikasi, nitrifikasi masih berlangsung pada kelembaban sedikit dibawah
titik layu permanen bagi tanaman.
4. Kapur aktif, dapat merangsang nitrifikasi karena proses oksidasi memerlukan
banyak basa yang ditukarkan, nitrifikasi di tanah masam sangat sedikit,
kemasaman tidak mempengaruhi nitrifikasi bila didapat cukup basa-basa.
5. Pupuk, keseimbangan N,P.K sangat membantu nitrifikasi, stimulasi terhadap
organisme ini hampir sama dengan stimulasi pupuk,terhadap tanaman
Pemberian pupuk amonium dalam jumlah banyak pada tanah sangat basa
menekan reaksi kedua, ternyata amonium merupakan racun bagi nitrobacter
tetapi tidak mempengaruhi nitrosomonas, akibatnya terjadi penimbunan nitrit
dan dapat mencapai tingkat racun.
6. Nisbah karbon nitrogen,, hidrat arang apapun sumbernya merupakan sumber
energi yang segera dapat dimanfaatkan oleh organisme dan pada keadaan

23
optimum dapat menyebabkan organisme itu berkembang pesat sekali.
Akibatnya semua nitrogen anorganik yang tersedia dalam tanah dengan cepat
dikonversikan dalam bentuk organik dari tubuh organisme tersebut, pada saat
ini nitrifikasi berhenti karena kurangnya nitrogen-amonium , sebab bentuk ini
dipakai oleh organisme-organisme tadi, jadi kompetisi untuk N antara
organisme tersebut dengan tanaman mulai terjadi. Setelah sebagian dari bahan
hidrat arang dilapuk, artinya bahan berenergi sudah berkurang, assimilasi N
menurun dan produksi samping senyawa-senyawa amonium mulai dihasilkan
--- nitrifikasi berlangsung. Jadi C/N tanah melalui pengaruh selektifnya
terhadap organisme tanah, dapat mengendalikan nitrifikasi dan adanya nitrat
dalam tanah.

immobilisasi, Yaitu konversi bentuk N-anorganik menjadi N organik Jumlah


nitrogen mineral dalam tanah setiap saat tergantung balance antara mineralisasi
dan immobilisasi.

Berlangsungnya mineralisasi dapat digambarkan sbb :

IMMOBILISASI

Berbagai mikro oganisme

24
Nitrosomonas nitrobacter
N. Organik --------------- NH4 + -------------------- N02- -------------------
NO3 –
< --------------======--- / /
----------------------------------------------------------------- /
AMONIFIKASI NITRIFIKASI

MINERALISASI
anaerob aerob

<-----------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------N.organik MINERALISASI
N.mineral

Pada kondisi aerob yang dominan nitrat, Sedangkan pada kondisi anerob
nitrifikasi terhambat, sehingga relatif jumlah N bentuk amonium relatif tinggi,
sehingga tidak mudah terlindi.

Mineralisasi dan immobilisasi bergantung pada jumlah nitrogen, C/N dan bahan
organik.

Bila N > 2,6% dan C/N < 15:1, maka mineralisasi lebih dominan dari
immobilisasi dan terjadi pelepasan netto dari nitrogen ( Net – release N ).

Bila N < 1,2% dan C/N .> 33 : 1, maka immobilisasi lebih dominan dari
mineralisasi, maka terjadi Net-uptake N, sehingga terjadi penurunan akumulasi N

25
Mineralisasi dalam tanah berjalan lambat bila hanya menggantungkan bahan
organik tanah + 1 - 2%/tahun yang dikonfersi menjadi N mineral, hal ini dapat
dipercepat dengan menambah bahan organik yang C/N rendah yang disebut
preeming effek.

I. Faktor yang mempengaruhi mineralisasi n


1. Kuantitas subtrat
2. Reaksi tanah, pengapuran meningkatkan mineralisasi.
3. Kelengasan tanah, makin tinggi, amonium makin dominan
4. Aerasi, oksigen dibawah 10%, nitrifikasi mulai terpengaruh
5. Temperatur, optimum 27 – 35 0C
6. Pengeringan, mineralisasi berjalan labih cepat dalam tanah yang diinkubasi
dalam kondisi lembab, setelah dilakukan pengeringan dibandingkan dengan
tanah sama, tetapi terus-menerus dalam kondisi lembab, Hal ini karena
pengeringan mematikan organisme tertentu yang bersaing dengan mikro
organisme yang berperan dalam mineralisasi,sehingga persaingan mikro
organisme menurun dan mineralisasi meningkat.
7. Pertumbuhan tanaman, berpengaruh menurunkan mineralisasi, pengaruhnya
berbeda satu dengan yang lain, bila jumlah yang dihasilkan besar, maka
penekanan mineralisasi besar. Akar menghasilkan stimulasi mikroorganisme
yang menyebabkan immobilisasi, melepas karbon,dan menyebabkan
pengambilan netto N.

Neraca nitrogen dalam tanah.

Adalah perimbangan antara perolehan N dan kehilangan N yang penting


diketahui, untuk menentukan/sebagai pedoman untuk menentukan strategi

26
pemupukan. Juga memberikan informasi begaimana mengelola komponen-
komponen tersebut, sehingga dapat mengoptimalkan suplay N dalam tanah.

Kehilangan N mencakup beberapa Komponen.

1, Pelindikan ( leaching), Yaitu kehilangan bentuk NO3- yang mengikuti aliran air
dalam tanah dan proses ini membawa NO -3 keluar dari zone perakaran secara
permanen/tidak dapat diambil tanaman, misalnya : ke sungai, danau.

Faktor penentu.

 Curah hujan, makin tinggi, pelindihan makin tinggi.


 Permeabilitas, makin besar pelindihan makin besasr.
 Kandungan N03- semakin tinggi, kehilangan semakin tinggi.
 Ada/tidaknya tanaman/rumput, bila ada rumput atau tanaman dapat
menurunkan pelindihan, karena jumlah nitrat setiap saat berkurang dan
adanya evepotranpirasi mengurangi laju pelindihan.

2. Pengambilan oleh tanaman dan hewan.

Produksi tanaman mengambil 30 – 60 kg N /ha/th dan produksi hewan


mengambil

2 – 20 kg N/ ha / th. Tergantung jenis tanaman, tingkat hasil,kandungan N


dalam

produk, frekuensi/tanaman, dan jenis ternak.

27
3. Erosi, N berada dilapisan atas tanah sehingga mudah tererosi, faktor-faktor
erosi

- Topografi
- Iklim/curah hujan
- Jenis/tipe tanah

- Adanya tanaman memperlambat erosi

4. Pembakaran.

Pembakaran jerami padi/gandum menyebabkan kehilangan 10 – 15 kg N /ha

Pembakaran hutan 200-1700 kg N /ha

Pembakaran semak 105 kg N /ha

5. Perubahan dalam bentuk gas,

a. Denitrifikasi biologi, bentuk nitrat direduksir mikro organisme menjadi N 2


↗dan N2O↗
b. Non biologi – amonia, NO, gas N
NH4+ + NO-3 --- N2 ↗+ 2 H2O

2NH2 + HNO2 --ROH + H2O + N2 ↗

Bentuk NH3- dikenal dalam Volatilisasi ( kehilangan N dalam bentuk NH3)


terutama tanah alkalin. Kondisi yang menunjang volatilisasi adalah 1. Jumlah
ammonia yang tinggi pada lapisan atas

2. pH tanah alkalin > 7

3. temperatur tinggi

4. Adanya kondisi evaporasi air yang cepat ( angin kuat dan temperatur tinggi)

28
J. Perolehan nitrogen.

Pengambilan yang terus-menerus dan mengangkutan, tidak menghasilkan N, tetapi


menurunkan kesuatu tingkat suplay yang stabil.

1. Penyematan simbiotik, simbiosis legum-rhyzobium diperkirakan


menghasilkan 50-200 N/ha/tahun. Jumlah yang tersemat tergantung curah
hujan, dan status hara dalam tanah
Contoh : Tanaman Sesbania rostata, mempunyai bintil pada batangnya
yang dapat menyemat N dari udara.

Bintil batang, dibelah warna hijau

Energi bakteri rhizobium dr karbohidrat yang diberikan tan


inang

2. Penyematan non-simbiotik, dimanfaatkan untuk pertanian yang hanya


menggunakan sedikit pupuk buatan, misalnya rotasi dengan tanaman legum
akan menambah N dalam jumlah besar yang termasuk penyematan non
simbiotik adalah
a. Bakteri
Azotobakter dan clostridium, ditaksir menghasilkan 50 kg N/ha/tahun

b. Jamur, peranannya kecil


c. Algae ( ganggang ) blue-green algae sangat penting pada tanah sawah,
tanpa penambahan N dari pupuk buatan. Energi diambil dari
pemanfaatan gas CO2 hasil respirasi akar tanaman.
3. Perolehan dari air hujan, dari air hujan atau salju diperoloeh N < 10
kg/ha/tahun, terdiri dari NO3-, NO2- , NH4 dan N organik yang sumbernya

29
belum jelas diketahui. Kemungkinan bagian terbesar N dalam bahan organik
asli tanah berasal dari sumber ini
4. Pupuk, bahan makanan ternak dan benih.
 Pemakaian pupuk dimaksudkan untuk mengimbangi defisit antara
perolehan dan kehilangan N, karena di negara industri selalu diupayakan
jenis unggul yang mengkonsumsi N dalam jumlah besar.
 Pemakaian pupuk kandang merupakan pengembalian ( daur ualng ).
 Dari benih hanya diperoleh penambahan N dalam jumlah sedikit.
Bila dapat mengelola daur N, diharapkan dapat mencapai sasaran sedikit mungkin
penambahan N dari pupuk buatan. Jumlah N yang di ikat bakteri legum
bergantung berbagai faktor, antara lain : keadaan tanah yaitu aerasi, drainase
kelembaban dan Ca aktif, N yang diikat dapat pergi ke tiga arah, yaitu:

1. Digunakan oleh tanaman inang


2. Masuk dalam tanah ( bintilnya) sehingga rumput yang tumbuh bersama
legum, vigornya lebih baik dari pada tumbuh sendiri.
3. Jerami legum dibenamkan, dapat menyediakan N untuk tanaman berikutnya
C/N rendah, cepat menyediakan NH4dan NO3
Apabila seluruh hasil panen legum diangkut dari tanah maka akan meninggalkan
tanah dalam keadaan kekurangan nitrogen, sebab legum mengkonsumsi N dalam
jumlah besar, dan bila dibenamkan akan menambah N tanah

Kadar nitrogen di dalam tanah di bawah vegetasi rumput relatif lebih besar dari
pada tanah dibawah vegetasi tanaman lain

Macam pupuk nitrogen.

1. Amoniak dan anhidrous amoniak ( NH3)

30
Bentuk gas, pada temperatur dan tekanan tinggi, kandungan 82,5% N sebagai
bahan dasar pembuatan pupukN lain.

2. Asam nitrat ( HNO3)


3. Natrium nitrat ( NaNO3)
4. Kalsium nitrat Ca ( NO3)2
5. Amonium nitrat
6. Amonium sulfat ( ZA )
7. Amonium sulfat nitrat ( ASN )
8. Kalsium amonium nitrat
9. Amonium khlorida ( NH4Cl )
10. Urea ( CO ( NH2)2)
11. Cynamide ( Ca C N2

31
UNSUR HARA FOSFOR (P)

A. Bentuk dan fungsi P di dalam jaringan tanaman

1. P dibutuhkan tanaman dalam jumlah relatif besar, sedikit lebih kecil dibawah
N dan K, setara dengan S, Ca dan Mg
2. Fosfat: unsur P sangat reaktif, di alam ditemukan dalam bentuk gugus fosfat
3. ATP : transfer energi
4. NADP : fotosintesis
5. Asam nukleat: bahan DNA, RNA
6. Lemak fosfat (phospholipids): membran sel dan organ dalam sel

B. Mobilitas P

Unsur fosfor (P) sifatnya mobil dalam tanaman, mudah dipindahkan dari bagian daun
yang tuda ke titik tumbuh. Gejala kekahatan: tanaman kerdil, pertumbuhan akar
buruk, kedewasaan terlambat, warna daun hijau kelam, muncul warna keunguan
misalnya pada jagung.  Jika P berlebihan meskipun tidak secara langsung meracuni
tanaman, akan menyebabkan merangsang pertumbuhan organisme perairan,
mempercepat eutrofikasi, P tanah yang berlebih meningkatkan pengangkutan P dalam
sedimen, air limpasan.

C. Sumber P

1. perombakan bahan organik: menyumbang 20-80% dari total P dalam tanah


2. rabuk, kompos dan biosolid

32
3. pelarutan mineral P : mineral primer dan sekunder, mineral primer sangat
lambat tersedia menjadi sumber jangka panjang
4. pengendapan sedimen erosi
5. pupuk P

D. Bentuk P yang diserap tanaman

Kebanyakan P diserap dalam bentuk ion anorganik orthofosfat: HPO4 2- atau H2PO4 –.


Jumlahnya tergantung pH larutan, pada pH 7,2 jumlahnya setara, HPO4 2- lebih
banyak jika kondisi tanah alkalin, sedangkan H2PO4– lebih banyak jika kondisi tanah
masam. Akar juga menyerap beberapa fosfat organik: asam nukleat, fitin, kontribusi
terhadap keseluruhan hara P masih kecil.

Penyerapan H2PO4– lebih cepat dibanding HPO4 2- , hal ini terkait dengan muatan
divalen vs. monovalen. Keseimbangan kation/anion : penyerapan fosfat
meningkatkan penyerapan Ca, Mg, K, keseimbangan muatan, pengakutan kooperasi;
penyerapan fosfat dapat menghambat penyerapan nitrat dan sulfat, penghambatan
kompetisi. pH risosfer: akar melepas HCO3 – (OH – )

E. Gerakan P menuju akar

Ion HPO4 2- atau H2PO4 – terutama bergerak menuju akar karena difusi:

 kadar dalam tanah rendah : sekitar 0,05 ppm


 adanya reaksi penjerapan, presipitasi di dalam tanah
 ion fosfat bergerak < 1 mm dalam satu musim tanamn
 ukuran dan kerapatan sistem perakaran sangat penting dalam proses
penyerapan P

F. Transformasi P di dalam tanah

33
Unsur P di dalam tanah akan mengalami proses alihrupa : mineralisasi, immobilisasi,
penjerapan-pelepasan pada permukaan mineral: lempung, oksida Fe dan Al, karbonat,
pengendapan-pelarutan mineral sekunder: Ca, Al, Fe fosfat atau pelapukan mineral
tanah primer: Apatit.

G. Mineralisasi

Kandungan P dalam bahan organik tanah sekitar 1%  P organik melepaskan fosfat


anorganik yang tersedia bagi tanaman. Ensim fosfatase yang dihasilkan oleh berbagai
mikrobia, melepas ion orthofosfat. P organik dalam tanah, hampir 50% berupa fosfat
inositol, lemak fosfat (fosfolipid) dan asam nukleat sekitar 10%. Hampir 50% P
organik  belum dikenali dengan baik. Fofat Inositol merupakan rangkaian ester
fosfat : C6H6(OH)6 = inositol, gugus OH digantikan oleh fosfat, terutama dalam
bentuk asam pitat (phytic acid). Inositol hexaphosphate: memiliki 6 gugus fosfat,
merupakan hasil aktivitas mikrobia, sisa perombakan.

H. Imobilisasi (asimilasi)

Proses ini merupakan kebalikan dari mineralisasi. Pengambilan P anorganik dari


tanah (HPO4 2- or H2PO4 – ) kemudian diubah menjadi  P organik oleh mikrobia. Ada
keseimbangan antara proses mineralisasi dengan immobilisasi. Nisbah C:P
menentukan laju perombakan bahan organik (seperti halnya nisbah C/N), mineralisasi
P juga ditentukan oleh nsibah C/N. Nisbah C/P tinggi, mikrobia menggunakan P
tersedia dari larta tanah, ketersediaan bagi tanaman berkurang. Jika kadar P dalam
larutan tanah rendah maka pertumbuhan mikrobia terhambat, perombakan bahan
organik juga lambat. Nisbah C/P bahan organik tanah sekitar 100:1. nisbah C:N:P
sekitar 120:10:1.3.

 jika C:P > 300,            P imobilisasi > P mineralization, residue <0.2% P


 jika C:P = 200-300,  P imobilisasi = P mineralization

34
 jika C:P < 200,            P imobilisasi < P mineralization, residue >0.3% P

I. Penyematan P

Penyematan P adalah proses pengambilan P anorganik dari larutan tanah. P hasil


mineralisasi bahan organik, P yang diberikan sebagai pupuk terlarut, atau hasil
pelarutan berbagai sumber dengan mudah mengalami reaksi di dalam tanah :

 Adsorpsi: retensi P pada permukaan mineral


 Presipitasi: pembentukan mineral P sekunder

Penyematan P merupakan reaksi bersinambung, tidak ada batas yang tegas antara
adsorpsi dan presipitasi amorf. Jenis penyematan bervariasi sesuai kondisi tanah:
terutama pH tanah: kation terlarut, permukaan mineral; kadar fosfat dan kation: pada
kadar rendah terjadi adsorpsi, pada kadar tinggi terjadi presipitasi.

J. Jerapan (adsorpsi)

Tanah masam: oksida dan hidroksida Al dan Fe, mineral lempung; permukaan
mineral pada kondisi masam; kebanyakan dalam bentuk ion H2PO4 – . Terjadi
pada permukaan oksida dan hidroksida. Muatan positif neto pada kondisi masam,
lihat pertukaran dan jerapan anion. Muatan positif menarik anion: fosfat dan lainnya.
Fosfat berinteraksi dengan gugus -OH dan -OH2 + di permukaan: jerapan istimewa
(specific adsorpsi), chemisorpsi; mendesak –OH dan -OH2 dan mengikat Al dan Fe;
menjadi Al-O-fosfat. P labil: fosfat diikat oleh satu ikata Al-O-P; segera terlepas dari
permukaan untuk mengisi larutan tanah; juga disebut sebagai “P aktif” . P tidak labil:

35
fosfat diikat oleh dua ikatan Al-O-P atau Fe-O-P; P tidak mudah terlepas dari mineral
menuju larutan tanah. Permukaan lempung: tepian mineral lempung yang pecah;
gugus -OH yang terbuka; serupa dengan pertukaran -OH di permukaan oksida Al dan
Fe; jerapan lempung 1:1 (kaolinit) >> lempung 2:1 (monmorillonit).

Tanah kapuran: mineral karbonat; permukaan mineral dalam kondisi alkalin, karbonat
stabil terbentuk pada pH 7.8 atau lebih; fosfat menggantikan gugus CO3 2-; ada juga
yang terjerap pada permukaan Al(OH)3 dan Fe(OH)3 .

Tanah halus memiliki kapasitas jerapan yang lebih tinggi dibanding tanah kasar,
karena luas permukaannya lebih besar. Tanah masam memiliki kapasitas jerapan
lebih besar dibanding tanah netral atau kapuran.  Oksida Al dan Fe memiliki kapasias
jerapan lebih besar dibanding karbonat.  Oksida amorf memiliki kapasitas jerapan
lebih besar dibandingkan bentuk kristalin, karena luas permukaan lebih besar dan
terjadi sebagai partikel diskrit atau selaput atau lapisan film pada partikel tanah
lainnya. Takaran pupuk lebih tinggi diperlukan untuk menjaga kecukupan P larutan
tanah pada tanah yang memiliki kapasitas retensi yang besar

Persamaan jerapan digunakan untuk menggambarkan kapasitas jerapan tanah:

(1). persamaan Freundlich. Q=a.c^b  . Jumlah P terjerap proporsional dengan kadar P


dalam larutan tanah. a,b adalah konstanta empirik dari setiap jenis tanah. Persamaan
ini bagus untuk kadar P rendah dalam larutan, tetapi tidak menunjukkan kapasitas
jerapan maksimum.

(2). persamaan Langmuir. Q=abc/(1+ac) . Untuk menduga jika seluruh tapak jerapan
sudah terisi, tidak akan terjadi lagi jerapan. b = jerapan maksimum, peningkatan P
dalam larutan tidak akan meningkatkan jerapan

Eksistensi suatu jerapan P maksimum memiliki implikasi terhadap gerapan P terlarut.


Tanah dapat menyemat banyak P dan mempertahankan P terlarut sedikit, tetapi

36
kapasitas retensi tersebut dapat terlampaui misalnya dengan pemberian sinambung
dengan rabuk yang memiliki kadar sangat tinggi (overload).

K. Presipitasi

Pada tanah masam: dirajai kation terlarut Al dan Fe, menyebabkan presipitasi mineral
Al-fosfat dan Fe- fosfat. Pada tanah netral dan kapuran: dirajai kation terlarut Ca,
menyebabkan presipitasi mineral Ca-fosfat. Keadaan pH larutan dan kelarutan Al, Fe
dan Ca fosfat menentukan kadar P dalam larutan tanah, perhatikan stabilitas mineral.
Ketersediaan P maksimum pada pH 6 – 7, yaitu diantara zona Al dan Fe fosfat
dengan Ca fosfat yang tidak terlarut.  Reaksi presipitasi umumnya terjadi sangat
lambat.

Pada tanah masam: FePO4 . 2H2O + H2O <–> H2PO4 – + H+ + Fe(OH)3, jika
kemasaman meningkat (H+), keseimbangan bergerak ke kiri, Fe-fosfat mengendap
dan P larutan menurun, jika kemasaman menurun, keseimbangan bergerak ke kanan,
Fe-fosfat melarut dan P larutan meningkat, pada saat akar menyerap H2PO4 –,
keseimbangan bergerak ke kanan, Fe-fosfat melarut untuk mengisi P dalam larutan
tanah. Fe-fosfat padatan akan mempertahankan H2PO4 – tetap pada aras
keseimbangan, hal ini tergantung pH tanah.

Pada tanah netral dan kapuran: CaHPO4 . 2H2O + H+ <–> Ca2+ + H2PO4 – + 2H2O, jika
kemasaman menurun, keseimbangan bergerak ke kiri, Ca-fosfat mengendap dan P
larutan menurun, jika kemasaman meningkat keseimbangan bergerak ke kanan, Ca-
fosfat melarut dan P larutan meningkat, pada saat akar menyerap H2PO4 –,
keseimbangan bergerak ke kiri, Ca-fosfat melarut, mengisi P dalam larutan tanah. Ca-
fosfat padatan menjaga H2PO4 – pada aras keseimbangan, hal ini tergantung pH tanah.

L. Ketersediaan dan penyematan P dari pupuk

37
Faktor kuantitas dan intensitas BC=ΔQ/ΔI, kapasitas penyanggaan dan penyematan
saling berkaitan. P dalam pupuk: sifatnya sangat larut dalam air (very soluble),
meningkatkan kadar P larutan. Faktor intensitas: kadar hara dalam larutan tanah,
adalah P yang segera tersedia. inilah yang mengalami asimilasi oleh organisme,
penjerapan oleh pemukaan dan rekasi presipitasi. Penyematan P mengurangi
intensitas (P dalam larutan), tetapi juga menjadi cadangan untuk mengisi kembali P
dalam larutan, yakni sebagai penyangga.

Kapasitas penyanggaan (buffering capacity) adalah kemampuan tanah untuk


mempertahankan kadar hara dalam larutan tanah (ability of soil to maintain nutrient
concentrations in the soil solution) atau kapasitas fasa padatan tanah untuk mengisi
hara dalam larutan tanah yang diserap oleh tanaman (capacity of solid soil phases to
replenish solution nutrients taken up by plant roots). Faktor kuantitas: meliputi P
organik, P terjerap dan P mineral, merupakan fraksi labil dan fraksi tidak labil.

 P labil : secara cepat dapat mengisi P dalam larutan, merupakan P terjerap


yang mudah terurai, termasuk P organik yaitu dari fraksi bahan organik yang cepat
terombak
 P tidak labil: secara perlahan akan mengisi P larutan atau P labil, meliputi P
yang terjerap kuat, P organik dan P mineral.

M. Manajemen P pupuk

Tujuan untuk mengurangi penyematan P. Pada tanah yang memiliki kapasitas jerapan
tinggi, frekuensi pemberian harus tinggi dengan dosis yang rendah. Pengaruh
penempatan pupuk:

 disebar (surface applications): mobilitas P dalam tanah terbatas, P akan


bergerak ke akar dengan sangat lambat.

38
 disebar dan dibenamkan (broadcast and incorporate): P diberikan pada zone
perakaran, P terbuka penuh terhadap permukaan tanah, potensi penyematan P
maksimal.
 larikan (band placement): mengurangi kontak tanah dengan pupuk,
penyematan lebih sedikit dibanding jika disebar dan dibenamkan, akar akan
menembus zona P.
 cara aplikasi terbaik: tergantung hasil uji tanah dan jenis tanah, larikan
sangat penting pada tanah yang memiliki P rendah dengan kapasitas
penyematan yang tinggi, pada tanah yang memilki P tinggi, atau tanah dengan
kapasitas penyematan rendah aplikasi dengan cara disebarkan dan
dibenamkan setiap 3-4 tahun cukup efektif.

39
UNSUR HARA KALIUM (K)

A. Kalium tanah dan tanaman

1. Unsur hara makro esensial


2. Kandungan K dalam tanah beragam mulai dari 0,1 –
3%.
3. Semua K di dalam tanah adalah K inorganik (mineral).
4. Kalium tergolong unsur yang mobil dalam tanaman baik
dalam sel, dalam jaringan tanaman, maupun dalam xylem
dan floem.
5. Di dalam tanah, kandungan total K lebih tinggi namun
hanya sebagian kecil saja yang tersedia untuk tanaman.
6. Kalium Tanah dan Tanaman
7. Kalium mempunyai valensi satu dan diserap dalam bentuk
IonK

B. Fungsi K dalam tanaman :

1. Penting pada proses fotosintesis (turgor tanaman


mengatur pembukaan dan penutupan stomata)
2. Proses metabolisme dalam tanaman
3. Mempengaruhi tingkat produksi tanaman
4. Membantu pembentukan protein dan karbohidrat mengeraskan
jerami dan bagian kayu dari tanaman,
5. Mengaktifkan enzim
6. Meningkatkan resistensi terhadap kekeringan, dan penyakit.

40
7. Memperkuat tegaknya batang sehingga tanaman tidak mudah
roboh
8. Membuat biji tanaman menjadi lebih berisi dan padat
9. Meningkatkan kualitas buah agar bentuk, kadar, dan warna
yang lebih baik
10. Membuat tanaman menjadi lebih tahan terhadap hama dan
penyakit
11. Membantu perkembangan akar tanaman.

C. Sumber kalium dalam tanah

1.Kelompok Feldspar

- Ortoklas [(K, Na)AlSi₃O₈]

- Mikrolin [(Na, K)AlSi)₄]

2.Kelompok Mika

- Muskovit [K(AlSi)₃ O₁₀(OH)₂]

- Biotit [K(Mg.Fe²⁺)₃AlSi₃ O₁₀(OH)₂]

3.Batuan Granit (feldsfar+mika+kuarsa)

4.Mineral sekunder (Liat/mika hidrous, vermikulit dan klorit)

41
D. K Larutan Tanah
1. Akar tanaman menyerap K dari larutan tanah
sehingga mudah tersedia bagi tanaman
2. Konsentrasi larutan tanah beragam berkisar antara 1
– 10 mg K/kg tanah
3. Penetapan kalium di dalam tanah ditetapkan dengan
mengekstrak tanah melalui air destilasi
4. Konsentrasi K dalam larutan tanah merupakan indeks
ketersediaan K
5. K ditransportasikan ke permukaan akar melalui
difusi dan aliran massa.

E. K yang dapat dipertukarkan (k-dd)


1. K dipegang di sekeliling muatan negatif koloid melalui gaya
tarik elektrostatis
2. Pada tanah pertanian umumnya terdapat 40-600 mg K/kg atau
2-5% KTK
3. K-dd ditetapkan di laboratorium menggunakan larutan 1 N
Amonium Asetat
4. K larut air dan K-dd merupakan bentuk yang mudah tersedia
bagi tanaman, jumlahnya berkisar 1-2% K tanah total

F. K Tidak Dapat Dipertukarkan dan K Mineral


1. Bentuk K yang tidak segera dapat tersedia bagi tanaman,
namun dapat berkontribusi dalam menjaga keberadaan K-dd
dan K labil.
2. Sebagian K tidak dapat dipertukarkan dapat berubah menjadi
tersedia dalam bentuk K-dd maupun K larutan namun

42
pelepasannya biasanya sangat lambat dan jumlahnya sangat
sedikit ditentukan sifat oleh pelapukan mineral
3. Selain mengalami perubahan bentuk dan diserap tanaman, K
juga dapat hilang melalui pencucian

G. Fiksasi k dan ketersediaannya bagi tanaman


1. K terfiksasi adalah berubahnya K tersedia di dalam tanah
menjadi K tidak atau kurang tersedia bagi tanaman
2. Fiksasi K terjadi akibat terperangkapnya ion K di dalam
rongga atau di antara lapisan liat tipe 2:1 yang berukuran sama
dengan diameter ion K sehingga tarikannya sangat kuat, dan
menyebabkan K sulit diserap tanaman.
3. Ion K tefiksasi terikat sangat kuat di dalam partikel tanah,
sehingga membutuhkan waktu lama untuk berkeseimbangan
dengan larutan tanah, dibanding dengan K-dd yang hanya
terikat pada permukaan partikel tanah.

Faktor yang mempengaruhi fiksasi K diantaranya :

kandungan dan tipe silikat, pH tanah, pembasahan dan pengeringan,


serta pemupukan K,

Sedangkan, Faktor yang mempengaruhi Ketersediaan K yaitu :

1. mineral liat dan ktk

Pada tanah KTK tinggi, sebagian besar K tersedia bagi tanaman dalam
bentuk K-dd. Tanah pada KTK tinggi memiliki pasokan K yang lebih
efektif dibandingkan dengan KTK rendah karena apabila K larut

43
berkurang akibat penyerapan oleh tanaman, akannsegera dipasok oleh K-
dd. Pada tanah KTK rendah, kandungan K larut lebih tinggi dan rentan
mengalami kehilangan K melalui pencucian. Kapasitas sangga K
(KsK) : Hubungan antara K-dd dengan K larutan. KsK = perubahan
Kdd/perubahan K larutan

2. K-dd

Terdapat hubungan antara uji K tanah dan respon tanaman terhadap


aplikasi pupuk K. Semakin rendah hasil uji K tanah, maka kebutuhan
pupuk K semakin tinggi, begitupun sebaliknya. Umumnya, jumlah K
yang diperlukan untuk meningkatkan K-dd sebesar 1 ppm dapat
bervariasi antara 50-200 kg K/ha tergantung pada kemampuan tanah
tersebut dalam memfiksasi K. Beberapa studi menunjukkan bahwa
beberapa K yang terfiksasi dapat secara bertahap dilepaskan untuk
tanaman, namun pelepasannya sangat lambat.

3. Ph tanah

Pengaruh pH terhadap ketersediaan K bersifat tidak langsung, yaitu


melalui pengaruh pH terhadap jenis kation dominan pada kompleks
jerapan tanah dan ruang antarlapisan mineral liat. Tanah masam :
kompleks jerapan akan didominasi oleh Al akibatnya K cenderung
berada dalam larutan tanah→ mudah tersedia bagi tanaman (namun
rawan pencucian). Peningkatan pH tanah (pengapuran) akan membuat
ion Al3+ mengendap sebagai Al(OH)3 sehingga K dijerap oleh tanah
lebih kuat dan kehilangan K karena pencucian dapat berkurang.

44
4. Kelembaban Tanah

Kelembaban tanah berpengaruh terhadap transport/ pergerakan K dalam


tanah (Peningkatan kadar air tanah akan meningkatan laju difusi K) Pada
kadar air tanah rendah, lapisan air mengelilingi partikel tanah lebih tipis
sehingga jalur lintasan K melalui difusi menuju akar tanaman agak sukar.

5. Aerasi Tanah

Fungsi akar sangat bergantung pada suplai oksigen yang cukup bagi
tanaman. Pada tanah yang memiliki aerasi buruk akan mengganggu
respirasi dan pertumbuhan akar tanaman → Kemampuan menyerap K
menurun

6. Temperatur Tanah

Temperatur tanah berpengaruh terhadap ketersediaan K dan aktivitas


akar tanaman. Pada temperatur rendah dapat menghambat pertumbuhan
tanaman dan laju serapan K. Hasil studi menunjukkan bahwa
pertumbuhan akar 8 kali lebih besar pada suhu 29˚C dibandingkan pada
suhu 15˚C. Selain itu, konsentrasi K dalam batang sebesar 8.1% pada
suhu 29˚C dan 3.7% pada suhu 15˚C (Nurhidayati 2017).

H. Gejala defisiensi kalium

Unsur K merupakan unsur mudah bergerak (mobil) di dalam tanaman


sehingga gejala kekurangan K pada daun terutama terihat pada daun tua.
Ketika daun tua mengalami nekrosis maka daun muda terlihat lebih tua
Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, mutunya jelek dan tidak tahan

45
simpan (cepat busuk), sering gugur pada saat awal masak, rasa buah
hambar. Kematangan buah terhambat, ukuran kecil dan mudah rontok.
Pada tanaman padi dan jagung batang dan cabang lebih kecil, lemah
mudah rebah, dan buku pendek Biji buah menjadi kempes
mengkerut . Lebih rentan terhadap serangan hama, penyakit dan cuaca
ekstrim. K dapat diambil tanaman dalam jumlah banyak, akan tetapi
tidak akan meningkatkan hasil (luxury consumtion), K sebaiknya
diberikan bertahap sehingga pada akhir pertumbuhan tanaman masih
memperoleh pasokan yang cukup Benety et al (2014).

1. Daun

Daun tanaman padi yang kekurangan Kalium akan berwarna hijau gelap
dengan banyaknya bintikbintik yang warnanya yang menyerupai karat.
Bintik-bintik itu pertama-tama muncul pada bagian atas daun yang sudah
tua, ujung daun dan tepi daun menjadi seperti terbakar (necrotic),
berwarna coklat kemerahan atau coklat kuning. Daun-daun tua,
khususnya di tengah hari akan terkulai dan daun-daun muda menggulung
ke arah atas dan memperlihatkan gejala kekurangan air

2. Batang

Batang tanaman padi yang kekurangan Kalium akan tumbuh pendek dan
kurus, dan kebanyakan varietas-varietas padi yang kekurangan Kalium
lebih mudah rebah

3. Akar

46
Pertumbuhan akar biasanya sangat terbatas, ujung akar akan tumbuh
kurus dan pendek, dan akar selalu cenderung berwarna gelap dan
hitam. Akarakar cabang dan akar rambat sangat kurus dan selalu
memperlihatkan gejala pembusukan akar.

4. Bulir dan Malai

Pertumbuhannya akan pendek dan umumnya mempunyai persentase


kehampaan buah yang tinggi. Sedang jumlah bulir yang berisi untuk
setiap helainya akan rendah, bulir-bulir padi akan berukuran kecil
dan tidak teratur bentuknya, mutu dan berat 1.000 bulir akan
berkurang, persentase bulir-bulir yang tidak berkembang dan tidak
dewasa bertambah.

I. Jenis-jenis pupuk kalium

1.KCl (Muriate Potash), terdapat 3 grade yaitu :

KCl 40%,

KCl 50%,

KCl 60%

2.Kalium sulfat (K2SO4)

3.Langbeinit (pupuk SKMg)

4.Tepung batu (mengandung mineral K) : pupuk K lambat tersedia

47
5.KNO3,

6.K-Mg-sulfat, dll.

Catatan : Kandungan K dalam pupuk biasanya dinyatakan dalam


%K2O atau %K (Dapat dilihat pada kemasan pupuk)

Penempatan Pupuk Kalium

(1) Aplikasi permukaan K memiliki keterbatasan mobilitas dalam


tanah, K yang diberikan di permukaan tanah akan bergerak menuju
akar dengan sangat lambat,

(2) Disebarkan dan dibenamkan, menempatkan K pada zona


perakaran,

(3) Pupuk kalium juga dapat diberikan melalui daun hanya


jumlahnya perlu diperhitungkan dengan matang karena dapat
menimbulkan plasmolisis

(4) Recovery rate dari pupuk K pada tahun pertama sebesar 50-60%
sehingga apabila tidak mengalami pencucian efek residu dapat
dimanfaatkan pada tahun berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

48
Baligar, V. C. and R. R. Duncan. 1990. Crops as Enhancers of Nutrient Use.
Academic Press, Inc. Toronto. 574p.

Benety et al (2014) http://www.knowledgebank.irri.org/

Epstein, E. 1972. Mineral Nutrition of Plants: Principles and Persepectives. John


Wiley and Sons, Inc. Toronto. 412p.

Foy, C. D.. R. L. Chaney and M. C. White. 1978. The Physiology of Metal Toxicity
in Plants. Annual Review of Plant Physiology 29:561-566.

Hartmann, H. T., W. J. Flocker and A. M. Kofranek. 1981. Plant Science. Prentice


Hall, Inc. New Jersey. p.206-215.

Https://www.google.com/amp/s/nasih.wordpress.com/2010/11/01/fosfor/amp/

Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition in Higher Plants. Academic Press Inc,


London Ltd. 674p.

Mengel, K. and E.A. Kirkby. (1982). Principles of plant nutrition. International


potash institute, Bern, Switzerland.

Reijntjes, C., B. Haverkort and W. Bayers. Farming for the Future. An

Introduction to Low-External-Input and Sustainable Agriculture. The


Macmillan Press Ltd. Terjemahan : Y. Sukoco. Pertanian Masa Depan.
Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Penerbit
Kanisius. 270 hal.

Salisbury, F. B. and C. W. Ross. 1992. Plant Physiology. 4th Edition.

Terjemahan : Diah R. Lukman dan Sumaryono. Fisiologi Tumbuhan. Jilid I.


Penerbit ITB Bandung. 241 hal.

49
Vegeria, N.K. (1991). Fertilization and mineral nutrion of rice,
EMBRAPACNPAF/Editora Campus, Rio de Janeiro.

Wijaya, K.A. 2006. Nutrisi Tanaman Sebagai Penentu Kualitas Hasil dan Resistensi
Alami Tanaman. Prestasi Pustaka Publisher.

50

Anda mungkin juga menyukai