Oleh
Npm: 19110007
METRO
2021
INTERAKSI HARA DAN TANAMAN
Unsur hara tanaman ada beberapa macam, sehingga untuk memudahkan dalam
mempelajarinya para ahli di bidang nutrisi tanaman mengelompokkan seperti
berdasarkan keesensialitasannya bagi tanaman, berdasarkan jumlah yang dibutuhkan
dan berdasarkan mobilitasnya dalam floem.
Cu, Mo dan Cl). Dasar pembagiannya menjadi hara makro dan mikro ini sembarang
dan tidak jelas. Dalam praktek pembagian ini tak banyak artinya karena sangat
tergantung jenis tanaman dan kondisi lingkungan
1
Berdasarkan mobilitasnya dalam floem hara terdiri atas hara mobil seperti K,
Na, Mg, P, S, Cl dan Rb; hara intermediet seperti Fe, Mn, Zn, Co, dan Mo; dan hara
immobil seperti Li, Cs, Sr, Ba dan B.
Menjaga dan mengontrol nutrisi tanaman merupakan salah satu aspek yang
sangat fundamental dalam pertanian modern. Pengaruh menguntungkan
penambahan hara mineral ke dalam tanah untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman
telah dikenal dalam pertanian sejak lebih dari 2.000 tahun yang lalu (Marschner,
1986).
Komposisi hara mineral dalam tubuh tanaman tidak dapat digunakan secara
langsung untuk menentukan apakah hara-hara tersebut merupakan hara esensial bagi
pertumbuhan tanaman (Hartman et al.,1981). Menurut Epstein (1972), hara mineral
dikelompokkan sebagai hara esensial paling tidak harus memenuhi 3 kriteria, yaitu :
1) tanpa kehadiran hara tersebut maka tanaman tidak dapat menyelesaikan siklus
hidupnya, 2) fungsi hara tersebut tidak dapat digantikan oleh hara yang lain, dan 3)
hara tersebut secara langsung terlibat dalam metabolisme tanaman yaitu sebagai
komponen yang dibutuhkan dalam reaksi-reaksi enzimatis. Dengan demikian,
sangatlah sulit untuk menggeneralisir apakah suatu hara mineral tertentu termasuk
esensial atau non esensial, karena hara mineral yang satu bisa bersifat esensial bagi
tanaman tertentu tetapi sebaliknya tidak esensial bagi jenis tanaman yang lain.
Tabel 1. Unsur esensial bagi sebagian besar tumbuhan tingkat tinggi dan
kosentrasinya pada jaringan (berdasarkan berat kering) yang dianggap
memadai (Brown et al. 1987 dalam Salisbury dan Ross,1992)
2
Bentuk Konsentrasi pada
Unsur Jumlah atom
yang Bobot jaringan kering
(laambang dibandingkan
tersedia atom
kimia) molibdnum
bagi
mg/kg (%)
tumbuhan
Untuk tanaman tingkat tinggi terdapat 13 jenis hara esensial yang terdiri atas
kelompok hara makro (N, P, K, S, Mg dan Ca) den kelompok hara mikro (Fe,
3
Mn, Zn, Cu, B, Mo dan Cl) (Janick et al, 1974; Hartman et al., 1981; Baligar dan
Duncan, 1990). Selanjutnya Brown et al. (1987 dalam Salisbury dan Ross,1992)
menyajikan daftar unsur hara esensial dan konsentrasinya dalam jaringan yang
diperlukan agar tumbuhan dapat tumbuh dengan baik (Tabel 1). Disebutkan bahwa
nilai konsentrasi tesebut menjadi pedoman yang berguna bagi para ahli fisiologi,
pengelola kebun dan petani, karena konsentrasi unsur-unsur dalam jaringan
(terutama dalam daun terpilih) lebih dapat dipercaya dari analisis tanah untuk
menunjukkan apakah tanaman akan tumbuh lebih baik dan/atau lebih cepat jika
unsur tertentu diberikan lebih banyak.
Hampir 90% dari seluruh berat segar tanaman herba adalah air, dan sisanya
10% berupa bahan kering terutama terdiri atas 3 elemen yaitu carbon, hidrogen dan
oksigen. Sebagian kecil dari bahan kering tersebut, tetapi merupakan fraksi yang
penting terdiri atas elemen-elemen lain yang secara absolut dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman yaitu 13 elemen yang
dikelompokkan sebagai hara esensial bagi tanaman tingkat tinggi. Ke tiga belas hara
esensial tersebut dibagi lagi menjadi 2 kelompok berdasarkan atas banyaknya jumlah
yang dibutuhkan tanaman yaitu hara makro dibutuhkan dalam jumlah yang relatif
banyak, biasanya dinyatakan dalam persen per unit bahan kering (meliputi N, P, K,
Ca, Mg dan S) dan hara mikro dibutuhkan dalam jumlah yang relatif sedikit,
biasanya dinyatakan dalam ppm (part per million) per unit bahan kering (meliputi Fe,
Mn, Zn, B, Mo, Co dan Cl) (Janick et al, 1974).
Salah satu metode untuk menentukan unsur hara yang esensial bagi tanaman
dan berapa banyaknya adalah dengan menganalisis secara kimia semua unsur yang
dikandung oleh tumbuhan sehat dan berapa banyaknya unsur itu. Salisbury dan Ross
(1992) menyebutkan berdasarkan hasil analisis modern terhadap daun yang paling
dekat dengan tongkol jagung muda (daun bendera) yang diambil dari daun jagung
4
dikebun yang dipupuk dengan baik menunjukkan adanya konsentrasi 3 unsur
esensial tambahan pada jagung yaitu seng, tembaga dan boron.
Secara fisiologis unsur hara yang diserap oleh tanaman akan memiliki fungsi
tertentu di dalam tanaman. Tubuh tanaman mengandung 90 jenis unsur dalam
jumlah kecil, namun dari 90 unsur itu hanya 16 unsur yang diketahui bersifat esensial
(Fageria, 1984). Fungsi umum hara mineral adalah :
1. Sebagai bagian dari protoplasma dan dinding sel. Beberapa unsur hara
merupakan bagian yang penting dari molekul sel ( misalnya S dalam protein, P
dalam ATP, Mg dalam klorofil, Ca dalam kalsium pektat).
2. Mempengaruhi permeabilitas membran sitoplasma. Ca dan unsur-unsur yang
bervalensi 2 atau 3 mengurangi permebilitas sedangkan unsur-unsur yang
bervalensi 1 menambah permeabilitas.
3. Sebagai katalisator dalam reaksi kimia. Misal : Fe, Cu dan Zn merupakan bagian
dari berbagai enzim (bagian prostetik), Fe sebagai bagian dari sitokrom; Mg, Mn,
Co dapat mempercepat atau memperlambat reaksi-raksi enzimatik.
4. Sebagai penyangga kemasaman sel. Kation penting sebagai sistem penyangga
tumbuhan adalah K, Ca, Na dan Mg.
Pengaruh dan peranan tiap-tiap hara mineral bersifat sepesifik bagi tanaman.
Fungsi unsur hara makro dan bentuk yang tersedia bagi tanaman seperti pada Tabel
Tabel 2. Fungsi Unsur hara makro dan bentuk yang tersedia bagi tanaman
5
tersedia
Carbon Sebagai komponen dasar molekuler CO2
(C) karbohidrat, protein, lipid dan asam nukleik
6
Magnesium Komponen penyusun klorofil, bertindak sebagai
(Mg) kofaktor pada banyak reaksi enzimatik, berfungsi
mengatur pH sel tanaman dan menjadi unsure Mg2+
perantara (bridging element) pada sintesis protein.
SO2
Tabel 3. Fungsi Unsur hara mikro dan bentuk tersedia bagi tanaman
Zat Besi (Fe) Sebagai komponen penyusun enzim yang Fe, Fe2+ dan
sebagai carrier, terlibat dalam proses Fe3+
7
metabolism seperti fiksasi N, fotosintesis dan
transfer electron.
Seng (Zn)
Komponen esensial beberapa enzim seperti
dehidogenase, proteinase, peptidase, carbonic Zn2+
anhydrase, alcohol dehydrogenase, glutamic
Mangan dehydrogenase, malic dehydrogenase.
(Mn)
Terlibat dalam sistem penyusunan O2 dalam proses
fotosintesis dan sebagai komponen enzim arginase Mn2+
Tembaga dan phosphotransferase.
(Cu)
Sebagai penyusun beberapa enzim diantaranya
cytochrome oxidase, ascorbic acid oxidase dan Cu2+
Boron laccase.
(B)
Fungsi spesifik dari B belum diketahui secara pasti,
tapi diduga terlibat dalam metabolism karbohidrat H3BO3
dan mensintesis komponen-komponen penyusun
Molibdenu m dinding sel tanaman.
(Mo)
8
memiliki salinitas tinggi.
Organ yang berfungsi menyerap unsur hara dari media tanaman adalah akar
yaitu bulu-bulu akar yang terletak beberapa millimeter di belakang ujung akar (root
tip). Bulu akar terbentuk dari satu sel yang bentuknya sempit dan panjang Gambar
1.
9
Gambar 1. Skematis gerakan air dan unsur hara dari media tanam
menuju xylem
Karena akar merupakan organ penyerap air dan unsur hara, maka kontak air atau
unsur hara dengan permukaan sel bulu-bulu akar merupakan bagian yang sangat
penting dari proses penyerapan. Ada 3 cara atau peristiwa gerakan air dan unsur
hara ke permukaan sel bulu akar yaitu melalui :
Aliran massa merupakan gerakan larutan hara (air dan hara mineral) ke
permukaan akar yang digerakkan oleh transpirasi tanaman (Gambar 2). Hara
bergerak karena ada gradien potensial air. Aliran massa terjadi akibat adanya gaya
tarik menarik antara molekul-molekul air yang digerakkan oleh lepasnya molekul air
melalui penguapan (transpirasi). Setiap ada molekul air yang menguap posisinya
akan diisi oleh molekul air yang berada di bawahnya dan molekul air di bawahnya
menarik molekul yang di bawahnya lagi sampai pada molekul air yang berada di luar
sel epidermis bulu akar masuk ke dalam sel sambil menarik molekul air yang
kebetulan kontak dengannya. Demikian tarikmenarik ini terjadi selama ada
penguapan. Karena pergerakan ini terjadi tidak membutuhkan energi, maka
peristiwa ini disebut transportasi pasif unsur hara dari larutan media tanam menuju
sel epidermis bulu akar. Perhitungannya didasarkan pada konsentrasi hara dalam
larutan tanah dan jumlah air yang ditranspirasikan melalui tanaman, dapat
10
dinyatakan dalam koefisien transpirasi yaitu jumlah air yang ditranspirasikan oleh
berat kering tajuk, misalnya 300-600 liter air per kilogram tajuk kering atau per
hektar areal tanaman (Marschner, 1986).
Kuantitas unsur hara yang dapat mencapai permukaan akar (root surface)
melalui peristiwa aliran massa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
b. Kondisi iklim
c. Kelarutan hara
d. Spesies tanaman
Kuantitas unsur hara yang dapat diserap oleh akar tanaman melalui aliran
massa dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : MF = C x WU,
11
Gambar 2. Skematis gerakan air dan unsur hara melalui aliran massa.
12
Hara yang diangkut ke permukaan akar melalui proses difusi tidak dapat dihitung
secara langsung, tetapi dihitung sebagai selisih dari penyerapan hara total oleh
tanaman dikurangi penyerapan oleh aliran massa dikurangi penyerapan oleh
pertumbuhan akar.
Daerah rhizosfir memiliki konsentrasi lebih rendah dari pada daerah di luarnya,
sehingga pergerakan unsur hara terjadi dari daerah luar rhizosfir menuju daerah
rhizosfir. Akibat dari peristiwa ini unsur hara yang tadinya tidak kontak dengan akar
menjadi bersinggungan dengan permukaan akar. Untuk selanjutnya penyerapan
dapat dilakukan oleh akar tanaman.
13
Keterangan : BA = bulu akar, E = sel epidermis
akar, DKT = daerah konsentrasi tinggi,
DKR = daerah konsentrasi rendah
(rozosfir), dan
Gambar 3. Skematis terjadinya gerakan air dan unsur hara melalui difusi
Intersepsi akar terjadi akibat dari pertumbuhan akar dari pendek menjadi lebih
panjang. Dari tidak bercabang menjadi bercabang. Dari bercabang sedikit menjadi
bercabang banyak. Sebagai akibat dari pertumbuhan ini akarakar yang terbentuk
menjangkau bagian-bagian media tanam yang tadinya belum terjangkau.
Bertambahnya jangkauan tentu saja bertambah pula unsur hara yang bisa kontak
dengan permukaan bulu-bulu akar dan selanjutnya dapat diserap oleh akar tanaman.
Unsur hara yang berhasil kontak dengan akar dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain :
a. Volume media tanam yang tercover oleh perakaran.
b. Morfologi akar
c. Konsentrasi unsur hara yang tersusupi.
14
akhir-akhir ini tekanan pembahasan mengenai gerakan hara ke permukaan akar lebih
difokuskan pada aliran masaa dan difusi biasa (Marschner, 1986).
Setelah sampai di permukaan akar, maka hara akan masuk ke dalam akar
melalui berbagai proses. Banyaknya hara yang masuk ke dalam akar (Fu) terutama
dipengaruhi oleh konsentrasi hara di permukaan akar (Cr). Berdasarkan selisih hara
yang datang ke permukaan akar (pasokan) dengan
Cr = F - Fu
15
UNSUR HARA NITROGEN (N)
A. Pengertian nitrogen
Nitrogen ( N) diserap tanaman dalam bentuk nitrat ( N03 – ) amonium (
NH4 + ) , dan bahan lebih komplek seperti asam amino larut air dan asam
nukleik. umumnya tanaman mampu menyerap dan menggunakan nitrat dan
amonium, tanaman darat lebih banyak menyerap N dalam bentuk anion nitrat
16
karena perubahan bentuk N-NH4 menjadi N-NO3 telah terjadi dalam tanah,
sedangkan tanaman padi sawah lebih banyak menyerap N-NH4
17
Keburukan akibat pemupukan N tidak akan terjadi, bila unsur unsur lain dalam
keadaan cukup.
D. Kekurangan ( defisiensi ) N
Gejala chlorosis mula – mula timbul pada daun yang tua dan yang muda
tetap hijau, hal ini membuktikan mobilitas N di dalam tanaman, apabila akar
tanaman tidak dapat mengambil N yang cukup untuk pertumbuhannya, maka
senyawa N didalam daun – daun yang tua menjalani proses autolysis, yaitu
protein dirubah menjadi bentuk yang larut dan ditranslokasikan ke bagian –
bagian muda yang jaringan meristemnya masih aktif, Apabila kadar N rendah
sekali, daun menjadi coklat dan mati, pengguguran daun lebih cepat dari biasanya
dan produksinya juga turun dengan drastis.
F. Sumber nitrogen
Sumber utama nitrogen dalam tanah adalah bahan organik yang dapat berupa sisa
tanaman, hewan, manusia, pupuk organik ( pupuk hijau, pupuk kandang dan
18
kompos ) sumber lain adalah air hujan, hasil fiksasi N- simbiotik/non simbiotik,
gunung berapi dan pupuk buatan.
19
Nitrogen atmosfir
Hewan NH3
N205 N2 dan N20
N20
JASAD
Hilang dan mengendap dalam bentuk terikat
NITRIFIKASI
NITRIT
PENGIKAT N - BEBAS
G. Mineralisasi senyawa nitrogen komplek NITRAT
Senyawa nitrogen yang tertambat jasad dan dilibatkan dalam kegiatan
fisiologisnya, dikembalikan kedalam peredaran nitrogen setelah mengalami
mineralisasi, peruraian senyawa N-kompleks menjadi senyawa N-anorganik
sederhana sehingga memungkinkan digunakan lagi dalam asimilasi jasad,
berlangsung dalam tiga tahap, yaitu:
20
1. aminisasi
2. amonifikasi
Asam amino yang dibentuk melalui aminasi akan terus diserang untuk
diurai dan dimanfaatkan oleh jasad renik sampai akhirnya terbentuk amonium
melalui serangkaian proses enzimatik yang disebut amonifikasi. Amonifikasi
berlangsung lancar sekali jika tanah berpengatusan dan bertata udara baik
serta banyak mengandung kation basa. Proses ini dapat berlangsung hampir
pada setiap keadaan, disebabkan jasad yang mampu melakukannya sangat
banyak dan heterogen, terutama dari golongan heterotropik.
21
1. Sejumlah amonium dipakai oleh organisme amonifikasi atau organis lain yang
dapat menggunakan senyawa demikian. Fungi mikoriza dapat menyerap
nitrogen-amonium dan sebagian diteruskan atau diberikan kepada tanaman
inangnya.
2. Tanaman dapat menggunakan bentuk amonium dengan mudah, terutama pada
hampir semua tanaman muda, walaupun mereka akan tumbuh baik bila
terdapat juga nitrogen-nitrat.
1. ion amonium dapat diikat oleh beberapa mineral lempung (illit). Dalam
keadaan terikat amonium tidak mudah dioksidasikan, walaupun lambat laun
akhirnya tersedia juga.
3.nitrifikasi
merupakan suatu proses oksidasi ensimatik yang dilakukan sekelompok jasad
renik dan berlangsung dalam dua tahap yang terkoordinasikan. Masing-masing tahap
dilakukan oleh sekelompok jenis jasad renik yang jelas berbeda.
22
sehingga tidak terjadi penimbunan nitrit (nitrit sangat beracun bagi tanaman).
Pada tanah sangat basa, reaksi kedua agak terlambat, yaitu reaksi kedua baru
berlangsung setelah hampir semua amonium habis, sehingga terjadi
penimbunan nitrit.
23
optimum dapat menyebabkan organisme itu berkembang pesat sekali.
Akibatnya semua nitrogen anorganik yang tersedia dalam tanah dengan cepat
dikonversikan dalam bentuk organik dari tubuh organisme tersebut, pada saat
ini nitrifikasi berhenti karena kurangnya nitrogen-amonium , sebab bentuk ini
dipakai oleh organisme-organisme tadi, jadi kompetisi untuk N antara
organisme tersebut dengan tanaman mulai terjadi. Setelah sebagian dari bahan
hidrat arang dilapuk, artinya bahan berenergi sudah berkurang, assimilasi N
menurun dan produksi samping senyawa-senyawa amonium mulai dihasilkan
--- nitrifikasi berlangsung. Jadi C/N tanah melalui pengaruh selektifnya
terhadap organisme tanah, dapat mengendalikan nitrifikasi dan adanya nitrat
dalam tanah.
IMMOBILISASI
24
Nitrosomonas nitrobacter
N. Organik --------------- NH4 + -------------------- N02- -------------------
NO3 –
< --------------======--- / /
----------------------------------------------------------------- /
AMONIFIKASI NITRIFIKASI
MINERALISASI
anaerob aerob
<-----------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------N.organik MINERALISASI
N.mineral
Pada kondisi aerob yang dominan nitrat, Sedangkan pada kondisi anerob
nitrifikasi terhambat, sehingga relatif jumlah N bentuk amonium relatif tinggi,
sehingga tidak mudah terlindi.
Mineralisasi dan immobilisasi bergantung pada jumlah nitrogen, C/N dan bahan
organik.
Bila N > 2,6% dan C/N < 15:1, maka mineralisasi lebih dominan dari
immobilisasi dan terjadi pelepasan netto dari nitrogen ( Net – release N ).
Bila N < 1,2% dan C/N .> 33 : 1, maka immobilisasi lebih dominan dari
mineralisasi, maka terjadi Net-uptake N, sehingga terjadi penurunan akumulasi N
25
Mineralisasi dalam tanah berjalan lambat bila hanya menggantungkan bahan
organik tanah + 1 - 2%/tahun yang dikonfersi menjadi N mineral, hal ini dapat
dipercepat dengan menambah bahan organik yang C/N rendah yang disebut
preeming effek.
26
pemupukan. Juga memberikan informasi begaimana mengelola komponen-
komponen tersebut, sehingga dapat mengoptimalkan suplay N dalam tanah.
1, Pelindikan ( leaching), Yaitu kehilangan bentuk NO3- yang mengikuti aliran air
dalam tanah dan proses ini membawa NO -3 keluar dari zone perakaran secara
permanen/tidak dapat diambil tanaman, misalnya : ke sungai, danau.
Faktor penentu.
27
3. Erosi, N berada dilapisan atas tanah sehingga mudah tererosi, faktor-faktor
erosi
- Topografi
- Iklim/curah hujan
- Jenis/tipe tanah
4. Pembakaran.
3. temperatur tinggi
4. Adanya kondisi evaporasi air yang cepat ( angin kuat dan temperatur tinggi)
28
J. Perolehan nitrogen.
29
belum jelas diketahui. Kemungkinan bagian terbesar N dalam bahan organik
asli tanah berasal dari sumber ini
4. Pupuk, bahan makanan ternak dan benih.
Pemakaian pupuk dimaksudkan untuk mengimbangi defisit antara
perolehan dan kehilangan N, karena di negara industri selalu diupayakan
jenis unggul yang mengkonsumsi N dalam jumlah besar.
Pemakaian pupuk kandang merupakan pengembalian ( daur ualng ).
Dari benih hanya diperoleh penambahan N dalam jumlah sedikit.
Bila dapat mengelola daur N, diharapkan dapat mencapai sasaran sedikit mungkin
penambahan N dari pupuk buatan. Jumlah N yang di ikat bakteri legum
bergantung berbagai faktor, antara lain : keadaan tanah yaitu aerasi, drainase
kelembaban dan Ca aktif, N yang diikat dapat pergi ke tiga arah, yaitu:
Kadar nitrogen di dalam tanah di bawah vegetasi rumput relatif lebih besar dari
pada tanah dibawah vegetasi tanaman lain
30
Bentuk gas, pada temperatur dan tekanan tinggi, kandungan 82,5% N sebagai
bahan dasar pembuatan pupukN lain.
31
UNSUR HARA FOSFOR (P)
1. P dibutuhkan tanaman dalam jumlah relatif besar, sedikit lebih kecil dibawah
N dan K, setara dengan S, Ca dan Mg
2. Fosfat: unsur P sangat reaktif, di alam ditemukan dalam bentuk gugus fosfat
3. ATP : transfer energi
4. NADP : fotosintesis
5. Asam nukleat: bahan DNA, RNA
6. Lemak fosfat (phospholipids): membran sel dan organ dalam sel
B. Mobilitas P
Unsur fosfor (P) sifatnya mobil dalam tanaman, mudah dipindahkan dari bagian daun
yang tuda ke titik tumbuh. Gejala kekahatan: tanaman kerdil, pertumbuhan akar
buruk, kedewasaan terlambat, warna daun hijau kelam, muncul warna keunguan
misalnya pada jagung. Jika P berlebihan meskipun tidak secara langsung meracuni
tanaman, akan menyebabkan merangsang pertumbuhan organisme perairan,
mempercepat eutrofikasi, P tanah yang berlebih meningkatkan pengangkutan P dalam
sedimen, air limpasan.
C. Sumber P
32
3. pelarutan mineral P : mineral primer dan sekunder, mineral primer sangat
lambat tersedia menjadi sumber jangka panjang
4. pengendapan sedimen erosi
5. pupuk P
Penyerapan H2PO4– lebih cepat dibanding HPO4 2- , hal ini terkait dengan muatan
divalen vs. monovalen. Keseimbangan kation/anion : penyerapan fosfat
meningkatkan penyerapan Ca, Mg, K, keseimbangan muatan, pengakutan kooperasi;
penyerapan fosfat dapat menghambat penyerapan nitrat dan sulfat, penghambatan
kompetisi. pH risosfer: akar melepas HCO3 – (OH – )
33
Unsur P di dalam tanah akan mengalami proses alihrupa : mineralisasi, immobilisasi,
penjerapan-pelepasan pada permukaan mineral: lempung, oksida Fe dan Al, karbonat,
pengendapan-pelarutan mineral sekunder: Ca, Al, Fe fosfat atau pelapukan mineral
tanah primer: Apatit.
G. Mineralisasi
H. Imobilisasi (asimilasi)
34
jika C:P < 200, P imobilisasi < P mineralization, residue >0.3% P
I. Penyematan P
Penyematan P merupakan reaksi bersinambung, tidak ada batas yang tegas antara
adsorpsi dan presipitasi amorf. Jenis penyematan bervariasi sesuai kondisi tanah:
terutama pH tanah: kation terlarut, permukaan mineral; kadar fosfat dan kation: pada
kadar rendah terjadi adsorpsi, pada kadar tinggi terjadi presipitasi.
J. Jerapan (adsorpsi)
Tanah masam: oksida dan hidroksida Al dan Fe, mineral lempung; permukaan
mineral pada kondisi masam; kebanyakan dalam bentuk ion H2PO4 – . Terjadi
pada permukaan oksida dan hidroksida. Muatan positif neto pada kondisi masam,
lihat pertukaran dan jerapan anion. Muatan positif menarik anion: fosfat dan lainnya.
Fosfat berinteraksi dengan gugus -OH dan -OH2 + di permukaan: jerapan istimewa
(specific adsorpsi), chemisorpsi; mendesak –OH dan -OH2 dan mengikat Al dan Fe;
menjadi Al-O-fosfat. P labil: fosfat diikat oleh satu ikata Al-O-P; segera terlepas dari
permukaan untuk mengisi larutan tanah; juga disebut sebagai “P aktif” . P tidak labil:
35
fosfat diikat oleh dua ikatan Al-O-P atau Fe-O-P; P tidak mudah terlepas dari mineral
menuju larutan tanah. Permukaan lempung: tepian mineral lempung yang pecah;
gugus -OH yang terbuka; serupa dengan pertukaran -OH di permukaan oksida Al dan
Fe; jerapan lempung 1:1 (kaolinit) >> lempung 2:1 (monmorillonit).
Tanah kapuran: mineral karbonat; permukaan mineral dalam kondisi alkalin, karbonat
stabil terbentuk pada pH 7.8 atau lebih; fosfat menggantikan gugus CO3 2-; ada juga
yang terjerap pada permukaan Al(OH)3 dan Fe(OH)3 .
Tanah halus memiliki kapasitas jerapan yang lebih tinggi dibanding tanah kasar,
karena luas permukaannya lebih besar. Tanah masam memiliki kapasitas jerapan
lebih besar dibanding tanah netral atau kapuran. Oksida Al dan Fe memiliki kapasias
jerapan lebih besar dibanding karbonat. Oksida amorf memiliki kapasitas jerapan
lebih besar dibandingkan bentuk kristalin, karena luas permukaan lebih besar dan
terjadi sebagai partikel diskrit atau selaput atau lapisan film pada partikel tanah
lainnya. Takaran pupuk lebih tinggi diperlukan untuk menjaga kecukupan P larutan
tanah pada tanah yang memiliki kapasitas retensi yang besar
(2). persamaan Langmuir. Q=abc/(1+ac) . Untuk menduga jika seluruh tapak jerapan
sudah terisi, tidak akan terjadi lagi jerapan. b = jerapan maksimum, peningkatan P
dalam larutan tidak akan meningkatkan jerapan
36
kapasitas retensi tersebut dapat terlampaui misalnya dengan pemberian sinambung
dengan rabuk yang memiliki kadar sangat tinggi (overload).
K. Presipitasi
Pada tanah masam: dirajai kation terlarut Al dan Fe, menyebabkan presipitasi mineral
Al-fosfat dan Fe- fosfat. Pada tanah netral dan kapuran: dirajai kation terlarut Ca,
menyebabkan presipitasi mineral Ca-fosfat. Keadaan pH larutan dan kelarutan Al, Fe
dan Ca fosfat menentukan kadar P dalam larutan tanah, perhatikan stabilitas mineral.
Ketersediaan P maksimum pada pH 6 – 7, yaitu diantara zona Al dan Fe fosfat
dengan Ca fosfat yang tidak terlarut. Reaksi presipitasi umumnya terjadi sangat
lambat.
Pada tanah masam: FePO4 . 2H2O + H2O <–> H2PO4 – + H+ + Fe(OH)3, jika
kemasaman meningkat (H+), keseimbangan bergerak ke kiri, Fe-fosfat mengendap
dan P larutan menurun, jika kemasaman menurun, keseimbangan bergerak ke kanan,
Fe-fosfat melarut dan P larutan meningkat, pada saat akar menyerap H2PO4 –,
keseimbangan bergerak ke kanan, Fe-fosfat melarut untuk mengisi P dalam larutan
tanah. Fe-fosfat padatan akan mempertahankan H2PO4 – tetap pada aras
keseimbangan, hal ini tergantung pH tanah.
Pada tanah netral dan kapuran: CaHPO4 . 2H2O + H+ <–> Ca2+ + H2PO4 – + 2H2O, jika
kemasaman menurun, keseimbangan bergerak ke kiri, Ca-fosfat mengendap dan P
larutan menurun, jika kemasaman meningkat keseimbangan bergerak ke kanan, Ca-
fosfat melarut dan P larutan meningkat, pada saat akar menyerap H2PO4 –,
keseimbangan bergerak ke kiri, Ca-fosfat melarut, mengisi P dalam larutan tanah. Ca-
fosfat padatan menjaga H2PO4 – pada aras keseimbangan, hal ini tergantung pH tanah.
37
Faktor kuantitas dan intensitas BC=ΔQ/ΔI, kapasitas penyanggaan dan penyematan
saling berkaitan. P dalam pupuk: sifatnya sangat larut dalam air (very soluble),
meningkatkan kadar P larutan. Faktor intensitas: kadar hara dalam larutan tanah,
adalah P yang segera tersedia. inilah yang mengalami asimilasi oleh organisme,
penjerapan oleh pemukaan dan rekasi presipitasi. Penyematan P mengurangi
intensitas (P dalam larutan), tetapi juga menjadi cadangan untuk mengisi kembali P
dalam larutan, yakni sebagai penyangga.
M. Manajemen P pupuk
Tujuan untuk mengurangi penyematan P. Pada tanah yang memiliki kapasitas jerapan
tinggi, frekuensi pemberian harus tinggi dengan dosis yang rendah. Pengaruh
penempatan pupuk:
38
disebar dan dibenamkan (broadcast and incorporate): P diberikan pada zone
perakaran, P terbuka penuh terhadap permukaan tanah, potensi penyematan P
maksimal.
larikan (band placement): mengurangi kontak tanah dengan pupuk,
penyematan lebih sedikit dibanding jika disebar dan dibenamkan, akar akan
menembus zona P.
cara aplikasi terbaik: tergantung hasil uji tanah dan jenis tanah, larikan
sangat penting pada tanah yang memiliki P rendah dengan kapasitas
penyematan yang tinggi, pada tanah yang memilki P tinggi, atau tanah dengan
kapasitas penyematan rendah aplikasi dengan cara disebarkan dan
dibenamkan setiap 3-4 tahun cukup efektif.
39
UNSUR HARA KALIUM (K)
40
7. Memperkuat tegaknya batang sehingga tanaman tidak mudah
roboh
8. Membuat biji tanaman menjadi lebih berisi dan padat
9. Meningkatkan kualitas buah agar bentuk, kadar, dan warna
yang lebih baik
10. Membuat tanaman menjadi lebih tahan terhadap hama dan
penyakit
11. Membantu perkembangan akar tanaman.
1.Kelompok Feldspar
2.Kelompok Mika
41
D. K Larutan Tanah
1. Akar tanaman menyerap K dari larutan tanah
sehingga mudah tersedia bagi tanaman
2. Konsentrasi larutan tanah beragam berkisar antara 1
– 10 mg K/kg tanah
3. Penetapan kalium di dalam tanah ditetapkan dengan
mengekstrak tanah melalui air destilasi
4. Konsentrasi K dalam larutan tanah merupakan indeks
ketersediaan K
5. K ditransportasikan ke permukaan akar melalui
difusi dan aliran massa.
42
pelepasannya biasanya sangat lambat dan jumlahnya sangat
sedikit ditentukan sifat oleh pelapukan mineral
3. Selain mengalami perubahan bentuk dan diserap tanaman, K
juga dapat hilang melalui pencucian
Pada tanah KTK tinggi, sebagian besar K tersedia bagi tanaman dalam
bentuk K-dd. Tanah pada KTK tinggi memiliki pasokan K yang lebih
efektif dibandingkan dengan KTK rendah karena apabila K larut
43
berkurang akibat penyerapan oleh tanaman, akannsegera dipasok oleh K-
dd. Pada tanah KTK rendah, kandungan K larut lebih tinggi dan rentan
mengalami kehilangan K melalui pencucian. Kapasitas sangga K
(KsK) : Hubungan antara K-dd dengan K larutan. KsK = perubahan
Kdd/perubahan K larutan
2. K-dd
3. Ph tanah
44
4. Kelembaban Tanah
5. Aerasi Tanah
Fungsi akar sangat bergantung pada suplai oksigen yang cukup bagi
tanaman. Pada tanah yang memiliki aerasi buruk akan mengganggu
respirasi dan pertumbuhan akar tanaman → Kemampuan menyerap K
menurun
6. Temperatur Tanah
45
simpan (cepat busuk), sering gugur pada saat awal masak, rasa buah
hambar. Kematangan buah terhambat, ukuran kecil dan mudah rontok.
Pada tanaman padi dan jagung batang dan cabang lebih kecil, lemah
mudah rebah, dan buku pendek Biji buah menjadi kempes
mengkerut . Lebih rentan terhadap serangan hama, penyakit dan cuaca
ekstrim. K dapat diambil tanaman dalam jumlah banyak, akan tetapi
tidak akan meningkatkan hasil (luxury consumtion), K sebaiknya
diberikan bertahap sehingga pada akhir pertumbuhan tanaman masih
memperoleh pasokan yang cukup Benety et al (2014).
1. Daun
Daun tanaman padi yang kekurangan Kalium akan berwarna hijau gelap
dengan banyaknya bintikbintik yang warnanya yang menyerupai karat.
Bintik-bintik itu pertama-tama muncul pada bagian atas daun yang sudah
tua, ujung daun dan tepi daun menjadi seperti terbakar (necrotic),
berwarna coklat kemerahan atau coklat kuning. Daun-daun tua,
khususnya di tengah hari akan terkulai dan daun-daun muda menggulung
ke arah atas dan memperlihatkan gejala kekurangan air
2. Batang
Batang tanaman padi yang kekurangan Kalium akan tumbuh pendek dan
kurus, dan kebanyakan varietas-varietas padi yang kekurangan Kalium
lebih mudah rebah
3. Akar
46
Pertumbuhan akar biasanya sangat terbatas, ujung akar akan tumbuh
kurus dan pendek, dan akar selalu cenderung berwarna gelap dan
hitam. Akarakar cabang dan akar rambat sangat kurus dan selalu
memperlihatkan gejala pembusukan akar.
KCl 40%,
KCl 50%,
KCl 60%
47
5.KNO3,
6.K-Mg-sulfat, dll.
(4) Recovery rate dari pupuk K pada tahun pertama sebesar 50-60%
sehingga apabila tidak mengalami pencucian efek residu dapat
dimanfaatkan pada tahun berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
48
Baligar, V. C. and R. R. Duncan. 1990. Crops as Enhancers of Nutrient Use.
Academic Press, Inc. Toronto. 574p.
Foy, C. D.. R. L. Chaney and M. C. White. 1978. The Physiology of Metal Toxicity
in Plants. Annual Review of Plant Physiology 29:561-566.
Https://www.google.com/amp/s/nasih.wordpress.com/2010/11/01/fosfor/amp/
49
Vegeria, N.K. (1991). Fertilization and mineral nutrion of rice,
EMBRAPACNPAF/Editora Campus, Rio de Janeiro.
Wijaya, K.A. 2006. Nutrisi Tanaman Sebagai Penentu Kualitas Hasil dan Resistensi
Alami Tanaman. Prestasi Pustaka Publisher.
50