I. PENDAHULUAN
1.4 Sistim Struktur Atap Stadion Utama Surabaya Sport Center / SSC
Sistim struktur atap bangunan Stadion Utama Surabaya Sport Center / SSC ini
berdasarkan pada bentuk dan sambungan yang digunakan akan dirancang sebagai model
space frame dengan dengan type lattice shell. Selain itu dalam perencanaan struktur atap
tersebut, konfigurasi struktur termasuk kategori bangunan tidak beraturan sehingga dalam
melakukan analisa dan permodelan beberapa pembebanan pada atap tidak dapat
dilakukan secara statis. Terutama dalam simulasi beban gempa yang harus dilakukan
secara dinamis.
Sesuai pembagian wilayah zona resiko gempa Indonesia, Kota Surabaya termasuk
dalam wilayah zona gempa 2. Secara ideal sesuai dengan pembagian wilayah gempa yang
ada struktur bangunan Stadion Utama Surabaya Sport Center / SSC ini akan lebih optimal
bila didesain dengan menggunakan Struktur Rangka Pemikul Momen Menengah
(SRPMM), disamping itu struktur stadion tersebut merupakan bangunan yang
monumental maka dalam perencanaan struktur bangunan SSC ini menggunakan Faktor
Keutamaan sebagai bangunan monumental.
Analisa ulang terhadap sistim struktur atap space frame Stadion Utama Surabaya
Sport Center / SSC akan dilakukan menggunakan paket program bantu SAP 2000 V. 12
yang merupakan paket program analisa struktur berbasis teori Metode Elemen Hingga
dalam permodelan dan penyelesaian persamaan-persamaan statikanya.
• Beban Hidup
Beban hidup yang bekerja pada struktur atap bangunan SSC ini diambil sesuai
dengan keadaan ruangan yang digunakan dimana :
- Air Hujan = 20 kg/m2
• Beban Angin
Beban angin yang digunakan dalam kajian ini menggunakan dua macam
peraturan yaitu PPIUG 1987 dan UBC 1997, diantara kedua peraturan tersebut
akan diambil beban angin yang paling besar, Pada data perencanaan sebelumnya
beban angin tekan yang digunakan sebesar 40 kg/m2 dan beban angin hisap 92
kg/m2 , hal ini sudah cukup besar dan melebihi gaya angin yang bekerja yang
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dengan demikian permodelan beban
struktur dengan menggunakan beban angin tersebut sudah memastikan bahwa
struktur yang ada cukup aman terhadap gaya angin yang bekerja pada struktur.
Dari Gambar 2.1 tersebut, besarnya koefisien untuk angin tekan dan angin
hisap dalam permodelan struktur atap bangunan Stadion Utama Surabaya
Sport Center / SSC, dapat dihitung sebagai berikut :
Koefisien Angin Tekan Atap (C) = 0.02 x (α - 0.4) = 0.34
Angin Tekan (WPush) = 0.34 x 40 = 13.6 kg/m2
Angin Hisap (WPull) = -0.4 x 40 = 16 kg/m2
- UBC 1997
Dalam perencanaan struktur bangunan SSC khususnya Stadion Utama
digunankan beban angin yang bekerja sebagai berikut :
Tekanan Angin (P) = Ce . Cq . Qs . Iw
Ce = Koefisien yang merupakan gabungan tinggi + eksposure (letak) +
hembusan.
Cq = Koefisien tekanan angin.
Qs = Tekanan stagnasi angin pada ketinggian 10 m.
Variabel – variable koefisien tersebut diajabarkan sebagai berikut :
a. Ce
• Beban Gempa
Peninjauan beban gempa pada perencanaan struktur bangunan Stadion Utama
Surabaya Sport Center / SSC ini ditinjau secara analisa dinamis 3 dimensi. Fungsi
response spectrum ditetapkan sesuai peta wilayah gempa untuk daerah Surabaya
adalah wilayah gempa 2 sebagaimana ketentuan dalam SNI 1726-2002 serta
mempertimbangkan kondisi tanah dilokasi rencana struktur bangunan SSC ini
yaitu lempung lunak. Parameter-parameter perhitungan gaya gempa berupa base
shear mengacu pada ketentuan yang telah diatur dalam SNI 1726-2002 dan SNI
2847-2002. Solusi terhadap kombinasi ragam response spectrum menggunakan
metode complete quadratic combination (CQC).
Dalam peninjauan beban gempa ini terdapat beberapa perbedaan dengan
kontraktor spesialis space frame PT.ADHI-REKON. JO, dimana ada beberapa
pengambilan parameter yang tidak sesuai dengan tata-cara yang ada sehingga
pengambilan parameter untuk peninjauan ulang strutkur atap SSC ini mengacu
pada tata-cara yang berlaku. Beberapa perbedaan dan komentar terhadap
pengambilan parameter tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
• Tabel 5 Ao = 0,2g Ao = 0,23g
Tanah lunak Tc = 1 dtk SNI 1726- Tc = 0,57 dtk Darimana
• Tabel 6 Am = 0,5g 2002 Am = 0,575g asalnya
Tanah lunak Ar =0,5g Ar = 0,328g
• Beban Temperatur
Beban temperature yang digunakan diambil sebesar 100 Celcius yang
merupakan penentuan ekstrim dari perubahan suhu malam dan siang di daerah
Surabaya.
• Kombinasi Pembebanan
Setelah diketahui beban – beban yang bekerja pada elemen struktur maka
dalam pendesainan elemen struktur digunakan kombinasi pembebanan untuk
mendapatkan pembebanan yang maksimum yang mungkin terjadi pada saat beban
bekerja secara individual maupun bersamaan. Dalam hal ini kombinasi
pembebanan yang digunakan tentu berbeda dengan kombinasi yang digunakan
oleh konsultan perencana yang diakibatkan oleh adanya perbedaaan dari
penggunaan tata-cara perencanaan yang berlaku.
sebelumnya bahwa peninjauan beban gempa ini menggunakan analisa gempa dinamis
dengan menggunakan response spektrum bukan dengan menggunakan analisa gempa
secara statis menggunakan beban gempa statik ekivalen.
Pembebanan gempa horizontal dibagi kedalam dua arah yaitu :
- Gempa arah x dengan komposisi 100% Vx + 30% Vy
- Gempa arah y dengan komposisi 100% Vy + 30% Vx
Pembebanan gempa vertical dapat dilihat sebagai berikut :
- V = Cv x W
Dimana :
Cv = Ψ x A x I
A = 0.08 Tanah Lunak
I = Faktor Keutamaan 1.6
W = Massa Bangunan
Ψ = 0.5 (Zona 2)
Gambar 2.4. Permodelan Struktur Atap Sisi Barat Stadion Utama Surabaya Sport Center
Gambar 2.5. Plan view model Struktur Atap Sisi Barat Stadion Utama Surabaya Sport
Center
Gambar 2.6. Permodelan Struktur Atap Sisi Timur Stadion Utama Surabaya Sport Center
Gambar 2.7.Plan view model Struktur Atap Sisi Timur Stadion Utama Surabaya Sport
Center
3.2 Permodelan dan Analisa Struktur Atap Stadion SSC Bagian Timur
3.2.1 Data Masukan Material
Data masukkan material dalam permodelan SAP 2000 adalah data material elemen
struktur rangka batang pipa dan elemen struktur kabel. Pendefinisian material tersebut
dapat dilihat pada bagian Sub-Bab 2.2. Data masukkan material dapat dilihat pada
Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Input form material rangka batang dan material kabel pada SAP 2000
Gambar 3.2 Input form Mass Source untuk analisa modal pada SAP 2000.
Gambar 3.3 Input form untuk response spectrum gempa pada SAP 2000.
Secara umum pendefinisian kabel memerlukan gaya tarik awal untuk menjaga
kabel tetap tegang tanpa mengalami lendutan yang besar. Oleh karena itu opsi kabel
yang bisa berubah bentuk digunakan dengan gaya tarik tergantung dari posisi kabel.
Input data gaya tarik yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Input data property kabel penggantung pada SAP 2000.
47
1 P20-9.5 143 158 13.4 14.8
-168
3.2.8 Hasil Desain Elemen Struktur Rangka Space Frame Pada SAP 2000
Setelah gaya-gaya yang bekerja pada rangka batang diketahui selanjutnya
adalah melakukan desain rangka-rangka batang terhadap gaya-gaya yang bekerja.
Desain rangka batang ini menggunakan SNI 1729-2002 yang menggunakan metode
LRFD dan berbeda dengan metode ASD yang digunakan oleh konsultan perencana.
Hasil desain elemen struktur rangka batang dapat dilihat pada Tabel 6.
Gambar 3.6 Input form material rangka batang dan material kabel pada SAP 2000.
Gambar 3.7 Input form Mass Source untuk analisa modal pada SAP 2000.
Gambar 3.9 Input data property kabel penggantung pada SAP 2000.
Gambar 3.10 Input form untuk analisa modal pada SAP 2000.
239
1 P20-9.5 122 113 11.5 10.64
-164
Gambar 3.11. Hasil desain elemen struktur Pylon menggunakan Section Builder 8.0
Gambar 3.12, Kapasitas diagram interaksi kolom composite pada Section Builder 8.0
F
E
B
C&
A
Gambar 3.13. Letak base plate yang dicek kekuatan sambungannya
Hasil rekapitulasi dari perhitungan base plate tersebut dapat dilihat pada Tabel 15,
sedangkan perhitungan yang lebih mendetail dapat dilihat pada lampiran perhitungan base
plate.
Tabel 15. Hasil desain ulang elemen base plate.
Length of
Thickness Max Strut Stress Max Tension Ratio of
No Type Embedment
(mm) (MPa) (1 Bolt) (kg) Anchorage
(cm)
12.95 (Req) 39-0 (Req)
1 A 24,22 < 249 3673 0.219<1
30 (Act) 60-15 (Act)
17.31 (Req) 49-0 (Req)
2 B 8.429 < 249 4602 0.275<1
25 (Act) 60-15 (Act)
27.00 (Req) 52-0 (Req)
3 C&D 6.008<249 4904 0.292<1
25 (Act) 60-15 (Act)
5.73 (Req) 75-14 (Req)
4 E 31.410<249 15005 0.896<1
25 (Act) 75-15 (Act)
19.01 (Req) 35-0 (Req)
5 F 10.160<249 3304 0.198<1
25 (Act) 60-15 (Act)
T=
PL
1 + tan θ + 4f
(1 − 2π) 2
(3)
8f L
Dari hasil analisa tiap kabel yang ada maka gaya tarik tiap kabel diambil sesuai
dengan kebutuhan yang ada dan hasilnya ditabelkan pada Tabel 17
Tabel 17 Gaya tarik pada kabel penggantung.
No Kabel ID Gaya Tarik (T) Sag (cm)
1 Cable 2.6 (Timur) 2000 10.274
2 Cable 2.8 (Timur) 2000 4.163
3 Cable 3.8 (Timur) 4000 0.657
4 Cable 2.6 (Barat-Wing) 2000 10.274
5 Cable 2.8 (Barat-Wing) 2000 4.163
6 Cable 3.8 (Barat-Wing) 4000 0.657
7 Cable 3.8 (Barat-VIP) 5000 11.938
Berdasarkan hasil kajian ulang terhadap data-data material yang akan digunakan dan
sistem struktur space frame Stadion Utama Surabaya Sport Center maka tim tenaga ahli
struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM, menarik beberapa kesimpulan dan
memandang perlu untuk memberkan beberapa rekomendasi sebagai berikut :
1. Desain struktur atap yang diusulkan oleh pihak kontraktor spesialis space frame yaitu
PT.ADHI-REKON. JO adalah tipe lattice shell dengan sambungan ball joint antar batang
adalah MERO system.
2. Hasil analisa ulang terhadap model struktur dan peninjauan pada penampang –
penampang pipa, pylon, dan kabel yang digunakan pada model struktur atap stadion
utama Surabaya Sport Center menunjukkan bahwa stress ratio penampang terpilih yang
paling besar akibat kombinasi beban mati, beban hidup, dan beban angin adalah 0.973 (
AISC-LRFD). Stress ratio antara 0.900~0.973 ada sekitar 5.97%, sedangkan stress ratio
antara 0.500~0.900 ada sekitar 51.04% sedangkan stress ratio lebih kecil dari 0,500 ada
42.98% . Oleh karena itu secara struktural model struktur atap ini cukup stabil saat
menerima kemungkinan beberapa kombinasi beban yang bekerja.
3. Untuk elemen struktur ball joint ada beberapa joint yang harus diganti dengan ball joint
yang lebih besar, diantaranya adalah ball joint dengan nomor ID 1306,1307,1359 dan
1360 yang semula berukuran N170/177 diganti dengan N240/247. Penempatan ball joint
tersebut ada pada area tribun sisi timur.
4. Analisa ulang terhadap detail komponen struktur base plate Tipe C&D (lihat Gambar
3.13) perlu adanya perubahan tebal base plate yang semula 25 mm diganti dengan 30 mm,
hal ini untuk memenuhi syarat ketebalan base plate yang sesuai dengan beban yang ada.
Lebih detilnya tentang analisa ini dapat dilihat pada lampiran.
5. Pada tahap pelaksanaan pemasangan kabel penggantung harus ditarik terlebih dahulu
sesuai dengan gaya-gaya kabel pada Tabel 17 untuk menjamin pada saat struktur selesai
kabel dapat bekerja sebagaimana mestinya.
6. Adanya penempatan talang pada sisi tepi bawah struktur atap stadion utama ini perlu
ditinaju ulang, mengingat penempatan talang sesuai gambar yang ada mempengaruhi
kekakuan pertemuan struktur pipa space frame dengan kabel penarik pylon. Jadi kami
menyarankan agar konstruksi talang tersebut kalau tidak dipasang pada area pertemuan
Demikian rekomendasi ini dibuat untuk ditindak lanjuti sebagai peninjauan ulang
terhadap struktur atap bangunan SSC, besar harapan kami dengan adanya rekomendasi ini
pembangunan Surabaya Sport Center ini dapat dilaksanakan dengan lancar tanpa kendala
yang berarti.