Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP

STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Desain struktur atap stadion utama yang telah dirancang oleh kontraktor spesialis
space frame yaitu PT.ADHI-REKON. JO perlu dikaji ulang (assessment), apakah desain
struktur telah dilakukan sesuai dengan beberapa ketentuan dan peraturan yang tertera
dalam Standar Nasional Indonesia (SNI). Struktur atap bangunan stadion yang akan
ditinjau ulang ini merupakan model space frame.
Kajian teknis terhadap desain struktur atap ini dilakukan oleh tenaga ahli struktur
Program Diploma Teknik Sipil FT UGM yang ditugaskan oleh PT ADHI – REKON. JO.
Hasil dari kaji ulang struktur atap Stadion Utama Surabaya Sport Center / SSC ini berupa
rekomendasi terhadap usulan desain struktur atap yang sudah ada sehingga dapat
dipastikan bahwa desain tersebut secara teknis sudah cukup stabil.

1.2 Maksud Dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari penyusunan laporan kajian teknis (assessment) ini adalah
untuk memastikan bahwa rancangan disain struktur atap Stadion di Wilayah Surabaya
Barat, Kelurahan Pakal, Kecamatan Pakal, (Surabaya Sport Center / SSC) ini sudah
cukup stabil dan sesuai dengan kaidah-kaidah teknis dan peraturan Standar Nasional
Indonesia (SNI) yang berlaku sehingga laik untuk ditindak lanjuti pada tahap konstruksi
fisik di lapangan.
Dengan demikian dapat diharapkan bahwa pada tahap pelakasanaan kontruksi fisik
atap space frame Stadion Utama Surabaya Sport Center / SSC tidak akan ada kendala-
kendala teknis di lapangan.

1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan


Ruang lingkup pekerjaan ini akan difokuskan pada peninjauan ulang rancangan disain
struktur atap Stadion Utama Surabaya Sport Center / SSC yang terdiri dari :
1. Pengkajian ulang material-material struktur yang akan digunakan.
2. Pengkajian ulang beban-beban yang bekerja pada struktur atap sesuai dengan
kaidah-kaidah dan tata cara yang berlaku.

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER
3. Pengkajian ulang permodelan dan kekuatan struktur atap yang berupa Space
Frame sesuai dengan kaidah-kaidah dan tata cara yang berlaku.
4. Pengkajian ulang sambungan-sambungan struktur atap Space Frame dan struktur
lainnya yang berhubungan langsung dengan atap tersebut. (Pylon, BasePlate, Ball
Joint, dll).
5. Memberikan rekomendasi terhadap rancangan disain yang sudah ada sehingga
didapatkan hasil disain yang lebih optimal.

1.4 Sistim Struktur Atap Stadion Utama Surabaya Sport Center / SSC
Sistim struktur atap bangunan Stadion Utama Surabaya Sport Center / SSC ini
berdasarkan pada bentuk dan sambungan yang digunakan akan dirancang sebagai model
space frame dengan dengan type lattice shell. Selain itu dalam perencanaan struktur atap
tersebut, konfigurasi struktur termasuk kategori bangunan tidak beraturan sehingga dalam
melakukan analisa dan permodelan beberapa pembebanan pada atap tidak dapat
dilakukan secara statis. Terutama dalam simulasi beban gempa yang harus dilakukan
secara dinamis.
Sesuai pembagian wilayah zona resiko gempa Indonesia, Kota Surabaya termasuk
dalam wilayah zona gempa 2. Secara ideal sesuai dengan pembagian wilayah gempa yang
ada struktur bangunan Stadion Utama Surabaya Sport Center / SSC ini akan lebih optimal
bila didesain dengan menggunakan Struktur Rangka Pemikul Momen Menengah
(SRPMM), disamping itu struktur stadion tersebut merupakan bangunan yang
monumental maka dalam perencanaan struktur bangunan SSC ini menggunakan Faktor
Keutamaan sebagai bangunan monumental.
Analisa ulang terhadap sistim struktur atap space frame Stadion Utama Surabaya
Sport Center / SSC akan dilakukan menggunakan paket program bantu SAP 2000 V. 12
yang merupakan paket program analisa struktur berbasis teori Metode Elemen Hingga
dalam permodelan dan penyelesaian persamaan-persamaan statikanya.

1.5 Tata Cara Perencanaan Bangunan Dan Referensi Perencanaan Bangunan


Dalam melakukan peninjauan rancangan disain struktur atap bangunan Surabaya
Sport Center (SSC) ini mengacu pada beberapa tata cara perencanaan bangunan dan juga
pada beberapa referensi khusus yang lazim digunakan. Beberapa acuan tersebut adalah :
1. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1987.
2. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Gedung (SNI 1726-2002).

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER
3. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Dan Bahan Bangunan Gedung (SNI-03-
2847-2002).
4. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI-03-1729-
2002).
5. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI-1971).
6. Tata Cara Penghitungan Pembebanan Untuk Bangunan Rumah Dan Gedung (SNI-
03-1727-2002).
7. Uniform Building Code 1997 (UBC 1997).
8. Building Code Requirements For Structural Concrete (ACI 318-99) and
Commentary (ACI 318R-99).
9. American Institute Of Steel Construction – Load Resistance Factor Design.
(AISC-LRFD 1993).
10. American Society Of Civil Engineer – Minimum Design Load For Building And
Other Structures (ASCE 7.02).

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER

II. DATA-DATA PERENCANAAN

2.1 Penjelasan Umum


Pembahasan mengenai perbedaan data-data perencanaan yang digunakan oleh
konsultan perencana dan yang sesuai dengan ketentuan dan tata-cara yang berlaku akan
dibahas secara terinci dalam bagian ini. Tata cara desain struktur atap yang digunakan
oleh kontraktor spesialis space frame yaitu PT.ADHI-REKON. JO dan tenaga ahli
struktur dari Program Diploma Teknik Sipil FT UGM selaku assessor / peninjau memiliki
perbedaan dalam hal filosofi perencanaannya sehingga hasil yang diperoleh tentu akan
dijumpai perbedaan. Dalam hal ini PT.ADHI-REKON. JO menggunakan desain struktur
berdasarkan kaidah Allowable Stress Design (ASD-89) sebagai tata-cara perencanaan
dalam desain elemen struktur baja sedangkan tim peninjau menggunakan SNI 1729-2002.
Perbedaan filosofi perencanaan ini tidak perlu diperdebatkan lebih dalam karena pada
dasarnya merencakanan struktur baja menggunakan kedua tata-tata cara tersebut tentu
sudah cukup aman, sehingga perbedaan-perbedaan yang ada tidak bertentangan dengan
kaidah-kaidah teknik yang berlaku. Sama halnya seperti pembebanan gempa yang juga
memiliki perbedaan penggunaan tata-cara dan sistem permodelan dimana konsultan
perencana menggunakan SNI 1991 sedangkan tim peninjau menggunakan SNI 1726-
2002.
Beberapa perbedaan tersebut tidak akan berpengaruh terhadap kemungkinan biasnya
peninjauan ulang perancangan disain elemen struktur atap SSC karena dasar-dasar dari
tata-cara yang digunakan oleh konsultan perencana dan tim peninjau didasarkan pada
kaidah-kaidah teknik yang berlaku.

2.2 Data Dan Spesifikasi Material Rencana Struktur Atap


Material yang digunakan dalam perencanaan ini dibagi menjadi beberapa jenis material
sesuai dengan fungsi dan jenis elemennya, beberapa material yang digunakan dapat
dilihat sebagai berikut :
a. Material elemen struktur rangka batang (pipa-baja) mempunyai tegangan leleh
sebesar 235 MPa dan tegangan putus sebesar 402 MPa. Tata cara yang digunakan
dalam menguji material ini sesuai dengan SNI 0068-87; SII 0295-80 PKB 41; JIS
G 3444-1982 STK 41.

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER
b. Material elemen struktur Ball Joint/Titik Simpul mempunyai tegangan leleh
sebesar 370 MPa dan tegangan putus sebesar 633 MPa. Tata cara yang digunakan
dalam menguji material ini sesuai dengan JIS G4051 S 45 C.
c. Material elemen struktur Conus mempunyai tegangan leleh sebesar 370 MPa dan
tegangan putus sebesar 633 MPa. Tata cara yang digunakan dalam menguji
material ini sesuai dengan JIS G4051 S 45 C.
d. Material elemen struktur Bolt/Baut mempunyai tegangan leleh sebesar 653 MPa
dan tegangan putus sebesar 816 MPa. Tata cara yang digunakan dalam menguji
material ini sesuai dengan JIS G4051 S 45 C.
e. Material elemen struktur Hexagon/Hexnut mempunyai tegangan leleh sebesar 235
MPa dan tegangan putus sebesar 402 MPa. Tata cara yang digunakan dalam
menguji material ini sesuai dengan SNI 0068-87; JIS G 3444-STK41.
f. Material elemen struktur Angkur mempunyai tegangan leleh sebesar 370 MPa dan
tegangan putus sebesar 633 MPa. Tata cara yang digunakan dalam menguji
material ini sesuai dengan JIS G4051 S 45 C.
g. Material elemen struktur Pelat mempunyai tegangan leleh sebesar 235 MPa dan
tegangan putus sebesar 402 MPa. Tata cara yang digunakan dalam menguji
material ini sesuai dengan SNI 0068-87; JIS G 3444-STK41.
h. Material elemen struktur Kawat Las mempunyai tegangan leleh sebesar 444 MPa
dan tegangan putus sebesar 550 MPa. Tata cara yang digunakan dalam menguji
material ini sesuai dengan LB.52; JIS 23212 D5016; AWS: AS 1E7016.
i. Material elemen struktur Kabel/Sling mempunyai tegangan leleh sebesar 1800
MPa dan tegangan putus sebesar 1960 MPa. Tata cara yang digunakan dalam
menguji material ini sesuai dengan AWS A5.1B ER70S-6.

2.3 Pembebanan Struktur Atap


Dalam perancangan struktur atap bangunan Stadion Utama Surabaya Sport Center /
SSC ini beban yang bekerja pada sistim struktur atap harus didasarkan atas pertimbangan
– pertimbangan sebagai berikut :
a. Pembebanan dan kombinasi pembebanan.
b. Penentuan wilayah gempa.
c. Penentuan klasifikasi tanah setempat.
d. Penentuan sistem struktur.
e. Peninjauan terhadap pengaruh gempa.

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER
f. Pembatasan penyimpangan lateral.

2.3.1 Pembebanan dan Kombinasi Pembebanan


Pembebanan yang bekerja pada struktur atap bangunan SSC ini terdiri dari beban
mati (berat sendiri dan beban mati tambahan), beban hidup (penonton), beban angin
dan beban gempa. Untuk kombinasi pembebanan mengacu pada beberapa peraturan
yaitu SNI 2847-2002, ACI 318-02, UBC 1997 dan SNI 1729-2002. Beban – beban
yang bekerja secara detil dijabarkan sebagai berikut :
• Beban Mati
Beban mati yang be[kerja pada struktur atap bangunan SSC ini berupa beban yang
berasal dari berat sendiri elemen struktur dan beban mati tambahan yang berupa :
- Ball Joint = 10 kg/Joint
- Gording Primer dan Sekunder = 6 kg/m2
- Mekanikal dan Eletrikal = 5 kg/m2
- Cat walk = 80 kg/m’
- Lampu Sport Light = 50 kg/joint (bawah depan)

• Beban Hidup
Beban hidup yang bekerja pada struktur atap bangunan SSC ini diambil sesuai
dengan keadaan ruangan yang digunakan dimana :
- Air Hujan = 20 kg/m2

• Beban Angin
Beban angin yang digunakan dalam kajian ini menggunakan dua macam
peraturan yaitu PPIUG 1987 dan UBC 1997, diantara kedua peraturan tersebut
akan diambil beban angin yang paling besar, Pada data perencanaan sebelumnya
beban angin tekan yang digunakan sebesar 40 kg/m2 dan beban angin hisap 92
kg/m2 , hal ini sudah cukup besar dan melebihi gaya angin yang bekerja yang
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dengan demikian permodelan beban
struktur dengan menggunakan beban angin tersebut sudah memastikan bahwa
struktur yang ada cukup aman terhadap gaya angin yang bekerja pada struktur.

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER
Penjelasan beban angin berdasarkan kedua peraturan tersebut secara terperinci
dapat dilihat sebagai berikut :
- PPIUG 1987
Dalam perencanaan struktur bangunan Stadion Utama Surabaya Sport Center /
SSC ini digunakan beban tekanan angin yang bekerja sebesar 40 kg/m2. Dalam
perencanaan diambil sudut terbesar untuk memberikan kemungkinan
terjadinya angin tekan yang paling besar. Sudut diambil sebesar 37o.

Gambar 2.1. Koefisien Pembebanan Angin Berdasarkan PPIUG 1987

Dari Gambar 2.1 tersebut, besarnya koefisien untuk angin tekan dan angin
hisap dalam permodelan struktur atap bangunan Stadion Utama Surabaya
Sport Center / SSC, dapat dihitung sebagai berikut :
Koefisien Angin Tekan Atap (C) = 0.02 x (α - 0.4) = 0.34
Angin Tekan (WPush) = 0.34 x 40 = 13.6 kg/m2
Angin Hisap (WPull) = -0.4 x 40 = 16 kg/m2

- UBC 1997
Dalam perencanaan struktur bangunan SSC khususnya Stadion Utama
digunankan beban angin yang bekerja sebagai berikut :
Tekanan Angin (P) = Ce . Cq . Qs . Iw
Ce = Koefisien yang merupakan gabungan tinggi + eksposure (letak) +
hembusan.
Cq = Koefisien tekanan angin.
Qs = Tekanan stagnasi angin pada ketinggian 10 m.
Variabel – variable koefisien tersebut diajabarkan sebagai berikut :
a. Ce

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER
Stadion dianggap terletak pada daerah C yang terbuka terhadap angin
dengan kecepatan angin maksimum 91 km/jam dan hrata-rata = 44 m,
sehingga didapatkan dari interpolasi Ce = 1.74.
b. Cq
Sistim struktur atap stadion merupakan rangka utama sehingga untuk
menghitung koefisien yang bekerja dapat digunakan dua cara yaitu :
i. Normal Force Method (Metode Gaya Normal) dimana kombinasi
koefisiennya dapat dilihat sebagai berikut :
Cq = -1.2 Arah Angin Tegak Lurus Nok
Cq = -1.4 Arah Angin Tegak Lurus Nok atau 0.3 Arah Angin
Tegak Lurus Nok
Cq = -1.2 Arah Angin Sejajar Nok

ii. Projected Area Method (Metode Luas Proyeksi ) dimana kombinasi


koefisiennya dapat dilihat sebagai berikut :
Cq = 1.2 (UpWard)
Cq = 1.4 or – 1.4 (Horizontal Any Direction).
c. Qs
Berdasarkan data dari BMG Wilayah III tahun 1988-1998 didapat
kecepatan angin maksimum sebesar 22 knot = 39.6 km/jam setara dengan
tekanan tiup angin sebesar 7.6 kg/m2. Dalam perencanaannya tekanan tiup
angin yang digunakan tetap diambil dari PPIUG 1987 sebesar 40 kg/m2
untuk daerah bangunan di tepi laut sejauh 5 km dimana tekanan tiup angin
tersebut setara dengan kecepatan angin 91 km/jam.
d. Iw
Bangunan stadion ini merupakan bangunan yang memiliki tingkat
keutamaan yang tinggi dikarenakan bangunan stadion ini akan menjadi
tempat kumpulan massa yang akan sangat membahayakan bila terjadi
beban angin yang berlebihan dengan pertimbangan diatas diambil Iw =
1.15.
Setelah semua variable tersebut diketahui maka gaya angin yang bekerja dapat
dihitung sebagai berikut :
Arah x dan y :
Arah Tekan Tegak Lurus Nok :

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER
P1 = 1.74 x 0.3 x 40 x 1.15 = 24.012 kg/m2
P2 = 1.74 x 1.4 x 40 x 1.15 = -112.056 kg/m2
Arah Proyeksi :
Arah Horizontal : P3 = +- 1.74 x 1.4 x 40 x 1.15 = +- 112.056 kg/m2
Arah Vertikal : P4 = - 1.74 x 1.2 x 40 x 1.15 = - 96.048 kg/m2

• Beban Gempa
Peninjauan beban gempa pada perencanaan struktur bangunan Stadion Utama
Surabaya Sport Center / SSC ini ditinjau secara analisa dinamis 3 dimensi. Fungsi
response spectrum ditetapkan sesuai peta wilayah gempa untuk daerah Surabaya
adalah wilayah gempa 2 sebagaimana ketentuan dalam SNI 1726-2002 serta
mempertimbangkan kondisi tanah dilokasi rencana struktur bangunan SSC ini
yaitu lempung lunak. Parameter-parameter perhitungan gaya gempa berupa base
shear mengacu pada ketentuan yang telah diatur dalam SNI 1726-2002 dan SNI
2847-2002. Solusi terhadap kombinasi ragam response spectrum menggunakan
metode complete quadratic combination (CQC).
Dalam peninjauan beban gempa ini terdapat beberapa perbedaan dengan
kontraktor spesialis space frame PT.ADHI-REKON. JO, dimana ada beberapa
pengambilan parameter yang tidak sesuai dengan tata-cara yang ada sehingga
pengambilan parameter untuk peninjauan ulang strutkur atap SSC ini mengacu
pada tata-cara yang berlaku. Beberapa perbedaan dan komentar terhadap
pengambilan parameter tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
• Tabel 5 Ao = 0,2g Ao = 0,23g
Tanah lunak Tc = 1 dtk SNI 1726- Tc = 0,57 dtk Darimana
• Tabel 6 Am = 0,5g 2002 Am = 0,575g asalnya
Tanah lunak Ar =0,5g Ar = 0,328g

Selain adanya perbedaan parameter beban juga terdapat perbedaan dalam


menformulasikan perumusan gaya gempa yang bekerja, sehinga representasi dari
beban gempa yang bekerja juga berbeda. Perbedaan formulasi dan penerapan
beban gempa ini dapat dilihat sebagai berikut :
• Penggunaan waktu getar struktur bangungan secara teoritis berdasarkan UBC
1997 dimana waktu getar alami T = C1 (ht )3 / 4 tidak dapat digunakan pada
struktur atap bangungan SSC yang merupakan struktur tidak beraturan
sehingga formulasi waktu getar alami fundamental secara teoritis tidak dapat

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER
diperkirakan menggunakan perumusan teoritis sehingga perlu analisa perilaku
struktur (Modal Analysis) untuk memahami respon struktur sebenarnya saat
terkena beban gempa.
• Pembagian gaya gempa langsung pada joint-jointnya tidak bisa dilakukan
karena respon yang diberikan dapat berakibat respon secara statik, sedangkan
respon static tersebut tidak dapat digunakan pada struktur yang tidak
beraturan. Untuk mengatasi hal tersebut akan digunakan analisa response
spectrum yang ebrdasarkan pada modal analisis untuk melihat keragaman dari
struktur pada saat gempa terjadi.

• Beban Temperatur
Beban temperature yang digunakan diambil sebesar 100 Celcius yang
merupakan penentuan ekstrim dari perubahan suhu malam dan siang di daerah
Surabaya.

• Kombinasi Pembebanan
Setelah diketahui beban – beban yang bekerja pada elemen struktur maka
dalam pendesainan elemen struktur digunakan kombinasi pembebanan untuk
mendapatkan pembebanan yang maksimum yang mungkin terjadi pada saat beban
bekerja secara individual maupun bersamaan. Dalam hal ini kombinasi
pembebanan yang digunakan tentu berbeda dengan kombinasi yang digunakan
oleh konsultan perencana yang diakibatkan oleh adanya perbedaaan dari
penggunaan tata-cara perencanaan yang berlaku.

Konfigurasi kombinasi pembebanan berdasarkan SNI 1729-2002 dapat dilihat


sebagai berikut :
- 1,20DL + 1,60LL + 1.00T (SNI 1729-2002)
- 1,00DL + 1,00 LL + 1,00E + 1.00T (SNI 1729-2002)
- 0.9DL + 1,00E + 1.00T (SNI 1729-2002)
- 1,00DL + 1,00 LL + 1,60W + 1.00T (SNI 1729-2002)
- 0.9DL + 1,60W + 1.00T (SNI 1729-2002)
Dimana :
DL = Dead Load (Beban Mati)
LL = Life Load (Beban Hidup)

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER
E = EarthQuake Load (Beban Gempa)
W1 = Wind Load (Beban Angin) (Y(+), Z(-))
W2 = Wind Load (Beban Angin) (Y(-), Z(+))
W3 = Wind Load (Beban Angin) (X(+) Y(-) Z(+)) (Y(+) Z(-))
(X(-) Y(-) Z(+).
W4 = Wind Load (Beban Angin) (X(-) Y(+) Z(-)) (Y(-) Z(+))
(X(+) Y(+) Z(-).
T = Temperature Load

Konfigurasi kombinasi pembebanan berdasarkan ASD-1989 dapat dilihat


sebagai berikut :
- 1,00 DL (ASD-1989)
- 1,00 DL + 1,00 LL + 1,00T (ASD-1989)
- 0.75 (1,00 DL + 1,00 LL + 1,00T + 1,00W) (ASD-1989)
- 0.75 (1,00 DL + 1,00 LL + 1,00T + 1,00E) (ASD-1989)
Dimana :
DL = Dead Load (Beban Mati)
LL = Life Load (Beban Hidup)
E = EarthQuake Load (Beban Gempa)
W1 = Wind Load (Beban Angin) (Y(+), Z(-))
W2 = Wind Load (Beban Angin) (Y(-), Z(+))
W3 = Wind Load (Beban Angin) (X(+) Y(-) Z(+)) (Y(+) Z(-))
(X(-) Y(-) Z(+).
W4 = Wind Load (Beban Angin) (X(-) Y(+) Z(-)) (Y(-) Z(+))
(X(+) Y(+) Z(-).
T = Temperature Load

2.3.2 Penentuan Wilayah Gempa


Beban gempa yang bekerja pada struktur bangunan Stadion Utama Surabaya Sport
Center / SSC ini sesuai dengan wilayah gempa dari kota Surabaya dimana Percepatan
Puncak Efektif Batuan Dasar (PPEBD) dapat dilihat pada SNI 1726-2002 seperti
Gambar 2, Dalam hal ini wilayah kota Surabaya masuk kedalam wilayah Zona
Gempa 2.
Simulasi pembebanan akibat gravity load terhadap struktur atap yang
direncanakan diterapkan berdasarkan kaidah tributary area, dimana semua beban
pada penutup atap. ditransfer ke elemen pipa struktur space frame berdasarkan daerah
pengaruh layanan luasan pembebanan di sekitar segmen elemen frame yang
bersangkutan.

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER

Gambar 2.2. Peta Wilayah Gempa Indonesia

2.3.3 Penentuan Klarifikasi Tanah Setempat


Berdasarkan hasil penelitian kondisi tanah (soil investigation), struktur Stadion
Utama Surabaya Sport Center / SSC ini ter masuk kedalam kategori tanah lunak
sehingga untuk pembebanan gempa digunakan Response Spectrum pada Zona Gempa
2 dengan klasifikasi tanah lunak.

2.3.4 Penentuan Sistim Struktur


Mengingat bahwa secara geometri, denah struktur atap bangunan Stadion Utama
Surabaya Sport Center / SSC ini memiliki irregular plan dan irregular elevation
ditambah lagi struktur bangunan ini memiliki keutamaan sebagai bangunan
monumental maka tinjauan sistem struktur utama dianggap sebagai Sistem Rangka
Pemikul Momen Menengah (SRPMM). Kondisi wilayah gempa bilamana dikaitkan
dengan sistem struktur yang diterapkan tersebut memungkinkan bahwa analisa
struktur tidak memerlukan syarat-syarat pendetailan khusus.

2.3.5 Peninjauan Terhadap Pengaruh Gempa


Simulasi pembebanan terhadap beban gempa ditinjau secara statik maupun
dinamis, sedangkan besaran gaya gempa statik ekivalen merujuk pada persamaan (26)
SNI 03-1726-2002 :
C1.I
V= Wt
R

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER
Dimana :
V = Gaya Geser Dasar
C1 = Faktor Respon Gempa
I = Faktor Keutamaan Struktur
Wt = Berat Total Bangunan
R = Faktor Reduksi
Penggunaan Response Spectrum sebagai analisa dinamis dalam merencanakan
struktur bangunan SSC ini menggunakan Zona Gempa 2 dengan klasifikasi tanah
lunak, analisa Response Spectrumnya dapat dilihat pada Gambar 3. Seperti yang telah
dijelaskan

sebelumnya bahwa peninjauan beban gempa ini menggunakan analisa gempa dinamis
dengan menggunakan response spektrum bukan dengan menggunakan analisa gempa
secara statis menggunakan beban gempa statik ekivalen.
Pembebanan gempa horizontal dibagi kedalam dua arah yaitu :
- Gempa arah x dengan komposisi 100% Vx + 30% Vy
- Gempa arah y dengan komposisi 100% Vy + 30% Vx
Pembebanan gempa vertical dapat dilihat sebagai berikut :
- V = Cv x W
Dimana :
Cv = Ψ x A x I
A = 0.08 Tanah Lunak
I = Faktor Keutamaan 1.6
W = Massa Bangunan
Ψ = 0.5 (Zona 2)

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER

Gambar 2.3 Response Spectrum Zona 2 – Tanah Lunak

2.3.6 Pembatasan Penyimpangan Lateral


Simpangan antar tingkat (∆s) akibat pengaruh beban gempa nominal dibatasi agar
tidak terjadi pelelehan baja ataupun retak beton yang berlebihan disamping
kenyamanan hunian. Pembatasan ini dinamakan batas Kinerja Beban Layan (KBL),
yang besarnya ≤ (0,03/R).hi atau ≤ 30 mm.

2.4 Analisa Dan Permodelan Struktur


Analisa struktur terhadap rangka atap Stadion Utama Surabaya Sport Center / SSC
ini, menggunakan asumsi bahwa sistem struktur merupakan model rangka ruang (truss
system). Oleh karena itu elemen-elemen struktur dirancang sebagai struktur penahan
beban tekan atau tarik saja, sehingga derajat kebebasan pada kedua ujung nodal elemen di
release terhadap aksi lentur maupun puntir (UX,UY,UZ ≠ 0 dan RX,RY,RZ = 0). Elemen
struktur penggantung space frame dimodelkan sebagai elemen kabel (cable poperty).
Model perletakan struktur (restraints) space frame terdiri dari beberapa jenis, perletakan
jepit untuk tumpuan pylon, perletakan sendi, dan perletakan pin untuk struktur kabel
tarik.
Model undeformed shape struktur rangka atap tribun sisi barat (VIP) dalam view 3
dimensi model SAP 2000 dapat dilihat pada gambar 4 dan plan view dapat dilihat gambar
5 . Sedangkan permodelan stuktur rangka atap tribun sisi timur (non VIP) dapat dilihat
pada gambar 6 dan gambar 7.

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER

Gambar 2.4. Permodelan Struktur Atap Sisi Barat Stadion Utama Surabaya Sport Center

Gambar 2.5. Plan view model Struktur Atap Sisi Barat Stadion Utama Surabaya Sport
Center

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER

Gambar 2.6. Permodelan Struktur Atap Sisi Timur Stadion Utama Surabaya Sport Center

Gambar 2.7.Plan view model Struktur Atap Sisi Timur Stadion Utama Surabaya Sport
Center

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER

III. PERMODELAN DAN ANALISA STRUKTUR

3.1 Penjelasan Umum


Urutan dan tahapan permodelan struktur dimasukkan sesuai dengan gambar rencana
dan parameter-parameter material dan pembebanan dimasukkan sesuai dengan spesifikasi
dari material yang digunakan. Setelah permodelan dan analisa struktur maka tahapan
kajian berikutnya adalah evaluasi pendetilan sambungan dari analisa struktur tersebut.
Pendetilan sambungan yang akan dilakukan meliputi pendetilan sambungan Pylon,
Base Plate dan Ball Joint serta sambungan lainnya yang akan dijelaskan lebih detil pada
bagian lampiran. Selain penjelasan mengenai pendetilan penjelasan mengenai metode
erection juga akan dijelaskan secara singkat pada bagian ini.

3.2 Permodelan dan Analisa Struktur Atap Stadion SSC Bagian Timur
3.2.1 Data Masukan Material
Data masukkan material dalam permodelan SAP 2000 adalah data material elemen
struktur rangka batang pipa dan elemen struktur kabel. Pendefinisian material tersebut
dapat dilihat pada bagian Sub-Bab 2.2. Data masukkan material dapat dilihat pada
Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Input form material rangka batang dan material kabel pada SAP 2000

3.2.2 Besaran Massa

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER
Besaran massa elemen struktur (mass source) adalah massa struktur pada SAP
2000 yang digunakan pada perhitungan massa untuk analisa modal menggunakan
pilihan ketiga dimana berat sendiri akan dihitung oleh struktur sedangkan beban-
beban tambahan ditambahkan dengan pembesaran yang sesuai dengan jenis bebannya.
Massa-massa beban yang dimasukkan adalah :
• Beban Ball Joint : Multiplier 1.0
• Beban Atap : Multiplier 1.0
• Beban CatWalk dan Light : Multiplier 1.0
• Beban Live : Multiplier 0.3

Gambar 3.2 Input form Mass Source untuk analisa modal pada SAP 2000.

3.2.3 Pembebanan Response Spectrum Pada SAP 2000


Pembebanan response spectrum pada SAP 2000 dengan menggunakan zona
wilayah gempa dapat dilihat pada Sub-bab 2.3.1, sedangkan untuk factor pembesaran
bebannya diambil dari formulasi perumusan sebagai berikut :
I 1.6
LoadFactor = g= (9.8) = 2.85
R 5. 5
Load factor tersebut adalah untuk arah gempa yang ditinjau sedangkan arah
yang tegak lurus dari peninjauan gempa tersebut akan dikenakan gempa sebesar 30%
dari arah gempa yang ditinjau sehinga factor pembesaran beban apda arah tegak lurus
gempa yang ditinjau adalah 0.3 x 2.85 = 0.85. Input dari data-data tersebut dapat
dilihat pada Gambar 3.3.

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER

Gambar 3.3 Input form untuk response spectrum gempa pada SAP 2000.

3.2.4 Pendefinisian Elemen Struktur Rangka Atap


Rangka atap space frame yang digunakan merupakan pipa dengan diameter
yang bermacan – macam. Properti rangka batang yang digunakan beserta diameter
dan tebalnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Properti dari rangka batang space frame
No Properti Rangka Batang Diameter (mm) Tebal Dinding (mm)
1 P1.5-2.8 48.6 2.8
2 P2-2.8 60.5 2.8
3 P2-3.2 60.5 3.2
4 P2.5-2.8 76.3 2.8
5 P2.5-3.2 76.3 3.2
6 P20-9.5 508 9.5
7 P3-2.8 89.1 2.8
8 P3-3.2 89.1 3.2
9 P4-3.5 114.3 3.5
10 P4-4.5 114.3 4.5
11 P5-4.0 139.8 4
12 P5-6.0 139.8 6
13 P6-4.5 165.2 4.5
14 P6-6.0 165.2 6
15 P8-5.8 216.3 5.8
16 P8-8.2 216.3 8.2

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER
3.2.5 Pendefinisian Elemen Struktur Cable
Rangka atap Space Frame yang digunakan merupakan pipa dengan diameter
yang bermacan – macam. Properti rangka batang yang digunakan beserta diameter
dan tebalnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Properti dari kabel penggantung space frame
No Properti Rangka Batang Diameter (mm)
1 CAB1 38
2 CAB2 28
3 CAB3 26

Secara umum pendefinisian kabel memerlukan gaya tarik awal untuk menjaga
kabel tetap tegang tanpa mengalami lendutan yang besar. Oleh karena itu opsi kabel
yang bisa berubah bentuk digunakan dengan gaya tarik tergantung dari posisi kabel.
Input data gaya tarik yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Input data property kabel penggantung pada SAP 2000.

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER
3.2.6 Pendefinisian Modal Analisis dan Ragam Analisis
Analisis modal menggunakan SAP 2000 diambil sebanyak 30 Mode Shape
untuk menjamin partisipasi massa struktur lebih dari 90 %. Dalam hal ini partisipasi
massa dari struktur diambil 99% terhadap gaya lateral kearah X dan kearah Y. Input
form untuk analisa modal dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Input form untuk analisa modal SAP 2000.

3.2.7 Hasil Analisa Gaya Dalam Pada Struktur SAP 2000


Hasil gaya dalam pada struktur SAP 2000 ini akan dibagi menjadi tiga
kategori dimana gaya-gaya yang bekerja merupakan beban ultimate yang bekerja
sesuai dengan kombinasi pembebanan yang ada. Hasil analisa gaya dalam pada pylon
dapat dilihat pada Tabel 1, hasil analisa gaya dalam pada rangka batang pada Tabel 4
dan hasil analisa gaya dalam pada kabel penggantung dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 3. Hasil analisa gaya dalam pada pylon.


Aksial Moment X Moment Y Shear X Shear Y
No Pylon
(kN) (kN-m) (kN-m) (kN) (kN)

47
1 P20-9.5 143 158 13.4 14.8
-168

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER
Tabel 4. Hasil analisa gaya dalam pada rangka batang.
No Properti Rangka Batang Aksial (kN)
1 P1.5-2.8 61.32
2 P2-2.8 83.21
3 P2-3.2 94.01
4 P2.5-2.8 105.22
5 P2.5-3.2 119.34
6 P3-2.8 131.46
7 P3-3.2 144.92
8 P4-3.5 212.57
9 P4-4.5 268.55
10 P5-4.0 304.91
11 P5-6.0 419.22
12 P6-4.5 394.98
13 P6-6.0 541
14 P8-5.8 707.35
15 P8-8.2 996.08

Tabel 5. Hasil analisa gaya dalam pada kabel penggantung


Gaya Aksial Tarik Kapasitas Aksial Tarik
No Properti Rangka Batang
(kN) (kN)
1 CAB-1 283 989.80
2 CAB-2 148 539.00
3 CAB-3 109 504.39

3.2.8 Hasil Desain Elemen Struktur Rangka Space Frame Pada SAP 2000
Setelah gaya-gaya yang bekerja pada rangka batang diketahui selanjutnya
adalah melakukan desain rangka-rangka batang terhadap gaya-gaya yang bekerja.
Desain rangka batang ini menggunakan SNI 1729-2002 yang menggunakan metode
LRFD dan berbeda dengan metode ASD yang digunakan oleh konsultan perencana.
Hasil desain elemen struktur rangka batang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER
Tabel 6. Hasil desain rangka batang terhadap gaya-gaya yang bekerja.
No Properti Rangka Batang Stress Ratio
1 P1.5-2.8 0.968
2 P2-2.8 0.966
3 P2-3.2 0.963
4 P2.5-2.8 0.966
5 P2.5-3.2 0.965
6 P3-2.8 0.965
7 P3-3.2 0.968
8 P4-3.5 0.966
9 P4-4.5 0.959
10 P5-4.0 0.967
11 P5-6.0 0.901
12 P6-4.5 0.926
13 P6-6.0 0.961
14 P8-5.8 0.964
15 P8-8.2 0.972

3.2.9 Reaksi-Reaksi Pada Perletakan Pylon dan BasePlate Cable


Reaksi-reaksi yang bekerja pada perletakan pylon dan BasePlate digunakan
untuk desain baseplate dan angker pada pylon ke kolom utama. Reaksi yang bekerja
merupakan reaksi dari beban terfaktor dari beban-beban yang ada. Reaksi – reaksi
tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Reaksi-reaksi perletakan pada Pylon dan BasePlate.
Rx Ry Rz Mx My Mz
No Joint
(kN) (kN) (kN) (kN-m) (kN-m) (kN-m)
1 Base Plate Kabel 10 24 282 0 0 0
154
2 Perletakan Pylon 12 14 144 127 0
-23

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER
3.3 Permodelan dan Analisa Struktur Atap Stadion SSC Bagian Barat

3.3.1 Data Material Pada SAP 2000 V12


Data material yang dimasukkan dalam permodelan SAP 2000 adalah data
material elemen struktur rangka batang dan elemen struktur kabel. Pendefinisian
material tersebut dapat dilihat pada bagian Sub-Bab 2.2. Data yang dimasukkan pada
SAP 2000 dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.6 Input form material rangka batang dan material kabel pada SAP 2000.

3.3.2 Mass Source Pada SAP 2000 V12


Pendefinisian massa bangunan pada SAP 2000 yang digunakan pada
perhitungan massa untuk analisa modal menggunakan pilihan ketiga dimana berat
sendiri akan dihitung oleh struktur sedangkan beban-beban tambahan ditambahkan
dengan pembesaran yang sesuai dengan jenis bebannya. Massa-massa beban yang
dimasukkan adalah :
• Beban Ball Joint : Multiplier 1.0
• Beban Atap : Multiplier 1.0
• Beban CatWalk dan Light : Multiplier 1.0
• Beban Live : Multiplier 0.3

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER

Gambar 3.7 Input form Mass Source untuk analisa modal pada SAP 2000.

3.3.3 Pembebanan Response Spectrum Pada SAP 2000


Pembebanan response spectrum pada SAP 2000 dengan menggunakan zona
wilayah gempa dapat dilihat pada Sub-bab 2.3.1, sedangkan untuk factor pembesaran
bebannya diambil dari formulasi perumusan sebagai berikut :
I 1. 6
LoadFactor = g= (9.8) = 2.85
R 5.5
Load factor tersebut adalah untuk arah gempa yang ditinjau sedangkan arah yang
tegak lurus dari peninjauan gempa tersebut akan dikenakan gempa sebesar 30% dari
arah gempa yang ditinjau sehinga factor pembesaran beban apda arah tegak lurus
gempa yang ditinjau adalah 0.3 x 2.85 = 0.85. Input dari data-data tersebut dapat
dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.8 Input form untuk response spectrum gempa

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER
3.3.4 Pendefinisian Elemen Struktur Rangka Atap
Rangka atap Space Frame yang digunakan merupakan pipa dengan diameter
yang bermacan – macam. Properti rangka batang yang digunakan beserta diameter
dan tebalnya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Properti dari rangka batang space frame
No Properti Rangka Batang Diameter (mm) Tebal Dinding (mm)
1 P1.5-2.8 48.6 2.8
2 P10-6.0 267.4 6
3 P10-9.3 267.4 9.3
4 P2-2.8 60.5 2.8
5 P2-3.2 60.5 3.2
6 P2.5-2.8 76.3 2.8
7 P2.5-3.2 76.3 3.2
8 P20-9.5 508 9.5
9 P3-2.8 89.1 2.8
10 P3-3.2 89.1 3.2
11 P4-3.5 114.3 3.5
12 P4-4.5 114.3 4.5
13 P5-4.0 139.8 4
14 P5-6.0 139.8 6
15 P6-4.5 165.2 4.5
16 P6-6.0 165.2 6
17 P8-5.8 216.3 5.8
18 P8-8.2 216.3 8.2

3.3.5 Pendefinisian Elemen Struktur Cable


Rangka atap Space Frame yang digunakan merupakan pipa dengan diameter
yang bermacan – macam. Properti rangka batang yang digunakan beserta diameter
dan tebalnya dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Properti dari kabel penggantung space frame
No Properti Rangka Batang Diameter (mm)
1 CAB1 38
2 CAB2 28
3 CAB3 26

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER
Secara umum pendefinisian kabel memerlukan gaya tarik awal untuk menjaga
kabel tetap tegang tanpa mengalami lendutan yang besar. Oleh karena itu opsi kabel
yang bisa berubah bentuk digunakan dengan gaya tarik tergantung dari posisi kabel.
Input data gaya tarik yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.9 Input data property kabel penggantung pada SAP 2000.

3.3.6 Pendefinisian Modal Analisis dan Ragam Analisis


Analisis modal menggunakan SAP 2000 diambil sebanyak 30 Mode Shape
untuk menjamin partisipasi massa struktur lebih dari 90 %. Dalam hal ini partisipasi
massa dari struktur diambil 99% terhadap gaya lateral kearah X dan kearah Y. Input
form untuk analisa modal dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER

Gambar 3.10 Input form untuk analisa modal pada SAP 2000.

3.3.7 Hasil Analisa Gaya Dalam Pada Struktur SAP 2000


Hasil gaya dalam pada struktur SAP 2000 ini akan dibagi menjadi tiga
kategori dimana gaya-gaya yang bekerja merupakan beban ultimate yang bekerja
sesuai dengan kombinasi pembebanan yang ada. Hasil analisa gaya dalam pada pylon
dapat dilihat pada Tabel 10, hasil analisa gaya dalam pada rangka batang pada Tabel
12 dan hasil analisa gaya dalam pada kabel penggantung dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 10. Hasil analisa gaya dalam pada pylon.
Aksial Moment X Moment Y Shear X Shear Y
No Pylon
(kN) (kN-m) (kN-m) (kN) (kN)

239
1 P20-9.5 122 113 11.5 10.64
-164

Tabel 11. Hasil analisa gaya dalam pada kabel penggantung


Gaya Aksial Tarik Kapasitas Aksial Tarik
No Properti Rangka Batang
(kN) (kN)
1 CAB-1 181 989.80
2 CAB-2 94 539.00
3 CAB-3 79 504.39

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER
Tabel 12. Hasil analisa gaya dalam pada rangka batang.
No Properti Rangka Batang Aksial (kN)
1 P1.5-2.8 62.77
2 P2-2.8 85.88
3 P2-3.2 97.23
4 P2.5-2.8 108.82
5 P2.5-3.2 123.54
6 P3-2.8 129.48
7 P3-3.2 149.56
8 P4-3.5 219.17
9 P4-4.5 279.19
10 P5-4.0 314.37
11 P5-6.0 464.35
12 P6-4.5 426.11
13 P6-6.0 560.14
14 P8-5.8 721.29
15 P8-8.2 1018.63
16 P10-6.0 945.05
17 P10-9.3 1335.96

3.3.8 Reaksi-Reaksi Pada Perletakan Pylon dan BasePlate Cable


Reaksi-reaksi yang bekerja pada perletakan pylon dan BasePlate digunakan
untuk desain baseplate dan angker pada pylon ke kolom utama. Reaksi yang bekerja
merupakan reaksi dari beban terfaktor dari beban-beban yang ada. Reaksi – reaksi
tersebut dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Reaksi-reaksi perletakan pada Pylon dan BasePlate.
Rx Ry Rz Mx My Mz
No Joint
(kN) (kN) (kN) (kN-m) (kN-m) (kN-m)
1 Base Plate Kabel 8 16 156 0 0 0
164
2 Perletakan Pylon 11 11 117 122 0
-226

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER
3.3.9 Hasil Desain Elemen Struktur Rangka Space Frame Pada SAP 2000
Setelah gaya-gaya yang bekerja pada rangka batang diketahui selanjutnya
adalah melakukan desain rangka-rangka batang terhadap gaya-gaya yang bekerja.
Desain rangka batang ini menggunakan SNI 1729-2002 yang menggunakan metode
LRFD dan berbeda dengan metode ASD yang digunakan oleh konsultan perencana.
Hasil desain elemen struktur rangka batang dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Hasil desain rangka batang terhadap gaya-gaya yang bekerja.
No Properti Rangka Batang Stress Ratio
1 P1.5-2.8 0.979
2 P2-2.8 0.979
3 P2-3.2 0.979
4 P2.5-2.8 0.979
5 P2.5-3.2 0.979
6 P3-2.8 0.979
7 P3-3.2 0.977
8 P4-3.5 0.970
9 P4-4.5 0.975
10 P5-4.0 0.977
11 P5-6.0 0.977
12 P6-4.5 0.978
13 P6-6.0 0.974
14 P8-5.8 0.983
15 P8-8.2 0.971
16 P10-6.0 0.974
17 P10-9.3 0.916

3.4 Pendetilan Analisa dan Desain Elemen Struktur Pylon


Elemen struktur pylon akan didesain berdasarkan gaya-gaya yang bekerja
menggunakan Section Builder 8.0. Beban – beban yang bekerja dapat dilihat pada Tabel
12 diatas. Hasil desain elemen struktur pylon dengan menggunakan Section Builder 8.0
dapat dilihat pada Gambar 3.6 dan 3.7. Dari gambar tersebut terlihata bahwa elemen
struktur pylon dengan penulangan seperti gambar masih cukup kuat menerima beban
yang bekerja pada elemen struktur pylon.

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER

Gambar 3.11. Hasil desain elemen struktur Pylon menggunakan Section Builder 8.0

Gambar 3.12, Kapasitas diagram interaksi kolom composite pada Section Builder 8.0

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER
3.5 Pendetilan Analisa dan Desain Elemen Struktur BasePlate
Perhitungan base plate menggunakan ketentuen yang terdapat dalam AISC-LRFD,
dengan beban yang bekerja diambil dari gaya-gaya yang bekerja pada tiap perletakan
segmen rangka space frame yang terdapat pada tribun sisi barat ( VIP ), lihat gambar
3.13. Posisi base plate / perletakan yang diambil sebagai sampel perhitungan dapat dilihat
pada gambar 3.8. Dari hasil perhitungan tersebut meliputi kebutuhan angker, panjang las
dan panjang penyaluran angker masih memenuhi tebal pelat tipe angker C dan angker D
diganti pelat dengan ketebalan 30 mm.

F
E
B
C&

A
Gambar 3.13. Letak base plate yang dicek kekuatan sambungannya
Hasil rekapitulasi dari perhitungan base plate tersebut dapat dilihat pada Tabel 15,
sedangkan perhitungan yang lebih mendetail dapat dilihat pada lampiran perhitungan base
plate.
Tabel 15. Hasil desain ulang elemen base plate.
Length of
Thickness Max Strut Stress Max Tension Ratio of
No Type Embedment
(mm) (MPa) (1 Bolt) (kg) Anchorage
(cm)
12.95 (Req) 39-0 (Req)
1 A 24,22 < 249 3673 0.219<1
30 (Act) 60-15 (Act)
17.31 (Req) 49-0 (Req)
2 B 8.429 < 249 4602 0.275<1
25 (Act) 60-15 (Act)
27.00 (Req) 52-0 (Req)
3 C&D 6.008<249 4904 0.292<1
25 (Act) 60-15 (Act)
5.73 (Req) 75-14 (Req)
4 E 31.410<249 15005 0.896<1
25 (Act) 75-15 (Act)
19.01 (Req) 35-0 (Req)
5 F 10.160<249 3304 0.198<1
25 (Act) 60-15 (Act)

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER
3.6 Pendetilan Analisa dan Desain Elemen Struktur BallJoint
Pendetilan analisa dan desain ball joint secara keseluruhan cukup kuat kecuali ada 4
titik ball joint yang harus diperiksa kembali apakah sudah benar dimensi dari ball joint
tersebut. Secara umum perhitungan diameter ball joint dalam peninajuan ini
menggunakan metode Mero sehingga bila produsen menggunakan analisa yang lainnya
selama masih dalam kaidah – kaidah ilmu yang ada diperbolehkan. Perumusan empiris
terhadap kebutuhan diameter ball joint menurut mero system dapat dilihat pada
Persamaan 1 dan 2 dibawah ;
2
 d 
D ≥  2 + d1 cot θ + 2ξd1  + η 2 d12 (1)
 sin θ 
2
 ηd 
D ≥  2 + ηd1 cot θ + 2ξd1  + η 2 d12 (2)
 sin θ 
Hasil analisa diameter ball joint sesuai dengan sudut-sudut tiap rangka dianalisa
dengan Excel yang diintegrasikan Microsoft Visual Basic untuk menghitung kebutuhan
diameter ball joint ditiap titik dan hasilnya secara selektif direkapitulasikan pada Tabel 16
sedangkan lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 16. Hasil analisa dan desain diameter ball joint
Diameter Calculate Diameter Provided
No Node Ball Type Check
(mm) (mm)
1 83 124.424 177 N170/177 OK
2 84 71.587 135 N128/135 OK
3 85 64.498 109 N104/109 OK
4 86 71.589 119 N114/119 OK
5 140 143.153 197 N190/197 OK
6 201 97.096 147 N140/147 OK
7 205 180.827 227 N220/227 OK
8 282 147.97 247 N240/247 OK
9 476 79.997 157 N150/157 OK
10 737 52.523 100 N95/100 OK

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER
3.7 Kontrol Gaya Tarik Kabel
Kabel penggantung yang ada harus ditarik terlebih dahulu untuk mendapatkan
tegangan yang mencukupi sehingga lendutan kabel bisa dianggap sangat kecil, Untuk
menentukan gaya tarik kabel yang ada digunakan Persamaan 3 dibawah ini :

T=
PL 
1 +  tan θ + 4f
(1 − 2π) 2

(3)
8f  L 
Dari hasil analisa tiap kabel yang ada maka gaya tarik tiap kabel diambil sesuai
dengan kebutuhan yang ada dan hasilnya ditabelkan pada Tabel 17
Tabel 17 Gaya tarik pada kabel penggantung.
No Kabel ID Gaya Tarik (T) Sag (cm)
1 Cable 2.6 (Timur) 2000 10.274
2 Cable 2.8 (Timur) 2000 4.163
3 Cable 3.8 (Timur) 4000 0.657
4 Cable 2.6 (Barat-Wing) 2000 10.274
5 Cable 2.8 (Barat-Wing) 2000 4.163
6 Cable 3.8 (Barat-Wing) 4000 0.657
7 Cable 3.8 (Barat-VIP) 5000 11.938

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER

IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil kajian ulang terhadap data-data material yang akan digunakan dan
sistem struktur space frame Stadion Utama Surabaya Sport Center maka tim tenaga ahli
struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM, menarik beberapa kesimpulan dan
memandang perlu untuk memberkan beberapa rekomendasi sebagai berikut :
1. Desain struktur atap yang diusulkan oleh pihak kontraktor spesialis space frame yaitu
PT.ADHI-REKON. JO adalah tipe lattice shell dengan sambungan ball joint antar batang
adalah MERO system.
2. Hasil analisa ulang terhadap model struktur dan peninjauan pada penampang –
penampang pipa, pylon, dan kabel yang digunakan pada model struktur atap stadion
utama Surabaya Sport Center menunjukkan bahwa stress ratio penampang terpilih yang
paling besar akibat kombinasi beban mati, beban hidup, dan beban angin adalah 0.973 (
AISC-LRFD). Stress ratio antara 0.900~0.973 ada sekitar 5.97%, sedangkan stress ratio
antara 0.500~0.900 ada sekitar 51.04% sedangkan stress ratio lebih kecil dari 0,500 ada
42.98% . Oleh karena itu secara struktural model struktur atap ini cukup stabil saat
menerima kemungkinan beberapa kombinasi beban yang bekerja.
3. Untuk elemen struktur ball joint ada beberapa joint yang harus diganti dengan ball joint
yang lebih besar, diantaranya adalah ball joint dengan nomor ID 1306,1307,1359 dan
1360 yang semula berukuran N170/177 diganti dengan N240/247. Penempatan ball joint
tersebut ada pada area tribun sisi timur.
4. Analisa ulang terhadap detail komponen struktur base plate Tipe C&D (lihat Gambar
3.13) perlu adanya perubahan tebal base plate yang semula 25 mm diganti dengan 30 mm,
hal ini untuk memenuhi syarat ketebalan base plate yang sesuai dengan beban yang ada.
Lebih detilnya tentang analisa ini dapat dilihat pada lampiran.
5. Pada tahap pelaksanaan pemasangan kabel penggantung harus ditarik terlebih dahulu
sesuai dengan gaya-gaya kabel pada Tabel 17 untuk menjamin pada saat struktur selesai
kabel dapat bekerja sebagaimana mestinya.
6. Adanya penempatan talang pada sisi tepi bawah struktur atap stadion utama ini perlu
ditinaju ulang, mengingat penempatan talang sesuai gambar yang ada mempengaruhi
kekakuan pertemuan struktur pipa space frame dengan kabel penarik pylon. Jadi kami
menyarankan agar konstruksi talang tersebut kalau tidak dipasang pada area pertemuan

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM


LAPORAN KAJIAN DESAIN STRUKTUR ATAP
STADION UTAMA SURABAYA SPORT CENTER
space frame dan kabel yang mengakibatkan perlemahan pada elemen struktur rangka
space frame yang ada.
7. Pada tahap pelaksanaan konstruksi hendaknya semua material space frame yang
digunakan memiliki hasil uji mutu material mengenai lentur, geser, axial dan fatigue
(Kelelahan) sesuai dengan standar yang berlaku (SNI, ASTM).
8. Untuk keperluan pemeliharaan dan menjamin stabilitas kolom VIP maka perlu diberikan
tambahan balok pengaku di setengah tinggi kolom.

Demikian rekomendasi ini dibuat untuk ditindak lanjuti sebagai peninjauan ulang
terhadap struktur atap bangunan SSC, besar harapan kami dengan adanya rekomendasi ini
pembangunan Surabaya Sport Center ini dapat dilaksanakan dengan lancar tanpa kendala
yang berarti.

Surabaya, 28 Mei 2009

Ir. M. Noer Ilham, MT


Ketua Tim

Tim Ahli Struktur Program Diploma Teknik Sipil FT UGM

Anda mungkin juga menyukai