BAB V
PELAKSANAAN PEKERJAAN
fungsinya untuk mengangkut material yang berat seperti baja tulangan, bekisting, dan juga
digunakan untuk membantu proses pengecoran.
Berdasarkan kurva s rencana total bobot pekerjaan beton (kolom, balok dan pelat),
pembesian serta bekisting sebesar 89.236% dengan jumlah 33 lantai,sehingga bobot
pekerjaan satu lantai didapat dengan membagi sejumlah lantai yaitu sebesar 2,70%.
Selama kurun waktu 60 hari kerja praktek bobot total pekerjaan beton(kolom balok dan
pelat), pembesian serta bekisting sebesar 14,141%. Dengan demikian didapatkan bobot
perkerjaan per hari selama kerja praktek berlangsung sebesar 0,23%. Sebelum dilakukan
perhitungan perencanaan kebutuhan bahan alat dan pekerja harus mengetahui target waktu
untuk pekerjaan satu lantai. Target waktu yang direncanakan dapat dihitung dengan cara:
progress satulantai
waktu= x durasi waktu kerja praktek
progress sel ama kerja praktek
2,70
waktu= hari=117 hari=12 hari
0,23
1. Identifikasi jenis dan jumlah bahan. Pemesanan suatu bahan harus didahului
dengan proses pengamatan dan pemilihan bahan sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan desain. Setelah diketahui spesifikasi bahan yang digunakan,
maka dilanjutkan dengan penentuan jumlah bahan yang dibutuhkan untuk setiap
pekerjaan konstruksi. Perhitungan jumlah kebutuhan bahan disesuaikan dengan
rencana pekerjaan yang nantinya akan dibagi berdasarkan satuan yang tersedia
di pasaran, dalam hal ini bahan yang disediakan oleh supplier.
2. Pertimbangan akan kualitas bahan biasanya didasarkan pada nama baik produsen
dan supplier yang menyediakan bahan bermutu baik, yang telah diketahui oleh
kontraktor.
3. Faktor harga menjadi hal yang perlu dipertimbangkan karena semakin murahnya
harga bahan maka biaya pengeluaran proyek dapat diperkecil. Hal ini tentu saja
akan menguntungkan kontraktor. Saat kontraktor memutuskan untuk
menggunakan bahan dengan harga termurah, aspek kualitas bahan tidak boleh
dikesampingkan.
4. Waktu pengiriman bahan sejak pemesanan dilakukan juga harus menjadi
pertimbangan. Walaupun lokasi supplier dekat dengan proyek, namun jika pihak
supplier tidak tanggap merespon pemesanan dan pendistribusian bahan, maka
ada kemungkinan schedule akan terganggu akibat keterlambatan pengadaan
bahan.
Dalam perencanaan kebutuhan bahan terdiri dari perencanaan kebutuhan beton ready
mix, kebutuhan besi tulangan beton, kebutuhan panel beskisting dan kebutuhan
scaffolding.
langsung dibayar di lokasi proyek saat proses pengecoran berlangsung. Kedatangan beton
ready mix telah terjadwal, sehingga pihak kontraktor lebih mudah dalam menghubungi
supplier ketika dibutuhkan dalam proses pengecoran.
Jumlah pemesanan beton ready mix sesuai dengan volume pekerjaan pengecoran per
zona yang telah siap untuk melakukan pengecoran. Pemesanan beton ready mix dibagi
menjadi 2 tahap, yaitu beton ready mix untuk pengecoran kolom sebesar 15,6 m 3(37440 kg
) yang mengunakan concrete bucket dan beton ready mix untuk pengecoran balok dan pelat
lantai sebesar 88,8 m3(213120 kg ) yang mengunakan concrete pump untuk lantai 1 sampai
20 dan concrete bucket untuk lantai 21 sampai 33.
C. Scaffolding
Cara paling tepat dalam menghitung kebutuhan scaffolding adalah dengan mapping
kebutuhan scaffolding. Cara ini dilakukan dengan melihat gambar bangunan yang akan
dipasang scaffolding kemudian diplot ukuran scaffolding pada gambar tersebut. Ukuran
standar luasan scaffolding adalah 1,2 m x 1,8 m dengan tinggi 1,7 m yang masih bisa
ditambah/disesuaikan dengan jack base maupun u-head.
Pada pekerjaan struktur, seperti scaffolding balok dan plat yang harus diutamakan
terlebih dahulu adalah balok. Kebutuhan scaffolding tiap masing-masing balok di mapping
dan dihitung. Kemudian baru plat apabila masih cukup ruang untuk scaffolding. Apabila
tidak muat ruangnya, dapat diganti dengan pipa support untuk lebih memperkuat struktur
perancah. Kemudian lihat ketinggian struktur, apakah perlu pasang satu, dua, tiga atau
berapa tingkat scaffolding. Langkah akhir adalah dengan menghitung keseluruhan
FF 1500-
1500 200 3 12,01
200
FF 1200-
1200 600 3 27,55
600
FF 1200-
1200 450 3 21,02
450
FF 1200-
1200 300 3 14,48
300
FF 1200-
1200 200 3 9,66
200
Tower Crane adalah suatu alat bantu yang ada hubungannya dengan akses bahan dan
material konstruksi dalam suatu proyek. Bila dijabarkan lebih lanjut, fungsinya lebih dekat
terhadap alat mobilisasi vertikal-horisontal yang amat sangat membantu didalam
pelaksanaan pekerjaan struktur
Pada Proyek Apartemen Taman Melati digunakan 1 buah tower crane untuk
membantu mempercepat pelaksanaan konstruksi sesuai dengan target yang dijadwalkan.
Tower crane mempengaruhi kegiatan pengecoran, penulangan, dan bekisting, karena tower
crane berfungsi dalam mengangkut alat dan bahan dalam pekerjaan tersebut. Tower crane
ini juga memiliki jangkauan yang berbeda, sehingga penggunaan 1 buah tower crane
memudahkan dalam menjangkau area proyek luas. Letak dan jangkauan tower crane dapat
dilihat pada Gambar 5.1. Dalam penentuan jumlah tower crane berikut merupakan tahapan
perhitungannya:
Kapasitas
N Target Waktu yang
Pekerjaan Tower Crane
o Volume(V) dibutuhkan(
Per Jam(Q)
T=V/Q)
1 Pengecoran kolom 37440 kg 25200 kg/jam 1,48 jam
m3 / jam
2 Pengecoran balok dan 213120 kg 25200 kg/jam 8,45 jam
pelat lantai m3 / jam
Kapasitas
N Target Waktu yang
Pekerjaan Tower Crane
o Volume(V) dibutuhkan(
Per Jam(Q)
T=V/Q)
1 Pembesian kolom 64077,42 kg 18000 kg/jam 3,54 jam
2 Pembesian balok dan pelat 110765,02 kg 18000 kg/jam 6,08 jam
lantai
3 Bekisting 9441.18 kg 18000 kg/jam 0,48 jam
4 Skafolding 30618 kg 18000 kg/jam 1,68 jam
Total 11,78 jam
Jadi total waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut selama
11,78 jam. Waktu tersebut lebih cepat dari waktu yang ditargetkan yaitu selama 240
jam kerja selama 24 hari,sehingga cukup digunakan satu buah tower crane.
B. Concrate Pump
Concrete pump digunakan dalam proses pengecoran dalam ketinggian tertentu.
Penentuan jumlah concrete pump dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
Dimana :
q = kapasitas produksi per siklus (m3)
qbucket = kapasitas pompa (m3)
k = faktor pompa
6. Perhitungan kapasitas produksi
Kapasitas produksi per jam dapat dihitung dengan rumus:
q x 60 x E
Q=
cm
Dimana :
q = produksi per siklus concrete pump
E = efisiensi alat (tergantung kondisi alat)
cm = waktu siklus (menit)
Q = kapasitas alat (m3/jam)
Untuk kapasitas alat concrete pump di proyek Apartemen Taman Melati Surabaya
sebesar 10 m3/jam atau 24000 kg/jam
7. Kebutuhan Alat
Jumlah kebutuhan alat merupakan target produksi dibagi kapasitas produksi.
P
Jumlah Alat=
Q
Dimana :
P = target produksi (m3/jam)
Q = kapasitas alat (m3/jam)
Pada pekerjaaan pengecoran balok dan plat lantai dengan volume pekerjaan
213120 kg dan kapasitas alat concrete pump 24000 kg/jam diperlukan selama 8,8 jam
untuk menyelesaikan pekerjaan. Waktu tersebut lebih cepat dari waktu yang
ditargetkan yaitu selama 10jam kerja untuk 1 hari, sehingga cukup digunakan satu
buah concrete pump.
C. Concrete Vibrator
Pada prinsipnya penentuan jumlah alat concrete vibrator harus disesuaikan dengan
volume, kecepatan dan pembagian lokasi pengecoran (misal dilakukan pengecoran di
beberapa lokasi elemen struktur terpisah), dan sebagai acuan jumlah minimun di tiap lokasi
pengecoran, dapat digunakan acuan dari standar PU Divisi 07 (Struktur) sebagai berikut :
Jumlah minimal alat = 2 buah untuk kecepatan pengecoran sampai 4 m3/jam per
lokasi.
Tabel 5.5 Indeks Pekerja Sesuai Jenis Pekerjaan dan Posisi per Zona
Indeks
Pekerja/ Total Durasi Jumlah
Jenis
Posisi Satuan Volume Pekerjaa Pekerj
Pekerjaan
Volume Pekerjaan n (Hari)* a
(jam)
Bekisting Mandor 0,033 412,4 m2 4 1
Tukang 0,66 412,4 m2 4 7
Pembesian Mandor 0,004 29140,24 Kg 4 3
Indeks untuk kebutuhan pekerjaan khusus dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Jumlah Jumlah
Indeks Pekerja
Jenis Pekerjaan Posisi Kebutuhan Alat Pekerja
Khusus (koefisien)
Operator
2 1 2
TowerCrane
Pengangkutan/ Asisten
2 1 2
Pengecoran Operator
Operator
1 3 3
Vibrator
5.4 Pelaksanaan Pemasangan Bouwplank
Pekerjaan Pemasangan Bouwplank meliputi beberapa kegiatan pelaksanaan antara
Lain :
1. Pengukuran Horizontal
2. Pengukuran Vertikal
5.4.1 Pengukuran Horisontal
Pengukuran Horisontal pada pekerjaan pemasangan bouwplank adalah sebagai
berikut :
1. Gambar rencana berupa denah memiliki syarat minimal terdapat dua buah titik
BM (benchmark).
2. Gambar rencana tersebut dibuat gambar kerja berupa bouwplank, diberi jarak 1m
dari as bangunan dan diberi nama A,B,C, dan D pada sudut-sudut gambar kerja
tersebut. Tarik garis antara titik BM 1 terhadap titik BM 2, A,B,C dan D
kemudian hitung besar besarnya sudut masing-masing titik yaitu <A, <B, <C, dan
<D dan panjang garis masing-masing yaitu LA, LB, LC dan LD. Data catat data
dari hasil pengukuran pada gambar kerja tersebut. Untuk lebih jelas mengenai
pengukuran pada gambar kerja dapat lihat pada Gambar 5.4.
3. Alat-alat yang digunakan di lapangan dalam pengukuran horizontal bouwplank
meliputi theodolite, jalon, dan meteran serta gambar kerja.
4. Langkah untuk pengukuran horizontal bouwplank di lapangan adalah:
B C
2
Patok Bantuan
A D
meteran
Letakan waterpass diantara titik BM1 dan titik A, kemudian letakan bak ukur
diatas BM1. Dimisalkan elevasi dari BM 1 adalah +1 m. Tembak bak ukur yang
diletakkan diatas BM 1 dengan menggunakan waterpass. Jika angka yang terbaca
adalah 1,5, artinya tinggi dari atas BM 1 ke bak ukur yang ditembak adalah 1,5 m
dan elevasi bak ukur yang ditembak adalah +2,5 m. Langkah selanjutnya yaitu
letakan bak ukur disamping patok A yang akan dicatentukan elevasinya dengan
menggunakan waterpass tembak dan baca angka pada bak ukur. Jika angka yang
terbaca adalah 2,5 artinya tinggi bak ukur yang ditembak adalah 2,5 m. Hitung
elevasi tanah di patok A dengan cara hitung selisih antara elevasi bak ukur di BM
1 dan angka bak ukur pada patok A sehingga elevasi tanah di patok A adalah +
0,0. Selanjutnya yaitu menentukan elevasi patok. Dimisalkan elevasi patok yang
direncanakan adalah + 1,5 m, maka dengan menempatkan bak ukur di titik A dan
tandai pada angka 1,5 di bak ukur menggunakan spidol sehingga elevasi patok
menjadi + 1,5 m. Selanjutnya yaitu lakukan cara yang sama terhadap patok B, C
dan D. Untuk lebih jelasnya lihat pada Gambar 5.6.
+2,5 m
+ 1,5 m
+1m
+ 0,0
BM 1 Waterpass Patok A
Penanaman fine angle dan base section kedalam lubang pondasi, kemudian di-cor.
Setelah semua bagian terpasang, pada saat akan menaikkan ketinggian menyesuaikan
dengan ketinggian bangunan, tahapan selanjutnya adalah:
Climbing crane akan mengangkat kabin keatas sehingga terdapat ruang kosong
diantara kabin dan mast section.
Kemudian boom mengangkat sebuah mast section untuk kemudian diletakkan pada
ruang kosong tadi.
Yang terbaca di
bak ukur harus 4
Yang terbaca di
bak ukur adalah 1
+1
Bouwplank Waterpass
-2
Bak Ukur
Beton decking
Lampu penerangan
Kerucut Abrams, untuk pengujian slump
Cetakkan silinder beton, untuk sempel beton.
3. Persiapan Tenaga Kerja
Dalam pekerjaan pengecoran dibutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak dari
pekerjaan lain. Oleh karena itu, tenaga kerja yang ada harus ditambah sebelum
pengecoran dilakukan.
4. Pembersihan Lokasi Pengecoran
Tempat-tempat yang akan dicor beserta tulangan yang terpasang harus
dibersihkan terlebih dahulu dari potongan kawat, serbuk gergaji, potongan kayu,
dan bahan-bahan lainnya yang tidak terpakai. Cara pembersihannya dengan
menggunakan semprotan udara dari air compressor.
B. Pelaksanaan Pengecoran
Tahapan-tahapan pengecoran meliputi :
1. Pelaksanaan pengecoran menggunakan concrete pump yang menyalurkan
beton ready mix dari mixer truck ke lokasi pengecoran. Pipa concrete pump
dirangkai menggunakan klem sesuai ukuran yang dikehendaki untuk posisi
pengecoran.
2. Sebelum pengecoran beton, dilakukan pengujian slump terhadap beton yang
datang ke lokasi. Nilai slump test hasilnya tidak boleh lebih dari 12+ 2 cm.
3. Setelah slump yang didapat memenuhi standar, maka dilakukan pengambilan
sempel beton. Pengambilan sempel dengan bentuk silinder beton dengan
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebanyak 3 buah dari setiap mixer untuk uji
tekan beton.
4. Setelah pengujian slump dan pengambilan sempel selesai dilakukan, maka
beton tersebut siap untuk digunakan.
5. Beton dituang dari concrete mixer ke lokasi pengecoran dengan
menggunakan concrete pump, dan kemudian dilakukan pemadatan beton
menggunakan concrete vibrator agar beton merata pada seluruh bagian yang
dicor dan untuk menghindari terjadinya keropos pada beton. Ketentuan-
ketentuan yang berkaitan dengan pemadatan antara lain :
Pelaksanaan pengecoran dapat dilihat pada Gambar 5.12.
C. Perawatan Beton
Pada saat masa pengikatan awal yaitu pada saat beton mulai mengeras, dilakukan
proses perawatan beton atau curing dengan pemberian air pada permukaan beton pile cap.
Perawatan beton atau curing dilakukan untuk menghindari :
1. Kehilangan zat cair yang banyak pada proses awal pengerasan beton yang akan
mempengaruhi proses pengikatan awal beton
2. Penguapan air dari beton pada saat pengerasan beton pada hari pertama
3. Perbedaan temperatur dalam beton, yang mengakibatkan retak pada beton.
5.7 Pekerjaan Lantai Basement dan Tie Beam
Pekerjaan lantai basement dan Tie Beam melibatkan beberapa kegiatan pelaksanaan
antara lain :
1. Pekerjaan galian , meliputi pengukuran horizontal, vertikal dan galian
2. Penulangan lantai basement dan Tie Beam.
3. Bekisting lantai basement dan Tie Beam.
4. Pengecoran lantai basement dan Tie Beam yang terdiri dari persiapan,
pelaksanaan, dan perawatan beton.
5.7.1 Pekerjaan Galian Lantai Basement dan Tie Beam
Pekerjaan pengukuran lantai basement dan Tie Beam dilakukan sesuai dengan
gambar yang telah direncanakan. Adapun pekerjaan pengukuran lantai basement terdiri
dari :
1. Pengukuran Horisontal
2. Pekerjaan Galian
3. Pengukuran Vertikal
A. Pengukuran Horizontal
Pengukuran ini bertujuan agar lantai basement dan Tie Beam sesuai pada as yang
telah direncanakan. Cara kerja pengukuran horizontal lantai basement dan Tie Beam sama
dengan pengukuran horizontal pile cap sehingga dapat dilihat pada 5.6.1 point A.
B. Pekerjaan Galian
Pekerjaan galian dapat dilihat pada 5.6.1 point B
C. Pengukuran Vertikal
Pengukuran vertikal dapat dilihat pada 5.6.1 point C.
5.7.2 Penulangan Lantai Basement dan Tie Beam
Pekerjaan penulangan pada lantai basement dan Tie Beam dilakukan secara
langsung ditempat yang akan dikerjakan. Penulangan lantai basement dan Tie Beam
meliputi pekerjaan pabrikasi, dan pemasangan tulangan.
A. Pabrikasi
Pabrikasi tulangan adalah pekerjaan besi/tulangan yang meliputi pembuatan bar
bending schedule (rencana pembengkokan tulang), pemeriksaan tulangan, pekerjaan
pemotongan besi tulangan dan pembengkokkan besi tulangan yang sesuai dengan bar
bending schedule. Pekerjaan pabrikasi adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan Bar Bending Schedule
Bar bending schedule adalah rencana pemotongan dan pembengkokan tulangan
juga termasuk berat, panjang, dan segala kebutuhan yang berhubungan dengan
pembesian Bar bending schedule dapat dilihat pada lampiran Tabel 5.9 dan Tabel
5.10.
2. Pemeriksaan Tulangan
Pemeriksaan tulangan dapat dilihat pada 5.6.4 point A2.
3. Pemotongan Tulangan
Pemotongan tulangan dapat dilihat pada 5.6.4 point A3.
4. Pembengkokkan Tulangan
Pembengkokkan tulangan dapat dilihat pada 5.6.4 pointA4.
B. Pemasangan tulangan
Perangkaian tulangan lantai basement dan Tie Beam dikerjakan langsung di lokasi
tempat yang akan dibangun. Pemasangan tulangan lantai basement dan Tie Beam dapat
dilihat pada Gambar 5.13. Langkah-langkah pemasangan tulangan sebagai berikut:
1. Besi tulangan disiapkan.
2. Pekerjaan pemotongan tulangan dilakukan dengan bar cutter
sedangkanpembengkokan tulangan dilakukan dengan menggunakan bar bender.
3. Panjang pemotongan tulangan pelat adalah sepanjang pelat. Jika terdapat
sambungan, maka panjang lewatan untuk sambungan sebesar 40 x D.
4. Setelah proses pemotongan dan pembengkokkan tulangan selesai dilakukan, maka
tulangan-tulangan tersebut ditempatkan pada lokasi lantai basement.
5. Tulangan kemudian dirangkai, dilanjutkan dengan pemasangan beton decking.
6. Beton decking diikatkan dengan tulangan bawah sesuai ketebalan selimut beton
yaitu 5 cm.
7. Tulangan lantai basement diikat dengan menggunakan kawat bendrat.
Pemasangan tulangan perlu diperhatikan pada daerah tumpuan area droppanel
dengan panjang penyaluran tulangan 30 x D13 pada tulangan atas.
8. Untuk ikatan antara tulangan atas dan tulangan bawah pada area pelat lantai dan
drop panel dipasang tulangan kaki ayam (D13-150).
9. Elevasi tulangan pelat lantai dan ketebalan selimut beton dicek, jangan sampai ada
tulangan yang menempel pada lantai kerja dan selimut beton yang terlalu tebal.
10. Kaki relat yang berbentuk T besi D 10 dipasang dan dilas pada tulangan bertumpu
di atas beton decking dengan jarak antar kaki relat 50 cm.
11. Kaki relat yang berbentuk T besi D 10 dipasang dan dilas pada tulangan bertumpu
di atas beton decking dengan jarak antar kaki relat 50 cm.
12. Besi pipa O 2 cm (relat) dipasang dengan cara diikatkan terhadap kaki relat, jarak
antar relat 2,5 m dengan tinggi relat sesuai dengan elevasi top lantai. Kemudian
elevasi relat dicek dengan menggunakan waterpass.
13. Ujung lapis tulangan dimasukkan ke dalam tulangan tie beam (dengan
penjangkaran sepanjang 30 x D16).
Detail penulangan lantai basement dan Tie Beam dapat dilihat pada Gambar 5.14.
dapat dilakukan dengan cara menekuk tulangan pada kolom yang mengalami pergeseran
untuk dikembalikan ke posisi semula.
Cara pengukuran marking adalah sebagai berikut :
1. Letakkan theodolite dengan jarak 1 m dari as kolom (jarak pinjaman terhadap sb
x dan y) sebagai titik berdirinya alat.
2. Arahkan theodolite ke bak ukur A lalu set untuk 00 (sebagai sumbu X).
3. Tanpa berpindah tempat arahkan theodolite ke bak ukur B hingga menunjukkan
900 kemudian tarik garis lurus (sebagai sumbu Y).
4. Selanjutnya ukur jarak masing-masing as kolom sesuai gambar rencana dengan
menggunakan meteran. Maka akan didapatkan as A,B,C,D dst.
5. Dari as A,B,C,D dst dapat diketahui letak kolom.
Pinjaman
Bak ukur
Pinjaman
Pengukuran vertikal dilakukan agar tinggi dan dimensi dinding shear wall dan
kolomyang akan dibuat sesuai dengan gambar rencana dan posisinya tegak lurus dengan
pelat lantai. Alat yang digunakan adalah meteran, benang dengan unting-unting, dan kayu.
Adapun cara pengukuran ini adalah sebagai berikut :
1. Pasang bekisting kolomsesuai dengan marking. Lakukan pengaturan bekisting
agar tegak lurus dengan pelat lantai. Caranya dengan menggunakan benang
yang diberi unting-unting dan digantung pada kayu penyangga. Lalu ukur jarak
benang dengan bekisting. Jarak bagian atas harus sama dengan jarak bagian
bawah. Ukur tinggi kolomyang akan dikerjakan sesuai dengan gambar rencana
menggunakan meteran
2. Setelah bekisting tegak lurus, maka kita melakukan pelurusan tulangan dengan
menggunakan meteran. Ukur jarak tulangan dengan bekisting. Semua jarak
harus sama. Setelah tegak, maka ganjal tulangan dengan kayu agar tidak
bergerak saat pengecoran. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat Gambar 5.16.
Pengukuran dimensi-dimensi dinding basement dankolom bertujuan agar ukuran
dinding basement dankolom sesuai dengan gambar rencana. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan meteran dengan mengukur panjang, lebar, tinggi dari setiap dinding
basement dankolom sebelum dilakukan pengecoran
Kayu Penyangga
Meteran
Unting-unting
Gambar 5.17
Sketsa
Pengukuran
Vertikal
Kolom
Pengukuran vertikal untuk keseluruhan gedung dilakukan agar tinggi dan dimensi
kolom keseluruhan lantai yang akan dibuat sesuai dengan gambar rencana dan posisinya
tegak lurus. Sketsa pengukuran dapat dilihat pada Gambar 5.18.
Alat yang digunakan adalah total station dan bak ukur. Adapun cara pengukuran ini
adalah sebagai berikut :
1. Pasang total station di lantai dasar
2. Tembak total station ke kolom dibawah lantai yang baru di cor lalu dicatat.
3. Tembak total station ke kolom yang baru di cor catat hasilnya.
4. Cocokan dengan gambar rencana, eleveasi harus sesuai dengan gambar rencana.
5. Lakukan pengukuran tersebut untuk semua sisi bangunan.
5. Sebelum pemasangan bekisting perlu dipasang beton tahu. Beton tahu dipasang
setiap jarak 1 meter. Beton tahu digunakan untuk menghasilkan selimut beton.
Penulangan shear wall dan kolom dapat dilihat pada Gambar 5.19.
kayu, kelurusan, dan pola serat kayu, sedangkan alat yang digunakan adalah
meteran.
4. Perakitan Bekisting
Perakitan bekisting dalam hal ini adalah perakitan bahan-bahan bekisting yang telah
disebutkan diatas menjadi panel-panel yang siap untuk dipasang.
Pada proyek Taman Melati digunakan bekisting dengan sistem knock down,
sehingga bekisting hanya tinggal dirakit dan dikencangkan dengan baut kuncian di lokasi
pemasangan shear wall dan kolom.
B. Pemasangan Bekisting
Pemasangan bekisting dilakukan setelah tulangan selesai dipasang. Pemasangan
bekisting diatur sesuai dengan dimensi yang direncanakan. Pemasangan dengan
menggabungkan segmen-segmen bekisting dengan memasukkan gigi kuncian yang
terdapat di pinggir segmen bekisting kedalam lubang yang ada di plat bekisting lalu
kencangkan dengan baut kuncian. Setelah itu pasang pengaku bekisting. Dalam
pemasangan bekisting kolom hal-hal yang perlu diperhatikan adalah ;
1. Kerapatan antar panel pada sudut bekisting
2. Cek kerapatan dan kerataan sambungan panel dan jarak antar sabuk kolom
3. Kebersihan permukaan plywood dan pelumasan
Pemasangan bekisting kolom dapat dilihat pada Gambar 5.10
Pengecoran beton pada proyek ini menggunakan beton ready mix. Oleh karena itu,
dilakukan pemesanan beton sesuai dengan spesifikasi kualitas beton. Dalam proyek
ini pekerjaan kolom menggunakan beton dengan mutu fc 42 MPa.
2. Persiapan Alat-alat Pengecoran
Perisapan alat-alat Pengecoran dapat dilihat pada 5.6.5 point A2.
3. Persiapan Tenaga Kerja
Persiapan tenaga kera dapat dilihat pada 5.6.5 point A3.
4. Pembersihan Lokasi Pengecoran
Permbersihan lokasi kerja dapat dilihat pada 5.6.5point A4.
B. Pelaksanaan Pengecoran
Tahapan-tahapan pengecoran meliputi :
1. Mixer truck dipersiapkan pada lokasi pengecoran
2. Vibrator dipersiapkan untuk memadatkan beton
3. Sebelum pengecoran beton, dilakukan pengujian slump terhadap beton yang datang
ke lokasi. Nilai slump test dilokasi proyek hasilnya tidak boleh labih dari 12+ 2 cm.
4. Setelah slump yang didapat memenuhi standar, maka dilakukan pengambilan
sempel beton. Pengambilan sempel dengan bentuk silinder beton dengan diameter
15 cm dan tinggi 30 cm sebanyak 3 buah dari setiap mixer untuk uji tekan
beton.
5. Setelah pengujian slump dan pengambilan sempel selesai dilakukan, maka beton
tersebut siap untuk digunakan.
6. Dalam pembangunan proyek Apartemen Taman Melati proses pengecorannya
beton dari mixer truck yang sudah diuji dan lolos spesifikasi slump test, dituang
kedalam bucket yang disampingnya terdapat pekerja yang nantinya akan menuang
beton ke dalam bekisting kolom. Setelah dituang ke dalam bucket, bucket dan
pekerja diangkat menggunakan towercrane menuju bagian atas kolom yang akan
di cor. Setelah sampai diatas kolom kemudian di tuang secara langsung ke dalam
bekesting shear wall dan kolom dan kemudian dilakukan pemadatan beton
menggunakan concrete vibrator agar beton merata pada seluruh bagian yang dicor
dan untuk menghindari terjadinya keropos pada beton. Sketsa metode pengecoran
kolom dan shearwall bisa dilihat pada Gambar 5.21. Proses pengecoran kolom
dapat dilihat pada Gambar 5.22.
Tower Crane
Bucket
Kolom
4. Pengecoran balok dan pelat lantai meliputi persiapan, pelaksanaan, perawatan beton
dan pembongkaran bekisting.
5.9.1 Pekerjaan Pengukuran
Pengukuran pada balok dan pelat lantai bertujuan agar balok dan pelat lantai sesuai
dengan gambar rencana.Adapun pekerjaan pengukurannya meliputi pengukuran horizontal,
pengukuran vertikal dan dimensi.
A. Pengukuran Horizontal
Pengukuran ini bertujuan agar balok sesuai pada as yang telah direncanakan.
Pengukuran dilakukan dengan mengikuti as kolom yang telah jadi.As kolom dijadikan
patokan agar as balok sesuai dengan gambar.Caranya dari as kolom yang telah ada, kita
lakukan pengukuran dengan meteran berapa jarak as balok dari as kolom, setelah itu tarik
garis dengan menggunakan benang.
Pemasangan bekisting balok dan pelat lantai ini dilakukan setelah perancah
(scaffolding) dan kayu penumpu selesai dipasang, sehingga bekisting dapat datar dan rata.
Pemasangan bekisting balok dan pelat lantai dapat dilihat pada Gambar 5.27. Bagian-
bagian yang digunakan untuk pemasalahan scaffolding bias dilihat pada Tabel 5.15.
A. Persiapan Pengecoran
Persiapan pengecoran adalah pekerjaan yang dilakukan sebelum pelaksanaan
pengecoran dilaksanakan.Tahapan-tahapan persiapan pengecoran meliputi :
1. Pemesanan Beton Ready Mix
Pengecoran beton pada proyek ini menggunakan beton ready mix. Oleh karena itu
dilakukan pemesanan beton sesuai dengan spesifikasi kualitas beton.
2. Persiapan Alat-Alat Pengecoran
Persiapan alat-alat Pengecoran dapat dilihat pada 5.6.5 point A2.
3. Persiapan Tenaga Kerja
Persiapan Tenaga Kerja dapat dilihat pada 5.6.5 point A3.
4. Pembersihan Lokasi Pengecoran
Pembersihan Lokasi Pengecoran dapat dilihat pada 5.6.5 point A4.
B. Pelaksanaan Pengecoran
Proses pengecoran balok dan pelat lantai menggunakan concrete pump atau bucket
dengan ready mix. Sebelum proses pengecoran dilaksanakan, maka perlu dilakukan hal hal
seperti di bawah ini :
4. Setelah beton keluar dari concrete pump diratakan dengan alat perata sesuai
dengan tinggi pengecoran yang sudah ditentukan. Dalam meratakan adukan
beton sesuai dengan ukuran dimensi pelat lantai, yaitu 15 cm, pengukuran
tebal pelat lantai menggunakan tongkat dengan ukuran ketinggian dan alat
auto level.
Metode pengecoran balok dan pelat lantai dapat dilihat pada Gambar 5.29.