Anda di halaman 1dari 47

Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

BAB V
PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1 Uraian Umum


Tahapan pelaksanaan merupakan realisasi dari perencanaan yang dilaksanakan oleh
kontraktor setelah mendapat Surat Perintah Kerja. Pelaksanaan pekerjaan konstruksi
membutuhkan pengaturan serta pengawasan pekerjaan yang baik, sehingga dapat
diperoleh hasil yang maksimal. Pada Proyek ini bertindak sebagai kontraktor pelaksana
ialah PT. Adhi Persada Gedung dan sebagai konsultan Supervisi ialah PT. Paramaloka
Konsultan.
Pelaksanaan pekerjaan ini sangat menentukan keberhasilan dari suatu proyek, oleh
karena itu perlu adanya suatu koordinasi pelaksanaan kegiatan pekerjaan.Koordinasi harus
dilaksanakan dan diatur agar tercipta pelaksanaan pekerjaan yang efisien dan ekonomis.
Dalam bab ini, penulis akan menguraikan pelaksanaan pekerjaan dilapangan yang
diamati selama kerja praktekmeliputi:
1. Manajemen penataan area proyek
2. Perencanaan kebutuhanalat, bahan dan pekerja
3. Pelaksanaan pemasangan bouwplank
4. Pelaksanaan pemasangan tower crane
5. Pelaksanaan pekerjaan pile cap, lantai basement, shearwall, kolom, balok dan plat
lantai
6. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

5.2 Manajemen Penataan Area Proyek


Manajemen penataan area proyek adalah suatu sistem manajemen di lapangan yang
mengatur tentang tata letak fasilitas, jalan kerja, dan sarana prasarana lainnya pada proyek.
Perencanaan manajemen penataan area proyek merupakan hal yang penting dalam
pelaksanaan proyek konstruksi, agar pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat berjalan
dengan lancar, aman, efektif dan efisien. Manajemen penataan area proyek pada Proyek
Pembangunan Apartment Taman Melati dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Area Apartment Taman Melati terdapat 1 pintu gerbang untuk mobilisasi alat dan
bahan material.Alat dan bahan material yang datang ditempatkan di dalam gudang
penyimpanan seperti kawat bendrat, alat pelindung diri, solar, sterofoam, dan lain
sebagainya. Material yang memiliki ukuran besar dan banyak ditempatkan di sekitar area
proyek yang sebelumnya diberikan alas seperti tumpukan kayu untuk tempat baja tulangan
seperti yang terlihat pada Gambar 5.1. Pada proyek ini digunakan 1 buah tower crane yang

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 53


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

fungsinya untuk mengangkut material yang berat seperti baja tulangan, bekisting, dan juga
digunakan untuk membantu proses pengecoran.

5.3 Perencanaan Kebutuhan Bahan, Alat dan Pekerja


Penyediaan alat kerja, bahan bangunan dan tenaga kerja pada suatu proyek
memerlukan perencanaan yang baik untuk menunjang kelancaran pekerjaan. Penggunaan
alat dan bahan yang dipilih, serta kebutuhan tenaga kerja harus sesuai dengan standar dan
kondisi di lapangan. Pada sub bab ini akan dibahas berkaitan dengan perencanaan
kebutuhan alat, bahan, dan pekerja di Proyek Apartemen Taman Melati.

Berdasarkan kurva s rencana total bobot pekerjaan beton (kolom, balok dan pelat),
pembesian serta bekisting sebesar 89.236% dengan jumlah 33 lantai,sehingga bobot
pekerjaan satu lantai didapat dengan membagi sejumlah lantai yaitu sebesar 2,70%.
Selama kurun waktu 60 hari kerja praktek bobot total pekerjaan beton(kolom balok dan
pelat), pembesian serta bekisting sebesar 14,141%. Dengan demikian didapatkan bobot
perkerjaan per hari selama kerja praktek berlangsung sebesar 0,23%. Sebelum dilakukan
perhitungan perencanaan kebutuhan bahan alat dan pekerja harus mengetahui target waktu
untuk pekerjaan satu lantai. Target waktu yang direncanakan dapat dihitung dengan cara:

progress satulantai
waktu= x durasi waktu kerja praktek
progress sel ama kerja praktek

2,70
waktu= hari=117 hari=12 hari
0,23

5.3.1 Perencanaan Kebutuhan Bahan


Perencanaan kebutuhan bahan di lapangan harus menyesuaikan volume pekerjaan
dari alat yang beroperasi setiap harinya. Kapasitas alat tower crane dalam membantu
proses pengecoran per harinya menentukan volume beton dan besi tulangan yang dipesan
per hari. Bahan/material yang digunakan harus sesuai dengan RKS (Rencana Kerja dan
Syarat- syarat Teknis) dan telah mendapat persetujuan dari konsultan MK (Manajemen
Konstruksi) dengan menunjukkan contoh-contohnya. Pihak konsultan MK memeriksa
bahan/material yang datang secara langsung, apakah bahan itu sesuai dengan contoh atau
tidak. Jika disetujui, maka pekerjaan dapat dilanjutkan, namun jika tidak, maka diganti
sesuai dengan permintaan konsultan MK atau sesuai dengan RKS.
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemesanan bahan/material,
yaitu:

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 54


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

1. Identifikasi jenis dan jumlah bahan. Pemesanan suatu bahan harus didahului
dengan proses pengamatan dan pemilihan bahan sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan desain. Setelah diketahui spesifikasi bahan yang digunakan,
maka dilanjutkan dengan penentuan jumlah bahan yang dibutuhkan untuk setiap
pekerjaan konstruksi. Perhitungan jumlah kebutuhan bahan disesuaikan dengan
rencana pekerjaan yang nantinya akan dibagi berdasarkan satuan yang tersedia
di pasaran, dalam hal ini bahan yang disediakan oleh supplier.
2. Pertimbangan akan kualitas bahan biasanya didasarkan pada nama baik produsen
dan supplier yang menyediakan bahan bermutu baik, yang telah diketahui oleh
kontraktor.
3. Faktor harga menjadi hal yang perlu dipertimbangkan karena semakin murahnya
harga bahan maka biaya pengeluaran proyek dapat diperkecil. Hal ini tentu saja
akan menguntungkan kontraktor. Saat kontraktor memutuskan untuk
menggunakan bahan dengan harga termurah, aspek kualitas bahan tidak boleh
dikesampingkan.
4. Waktu pengiriman bahan sejak pemesanan dilakukan juga harus menjadi
pertimbangan. Walaupun lokasi supplier dekat dengan proyek, namun jika pihak
supplier tidak tanggap merespon pemesanan dan pendistribusian bahan, maka
ada kemungkinan schedule akan terganggu akibat keterlambatan pengadaan
bahan.
Dalam perencanaan kebutuhan bahan terdiri dari perencanaan kebutuhan beton ready
mix, kebutuhan besi tulangan beton, kebutuhan panel beskisting dan kebutuhan
scaffolding.

A. Perencanaan Kebutuhan Beton Ready Mix


Kebutuhan beton ready mix harus sesuai dengan volume pekerjaan pengecoran per
hari, selain itu kebutuhan beton ready mix juga harus menyesuaikan kapasitas alat tower
crane dan concrete pump dalam proses pengecoran per hari. Pada proyek Apartemen
Taman Melati digunakan satu perusahaan ready mix yaitu dari Adi Mix yang telah
dikontrak sebagai supplier tetap, namun jika terjadi keterlambatan akibat permasalahan di
batching plant didatangkan supplier pendamping dari Jaya Mix. Selain karena
permasalahan di batching plant, supplier pendamping ini juga didatangkan jika ada
kebutuhan beton dalam jumlah banyak yang mendesak, sehingga Adi Mix sebagai supplier
utama tidak dapat memenuhi permintaan saat itu juga. Supplier pendamping ini akan

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 55


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

langsung dibayar di lokasi proyek saat proses pengecoran berlangsung. Kedatangan beton
ready mix telah terjadwal, sehingga pihak kontraktor lebih mudah dalam menghubungi
supplier ketika dibutuhkan dalam proses pengecoran.

Jumlah pemesanan beton ready mix sesuai dengan volume pekerjaan pengecoran per
zona yang telah siap untuk melakukan pengecoran. Pemesanan beton ready mix dibagi
menjadi 2 tahap, yaitu beton ready mix untuk pengecoran kolom sebesar 15,6 m 3(37440 kg
) yang mengunakan concrete bucket dan beton ready mix untuk pengecoran balok dan pelat
lantai sebesar 88,8 m3(213120 kg ) yang mengunakan concrete pump untuk lantai 1 sampai
20 dan concrete bucket untuk lantai 21 sampai 33.

B. Perencanaan Kebutuhan Besi Tulangan Beton


Kebutuhan besi tulangan harus sesuai dengan volume pekerjaan pembesian per
hari, selain itu kebutuhan besi tulangan juga harus menyesuaikan kapasitas alat tower
crane, bar cutter, dan bar bender dalam proses pengecoran per hari. Pengadaan besi
tulangan dilakukan dengan penunjukan langsung supplier yang telah ditentukan melalui
prosedur pengecekan mutu besi tulangan sebelum dilakukan penunjukan supplier. Pada
proyek Apartemen Taman Melati, pihak supplier akan dihubungi ketika di lapangan
dibutuhkan pendatangan material tambahan. Jumlah pemesanan material besi tulangan
disesuaikan dengan volume pekerjaan pembesian. Kebutuhan bahan besi tulangan untuk
balok dan pelat lantai sebesar 18460,67 kg per zona dan untuk besi tulangan kolom dan
shear wall sebesar 10679,57 kg per zona

C. Scaffolding
Cara paling tepat dalam menghitung kebutuhan scaffolding adalah dengan mapping
kebutuhan scaffolding. Cara ini dilakukan dengan melihat gambar bangunan yang akan
dipasang scaffolding kemudian diplot ukuran scaffolding pada gambar tersebut. Ukuran
standar luasan scaffolding adalah 1,2 m x 1,8 m dengan tinggi 1,7 m yang masih bisa
ditambah/disesuaikan dengan jack base maupun u-head.
Pada pekerjaan struktur, seperti scaffolding balok dan plat yang harus diutamakan
terlebih dahulu adalah balok. Kebutuhan scaffolding tiap masing-masing balok di mapping
dan dihitung. Kemudian baru plat apabila masih cukup ruang untuk scaffolding. Apabila
tidak muat ruangnya, dapat diganti dengan pipa support untuk lebih memperkuat struktur
perancah. Kemudian lihat ketinggian struktur, apakah perlu pasang satu, dua, tiga atau
berapa tingkat scaffolding. Langkah akhir adalah dengan menghitung keseluruhan

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 56


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

kebutuhan scaffolding yang sudah di mapping. Langkah perhitungan jumlah scaffolding


per zona sebagai berikut:

1. Menentukan ukuran standar scaffolding per set.


panjang = 2,4 m
lebar = 1,2 m
tinggi = 1,7 m
2. Menentukan estimasi durasi pemakaian scaffolding.
3. Mengetahui luasan area pekerjaan dengan asumsi scaffolding berpindah-pindah
sesuai durasi pemakaian scaffolding. Contoh seperti pada Gambar 5.2, denah area
pemakaian scaffolding. Area 1 adalah area pertama pemasangan scaffolding,
setelah durasi pemakaian scaffolding pada area 1 selesai kemudian dibongkar dan
dilanjutkan pemakaian scaffolding untuk area 2 dan seterusnya untuk area 3,4,5
dan 7.

Gambar 5.2 Sketsa Denah Area Pemasangan Scaffolding


4. Menghitung kebutuhan scaffolding arah y per zona
Kebutuhan scaffolding arah y dapat dihitung dengan rumus:
panjang area arah y 21.2
Jumlah scaffolding arah y= = =17.67 18 set
lebar scaffolding 1.2
5. Menghitung kebutuhan scaffolding arah x per zona
panjang area arah x 19.5
Jumlah scaffolding arah x= = =8.125 9 set
panjang scaffolding 2.4

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 57


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

6. Menghitung kebutuhan scaffolding arah tinggi per zona


tinggi area a 4
Jumlah scaffolding arah tinggi= = =2.35 3 set
tinggi scaffolding 1.7

7. Menghitung kebutuhan scaffolding total per zona

Jumlah kebutuhan scaffolding = arah y x arah x x arah tinggi

Jumlah kebutuhan scaffolding = 18 x 9 x 3 = 486 set scaffolding


Berat total scaffolding = 486 x 10,5 kg = 5103 kg
D. Bekisting
Pada proyek ini digunakan bekisting dengan sistem knockdown sehingga proses
perakitan lebih cepat bila dibandingkan dengan bekisting konvensional. Jumlah bekisting
yang didatangkan atau dipesan menyesuaikan dimensi struktur dan ukuran segmen
bekisting terfabrikasi.
Langkah perhitungan jumlah bekisting sebagai berikut:

1. Menentukan luasan area pekerjaan dengan asumsi bekisiting berpindah-pindah


sesuai durasi pemakaian bekisting.
2. Menentukan ukuran-ukuran bekisting sesuai dimensi struktur.
3. Menentukan estimasi durasi pemakaian bekisting.
4. Jumlah kebutuhan bekisting knockdown plat baja dapat dihitung dengan mengacu
pada Tabel 5.6, sehingga dimensi bekisting sesuai gambar kerja disesuaikan
dengan ukuran per segmen bekisting yang sudah terfabrikasi.
Tabel 5.6 Ukuran Segmen Bekisting Terfabrikasi
Panjang Tebal
Kode Tinggi (mm) Berat (kg)
(mm) (mm)
FF 1800-
1800 600 3 40,98
600
FF 1800-
1800 450 3 31,26
450
FF 1800-
1800 300 3 21,55
300
FF 1800-
1800 200 3 14,37
200
FF 1500-
1500 600 3 34,27
600
FF 1500-
1500 450 3 26,14
450
FF 1500-
1500 300 3 18,02
300

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 58


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

FF 1500-
1500 200 3 12,01
200
FF 1200-
1200 600 3 27,55
600
FF 1200-
1200 450 3 21,02
450
FF 1200-
1200 300 3 14,48
300
FF 1200-
1200 200 3 9,66
200

5. Menghitung kebutuhan bekisting arah panjang per zona


Panjang kebutuhan panjang
Jumlah segmenbekisting arah panjang=
Panjang sesuai segmen pada tabel
6. Menghitung kebutuhan segmen bekisting arah tinggi per zona
Tinggi kebutuhan bekisting
Jumlah segmenbekisting arah tinggi=
Tinggi sesuai segmen pada tabel

Tabel 5.7 Total Berat Bekisting per zona

Kode Jumlah Kebutuhan Berat (Kg) Total Berat (Kg)


FF 1500-600 40 34,27 1370,8
FF 1200-300 14 14,48 202,72
Total 1573,53

5.3.2 Perencanaan Kebutuhan Alat


Peralatan kerja yang digunakan terdiri dari alat-alat berat dan alat-alat pelengkap
lainnya, baik yang digerakkan secara manual atau mekanis. Pemilihan jenis peralatan yang
akan digunakan dalam suatu pekerjaan merupakan faktor penting yang mempengaruhi
proses penyelesaian suatu pekerjaan secara cepat dan tepat. Perencanaan kebutuhan alat
pada sub bab ini akan dibahas sesuai urutan prioritas alat, dimana kebutuhan alat prioritas
pertama akan mempengaruhi kebutuhan alat lainnya. Pemilihan alat yang diprioritaskan
terlebih dahulu adalah alat untuk pengangkutan dalam pekerjaan pengecoran, penulangan,
dan pemasangan bekisting yang berupa tower crane. Kinerja alat tower crane
mempengaruhi perhitungan jumlah alat lain, seperti bucket, concrete vibrator, bar cutter,
bar bender, scaffolding dan bekisting. Selain itu, biaya sewa tower crane merupakan yang
paling mahal karena merupakan alat utama yang selalu dipakai dalam proses pengangkutan
hingga topping off.
A. Tower Crane

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 59


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Tower Crane adalah suatu alat bantu yang ada hubungannya dengan akses bahan dan
material konstruksi dalam suatu proyek. Bila dijabarkan lebih lanjut, fungsinya lebih dekat
terhadap alat mobilisasi vertikal-horisontal yang amat sangat membantu didalam
pelaksanaan pekerjaan struktur

Pada Proyek Apartemen Taman Melati digunakan 1 buah tower crane untuk
membantu mempercepat pelaksanaan konstruksi sesuai dengan target yang dijadwalkan.
Tower crane mempengaruhi kegiatan pengecoran, penulangan, dan bekisting, karena tower
crane berfungsi dalam mengangkut alat dan bahan dalam pekerjaan tersebut. Tower crane
ini juga memiliki jangkauan yang berbeda, sehingga penggunaan 1 buah tower crane
memudahkan dalam menjangkau area proyek luas. Letak dan jangkauan tower crane dapat
dilihat pada Gambar 5.1. Dalam penentuan jumlah tower crane berikut merupakan tahapan
perhitungannya:

1. Menentukan waktu pelaksanaan pekerjaan.


Penentuan waktu pelaksanaan berdasarkan waktu pelaksanaan di lapangan dalam
36 hari.

2. Menentukan waktu kerja.


Penentuan waktu kerja berdasarkan waktu pelaksanaan di lapangan, 10 jam per
hari.
3. Menentukan target produksi
Target produksi dihitung berdasarkan volume dan durasi pekerjaan, dengan
rumus:
Vol
P=
t
Dimana :
P = target produksi (m3/jam)
Vol = volume pekerjaan pengecoran (m3)
t = durasi pekerjaan dalam satuan jam atau waktu pelaksanaan dikali waktu
kerja (jam).
4. Perhitungan waktu siklus (cm).
Waktu siklus crane terdiri dari :
Waktu muat : Waktu penuangan beton ready mix
dari truck mixer ke dalam bucket yang disediakan.

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 60


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Waktu penuangan disesuaikan dengan kapasitas


concrete bucket.
Waktu pengangkatan :Waktu pengangkatan
concrete bucket ke lokasi pengecoran
Waktu pembongkaran : Waktu penuangan beton ke area cor
Waktu kembali : Waktu setelah beton basah
ready mix dituangkan ke area yang akan dicor,
kemudian concrete bucket kembali untuk mengambil
beton basah ready mix di truck mixer.

5. Perhitungan kapasitas produksi


Kapasitas produksi per jam tower crane dapat dihitung dengan rumus:
q x 60 x E
Q=
cm
Dimana :
q = produksi per siklus tower crane mengacu pada Tabel 5.1
E = efisiensi alat (tergantung kondisi alat)
cm = waktu siklus (menit)
Q = kapasitas alat (m3/jam)
Tabel 5.1 Kapasitas Produksi Tower Crane
No Pekerjaan Produksi Satuan
1 Pengecoran 25200 Kg/jam
2 Pengangkatan Material
- Tulangan 18000 Kg/jam
- Bekisting 18000 Kg/jam
- Scaffolding 18000 Kg/jam

6. Kebutuhan Tower Crane


Jumlah kebutuhan alat merupakan target produksi dibagi kapasitas produksi.
P
Jumlah Alat=
Q
Dimana :
P = target produksi (m3/jam)
Q = kapasitas alat (m3/jam)

Tabel 5.2 Perhitungan Tower Crane Pada Proses Pengecoran

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 61


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Kapasitas
N Target Waktu yang
Pekerjaan Tower Crane
o Volume(V) dibutuhkan(
Per Jam(Q)
T=V/Q)
1 Pengecoran kolom 37440 kg 25200 kg/jam 1,48 jam
m3 / jam
2 Pengecoran balok dan 213120 kg 25200 kg/jam 8,45 jam
pelat lantai m3 / jam

Jadi total waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan pengocran


selama 8,45 jam saat pekerjaan pengecoran balok dan pelat lantai. Waktu tersebut
memenuhi dari waktu yang ditargetkan yaitu selama 10jam kerja untuk 1 hari,
sehingga cukup digunakan satu buah tower crane.

Tabel 5.3 Perhitungan Tower Crane Pada Proses Pengangkatan

Kapasitas
N Target Waktu yang
Pekerjaan Tower Crane
o Volume(V) dibutuhkan(
Per Jam(Q)
T=V/Q)
1 Pembesian kolom 64077,42 kg 18000 kg/jam 3,54 jam
2 Pembesian balok dan pelat 110765,02 kg 18000 kg/jam 6,08 jam
lantai
3 Bekisting 9441.18 kg 18000 kg/jam 0,48 jam
4 Skafolding 30618 kg 18000 kg/jam 1,68 jam
Total 11,78 jam

Jadi total waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut selama
11,78 jam. Waktu tersebut lebih cepat dari waktu yang ditargetkan yaitu selama 240
jam kerja selama 24 hari,sehingga cukup digunakan satu buah tower crane.
B. Concrate Pump
Concrete pump digunakan dalam proses pengecoran dalam ketinggian tertentu.
Penentuan jumlah concrete pump dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Menentukan waktu pelaksanaan pekerjaan.


Penentuan waktu pelaksanaan berdasarkan waktu pelaksanaan di lapangan dalam
hari.

2. Menentukan waktu kerja.


Penentuan waktu kerja berdasarkan waktu pelaksanaan di lapangan, jam per hari.
3. Menentukan target produksi

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 62


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Target produksi dihitung berdasarkan volume dan durasi pekerjaan, dengan


rumus:
Vol
P=
t
Dimana :
P = target produksi (m3/jam)
Vol = volume pekerjaan pengecoran (m3)
t = durasi pekerjaan dalam satuan jam atau waktu pelaksanaan dikali waktu
kerja (jam).
4. Perhitungan waktu siklus (cm).
Waktu siklus concrete pump terdiri dari :
Waktu pengisian
Waktu pengangkatan dan swing
Waktu pembuangan
5. Perhitungan produksi per siklus
Perhitungan produksi per siklus dipengaruhi oleh kapasitas pompa concrete
pump. Kapasitas pompa tiap concrete pump berbeda tergantung pada tipe
conctrete pump yang digunakan. Kapasitas produksi per siklus dapat dihitung
dengan rumus:
q=k . q pompa

Dimana :
q = kapasitas produksi per siklus (m3)
qbucket = kapasitas pompa (m3)
k = faktor pompa
6. Perhitungan kapasitas produksi
Kapasitas produksi per jam dapat dihitung dengan rumus:
q x 60 x E
Q=
cm

Dimana :
q = produksi per siklus concrete pump
E = efisiensi alat (tergantung kondisi alat)
cm = waktu siklus (menit)
Q = kapasitas alat (m3/jam)

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 63


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Untuk kapasitas alat concrete pump di proyek Apartemen Taman Melati Surabaya
sebesar 10 m3/jam atau 24000 kg/jam
7. Kebutuhan Alat
Jumlah kebutuhan alat merupakan target produksi dibagi kapasitas produksi.
P
Jumlah Alat=
Q

Dimana :
P = target produksi (m3/jam)
Q = kapasitas alat (m3/jam)

Pada pekerjaaan pengecoran balok dan plat lantai dengan volume pekerjaan
213120 kg dan kapasitas alat concrete pump 24000 kg/jam diperlukan selama 8,8 jam
untuk menyelesaikan pekerjaan. Waktu tersebut lebih cepat dari waktu yang
ditargetkan yaitu selama 10jam kerja untuk 1 hari, sehingga cukup digunakan satu
buah concrete pump.
C. Concrete Vibrator
Pada prinsipnya penentuan jumlah alat concrete vibrator harus disesuaikan dengan
volume, kecepatan dan pembagian lokasi pengecoran (misal dilakukan pengecoran di
beberapa lokasi elemen struktur terpisah), dan sebagai acuan jumlah minimun di tiap lokasi
pengecoran, dapat digunakan acuan dari standar PU Divisi 07 (Struktur) sebagai berikut :

Jumlah minimal alat = 2 buah untuk kecepatan pengecoran sampai 4 m3/jam per
lokasi.

Setiap peningkatan kecepatan pengecoran sebesar 4 m3/jam, jumlah alat yang


harus disediakan ditambah 1 buah.

Secara tabel dapat dilihat pada Tabel 5.4.


Tabel 5.4 Acuan Kecepatan Pengecoran Terhadap Kebutuhan Jumlah Alat

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 64


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Untuk menghitung kebutuhan alat ditinjau dalam perkerjaaan pengecoran dimana


harus diketahui beton yang akan di cor.
Pada proyek Apartemen Taman Melati Surabaya dalam 1 hari volume perkerjaan
perngecoran sebanyak 104,4m3 diselesaikan dengan waktu 10jam, sehingga kecepetan
pengecoran yang diperlukan 10,44m3/jam maka digunakan 3 buah concrete vibrator.
5.3.3 Perencanaan Kebutuhan Pekerja
Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan suatu proyek
karena pengaruhnya yang cukup besar terhadap biaya dan waktu penyelesaian suatu
pekerjaan proyek. Namun perlu diperhatikan juga bahwa manusia merupakan sumber daya
yang kompleks dan sulit diprediksi sehingga diperlukan adanya usaha dan pemikiran lebih
mendalam dalam pengelolaan tenaga kerja. Dalam perencanaan kebutuhan tenaga kerja
terdapat proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan :
1. Penentuan ukuran dan jumlah tenaga kerja.
2. Recruitment dan pembagian tenaga kerja kedalam kelompok kerja.
3. Komposisi tenaga kerja untuk setiap jenis pekerjaan.
4. Pengendalian jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama proyek
berlangsung.
5. Perencanaan, scheduling, pengarahan dan pengawasan kegiatan tenaga kerja.
A. Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja
Kebutuhan tenaga kerja didapatkan berdasarkan indeks pekerja dalam analisa harga
satuan pekerjaan SNI, volume pekerjaan, dan durasi pekerjaan. Indeks pekerja dapat
dilihat pada Tabel 5.5. Perhitungan jumlah tenaga kerja dapat menggunakan rumus sebagai
berikut:

Indeks pekerja ( SNI ) x Volume pekerjaan


Jumlah pekerja=
Durasi pekerjaan( jam)

Tabel 5.5 Indeks Pekerja Sesuai Jenis Pekerjaan dan Posisi per Zona
Indeks
Pekerja/ Total Durasi Jumlah
Jenis
Posisi Satuan Volume Pekerjaa Pekerj
Pekerjaan
Volume Pekerjaan n (Hari)* a
(jam)
Bekisting Mandor 0,033 412,4 m2 4 1
Tukang 0,66 412,4 m2 4 7
Pembesian Mandor 0,004 29140,24 Kg 4 3

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 65


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Tukang 0,07 29140,24 Kg 4 51


3
Pengecoran Mandor 0,083 104,4 m 1 1
Tukang 1,650 104,4 m3 1 18
*1 hari = 10 jam kerja
Kebutuhan pekerja khusus untuk pengoprasian alat berat dapat dihitung dengan rumus:
Jumlah Pekerja Khusus=Indeks Pekerja Khusus x Jumlah Kebutuhan Alat

Indeks untuk kebutuhan pekerjaan khusus dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6 Indeks untuk Kebutuhan Pekerja Khusus

Jumlah Jumlah
Indeks Pekerja
Jenis Pekerjaan Posisi Kebutuhan Alat Pekerja
Khusus (koefisien)
Operator
2 1 2
TowerCrane
Pengangkutan/ Asisten
2 1 2
Pengecoran Operator
Operator
1 3 3
Vibrator
5.4 Pelaksanaan Pemasangan Bouwplank
Pekerjaan Pemasangan Bouwplank meliputi beberapa kegiatan pelaksanaan antara
Lain :
1. Pengukuran Horizontal
2. Pengukuran Vertikal
5.4.1 Pengukuran Horisontal
Pengukuran Horisontal pada pekerjaan pemasangan bouwplank adalah sebagai
berikut :
1. Gambar rencana berupa denah memiliki syarat minimal terdapat dua buah titik
BM (benchmark).
2. Gambar rencana tersebut dibuat gambar kerja berupa bouwplank, diberi jarak 1m
dari as bangunan dan diberi nama A,B,C, dan D pada sudut-sudut gambar kerja
tersebut. Tarik garis antara titik BM 1 terhadap titik BM 2, A,B,C dan D
kemudian hitung besar besarnya sudut masing-masing titik yaitu <A, <B, <C, dan
<D dan panjang garis masing-masing yaitu LA, LB, LC dan LD. Data catat data
dari hasil pengukuran pada gambar kerja tersebut. Untuk lebih jelas mengenai
pengukuran pada gambar kerja dapat lihat pada Gambar 5.4.
3. Alat-alat yang digunakan di lapangan dalam pengukuran horizontal bouwplank
meliputi theodolite, jalon, dan meteran serta gambar kerja.
4. Langkah untuk pengukuran horizontal bouwplank di lapangan adalah:

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 66


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Mengukur posisi titik A dengan cara meletakkan theodolite pada titik BM 1


kemudian tembak titik BM 2 dengan bantuan jalon sebagai penanda.
Putar theodolit sebesar <A
Pindahkan jalon disekitar posisi kira-kira sebesar <A sambil menggerakkan
jalon kekanan dan kekiri sampai jalon tepat pada tembakan theodolite.
Ukur dengan menggunakan meteran jarak dari titik BM 1 terhadap jalon yang
digunakan sebagai tanda besarnya <A sepanjang LA, maka akan ketemu titik
A.
Ukur titik B, C, dan D dengan cara yang sama seperti mengukur titik A.
Beri patok-patok bantuan diantara patok A dan B dengan cara meletakkan
theodolite diatas patok A, dan letakkan jalon diatas patok B sebagai penanda.
Tembak jalon kemudian letakkan patok patok bantuan sesuai dengan jarak
yang sesuai dengan gambar kerja. Lakukan pengukuran terhadap titik lainnya
dengan cara yang sama.

Gambar 5.3Sketsa Pengukuran Horizontal Bouwplank


Pengukuran horizontal di lapangan dapat dilihat pada Gambar 5.5.

B C
2
Patok Bantuan

A D
meteran

Gambar 5.4Sketsa Pengukuran di Lapangan


5.4.2 Pengukuran Vertikal
Pengukuran vertikal pada pekerjaan pemasangan bouwplank adalah sebagai
berikut:
1. Langkah untuk megukur elevasi patok adalah dengan menggunakan bantuan alat
ukur berupa waterpass,dan bak ukur. Sebagai contoh untuk mengukur patok A

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 67


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Letakan waterpass diantara titik BM1 dan titik A, kemudian letakan bak ukur
diatas BM1. Dimisalkan elevasi dari BM 1 adalah +1 m. Tembak bak ukur yang
diletakkan diatas BM 1 dengan menggunakan waterpass. Jika angka yang terbaca
adalah 1,5, artinya tinggi dari atas BM 1 ke bak ukur yang ditembak adalah 1,5 m
dan elevasi bak ukur yang ditembak adalah +2,5 m. Langkah selanjutnya yaitu
letakan bak ukur disamping patok A yang akan dicatentukan elevasinya dengan
menggunakan waterpass tembak dan baca angka pada bak ukur. Jika angka yang
terbaca adalah 2,5 artinya tinggi bak ukur yang ditembak adalah 2,5 m. Hitung
elevasi tanah di patok A dengan cara hitung selisih antara elevasi bak ukur di BM
1 dan angka bak ukur pada patok A sehingga elevasi tanah di patok A adalah +
0,0. Selanjutnya yaitu menentukan elevasi patok. Dimisalkan elevasi patok yang
direncanakan adalah + 1,5 m, maka dengan menempatkan bak ukur di titik A dan
tandai pada angka 1,5 di bak ukur menggunakan spidol sehingga elevasi patok
menjadi + 1,5 m. Selanjutnya yaitu lakukan cara yang sama terhadap patok B, C
dan D. Untuk lebih jelasnya lihat pada Gambar 5.6.

Yang terbaca di bak ukur


adalah 1,5 Yang terbaca di bak ukur
adalah 2,5

+2,5 m

Penanda dengan spidol

+ 1,5 m

+1m

+ 0,0
BM 1 Waterpass Patok A

Gambar 5.5Sketsa Pengukuran Patok


2. Langkah selanjutnya adalah pemasangan papan bouwplank. Papan bouwplank
dipasang sesuai dengan elevasi yang direncanakan. Posisi papan bouwplank
haruslah datar dan tidak miring untuk itu diperlukan alat ukur berupa selang yang
berisi air. Langkah pekerjaanya adalah letakan pangkal selang yang berisi air
pada bouwplank yang sudah diukur elevasinya, kemudian letakan ujung selang
pada bouwplank yang selanjutnya. Sesuaikan muka air pada selang sampai
berhimpit dengan papan bouwplank dengan demikian posisi bouwplank menjadi
datar. Untuk lebih jelasnya lihat pada Gambar 5.6.

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya Papan 68


Bouwplank
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.6 Sketsa Pengukuran Kedataran Papan Bouwplank


Dengan Menggunakan Selang Berisi Air

5.5 Pelaksanaan Pemasangan Towercrane


. Secara singkat ,proses pemasangan tower crane dalam suatu proyek gedung
bertingkat sebagai berikut :

Penanaman fine angle dan base section kedalam lubang pondasi, kemudian di-cor.

Pemasangan mast section awal menggunakan mobile crane.

Kemudian pemasangan climbing crane yang digunakan untuk self assembly

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 69


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Pemasangan kabin diatas climbing crane.

Pemasangan boom dan counter jib

Pemasangan counter weight (beban penyeimbang)

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 70


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Setelah semua bagian terpasang, pada saat akan menaikkan ketinggian menyesuaikan
dengan ketinggian bangunan, tahapan selanjutnya adalah:

Climbing crane akan mengangkat kabin keatas sehingga terdapat ruang kosong
diantara kabin dan mast section.

Kemudian boom mengangkat sebuah mast section untuk kemudian diletakkan pada
ruang kosong tadi.

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 71


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Proses diulang terus sehingga ketinggian TC sesuai dengan ketinggian yang


diinginkan.

Bagian-bagian dari tower crane dapat dilihat pada Gambar 5.7.

Gambar 5.7 Bagian-bagian tower crane

5.6 Pekerjaan Pile Cap


Pekerjaan struktur pile cap mempunyai beberapa tahapan pekerjaan, adapun tahapan
pekerjaaan struktur pile cap yaitu :
1. Pekerjaan galian pile cap, meliputi pengukuran horizontal, vertikal dan galian

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 72


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

2. Pembuatan lantai kerja setebal 5 cm.


3. Bekisting pile cap.
4. Penulangan pile cap yang terdiri dari pabrikasi dan pemasangan.
5. Pengecoran pile cap yang terdiri dari persiapan, pelaksanaan, pembongkaran
bekisting, dan perawatan beton.
5.6.1 Pekerjaan Galian Pile Cap
Pekerjaan galian pile cap dilakukan sesuai dengan gambar yang telah
direncanakan.Adapun pekerjaan galian pile capterdiri dari :
1. Pengukuran Horisontal
2. Pekerjaan Galian
3. Pengukuran Vertikal
A. Pengukuran Horizontal
Pengukuran ini bertujuan agar pile cap sesuai pada as yang telah direncanakan.
Pengukuran horizontal mengacu dengan gambar kerja yang sudah dibuat. Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan benang dan meteran. Dari gambar kerja diketahui letak
pile cap dan jarak-jaraknya yang mengacu pada bouwplank yang direncanakan, kemudian
tarik benang dari titik bouwplank A ke titik A2. Titik A2 merupakan titik terjauh dari
dimensi pile cap. Tarik benang dari titik A2 kembali menuju titik A1 sejauh lebar dimensi
pile cap yang direncanakan, sehingga didapatkan titik A1 sebagai titik pertama pile cap.
Untuk mengetahui titik as pile cap adalah dengan membagi jarak sejauh setengah dari
dimensi pile cap, jarak dimensi pile cap adalah jarak dari titik A1 menuju titik A2. Jika
jarak pile cap jauh maka bisa digunakan theodolite. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 5.8.

Gambar 5.8 Sketsa Pengukuran Pile cap.


B. Pekerjaan Galian
Penggalian pile cap dilakukan setelah pengukuran horizontal selesai. Penggalian
dilakukan dengan dengan menggunakan backhoe. Bila kedalaman kurang, maka akan
digali manual dengan kekuatan manusia. Bila kedalaman kelebihan, maka akan diurug
dengan sirtu dan dipadatkan sesuai dengan kedalaman yang direncanakan.
C. Pengukuran Vertikal

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 73


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Pengukuran vertikal dilakukan dengan menggunakan waterpass dan bak ukur.


Letakkan waterpass diantara bouwplank dan rencana galian pile cap. Letakkan bak ukur
diatas papan bouwplank dan tembak menggunakan waterpass.Dimisalkan elevasi papan
bouwplank +1 dan yang terbaca di bak ukur yang diletakkan diatas papan adalah 1, maka
elevasi bak ukur tersebut adalah +2. Selanjutnya adalah menghitung selisih antara elevasi
bak ukur yang terbaca dengan elevasi galian pile cap. Dimisalkan elevasi galian rencana
adalah -2. Selisihnya adalah 4 m. Selanjutnya gali pile cap menggunakan backhoe dan
letakkan bak ukur di lokasi galian. Tembak bak ukur sampai yang terbaca di bak ukur 3,5.
Setelah terbaca 3,5 , hentikan galian menggunakan backhoe dan dilanjutkan penggalian
manual dengan tenaga manusia untuk menghindari galian yang berlebih. Tembak bak ukur
sampai yang terbaca di bak ukur 4, maka elevasi galian adalah -2.Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 5.9.

Yang terbaca di
bak ukur harus 4
Yang terbaca di
bak ukur adalah 1

+1

Bouwplank Waterpass

-2
Bak Ukur

Gambar 5.9 Sketsa Pengukuran Vertikal Pile cap


5.6.2 Pembuatan Lantai Kerja Pile Cap
Pertama pastikan elevasi yang diperlukan untuk lantai kerja (leveling lantai).Pasang
plastik atau sekat sejenis. Fungsi pemasangan plastik adalah untuk membatasi lapis beton
agar tidak bercampur dengan tanah. Buat bekisting di sekitar batas lantai kerja rencana.Cor
lantai kerja dengan menggunakan beton ready mix mutu K-100 atau disebut dengan beton
B0. Pengecoran dilakukan dengan concrete pump sesuai alur pekerjaan pengecoran lantai
kerja.
5.6.3 Bekisting Pile Cap
Pada pekerjaan bekisting pile cap digunakan batako atau batu bata yang dipasang
disekitar pile cap. Tujuan dipasang batako di sekitar pile cap adalah untuk memberi bentuk
pile cap itu sendiri dan memisahkan beton dengan tanah. Tabel rencana bekisting dapat
dilihat pada lampiran Tabel 5.7.
Pemasangan bekisting pile cap dapat dilihat pada Gambar 5.10.

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 74


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.10 Bekisting Pile Cap


5.6.4 Penulangan Pile Cap
Tahapan-tahapan penulangan pile cap terdiri dari dua pekerjaan, yaitu pabrikasi
tulangan dan pemasangan tulangan.
A. Pabrikasi Tulangan
Pabrikasi tulangan adalah pekerjaan tulangan yang meliputi pembuatan bar bending
schedule (rencana pembengkokan tulangan), pemeriksaan tulangan, pekerjaan pemotongan
besi tulangan dan pembengkokan besi tulangan yang sesuai dengan bar bending
schedule.Pekerjaan pabrikasi adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan Bar Bending Schedule
Bar bending schedule adalah rencana pemotongan dan pembengkokan tulangan
juga termasuk berat, panjang, dan segala kebutuhan yang berhubungan dengan
pembesian pada pile cap. Bar bending schedule dapat dilihat pada lampiran Tabel
5.8.
2. Pemeriksaan tulangan
Sebelum tulangan dapat dipakai dalam pekerjaanpile cap, harus dilakukan
pengecekan terhadap kualitas bahan tersebut. Pemeriksaan tulangan dilakukan
dengan dua cara, yaitu :
Pemeriksaan dengan cara visual
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengukur tulangan menggunakan alat
jangka sorong. Pengukuran dengan alat ini akan diperoleh diameter dari
tulangan yang sebenarnya.
Pemeriksaan dengan uji tarik
Pemeriksaan ini dilakukan dengan alat uji tarik besi di laboratorium.
Pemeriksaan dengan pengujian tersebut, akan diketahui kuat tarik besi.
3. Pemotongan Tulangan
Berdasarkan bar bending schedule tersebut, pemotongan dan pembengkokan
tulangan dilakukan. Alat yang digunakan untuk pemotongan tulangan adalah bar
cutter.
4. Pembengkokan Tulangan

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 75


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Pembengkokan tulangan dilakukan untuk membentuk tulangan yang disesuaikan


dengan perencanaan. Membengkokan tulangan sendiri harus dalam keadaan
dingin, bila terjadi kesalahan dalam pembengkokan, maka besi tulangan tersebut
tidak boleh dibengkokan kembali, tetapi harus dipotong. Pembengkokan ini
dengan menggunakan alat bar bender.
B. Pemasangan Tulangan
Pemasangan tulangan pile cap dilakukan ditempat. Pembesian pile cap terdiri dari
tulangan arah vertikal dan horizontal. Sebelum pemasangan bekisting perlu dipasang beton
tahu. Beton tahu dipasang setiap jarak 1 meter. Beton tahu digunakan untuk menghasilkan
selimut beton.
Pemasangan tulangan pile cap dapat dilihat pada Gambar 5.11.

Gambar 5.11 Penulangan Pile Cap


5.6.5 Pengecoran Pile Cap
Pekerjaan pengecoran beton pada pile cap terdiri dari persiapan, pelaksanaan
pengecoran,dan perawatan beton.
A. Persiapan Pengecoran
Persiapan pengecoran adalah pekerjaan yang dilakukan sebelum pelaksanaan
pengecoran, agar pengecoran yang dilakukan berjalan dengan baik. Tahapan-tahapan
persiapan pengecoran antara lain :
1. Pemesanan Beton Ready Mix
Pengecoran beton pada proyek ini menggunakan beton ready mix. Oleh karena
itu, dilakukan pemesanan beton sesuai dengan spesifikasi kualitas beton. Dalam
proyek ini pekerjaan kolom menggunakan beton dengan mutu fc 25 MPa.Pada
saat pemesanan beton, terdapat pengawas atau supervisor di batching plant yang
bertugas mengawasi pembuatan beton yang sesuai dengan mutu yang dipesan
sehingga tidak terjadi kesalahan atau penyelewengan.
2. Persiapan Alat-alat Pengecoran
Alat dan bahan yang harus dipersiapkan dalam pengecoran antara lain :
Vibrator
Concrete Pump
Air compressor

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 76


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Beton decking
Lampu penerangan
Kerucut Abrams, untuk pengujian slump
Cetakkan silinder beton, untuk sempel beton.
3. Persiapan Tenaga Kerja
Dalam pekerjaan pengecoran dibutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak dari
pekerjaan lain. Oleh karena itu, tenaga kerja yang ada harus ditambah sebelum
pengecoran dilakukan.
4. Pembersihan Lokasi Pengecoran
Tempat-tempat yang akan dicor beserta tulangan yang terpasang harus
dibersihkan terlebih dahulu dari potongan kawat, serbuk gergaji, potongan kayu,
dan bahan-bahan lainnya yang tidak terpakai. Cara pembersihannya dengan
menggunakan semprotan udara dari air compressor.
B. Pelaksanaan Pengecoran
Tahapan-tahapan pengecoran meliputi :
1. Pelaksanaan pengecoran menggunakan concrete pump yang menyalurkan
beton ready mix dari mixer truck ke lokasi pengecoran. Pipa concrete pump
dirangkai menggunakan klem sesuai ukuran yang dikehendaki untuk posisi
pengecoran.
2. Sebelum pengecoran beton, dilakukan pengujian slump terhadap beton yang
datang ke lokasi. Nilai slump test hasilnya tidak boleh lebih dari 12+ 2 cm.
3. Setelah slump yang didapat memenuhi standar, maka dilakukan pengambilan
sempel beton. Pengambilan sempel dengan bentuk silinder beton dengan
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebanyak 3 buah dari setiap mixer untuk uji
tekan beton.
4. Setelah pengujian slump dan pengambilan sempel selesai dilakukan, maka
beton tersebut siap untuk digunakan.
5. Beton dituang dari concrete mixer ke lokasi pengecoran dengan
menggunakan concrete pump, dan kemudian dilakukan pemadatan beton
menggunakan concrete vibrator agar beton merata pada seluruh bagian yang
dicor dan untuk menghindari terjadinya keropos pada beton. Ketentuan-
ketentuan yang berkaitan dengan pemadatan antara lain :
Pelaksanaan pengecoran dapat dilihat pada Gambar 5.12.

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 77


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.12Pengecoran Pilecap

C. Perawatan Beton
Pada saat masa pengikatan awal yaitu pada saat beton mulai mengeras, dilakukan
proses perawatan beton atau curing dengan pemberian air pada permukaan beton pile cap.
Perawatan beton atau curing dilakukan untuk menghindari :

1. Kehilangan zat cair yang banyak pada proses awal pengerasan beton yang akan
mempengaruhi proses pengikatan awal beton
2. Penguapan air dari beton pada saat pengerasan beton pada hari pertama
3. Perbedaan temperatur dalam beton, yang mengakibatkan retak pada beton.
5.7 Pekerjaan Lantai Basement dan Tie Beam
Pekerjaan lantai basement dan Tie Beam melibatkan beberapa kegiatan pelaksanaan
antara lain :
1. Pekerjaan galian , meliputi pengukuran horizontal, vertikal dan galian
2. Penulangan lantai basement dan Tie Beam.
3. Bekisting lantai basement dan Tie Beam.
4. Pengecoran lantai basement dan Tie Beam yang terdiri dari persiapan,
pelaksanaan, dan perawatan beton.
5.7.1 Pekerjaan Galian Lantai Basement dan Tie Beam
Pekerjaan pengukuran lantai basement dan Tie Beam dilakukan sesuai dengan
gambar yang telah direncanakan. Adapun pekerjaan pengukuran lantai basement terdiri
dari :
1. Pengukuran Horisontal
2. Pekerjaan Galian
3. Pengukuran Vertikal
A. Pengukuran Horizontal

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 78


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Pengukuran ini bertujuan agar lantai basement dan Tie Beam sesuai pada as yang
telah direncanakan. Cara kerja pengukuran horizontal lantai basement dan Tie Beam sama
dengan pengukuran horizontal pile cap sehingga dapat dilihat pada 5.6.1 point A.
B. Pekerjaan Galian
Pekerjaan galian dapat dilihat pada 5.6.1 point B
C. Pengukuran Vertikal
Pengukuran vertikal dapat dilihat pada 5.6.1 point C.
5.7.2 Penulangan Lantai Basement dan Tie Beam
Pekerjaan penulangan pada lantai basement dan Tie Beam dilakukan secara
langsung ditempat yang akan dikerjakan. Penulangan lantai basement dan Tie Beam
meliputi pekerjaan pabrikasi, dan pemasangan tulangan.
A. Pabrikasi
Pabrikasi tulangan adalah pekerjaan besi/tulangan yang meliputi pembuatan bar
bending schedule (rencana pembengkokan tulang), pemeriksaan tulangan, pekerjaan
pemotongan besi tulangan dan pembengkokkan besi tulangan yang sesuai dengan bar
bending schedule. Pekerjaan pabrikasi adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan Bar Bending Schedule
Bar bending schedule adalah rencana pemotongan dan pembengkokan tulangan
juga termasuk berat, panjang, dan segala kebutuhan yang berhubungan dengan
pembesian Bar bending schedule dapat dilihat pada lampiran Tabel 5.9 dan Tabel
5.10.
2. Pemeriksaan Tulangan
Pemeriksaan tulangan dapat dilihat pada 5.6.4 point A2.
3. Pemotongan Tulangan
Pemotongan tulangan dapat dilihat pada 5.6.4 point A3.
4. Pembengkokkan Tulangan
Pembengkokkan tulangan dapat dilihat pada 5.6.4 pointA4.
B. Pemasangan tulangan
Perangkaian tulangan lantai basement dan Tie Beam dikerjakan langsung di lokasi
tempat yang akan dibangun. Pemasangan tulangan lantai basement dan Tie Beam dapat
dilihat pada Gambar 5.13. Langkah-langkah pemasangan tulangan sebagai berikut:
1. Besi tulangan disiapkan.
2. Pekerjaan pemotongan tulangan dilakukan dengan bar cutter
sedangkanpembengkokan tulangan dilakukan dengan menggunakan bar bender.
3. Panjang pemotongan tulangan pelat adalah sepanjang pelat. Jika terdapat
sambungan, maka panjang lewatan untuk sambungan sebesar 40 x D.
4. Setelah proses pemotongan dan pembengkokkan tulangan selesai dilakukan, maka
tulangan-tulangan tersebut ditempatkan pada lokasi lantai basement.
5. Tulangan kemudian dirangkai, dilanjutkan dengan pemasangan beton decking.

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 79


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

6. Beton decking diikatkan dengan tulangan bawah sesuai ketebalan selimut beton
yaitu 5 cm.
7. Tulangan lantai basement diikat dengan menggunakan kawat bendrat.
Pemasangan tulangan perlu diperhatikan pada daerah tumpuan area droppanel
dengan panjang penyaluran tulangan 30 x D13 pada tulangan atas.
8. Untuk ikatan antara tulangan atas dan tulangan bawah pada area pelat lantai dan
drop panel dipasang tulangan kaki ayam (D13-150).
9. Elevasi tulangan pelat lantai dan ketebalan selimut beton dicek, jangan sampai ada
tulangan yang menempel pada lantai kerja dan selimut beton yang terlalu tebal.
10. Kaki relat yang berbentuk T besi D 10 dipasang dan dilas pada tulangan bertumpu
di atas beton decking dengan jarak antar kaki relat 50 cm.

Gambar 5.13 Pemasangan Tulangan Lantai Basement

11. Kaki relat yang berbentuk T besi D 10 dipasang dan dilas pada tulangan bertumpu
di atas beton decking dengan jarak antar kaki relat 50 cm.
12. Besi pipa O 2 cm (relat) dipasang dengan cara diikatkan terhadap kaki relat, jarak
antar relat 2,5 m dengan tinggi relat sesuai dengan elevasi top lantai. Kemudian
elevasi relat dicek dengan menggunakan waterpass.
13. Ujung lapis tulangan dimasukkan ke dalam tulangan tie beam (dengan
penjangkaran sepanjang 30 x D16).
Detail penulangan lantai basement dan Tie Beam dapat dilihat pada Gambar 5.14.

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 80


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.14 Detail Penulangan Lantai Basement dan Tie Beam

5.7.3 Pengecoran Lantai Basement dan Tie Beam


Pekerjaan pengecoran yaitu kegiatan menuangkan beton pada lokasi proyek yang
sudah dipasang tulangan dan cetakan (bekisting). Sebelum dicor harus dipastikan bahwa
area yang akan dicor bersih dari kotoran. Metode pengecoran lantai basement dan Tie
Beam sama dengan metode pengecoran pile cap sehingga bisa dilihat pada 5.65.5 point B.
Sebelum proses pengecoran dilaksanakan, maka perlu dilakukan pemeriksaan
penulangan seperti berikut:
1. Pemeriksaan jumlah dan ukuran tulangan utama.
2. Pemeriksaan jumlah, jarak, dan posisi sengkang.
3. Pemeriksaan panjang overlapping dan penjangkaran pada tulangan.
4. Pemeriksaan kekuatan bendrat.
5. Pemeriksaan beton decking (tebal selimut beton).
Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dimana setiap lapis, dengan tebal tiap
lapis maksimum 30 cm, dipadatkan dengan vibrator dengan maksud agar terbentuk beton
yang benar-benar padat. Setelah pengecoranlantai basement, permukaan beton diratakan
dengan bilah kayu kemudian dilakukan penghamparan floor hardner 5 kg/m2setelah floor
hardener dihamparkan, permukaan beton diratakan dengan trowel seperti terlihat pada
Gambar pekerjaan pengecoran lantai basemen dan Tie Beam t dapat dilihat pada
Gambar 5.15.

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 81


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.15 Pengecoran Lantai Basement

5.8 Pekerjaan Shear Wall dan Kolom


Pekerjaan struktur shear wall dan kolom melibatkan beberapa kegiatan pelaksanaan
antara lain :
1. Pekerjaan pengukuran
2. Penulangan shearwall dan kolom yang terdiri dari fabrikasi dan pemasangan.
3. Bekisting shearwall dan kolom yang terdiri dari fabrikasi , pemasangan, dan
pengukuran.
4. Pengecoran shearwall dan kolom yang terdiri dari persiapan, pelaksanaan,
pembongkaran bekesting, dan perawatan beton.
5.8.1 Pekerjaan Pengukuran
Pengukuran dalam hal ini dilakukan agar pemasanganshear wall dan kolomsesuai
dengan gambar yang telah direncanakan. Adapun pengukurannya terdiri dari :
1. Pengukuran Horizontal
2. Pengukuran Vertikal
3. Dimensi
Pengukuran Horisontal tidak perlu dilakukan hal ini dikarenakan pada saat proses
pengerjaan lantai basement pengkuran horisontal dinding shear wall dan Kolom sudah
dikerjakan sebelumnya.
Sebelum meletakkan tulangan kolom tersebut, surveyor perlu melakukan marking
terlebih dahulu diatas plat lantai yang telah dicor. Plat lantai yang diberi tanda ialah plat
lantai dimana kolom tersebut berada. Marking tersebut bertujuan untuk memeriksa apakah
as kolom yang akan disambung telah sesuai dengan letak yang tergambar dan terukur pada
shop drawing.
Seringkali, terdapat pergeseran pada stek kolom lantai sebelumnya akibat proses
pengecoran, sehingga dengan adanya marking, apabila terdapat pergeseran dapat langsung
dilakukan perbaikan agar tidak berpengaruh pada kolom selanjutnya. Perbaikan tersebut

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 82


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

dapat dilakukan dengan cara menekuk tulangan pada kolom yang mengalami pergeseran
untuk dikembalikan ke posisi semula.
Cara pengukuran marking adalah sebagai berikut :
1. Letakkan theodolite dengan jarak 1 m dari as kolom (jarak pinjaman terhadap sb
x dan y) sebagai titik berdirinya alat.
2. Arahkan theodolite ke bak ukur A lalu set untuk 00 (sebagai sumbu X).
3. Tanpa berpindah tempat arahkan theodolite ke bak ukur B hingga menunjukkan
900 kemudian tarik garis lurus (sebagai sumbu Y).
4. Selanjutnya ukur jarak masing-masing as kolom sesuai gambar rencana dengan
menggunakan meteran. Maka akan didapatkan as A,B,C,D dst.
5. Dari as A,B,C,D dst dapat diketahui letak kolom.

6. Lakukan juga dari sumbu y untuk mendapatkan as 1,2,3,4 dst

Pinjaman

Bak ukur
Pinjaman

Gambar 5.16 Sketsa Pengukuran Horisontal Kolom

Pengukuran vertikal dilakukan agar tinggi dan dimensi dinding shear wall dan
kolomyang akan dibuat sesuai dengan gambar rencana dan posisinya tegak lurus dengan
pelat lantai. Alat yang digunakan adalah meteran, benang dengan unting-unting, dan kayu.
Adapun cara pengukuran ini adalah sebagai berikut :
1. Pasang bekisting kolomsesuai dengan marking. Lakukan pengaturan bekisting
agar tegak lurus dengan pelat lantai. Caranya dengan menggunakan benang
yang diberi unting-unting dan digantung pada kayu penyangga. Lalu ukur jarak

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 83


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

benang dengan bekisting. Jarak bagian atas harus sama dengan jarak bagian
bawah. Ukur tinggi kolomyang akan dikerjakan sesuai dengan gambar rencana
menggunakan meteran
2. Setelah bekisting tegak lurus, maka kita melakukan pelurusan tulangan dengan
menggunakan meteran. Ukur jarak tulangan dengan bekisting. Semua jarak
harus sama. Setelah tegak, maka ganjal tulangan dengan kayu agar tidak
bergerak saat pengecoran. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat Gambar 5.16.
Pengukuran dimensi-dimensi dinding basement dankolom bertujuan agar ukuran
dinding basement dankolom sesuai dengan gambar rencana. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan meteran dengan mengukur panjang, lebar, tinggi dari setiap dinding
basement dankolom sebelum dilakukan pengecoran

Kayu Penyangga

Meteran

Unting-unting

Gambar 5.17
Sketsa
Pengukuran
Vertikal
Kolom

Pengukuran vertikal untuk keseluruhan gedung dilakukan agar tinggi dan dimensi
kolom keseluruhan lantai yang akan dibuat sesuai dengan gambar rencana dan posisinya
tegak lurus. Sketsa pengukuran dapat dilihat pada Gambar 5.18.
Alat yang digunakan adalah total station dan bak ukur. Adapun cara pengukuran ini
adalah sebagai berikut :
1. Pasang total station di lantai dasar
2. Tembak total station ke kolom dibawah lantai yang baru di cor lalu dicatat.
3. Tembak total station ke kolom yang baru di cor catat hasilnya.
4. Cocokan dengan gambar rencana, eleveasi harus sesuai dengan gambar rencana.
5. Lakukan pengukuran tersebut untuk semua sisi bangunan.

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 84


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.18 Pengukuran Vertikal Keseluruhan Gedung

5.8.2 Penulangan Shear Wall dan Kolom


Tahapan-tahapan penulanganshear wall dan kolom terdiri dari dua pekerjaan, yaitu
pabrikasi tulangan dan pemasangan tulangan.
A. Pabrikasi Tulangan
Pabrikasi tulangan adalah pekerjaan tulangan yang meliputi pembuatan bar bending
schedule (rencana pembengkokan tulangan), pemeriksaan tulangan, pekerjaan pemotongan
besi tulangan dan pembengkokan besi tulangan yang sesuai dengan bar bending
schedule.Pekerjaan pabrikasi adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan Bar Bending Schedule
Bar bending schedule adalah rencana pemotongan dan pembengkokan tulangan
juga termasuk berat, panjang, dan segala kebutuhan yang berhubungan dengan
pembesian.Bar bending schedule dapat dilihat pada lampiran Tabel 5.11 dan Tabel
5.12.
2. Pemeriksaan tulangan
Pemeriksaan tulangan dapat dilihat pada 5.6.4 point A2.
3. Pemotongan Tulangan
Pemotongan tulangan dapat dilihat pada 5.6.4 point A3.
4. Pembengkokan Tulangan
Pemebengkokan tulangan dapat dilihat pada 5.6.4 point A4.
B. Pemasangan Tulangan
Pemasangan tulanganshear wall dan kolomdilakukan ditempat. Pembesian kolom
terdiri dari tulangan arah vertikal dan horizontal, serta tulangan sengkang/begel.Adapun
langkah-langkah dari pemasangan tulangan kolomadalah sebagai berikut :
1. Tulangan pokok dipasang pada stek kolom yang merupakan perpanjangan dari
tulangan yang telah dipasang sebelumnya.
2. Tulangan horizontal dipasang pada tulangan pokok menggunakan kawat bendrat
dengan jarak yang telah ditentukan pada gambar rencana.
3. Memasang tulangan sengkang dengan jarak yang telah ditentukan sebelumnya.
4. Penulangan kolomselanjutnya harus lebih tinggi dari pelat lantai untuk dilakukan
overlapping pada tulangan berikutnya.

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 85


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

5. Sebelum pemasangan bekisting perlu dipasang beton tahu. Beton tahu dipasang
setiap jarak 1 meter. Beton tahu digunakan untuk menghasilkan selimut beton.
Penulangan shear wall dan kolom dapat dilihat pada Gambar 5.19.

Gambar 5.19 Penulangan Shear Wall dan Kolom

5.8.3 Bekisting Shear Wall dan Kolom


Pekerjaan bekisting shear wall dan kolomterdiri dari dua tahapan pekerjaan, yaitu
pabrikasi dan pemasangan bekisting.
A. Pabrikasi bekisting
Dalam pabrikasi bekisting kayu, hal-hal yang perlu dipersiapkan antara lain :
1. Pembuatan Rencana Pemotongan Bahan
Rencana pemotongan bahan adalah rencana yang menunjukkan jumlah dan bentuk
pemotongan serta perakitan bekisting.Rencana pemotongan bahan untuk bekisting
kolom dapat dilihat Lampiran Tabel 5.13.
2. Persiapan Bahan
Bahan-bahan yang harus dipersiapkan untuk bekisting shearwall dan kolomantara
lain:
Polywood 16 mm
Digunakan sebagai bahan bekisting karena akan menghasilkan permukaan beton
yang halus.
Holow 5/10
Digunakan untuk perkuatan dan pengaku pada bekisting. Penguat/pengaku ini
digunakan untuk mencegah lendutan plywood akibat pembebanan selama
pelaksanaan agar didapat hasil pengecoran yang sempurna.
Adj Brace 195 cm dan Adj Kickers 92 cm
Sebagai penyangga bekisting yang mengikat pada bagian base plate.
3. Pemeriksaan Bahan
Pemeriksaaan bahan bekisting plywood dan kayu dilakukan hanya dengan
pemeriksaan visual saja. Pemeriksaannya meliputi pemeriksaan tentang dimensi

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 86


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

kayu, kelurusan, dan pola serat kayu, sedangkan alat yang digunakan adalah
meteran.
4. Perakitan Bekisting
Perakitan bekisting dalam hal ini adalah perakitan bahan-bahan bekisting yang telah
disebutkan diatas menjadi panel-panel yang siap untuk dipasang.
Pada proyek Taman Melati digunakan bekisting dengan sistem knock down,
sehingga bekisting hanya tinggal dirakit dan dikencangkan dengan baut kuncian di lokasi
pemasangan shear wall dan kolom.
B. Pemasangan Bekisting
Pemasangan bekisting dilakukan setelah tulangan selesai dipasang. Pemasangan
bekisting diatur sesuai dengan dimensi yang direncanakan. Pemasangan dengan
menggabungkan segmen-segmen bekisting dengan memasukkan gigi kuncian yang
terdapat di pinggir segmen bekisting kedalam lubang yang ada di plat bekisting lalu
kencangkan dengan baut kuncian. Setelah itu pasang pengaku bekisting. Dalam
pemasangan bekisting kolom hal-hal yang perlu diperhatikan adalah ;
1. Kerapatan antar panel pada sudut bekisting
2. Cek kerapatan dan kerataan sambungan panel dan jarak antar sabuk kolom
3. Kebersihan permukaan plywood dan pelumasan
Pemasangan bekisting kolom dapat dilihat pada Gambar 5.10

Gambar 5.20 Pemasangan Bekisting Kolom


5.8.4 Pengecoran Shear Wall dan Kolom
Pekerjaan pengecoran beton pada shear wall dan kolomterdiri dari persiapan,
pelaksanaan pengecoran, pembongkaran bekisting, dan perawatan beton.
A. Persiapan Pengecoran
Persiapan pengecoran adalah pekerjaan yang dilakukan sebelum pelaksanaan
pengecoran, agar pengecoran yang dilakukan berjalan dengan baik. Tahapan-tahapan
persiapan pengecoran antara lain :
1. Pemesanan Beton Ready Mix

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 87


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Pengecoran beton pada proyek ini menggunakan beton ready mix. Oleh karena itu,
dilakukan pemesanan beton sesuai dengan spesifikasi kualitas beton. Dalam proyek
ini pekerjaan kolom menggunakan beton dengan mutu fc 42 MPa.
2. Persiapan Alat-alat Pengecoran
Perisapan alat-alat Pengecoran dapat dilihat pada 5.6.5 point A2.
3. Persiapan Tenaga Kerja
Persiapan tenaga kera dapat dilihat pada 5.6.5 point A3.
4. Pembersihan Lokasi Pengecoran
Permbersihan lokasi kerja dapat dilihat pada 5.6.5point A4.
B. Pelaksanaan Pengecoran
Tahapan-tahapan pengecoran meliputi :
1. Mixer truck dipersiapkan pada lokasi pengecoran
2. Vibrator dipersiapkan untuk memadatkan beton
3. Sebelum pengecoran beton, dilakukan pengujian slump terhadap beton yang datang
ke lokasi. Nilai slump test dilokasi proyek hasilnya tidak boleh labih dari 12+ 2 cm.
4. Setelah slump yang didapat memenuhi standar, maka dilakukan pengambilan
sempel beton. Pengambilan sempel dengan bentuk silinder beton dengan diameter
15 cm dan tinggi 30 cm sebanyak 3 buah dari setiap mixer untuk uji tekan
beton.
5. Setelah pengujian slump dan pengambilan sempel selesai dilakukan, maka beton
tersebut siap untuk digunakan.
6. Dalam pembangunan proyek Apartemen Taman Melati proses pengecorannya
beton dari mixer truck yang sudah diuji dan lolos spesifikasi slump test, dituang
kedalam bucket yang disampingnya terdapat pekerja yang nantinya akan menuang
beton ke dalam bekisting kolom. Setelah dituang ke dalam bucket, bucket dan
pekerja diangkat menggunakan towercrane menuju bagian atas kolom yang akan
di cor. Setelah sampai diatas kolom kemudian di tuang secara langsung ke dalam
bekesting shear wall dan kolom dan kemudian dilakukan pemadatan beton
menggunakan concrete vibrator agar beton merata pada seluruh bagian yang dicor
dan untuk menghindari terjadinya keropos pada beton. Sketsa metode pengecoran
kolom dan shearwall bisa dilihat pada Gambar 5.21. Proses pengecoran kolom
dapat dilihat pada Gambar 5.22.

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 88


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Tower Crane

Bucket

Kolom

Gambar 5.21. Sketsa Pengecoran Kolom dan Shear wall


Setelah pekerjaan pengecoran selesai dan mendapat persetujuan pengawas, maka
dapat melangkahke pekerjaan selanjutnya yaitu pekerjaan pembongkaran bekisting dan
perawatan beton.
C. Pembongkaran Bekisting
Pembongkaran bekisting dilakukan minimal 12 jam untuk shear wall dan kolom.
Pada proyek ini bekisting dibongkar setelah 1-2 hari, kemudian bekisting dapat digunakan
kembali untuk pembuatan shear wall atau kolom berikutnya. Dalam pembongkaran
bekisting yang harus diperhatikan adalah dengan menyiram air ke beton terlebih dahulu
disertai memukul bekisting dengan palu agar bekisting mudah dilepas dan hindari melepas
bekisting tegak lurus bidang (harus sejajar bidang) agar permukaan beton tidak rusak.
D. Perawatan Beton
Perawatan beton dapat dilihat pada sub bab 5.5.5 point C.

Gambar 5.22 Pengecoran Shear Wall dan Kolom


5.9 Pekerjaan Balok dan Pelat Lantai
Pekerjaan balok dan pelat lantai pada proyek ini akan dibahas mengenai :
1. Pekerjaan pengukuran
2. Pemasangan bekisting balok dan pelat lantai meliputi pabrikasi dan pemasangan
3. Penulangan balok dan pelat lantai yang terdiri dari pabrikasi dan pemasangan

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 89


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

4. Pengecoran balok dan pelat lantai meliputi persiapan, pelaksanaan, perawatan beton
dan pembongkaran bekisting.
5.9.1 Pekerjaan Pengukuran
Pengukuran pada balok dan pelat lantai bertujuan agar balok dan pelat lantai sesuai
dengan gambar rencana.Adapun pekerjaan pengukurannya meliputi pengukuran horizontal,
pengukuran vertikal dan dimensi.
A. Pengukuran Horizontal
Pengukuran ini bertujuan agar balok sesuai pada as yang telah direncanakan.
Pengukuran dilakukan dengan mengikuti as kolom yang telah jadi.As kolom dijadikan
patokan agar as balok sesuai dengan gambar.Caranya dari as kolom yang telah ada, kita
lakukan pengukuran dengan meteran berapa jarak as balok dari as kolom, setelah itu tarik
garis dengan menggunakan benang.

Gambar 5.23 Sketsa Pengukuran Horizontal pada Balok dan Pelat


B. Pengukuran Vertikal
Pengukuran vertikal bertujuan untuk menentukkan letak ketinggian balok dan plat
lantai dari lantai dibawahnya sesuai dengan gambar rencana, berikut ini adalah langkah
pengukuran vertikal balok dan plat lantai :
1. Pengukuran Vertikal Balok
Pengukuran vertikal bertujuan untuk menentukkan letak ketinggian balok dari
lantai dibawahnya sesuai dengan gambar rencana. Letak balok sama dengan
tinggi kolom yang telah jadi sebelumnya. Tinggi kolom yang ada adalah tinggi
antar lantai dikurangi dengan tebal balok. Pengukuran menggunakan meteran.
Setelah itu diberi tanda marking. Pemasangan perancah harus tegak lurus dan
sama tinggi, pengukuran sama dengan pengukuran vertikal pada kolom. Jika
posisi ketinggian balok belum sesuai, maka screwjack pada perancah dapat
diputar untuk menaikkan atau menurunkan posisi balok. Untuk pengecekan
kelurusan balok yaitu dengan menempatkan benang disepanjang bentang balok.
Jika benang belum bisa diyakini, maka dapat menggunakan selang air.

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 90


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.24 Sketsa Pengukuran Vertikal pada Balok


2. Pengukuran Vertikal Plat Lantai
Pengukuran vertikal juga bertujuan untuk mengecek kelurusan dan kedataran
pelat lantai. Cara pengecekannya dengan menggunakan waterpass yang
ditembakkan ketitik sembarang dalam pelat lalu diukur ketinggiannya. Semua
titik harus memiliki ketinggian yang sama. Bila terjadi perbedaan yang besar,
maka terjadi ketidakrataan pelat lantai, untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada
Gambar 5.25.

Gambar 5.25 Sketsa Pengukuran Vertikal pada Pelat Lantai


C. Dimensi
Pengukuran dimensi balok dan pelat lantai bertujuan agar ukuran balok dan pelat
lantai sesuai dengan gambar rencana, berikut ini adalah langkah pengukuran dimensi balok
dan plat lantai :
1. Pengukuran Dimensi Balok
Pengukuran balok dilakukan dengan menggunakan meteran dengan mengukur
panjang, lebar, tinggi dari setiap balok sebelum dilakukan pengecoran.

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 91


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

2. Pengukuran Dimensi Plat lantai


Pengukuran ini dilakukan agar ketebalan Plat lantai sesuai dengan rencana.
Pengukuran dimensi plat lantai dibagi menjadi dua yaitu pengukuran bagian tepi
dan pengukuran di bagian tengah, berikut ini adalah langkah pengukuranya :
Langkah pengukuran bagian tepi plat lantai adalah dengan menarik benang
pada bagian tepi-tepi plat lantai sebagai penanda batas pengecoran plat
lantai
Langkah pengukuran pada bagian tengah adalah dengan memasang stick
yang terbuat dari baja di bebarapa titik di area plat lantai yang digunakan
sebagai penanda batas pengecpran plat lantai sehingga diharapkan plat
lantai datar dan tidak bergeelombang permukaanya.
Untuk lebih jelasnya lihat pada Gambar 5.26.

Gambar 5.26 Sketsa Pengukuran Dimensi Pelat Lantai

5.9.2 Bekisting Balok dan Pelat Lantai


Pelat lantai berfungsi menerima beban vertikal baik beban mati maupun beban
hidup yang kemudian disalurkan ke balok, sehingga balok dan pelat lantai harus menyatu
dengan sempurna. Pekerjaan bekisting balok dan pelat lantai memiliki dua tahapan
pekerjaan, yaitu pabrikasi dan pemasangan bekisting.
A. Pabrikasi Bekisting
Dalam pabrikasi bekisting, hal-hal yang perlu dipersiapkan antara lain :
1. Pembuatan rencana Pemotongan Bahan
Rencana pemotongan bahan untuk bekisting balok dan plat dapat dilihat
Lampiran Tabel 5.14
2. Rencana pemotongan bahan adalah rencana yang menunjukkan jumlah dan bentuk
pemotongan serta perakitan bekisting.
3. Persiapan Bahan
Persiapan bahan dapat dilihat pada 5.8.3 point A2.
4. Pemeriksaan Bahan
Pemeriksaan bahan dapat dilihat pada 5.8.3 point A3.
5. Perakitan Bekisting
Perakitan bekesting dapat dilihat pada 5.8.3 point A4.
B. Pemasangan Bekisting

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 92


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Pemasangan bekisting balok dan pelat lantai ini dilakukan setelah perancah
(scaffolding) dan kayu penumpu selesai dipasang, sehingga bekisting dapat datar dan rata.
Pemasangan bekisting balok dan pelat lantai dapat dilihat pada Gambar 5.27. Bagian-
bagian yang digunakan untuk pemasalahan scaffolding bias dilihat pada Tabel 5.15.

Gambar 5.27 Pemasangan Bekisting Balok dan Pelat Lantai

5.9.3 Penulangan Balok dan Plat Lantai


Pekerjaan penulangan pada balok dan pelat lantai sama seperti pada pekerjaan
penulangan pada kolom yang terdiri dari pabrikasi besi dan pemasangan tulangan balok
dan pelat lantai, namun penulangan dilakukan ditempat yang akan dikerjakan. Setelah
penulangan balok selesai, dilanjutkan penulangan pelat lantai atau bisa juga dilakukan
bersamaan.Pemasangan tulangan, bentuk, dan ukuran besi sesuai gambar rencana.
A. Pabrikasi
Pabrikasi tulangan adalah pekerjaan besi/tulangan yang meliputi pembuatan bar
bending schedule (rencana pembengkokan tulang), pemeriksaan tulangan, pekerjaan
pemotongan besi tulangan dan pembengkokkan besi tulangan yang sesuai dengan bar
bending schedule.Pekerjaan pabrikasi adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan Bar Bending Schedule
Bar bending schedule adalah rencana pemotongan dan pembengkokan tulangan
juga termasuk berat, panjang, dan segala kebutuhan yang berhubungan dengan
pembesian.Bar bending schedule dapat dilihat pada lampiran Tabel 5.16 dan
Tabel 5.17.
2. Pemeriksaan Tulangan
Pemeriksaan tulangan dapat dilihat pada 5.6.4 point A2.
3. Pemotongan Tulangan
Pemotongan tulangan dapat dilihat pada 5.6.4 point A3.
4. Pembengkokkan Tulangan

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 93


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Pembengkokkan tulangan dapat dilihat pada 5.6.4 point A4.


C. Pemasangan tulangan
Pemasangan tulangan balok dikerjakan bersamaan dengan pemasangan tulangan pelat
lantai. Pabrikasi dilaksanakan pada saat pemasangan bekisting selesai dikerjakan. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah akses pemasangan tulangan.
Pemasangan tulangan, bentuk, dan ukuran besi sesuai gambar rencana.Semua
pemasangan tulangan diikat dengan kawat bendrat agar tidak lepas saat pengecoran dan
perakitan sesuai dengan gambar rencana. Penulangan balok dan plat lantai dapat dilihat
pada Gambar 5.28.

Gambar 5.28 Penulangan Balok dan Plat lantai


5.9.4 Pengecoran Balok dan Pelat Lantai
Pekerjaan pengecoran beton pada balok dan pelat lantai terdiri dari persiapan,
pelaksanaan pengecoran, pembongkaran bekisting dan perawatan beton.

A. Persiapan Pengecoran
Persiapan pengecoran adalah pekerjaan yang dilakukan sebelum pelaksanaan
pengecoran dilaksanakan.Tahapan-tahapan persiapan pengecoran meliputi :
1. Pemesanan Beton Ready Mix
Pengecoran beton pada proyek ini menggunakan beton ready mix. Oleh karena itu
dilakukan pemesanan beton sesuai dengan spesifikasi kualitas beton.
2. Persiapan Alat-Alat Pengecoran
Persiapan alat-alat Pengecoran dapat dilihat pada 5.6.5 point A2.
3. Persiapan Tenaga Kerja
Persiapan Tenaga Kerja dapat dilihat pada 5.6.5 point A3.
4. Pembersihan Lokasi Pengecoran
Pembersihan Lokasi Pengecoran dapat dilihat pada 5.6.5 point A4.
B. Pelaksanaan Pengecoran

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 94


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Proses pengecoran balok dan pelat lantai menggunakan concrete pump atau bucket
dengan ready mix. Sebelum proses pengecoran dilaksanakan, maka perlu dilakukan hal hal
seperti di bawah ini :

1. Pemeriksaan bekisting balok dan pelat lantai


Posisi dan kondisi bekisting balok harus dicek lagi apakah sudah sesuai dengan
yang direncanakan.Bekisting untuk balok harus lurus sesuai dengan posisi as, tegak,
lurus, dan pada ujung bekisting dipastikan tidak akan bocor. Bekisting balok juga
harus kuat dan terpasang dengan kokoh agar tidak bergeser karena getaran dan
tekanan selama proses pengecoran berlangsung. Pemeriksaan bekisting meliputi :
Ukuran dimensi bekisting.
Elevasi posisi bekisting.
Posisi bekisting terhadap posisi horisontal maupun vertikal.
Kebersihan bekisting dan lokasi pengecoran.
Pemeriksaan sambungan bekisting balok dan pelat lantai.
Pemeriksaan perkuatan atau support bekisting.
2. Pemeriksaan penulangan balok dan pelat lantai
Pemeriksaan penulangan balok dan pelat lantai adalah :
Pemeriksaan jumlah dan ukuran tulangan utama.
Pemeriksaan jumlah, ukuran, jarak, dan posisi sengkang.
Pemeriksaan sambungan tulangan.
Pemeriksaan kekuatan bendrat pada sambungan tulangan utama dengan tulangan
sengkang.
Setelah semua pengecekan selesai maka pelaksanaan pengecoran balok dan pelat
lantai dapat dilaksanakan sebagai berikut :
1. Untuk pelaksanaan pengecoran balok dan pelat lantai menggunakan concrete
pump yang menyalurkan beton ready mix dari mixer truck ke lokasi
pengecoran. Pipa concrete pump dirangkai menggunakan klem sesuai ukuran
yang dikehendaki untuk posisi pengecoran.
2. Pengecoran dilakukan perlapis dimana setiap lapisan dipadatkan dengan
concrete vibrator agar terbentuk beton yang monolit.
3. Proses pengecoran dimulai pada posisi balok tepi kemudian menuju bagian
tengah pelat lantai.

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 95


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

4. Setelah beton keluar dari concrete pump diratakan dengan alat perata sesuai
dengan tinggi pengecoran yang sudah ditentukan. Dalam meratakan adukan
beton sesuai dengan ukuran dimensi pelat lantai, yaitu 15 cm, pengukuran
tebal pelat lantai menggunakan tongkat dengan ukuran ketinggian dan alat
auto level.
Metode pengecoran balok dan pelat lantai dapat dilihat pada Gambar 5.29.

Gambar 5.29 Pengecoran Balok dan Plat lantai


C. Pembongkaran bekisting
Pembongkaran bekisting dilakukan minimal 6 hari, jika ingin mempercepat waktu
pengikatan beton (dengan bahan kimia Tipe C) sesuai persyaratan SNI 03-2495-1991 dan
penambahan campuran tidak lebih dari 5% berat semen selama proses pengadukan. Pada
proyek ini pembongkaran dilakukan setelah 7-10 hari. Sebelum pembongkaran bekisting
dimulai, terlebih dahulu dibuat dudukan yang dipasang pada scaffolding di bawah lapis
pertama bodeman balok atau pelat lantai sebagai pijakan tenaga kerja bongkaran.
Pada pembongkaran bekisting balok dengan melepaskan terlebih dahulu siku
penjepit dan pengunci balok. Setelah dinding balok terbongkar semua baru dilanjutkan
dengan pembongkaran pelat lantai
D. Perawatan beton
Perawatan beton dilakukan dengan cara curing compound setelah beton mulai
mengeras selama 6 jam setelah beton didiamkan seusai pengecoran. Kemudian setelah
bekisting beton dibongkar maka perawatan beton diteruskan dengan cara menyiramnya
dengan air sehingga penguapan berlebih dari beton dapat dikurangi. Dengan demikian
retak beton yang timbul akibat pengaruh cuaca dapat dihindari.

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 96


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

5.10 Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Hal yang perlu diperhatikan dalam usaha pengendalian keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) adalah ketika terjadi kecelakaan, baik ringan maupun berat, maka akan timbul
biaya tak terduga yang besarnya sesuai dengan tingkat kerusakan yang ditimbulkan. Oleh
karena itu, salah satu upaya untuk menghindari kecelakaan kerja perlu adanya
pengendalian keselamatan dan kesehatan Kerja (K3).
Para pekerja harus menggunakan alat pelindung diri, jika tidak menggunakan alat
pelindung diri maka pekerja yang melanggar dapat terkena sangsi dan jika kesalahannya
terlalu fatal maka pekerja tersebut dapat dikeluarkan dari proyek tersebut.Penggunaan alat
pelindung diri juga sangat berpengaruh pada efektifitas pekerja. Pada ANSI Z10: 2005,
hirarki pengendalian dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
antara lain:
1. Sistem peringatan/warning system
Sistem peringatan adalah pengendalian bahaya yang dilakukan dengan memberikan
peringatan, instruksi, tanda, label yang akan membuat orang waspada akan adanya bahaya
dilokasi tersebut. Sangatlah penting bagi semua orang mengetahui dan memperhatikan
tanda-tanda peringatan yang ada dilokasi kerja sehingga mereka dapat mengantisipasi
adanya bahaya yang akan memberikan dampak kepadanya. Aplikasi di dunia industri untuk
pengendalian jenis ini antara lain berupa alarm system, detektor asap, tanda peringatan
(penggunaan APD spesifik, jalur evakuasi, area listrik tegangan tinggi), seperti pada
Gambar 5.30. Dalam pelaksanaan perkerja telah menaati peringatan yang telah
diberlakukan.

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 97


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.30 Rambu Sistem Peringatan

2. Pengendalian administratif/ administratif control


Kontrol administratif adalah pengandalian terhadap orang yang akan melakukan
pekerjaan, dengan dikendalikan metode kerja diharapkan orang akan mematuhi, memiliki
kemampuan dan keahlian cukup untuk menyelesaikan pekerjaan secara aman.Jenis
pengendalian ini antara lain seleksi karyawan, adanya standar operasi baku (SOP),
pelatihan, pengawasan, modifikasi prilaku, jadwal kerja, rotasi kerja, pemeliharaan,
manajemen perubahan, jadwal istirahat, investigasi, seperti pada Gambar 5.31.

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 98


Bab V Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar 5.31 Safety Morning Talk

3. Alat pelindung diri


Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan merupakan hal yang
paling tidak efektif dalam pengendalian bahaya,dan APD hanya berfungsi untuk
mengurangi resiko dari dampak bahaya. Karena sifatnya hanya mengurangi, perlu
dihindari ketergantungan yang hanya mengandalkan alat pelindung diri dalam
menyelesaikan setiap pekerjaan.
Alat pelindung diri adalah antara lain: Topi keselamatan (Helmet), kacamata
keselamatan, masker, sarung tangan, earplug, Pakaian (Uniform) dan sepatu keselamatan,
seperti pada Gambar 5.32.

Gambar 5.32 Pemakaian APD


+

Pembangunan Proyek Apartemen Taman Melati Surabaya 99

Anda mungkin juga menyukai