Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI BIOLOGI

MODUL III NILAI PRODUKTIVITAS PRIMER

Disusun sebagai laporan dalam pelakasanan praktikum mata kuliah


Oseanografi Biologi (OS2104)

Dosen Pengampu :

Dr. Susanna Nurdjaman, M.T.

Asisten :

Chintya Suci Wardani 12919036

Disusun Oleh :

Yashmine Salsabila Theo 10420014

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2021

i
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................ii


DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2. Tujuan.......................................................................................................................... 1
BAB II TEORI DASAR........................................................................................................... 3
2.1. Produktivitas primer .................................................................................................... 3
2.2. Faktor produktivitas primer ......................................................................................... 3
2.3. Distribusi Produktivitas Primer Berdasarkan Jenis Ekosistem ................................. 4
BAB III METODOLOGI ........................................................................................................ 5
3.1. Metode......................................................................................................................... 5
3.2. Alat dan Bahan ............................................................................................................ 5
3.3. Langkah Kerja ............................................................................................................. 5
BAB IV HASIL DAN ANALISIS ........................................................................................... 8
4.1. Hasil ............................................................................................................................ 8
4.2. Perhitungan................................................................................................................ 17
4.3. Analisis ...................................................................................................................... 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 22
5.1. Kesimpulan................................................................................................................ 22
5.2. Saran .......................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 23
LAMPIRAN............................................................................................................................ 24

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1.2.1 Visualisasi Januari 2013


Gambar 4.1.2.2 Visualisasi Februari 2013
Gambar 4.1.2.3 Visualisasi Maret 2013
Gambar 4.1.2.4 Visualisasi April 2013
Gambar 4.1.2.5 Visualisasi Mei 2013
Gambar 4.1.2.6 Visualisasi Juni 2013
Gambar 4.1.2.7 Visualisasi Juli 2013
Gambar 4.1.2.8 Visualisasi Agustus 2013
Gambar 4.1.2.9 Visualisasi September 2013
Gambar 4.1.2.10 Visualisasi Oktober 2013
Gambar 4.1.2.11 Visualisasi November 2013
Gambar 4.1.2.12 Visualisasi Desember 2013

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.1.1. Tabel Log Sheet NPP Daerah A Vertikal


Tabel 4.1.1.2. Tabel Log Sheet NPP Daerah A Horizontal
Tabel 4.1.1.3. Tabel Log Sheet NPP Daerah B Vertikal
Tabel 4.1.1.4. Tabel Log Sheet NPP Daerah B Horizontal
Tabel 4.1.1.5. Tabel Log Sheet NPP Daerah C Vertikal
Tabel 4.1.1.6. Tabel Log Sheet NPP Daerah C Horizontal
Tabel 4.1.1.7. Tabel Log Sheet NPP Daerah D Vertikal
Tabel 4.1.1.8. Tabel Log Sheet NPP Daerah D Horizontal
Tabel 4.1.1.9. Tabel Log Sheet NPP Daerah E Vertikal
Tabel 4.1.1.10. Tabel Log Sheet NPP Daerah E Horizontal

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Ekosistem perairan memiliki kompleksitas yang tidak kalah dari ekosistem terestrial.
Segala aktivitas di ekosistem memiliki sumber energi primer yaitu sinar matahari.
Sinar matahari dapat dimanfaatkan oleh organisme akuatik autotrof untuk
menghasilkan materi organik. Materi organik ini dapat dimanfaatkan oleh tingkatan
trofik selanjutnya yang heterotrof dan akan terjadi daur materi pada ekosistem tersebut.
Segala aktivitas ini dapat dikuantifikasi dengan nilai produktivitas primer yang pasti
dimiliki oleh setiap ekosistem atau komunitas, termasuk perairan.

Produktivitas primer perairan memiliki peran penting dalam siklus karbon dan rantai
makanan (Xiao et al., 2015) serta perannya sebagai pemasok kandungan oksigen
terlarut di perairan (Zang et al., 2014). Pada ekosistem akuatik sebagian besar
produktivitas primer perairan dilakukan oleh fitoplankton/microalgae (Reeder, 2017)
dan sebagian kecil oleh tumbuhan air/makro algae (Kirk, 2011). Dengan demikian,
praktikum ini memiliki urgensi untuk menentukan kualitas dari perairan berdasarkan
ketersediaan nutrisinya.

Pada praktikum ini, akan dilakukan perhitungan terhadap nilai produktivitas primer di
daerah C dengan metode botol gelap-botol terang dari sampel air yang diambil dengan
metode horizontal dan vertikal. Dilakukan juga olah data produktivitas primer bersih
dari keseluruhan perairan di Bumi dengan data yang tersedia dalam jaringan pada
laman oregonstates.edu. Data ini akan divisualisasikan dengan program Panoply
berupa gradien warna yang merepresentasikan nilai dari produktivitas primer bersih
lautan.

1.2. Tujuan

1. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas primer di perairan


2. Menentukan nilai produktivitas primer bersih dari perairan daerah C dengan
metode botol gelap terang
3. Menentukan pengaruh suhu dengan nilai produktivitas primer yang dihasilkan

1
4. Menentukan nilai produktivitas primer bersih tiap satuan volume tiap harinya
5. Menentukan variasi nilai produktivitas primer perairan di dunia

2
BAB II
TEORI DASAR

2.1. Produktivitas primer

Produktivitas memiliki makna jumlah dari jaringan hidup yang diproduksi per satuan
waktu. Jaringan hidup ini ditinjau dari kandungan karbon dari organisme hidup dalam
gram yang diproduksi per hari. Dengan demikian, satuan dari produktivitas adalah
𝑔𝐶𝑚−2 𝑑−1 dalam satuan luas kolom air atau 𝑔𝐶𝑚−3 𝑑 −1 untuk satuan volume air.
Produktivitas primer menunjukkan jumlah energi cahaya yang diubah menjadi energi
kimia oleh autotrof suatu ekosistem selama suatu periode waktu tertentu (Campbell, 2002).
Produktivitas primer dapat digunakan untuk menentukan kesuburan dari suatu daerah
perairan (Suwigyo, 1983). Produktivitas primer kotor yaitu jumlah dari karbon organik
yang dibuat oleh produsen primer. Terdapat pula produktivitas primer bersih, yaitu energi
yang tersisa dari total karbon organik setelah proses respirasi. Secara matematis,
produktivitas primer dapat dirumuskan sebagai berikut,
𝑁𝑃𝑃 = 𝐺𝑃𝑃 − 𝑅𝑠
NPP = Net Primary Production (Bersih)
GPP = Gross Primary Production (Kotor)
Rs = respirasi

2.2. Faktor produktivitas primer

Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai produktivitas primer yaitu cahaya, suhu, dan
nutrien.
1. Cahaya
Cahaya digunakan oleh makhluk hidup autotrof untuk melakukan proses fotosintesis
agar dapat menghasilkan sumber karbon bagi dirinya sendiri. Kebanyakan
organisme autotrof perairan, yaitu fitoplankton, hidup pada permukaan agar
mendapatkan cahaya matahari semaksimal mungkin. Zona dimana fitoplankton
tumbuh disebut zona fotis dan ditentukan kedalamannya berdasarkan seberapa
banyak intensitas cahaya yang dapat menembus air. Hal ini dipengaruhi oleh zat yang
berada pada atmosfir yang dapat menyerap, memantulkan, atau meneruskan radiasi
matahari.
Terdapat gelombang cahaya spesifik (photosynthetically available radiation)yang
digunakan untuk proses fotosintesis 400-700 nanometer. Semakin tinggi intensitas
cahaya, semakin efektif proses fotosintesis yang berjalan hingga batas tertentu.
Cahaya yang terlalu intens dapat menghambat fotosintesis sementara kurangnya
cahaya tidak akan mencukupi untuk melakukan fotosintesis.

3
2. Suhu
Laju fotosintesis dari fitoplankton akan meningkat seiring naiknya suhu perairan.
Meskipun demikian, suhu yang terlalu tinggi dapat menghambat proses fotosintesis
fitoplankton dan dapat berakhir letal. Hal ini karena terdapat toleransi suhu bagi
fitoplankton untuk hidup. Pada daerah tropis dan subtropis, suhu perairan akan lebih tinggi
dan sangat mendukung untuk kegiatan fotosintesis sehingga tingkat produktivitas primer
perairan juga akan meningkat dibandingkan musim-musim lainnya.

3. Nutrien
Fotosintesis dan kemosintesis akan menghasilkan nutrien organik dari unsur-unsur
anorganik. Berdasarkan kebutuhannya, nutrien dapat dibagi menjadi makronutrien dan
mikronutrien. Makronutrien merupakan nutrien esensial yang dibutuhkan dalam jumlah
relatif besar (jumlah makro) bagi organisme. Makronutrien terdiri dari unsur O, C, N, P,
S, K, Mg, dan Ca. Mikronutrien merupakan nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah kecil
bagi organisme. Mikronutrien terdiri dari unsur Fe, Mn, Cu, Zn, B, Si, Mo, Cl, Co,
dan Na. Nutrien yang paling esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan plankton yaitu
nitrogen dalam bentuk NO3 dan fosfor dalam bentuk PO4. Keberadaan dua unsur tersebut
merupakan salah satu indikator dan faktor pembatas pertumbuhan plankton di perairan.
Algae diatom yang membentuk frustul dan spikula juga membutuhkan material berupa
silika sebagai nutrien utamanya. Nutrien yang tinggi dengan alkalinitas yang rendah adalah
faktor pembatas produktivitas primer di perairan (Reeder, 2017). Aktivitas manusia,
gerakan massa air, dan pembusukan bahan organik mempengaruhi nutrien di perairan.
Seiring bertambahnya nutrien, nilai produktivitas primer akan meningkat.
2.3. Distribusi Produktivitas Primer Berdasarkan Jenis Ekosistem

Daerah pesisir pantai memiliki produktivitas primer yang paling tinggi dibandingkan
daerah laut lainnya karena banyak nutrien dari aktivitas manusia di kawasan terestrial
yang mengalir ke laut. Intensitas cahaya matahari lebih tinggi di daerah pesisir karena air
masih dangkal sehingga memperluas zona fotik. Pada zona ini, organisme autotrof dapat
melakukan fotosintesis dan meningkatkan nilai produktivitas primer. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa kebanyakan ekosistem yang hangat dan dekat dengan
khatulistiwa akan memiliki

4
BAB III
METODOLOGI

3.1. Metode

Untuk mengukur nilai produktivitas primer bersih, akan digunakan metode pengukuran
botol gelap-terang dengan posisi horizontal dan vertikal. Percobaan ini dilakukan di
daerah yang berbeda dengan sampel air yang berbeda juga. Dilakukan juga metode
secara online dengan menggunakan satelit dan program Panoply untuk
memvisualisasikan nilai produktivitas primer perairan di dunia.

3.2. Alat dan Bahan

1. GPS Handheld
2. Alat tulis
3. Log sheet
4. Papan jalan
5. Botol kaca (botol bening/transparan, botol yang dilapisi lakban hitam, botol botol
yang dilapisi solatip, dan botol coklat)
6. DO meter celup
7. Tali tambang
8. Kabel tis
9. Pemberat
10. Pelampung (jerigen 2L)
11. Aqua dm

3.3. Langkah Kerja

3.3.1. Metode Horizontal


1. Ditentukan stasiun pengamatan menggunakan GPS handheld, catat pada
Log Sheet.
2. Diambil sampel air awal, ukur DO dan temperatur air lalu catat pada Log
Sheet.
3. Dimasukkan sampel air ke dalam botol terang, semi gelap, dan gelap.
Botol ditutup selama masih berada dalam air, pastikan tidak ada udara di
dalam botol.
4. Ditutup celah antara tutup botol dan botol dengan lakban hitam

5
5. Dimasukkan ke dalam air
6. Dilakukan inkubasi in situ selama 4-5 jam di titik-titik yang ditentukan,
catat waktu masa inkubasi
7. Diukur DO dan temperatur pada masing-masing botol lalu catat pada Log
Sheet.
3.3.2. Metode Vertikal
1. Ditentukan stasiun pengamatan menggunakan GPS handheld, catat pada
Log Sheet.
2. Diambil sampel air awal, ukur DO dan temperatur air, lalu catat pada
Log Sheet
3. Dimasukkan sampel air ke dalam botol terang, semi gelap, dan gelap.
Totop botol selama masih berada dalam air, pastikan tidak ada udara di
dalam botol
4. Ditutup celah antara tutup botol dan botol dengan lakban hitam
5. Diikatkan set botol dengan urutan pemberat – set 2 – set 1 – botol set
horizontal – pelampung
6. Dimasukkan ke dalam air
7. Dilakukan inkubasi ex situ selama 4-5 jam di titik-titik yang ditentukan,
catat waktu masa inkubasi
8. Diukur DO dan temperatur pada masing-masing botol lalu catat pada Log
Sheet
3.3.3. Metode Satelit (Online)
1. Dibuka situs
http://sites.science.oregonstate.edu/ocean.productivity/index.php
2. Ditekan submenu Standard Product.
3. Dipilih monthly pada pilihan time span, 1080 x 2160 pada pilihan grid
size dan hdf pada file format. Dipilih get data
4. Dipilih data yang dibutuhkan di tabel untuk diunduh
5. Diextract data yang telah diunduh dengan program WinRAR
6. Dibuka situs https://www.giss.nasa.gov/tools/panoply/
7. Dipasang Java Runtime Environment
8. Dipilih download panoply dan gunakan versi yang sesuai dengan
komputer
9. Dibuka aplikasi Panoply
6
10. Dibuka file data dengan format hdf yang telah diextract
11. Dipilih bagian dengan judul “npp” lalu tekan pilihan Create Plot.
12. Dipilih tipe Color contour plot dengan “fakeDim1” sebagai sumbu-X dan
“fakeDim0” sebagai sumbu-Y. Ditekan Create.
13. Ditekan menu plot lalu pilih Swap Y Axis Bound untuk membalikkan
peta
14. Ditekan menu file dan save image as untuk menyimpan visualisasi data

7
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS

4.1. Hasil

4.1.1. Hasil Log Sheet Pengamatan Lima Daerah Botol Gelap Terang

Log Sheet Pengamatan NPP Daerah A


Kelompok : 1&2
A. Vertikal
Waktu
Sampel DO (mg/L) Temperatur(C) Pengukuran
Botol Awal 8,8 31,5 11:36
Botol Terang set 1 6,4 28,9 18:30
Botol Terang set 2 6,5 28,8 18:30
Botol dengan Solatip set 1 7,3 28,7 18:30
Botol dengan Solatip set 2 8,1 28,8 18:30
Botol Coklat set 1 6,7 28,9 18:30
Botol Coklat set 2 6,9 28,7 18:30
Botol Gelap set 1 8,1 29 18:30
Botol Gelap set 2 6,9 28,8 18:30
Tabel 4.1.1.1. Tabel Log Sheet NPP Daerah A Vertikal
B. Horizontal
Temperatur Waktu
Sampel DO (mg/L) (oC) Pengukuran
Botol Awal 8,9 32,2 11:32
Botol Terang set 1 7 29,1 18:30
Botol dengan Solatip 7,9 29,2 18:30
Botol Coklat 7,9 29,2 18:30
Botol Gelap 7,5 29,1 18:30

Log Sheet Pengamatan NPP Daerah B


Kelompok : 3&4
A. Vertikal

Waktu
Sampel DO (mg/L) Temperatur (oC) Pengukuran
Botol Awal 12 31.5 12:12
Botol Terang set 1 3.3 28.5 18:12
Botol Terang set 2 3.3 28 18:12
Botol dengan Solatip set 1 3.3 28.5 18:12

8
Botol dengan Solatip set 2 3.6 28.5 18:12
Botol Coklat set 1 4.2 28.5 18:12
Botol Coklat set 2 3 28 18:12
Botol Gelap set 1 3.2 28.5 18:12
Botol Gelap set 2 3.4 28 18:12

B. Horizontal

Waktu
Sampel DO (mg/L) Temperatur (oC) Pengukuran
Botol Awal 12 32.2 12:12
Botol Terang set 1 4.6 29.3 18:12
Botol dengan Solatip 4.8 29.3 18:12
Botol Coklat 4.9 29.1 18:12
Botol Gelap 2.9 29.3 18:12

Log Sheet Pengamatan NPP Daerah C


Kelompok : 5&6
A. Vertikal
Waktu
Sampel DO (mg/L) Temperature (C) Pengukuran
Botol Awal 8 31.6 11:45
Botol Terang set 1 7.7 28.7 19:16
Botol Terang set 2 6.9 28.9 19:16
Botol dengan Solatip set 1 6.5 29 19:16
Botol dengan Solatip set 2 6.9 28.9 19:16
Botol Coklat set 1 7.3 28.7 19:16
Botol Coklat set 2 8.2 28.5 19:16
Botol Gelap set 1 6.7 28.8 19:16
Botol Gelap set 2 8 28.3 19:16

B. Horizontal

Waktu
Sampel DO (mg/L) Temperatur (C) Pengukuran
Botol Awal 8.3 31.5 11:41

9
Botol Terang set 1 7.3 28.8 19:16
Botol dengan Solatip 7.1 28.9 19:16
Botol Coklat 8.1 28.8 19:16
Botol Gelap 8.1 28.7 19:16

Log Sheet Pengamatan NPP Daerah D


Kelompok : 7&8&9
A. Vertikal
Waktu
Sampel DO (mg/L) Temperatur (oC) Pengukuran
Botol Awal 17,3 23,4 9:15
Botol Terang set 1 9,4 28,2 16:28
Botol Terang set 2 10,4 27,3 16:28
Botol dengan Solatip set 1 9,8 28 16:28
Botol dengan Solatip set 2 9,6 28,3 16:28
Botol Coklat set 1 7,8 28 16:28
Botol Coklat set 2 7,5 28,5 16:28
Botol Gelap set 1 7,2 27,8 16:28
Botol Gelap set 2 6,8 28,1 16:28

B. Horizontal
Waktu
Sampel DO (mg/L) Temperatur (oC) Pengukuran
Botol Awal 15,3 23,2 9:15
Botol Terang set 1 8,4 28,1 16:28
Botol dengan Solatip 7,5 28,5 16:28
Botol Coklat 7,9 28 16:28
Botol Gelap 8,1 28,1 16:28

Log Sheet Pengamatan NPP Daerah E


Kelompok : 10&11&12
A. Vertikal
Waktu
Sampel DO (mg/L) Temperatur (oC) Pengukuran
Botol Awal 12 31.5 12:12
Botol Terang set 1 3.3 28.5 18:12
Botol Terang set 2 3.3 28 18:12
Botol dengan Solatip set 1 3.3 28.5 18:12
Botol dengan Solatip set 2 3.6 28.5 18:12

10
Botol Coklat set 1 4.2 28.5 18:12
Botol Coklat set 2 3 28 18:12
Botol Gelap set 1 3.2 28.5 18:12
Botol Gelap set 2 3.4 28 18:12

B. Horizontal

Waktu
Sampel DO (mg/L) Temperatur (oC) Pengukuran
Botol Awal 12 32.2 12:12
Botol Terang set 1 4.6 29.3 18:12
Botol dengan Solatip 4.8 29.3 18:12
Botol Coklat 4.9 29.1 18:12
Botol Gelap 2.9 29.3 18:12

4.1.2. Hasil Visualisasi Data NPP Dunia dengan Panoply

Gambar 4.1.2.1 Visualisasi Januari 2013

11
Gambar 4.1.2.2 Visualisasi Februari 2013

Gambar 4.1.2.3 Visualisasi Maret 2013

12
Gambar 4.1.2.4 Visualisasi April 2013

Gambar 4.1.2.5 Visualisasi Mei 2013

13
Gambar 4.1.2.6 Visualisasi Juni 2013

Gambar 4.1.2.7 Visualisasi Juli 2013

14
Agustus

September 2013

15
Oktober

November

16
Gambar 4.1.2.12 Visualisasi Desember 2013

4.2. Perhitungan

4.2.1. Perhitungan dan Pengolahan Data NPP pada Lima Daerah


Rumus matematika untuk mencari nilai NPP dari percobaan gelap-terang

Untuk mencari NPP tiap satuan volume tiap harinya, digunakan rumus berikut,

17
Berikut adalah nilai NPP yang telah ditabulasikan,
Daerah A
A. Vertikal

Set 1 Set 2
Solatip Coklat Gelap Solatip Coklat Gelap
Respirasi 1,5 2,1 0,7 0,7 1,9 1,9
GPP -0,9 -0,3 -1,7 -1,6 -0,4 -0,4
NPP -2,4 -2,4 -2,4 -2,3 -2,3 -2,3
-
NPP perhari 1565,217 -1565,217 -1565,217 -1500 -1500 -1500

B. Horizontal

Solatip Coklat Gelap


Respirasi 1 1 1,4
GPP -0,9 -0,9 -0,5
NPP -1,9 -1,9 -1,9
NPP perhari -1227,284472 -1227,284472 -1227,284472

Daerah B
A. Vertikal

Set 1 Set 2
6 Solatip Coklat Gelap Solatip Coklat Gelap
Respirasi 8,7 7,8 8,8 8,4 9 8,6
GPP 0 -0,9 0,1 -0,3 0,3 -0,1
NPP -8,7 -8,7 -8,7 -8,7 -8,7 -8,7
NPP perhari -6525 -6525 -6525 -6525 -6525 -6525

18
B. Horizontal

Solatip Coklat Gelap


Respirasi 7,2 7,1 9,1
GPP -0,2 -0,3 1,7
NPP -7,4 -7,4 -7,4
NPP perhari -5550 -5550 -5550

Daerah C
A. Vertikal

Set 1 Set 2
7.516 Solatip Coklat Gelap Solatip Coklat Gelap
Respirasi 1,5 0,7 1,3 1,1 -0,2 0
GPP 1,2 0,4 1 0 -1,3 -1,1
NPP -0,3 -0,3 -0,3 -1,1 -1,1 -1,1
NPP perhari -0,1796 -0,1796 -0,1796 -0,6586 -0,6586 -0,6586

B. Horizontal

Solatip Coklat Gelap


Respirasi 1,2 0,2 0,2
GPP 0,2 -0,8 -0,8
NPP -1 -1 -1
NPP perhari -0,5934 -0,5934 -0,5934

Daerah D
A. Vertikal

Set 1 Set 2
t=7,2167 Solatip Coklat Gelap Solatip Coklat Gelap
Respirasi 7,5 9,5 10,1 7,7 9,8 10,5
GPP -0,4 1,6 2,2 0,8 2,9 3,6
NPP -7,9 -7,9 -7,9 -6,9 -6,9 -6,9
-
NPP perhari -4926,09 -4926,09 -4926,09 -4302,5 4302,5 -4302,5

B. Horizontal

Solatip Coklat Gelap


Respirasi 7,8 7,4 7,2
GPP 0,9 0,5 0,3
NPP -6,9 -6,9 -6,9
NPP perhari -4302,540416 -4302,540416 -4302,540416

19
Daerah E
A. Vertikal

t Set 1 Set 2
6 Solatip Coklat Gelap Solatip Coklat Gelap
Respirasi 8.7 7.8 8.8 8.4 9 8.6
GPP 0 -0.9 0.1 -0.3 0.3 -0.1
NPP -8.7 -8.7 -8.7 -8.7 -8.7 -8.7
NPP Perhari -6525 -6525 -6525 -6525 -6525 -6525

B. Horizontal

t Set 1
6 Solatip Coklat Gelap
Respirasi 7.2 7.1 9.1
GPP -0.2 -0.3 1.7
NPP -7.4 -7.4 -7.4
NPP Perhari -5550 -5550 -5550

4.3. Analisis

Metode pengambilan data NPP beragam. Beberapa metode lain yang dapat digunakan
untuk mengukur NPP selain botol gelap terang yaitu metode harvest, bom kalorimeter,
dan metode klorofil. Metode harvest menggunakan prinsip perhitungan biomassa
berupa berat segar. Salah satu yang dapat diharvest adalah makrofita. Metode bom
kalorimeter menggunakan prinsip kenaikan suhu sebesar satu derajat yang setara
dengan 1 kcal energi. Metode klorofil menggunakan prinsip menghitung klorofil dari
fitoplankton dari perairan tertentu.

Kelebihan dari metode gelap-terang untuk pengambilan NPP adalah tidak dibutuhkan
alat yang mahal, hasil NPP dapat langsung keluar, prosedurnya simpel, menyediakan
informasi tentang laju fotosintesis dan respirasi, dan dapat dilakukan secara in situ.
Kekurangannya yaitu kurangnya akurasi dan sensitifitas karena terlalu banyak faktor
luar yang mempengaruhi sampel, adanya gelembung akan mengganggu pengukuran,
danperubahan suhu harus diperhatikan agar seminimal mungkin.

20
Berdasarkan perhitungan, NPP per hari yang didapatkan di daerah percobaan memiliki
selisih yang signifikan. Hal ini terjadi karena adanya faktor fisis, kimia, dan biologi dari
tiap daerah pengambilan sampel. Misalnya, NPP pada daerah A dan B nilai NPP cukup
tinggi yang berarti dapat diprediksi daerah tersebut berada di dekat pesisir pantai.
Daerah pesisir pantai lebih dangkal sehingga zona fotis untuk tempat terjadinya
fotosintesis lebih luas. Dangkalnya daerah pesisir memungkinkan intesitas cahaya
matahari yang maksimal sehingga mendorong laju fotosintesis pada fitoplankton dan
mengurangi laju respirasi saat gelap. Cahaya matahari yang cukup juga membuat suhu
perairan menjadi lebih hangat. Suhu yang hangat dapat menjadi faktor lebih cepatnya
terjadi fotosintesis karena metabolisme dari sel tidak akan terganggu. Selain itu, daerah
pesisir pantai sangat kaya akan makronutrien dan mikronutrien dari aliran sungai.
Nutrien ini berasal dari aktivitas manusia, misalnya dari pupuk pertanian yang tersapu
air hujan. Jika diperhatikan, daerah C, D, dan E memiliki nilai NPP yang rendah.
Dengan demikian dapat diprediksi bahwa ketiga daerah tersebut berada jauh dari
pesisir. Zona fotis lebih sedikit dan suhu cenderung lebih dingin, sehingga hasil
fotosintesis tidak akan semaksimal fitoplankton yang berada di pesisir. Makronutrien
dan mikronutrien yang sampai ke daerah jauh dari pesisir juga lebih sedikit karena telah
digunakan oleh organisme pesisir sehingga metabolisme dari fitoplankton tidak
berlangsung cepat.

Jika menggunakan data NPP dunia yang diunduh dan divisualisasikan lewat Panoply,
dapat dilihat bahwa daerah pinggir pantai memiliki nilai NPP yang lebih tinggi. Nilai
NPP pada bulan Januari dan Februari memiliki nilai NPP yang lebih tinggi di bumi
bagian utara karena sedang terjadi musim panas. Nilai NPP pada musim panas juga
lebih tinggi dibanding musim-musim lainnya. Hal ini terjadi karena suhu pada musim
panas lebih hangat dari musim lainnya sehingga meningkatkan laju fotosintesis dari
fitoplankton. Sebagai perbandingan, daerah tropis, terutama khatulistiwa mempunyai
nilai NPP yang stabil sepanjang tahun karena perubahan suhu antar bulan yang minim
dan cenderung mempunyai suhu perairan yang hangat sehingga mendukung
produktivitas primer.

21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

Produktivitas primer bersih dipengaruhi oleh beberapa faktor fisis, kimia, dan
biologis. Beberapa faktor yang dibahas pada praktikum adalah cahaya matahari, suhu,
dan nutrien yang tersedia di perairan. Produktivitas primer bersih perairan dapat diukur
dengan metode botol gelap terang. Pada botol terang, cahaya dapat menembus botol
sehingga autotrof dapat melakukan fotosintesis dan proses respirasi. Sementara, pada
botol gelap cahaya tidak dapat menembus sehingga autotrof hanya melakukan respirasi.
Semakin hangat suhu dari perairan, laju fotosintesis semakin cepat sehingga NPP juga
semakin tinggi. NPP pada daerah A sebesar -2.4 dan -1.9. NPP pada daerah B sebesar
-7 dan -7.4. NPP pada daerah C sebesar -0.3 dan -1. NPP pada daerah D sebesar -7.9
dan -6.9. NPP pada daerah E sebesar -8.7 dan -.74. NPP per hari pada daerah A sebesar
-1565.217 dan -1227.284. NPP per hari pada daerah B sebesar -6525 dan -5550. NPP
per hari pada daerah C sebesar -0.1796 dan -0.5934. NPP per hari pada daerah D sebesar
-4926.09 dan -4302.54, NPP per hari pada daerah E sebesar -6525 dan -5550. Variasi
nilai produktivitas primer di dunia dipengaruhi oleh musim dan koordinat. NPP pada
musim panas lebih tinggi daripada musim lainnya. Semakin dekat dengan daerah tropis
dan pesisir, NPP cenderung lebih tinggi.

5.2. Saran

1. Sebaiknya diadakan alternatif program Panoply karena dari pengalaman


pribadi, PC yang 32 bit tidak dapat membuka program ini

22
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A., & Reece, J. B. (2002). Biology. 6th ed. San Francisco: Benjamin Cummings.
Fathurohman, Azkal. 2019. “Praktikum Oseanografi Biologi Modul Nilai Produktivitas
Primer”. Bandung: Program Studi Oseanografi Fakultas Ilmu dan Teknologi
Kebumian Institut Teknologi Bandung.
Kirk JTO, 2011. Light and Photosynthesis in Aquatic Ecosystems. Third Edition. New York:
Cambridge University Press
Muhtadi, A. (2017). Produktivitas Primer Perairan. Researchgate.Net, 14(1), 1–19.
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.18131.07203
Nuzapril, M., Susilo, S. B., & Panjaitan, J. P. (2017). Estimasi Produktivitas Primer Perairan
Berdasarkan Satelit Landsat-8 Di Perairan Kepulauan Karimun Jawa (Estimation Of
Sea Primary Productivity Based On Chlorophyll-A Concentration Derived From
Satellite Landsat-8 Imagery In Karimun Jawa Island). Jurnal Penginderaan Jauh,
14(1), 25–36.
O’Malley, Robert. 2017. “Ocean Productivity Site”.
http://sites.science.oregonstate.edu/ocean.productivity/standard.product.php
(Diakses pada 15 Oktober 2021)
Reeder B. C. 2017. Primary productivity limitations in relatively low alkalinity,
highphosphorus, oligotrophic Kentucky reservoirs. Ecological Engineering, (in press)
Xiao X, Y. Wang, H. Zhang, X. Yu. 2015. Effects of primary productivity and ecosystem size
on food-chain length in Raohe River, China. Acta Ecologica Sinica, 35 : 29–34.
http://dx.doi.org/10.1016/j.chnaes.2015.04.003
Yulianto, Dwi. 2014. TINGKAT PRODUKTIVITAS PRIMER DAN KELIMPAHAN
FITOPLANKTON BERDASARKAN WAKTU YANG BERBEDA DI PERAIRAN
PULAU PANJANG, JEPARA. Diponegoro Journal of Maquares. 195-200
Zhang, C., and Han, M., 2015. Mapping Chlorophyll-a Concentration in Laizhou Bay Using
Landsat-8 OLI data. Proceedings of the 36th IAHR World Congress. Netherland.

23
LAMPIRAN

24

Anda mungkin juga menyukai