Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

PETROLOGI
ACARA III
BATUAN SEDIMEN KLASTIK

Disusun Oleh:
HIDAYATUL REZZI
BP/NIM: 2022/22137045

PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Hari / Tanggal : Kamis/ 5 Oktober 2023
SESI / JAM : 202311370039 / 15.01-17.00 WIB

Dosen Pengampu:
Harizona Aulia Rahman, S.T., M.Eng.
NIP: 198904292019031008

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK


PERTAMBANGAN DEPARTEMENT TEKNIK
PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI
PADANG 2023
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM PETROLOGI
ACARA III
BATUAN SEDIMEN KLASTIK

Disusun Oleh:
Hidayatul Rezzi
BP/NIM: 2022/22137045

Disetujui Untuk Laboratorium Geologi


Tambang Jurursan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang

Tanggal : Oktober 2023


Asisten Pembimbing Asisten Pembimbing

(Dinda Rizki Fadhilah Marpaung) (Indra Pernanda.P Nasution)


BP/NIM : 2021/21137032 BP/NIM: 2021/21137040
LEMBARAN KONSULTASI / ASISTENSI
Nama : Hidayatul Rezzi
NIM 22137045
Acara : Batuan Sedimen Klastik
Asistensi Labor : 1. Dinda Rizki Fadhilah Marpaung
2. Indra Pernanda Putra Nasution
Hari/Tanggal Keterangan Paraf

Padang , Oktober 2023


Asisten Pembimbing Asisten Pembimbing

(Dinda Rizki Fadhilah Marpaung) (Indra Pernanda.P Nasution)


BP/NIM : 2021/21137032 BP/NIM: 2021/21137040
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
sehingga laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya. Laporan ini disusun agar
mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar Petrologi beserta mengaplikasikannya
dalam dunia pertambangan. Dengan telah tersusunnya laporan ini, maka saya
selaku penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1. Harizona A. Rahman, S. T., M. Eng selaku dosen pengampu mata kuliah
petrologi beserta staff pengajar lainnya.
2. Dinda Rizki Fadhilah Marpaung dan Indra Pernanda Putra N. selaku asisten
pembimbing praktikum Petrologi yang telah memberikan bimbingan dan
arahan.
3. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah
membantu menyusun sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
Laporan ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Petrologi. Oleh
karena itu, saya mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dan
dapat menjadikan Laporan ini jauh lebih baik lagi. Saya mohon maaf atas
kesalahan maupun kekurangan dalam penyusunan Laporan ini. Semoga Laporan
Praktikum Petrologi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, dan dapat menambah
wawasan bagi para pembacanya. Terimakasih.

Padang, 15 Oktober 2023

Hidayatul Rezzi
NIM/BP: 22137045/2022

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................2
D. Alat dan Bahan......................................................................................2
BAB II TEORI DASAR....................................................................................3
A. Batuan Piroklastik.................................................................................3
B. Proses Pembentukan Batuan Piroklastik...............................................4
C. Deskripsi Batuan Piroklastik.................................................................5
BAB III PEMBAHASAN..................................................................................10
A. Deskripsi Batuan I.................................................................................10
B. Deskripsi Batuan II................................................................................12
C. Deskripsi Batuan III..............................................................................14
D. Deskripsi Batuan IV..............................................................................16
E. Deskripsi Batuan V...............................................................................18
F. Deskripsi Batuan VI..............................................................................20
BAB IV PENUTUP............................................................................................22
A. Kesimpulan............................................................................................22
B. Saran......................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................23
LAMPIRAN.......................................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana bagian
lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi daratan adalah
bagian dari kulit bumi yang dapat diamati langsung dengan dekat, maka
banyak hal-hal yang dapat diketahui secara cepat dan jelas. Salah satu
diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh jenis batuan
yang berbeda satu sama lain dan berbeda-beda materi penyusun serta
berbeda pula dalam proses terbentuknya (Wijayanto, 2022).
Petrologi adalah bidang ilmu geologi yang terfokus pada studi
mengenai batuan dan kondisi pembentukannya. Petrografi adalah cabang
dari petrologi yang menjelaskan deskripsi rinci dari batuan berdasarkan
kandungan mineral dan tekstur. Batuan merupakan sekumpulan mineral
yang membeku, mineral tersebut umumnya disebut sebagai rock-forming
minerals. Dengan mengidentifikasi masing-masing mineral yang terdapat
pada batuan dengan bantuan mikroskop, pengklasifikasian dapat
dilakukan. Karakteristik dari tiap tiap jenis batuan tersebut dapat
dibedakan dari persentase mineral-mineral yang membentuk batuan
tersebut (Tantowi, 2018).
Analisa Petrologi merupakan dasar yang sangat penting untuk
menentukan analisis selanjutnya. Dalam analisis ini menggunakan
mikroskop polarisasi. Analisis petrografi dilakukan untuk contoh batuan
yang diambil, mencakup pemerian primer, sekunder serta tekstur batuan.
Dengan demikian dapat diketahui nama dan jenis batuan serta himpunan
mineral alterasi yang ada (Harjanto, 2011).
Batuan adalah sekumpulan mineral-mineral yang menjadi satu.
Batuan bisa terdiri dari satu macam mineral saja atau campuran beberapa
mineral (Zuhdi, 2019). Sedimen merupakan bahan atau partikel yang
terdapat di permukaan bumi (di daratan ataupun lautan), yang telah
mengalami proses pengangkutan (transportasi) dari satu tempat (kawasan)
ke tempat lainnya.

1
Air dan angin merupakan agen pengangkut yang utama. Sedimen ini
apabila mengeras (membatu) akan menjadi batuan sedimen. I lmu yang
mempelajari batuan sedimen disebut dengan sedimentologi (Noor, 2009).
A. Rumusan Masalah
1. Apa itu batuan Sedimen Klastik?
2. Bagaimana proses terbentuknya batuan Sedimen Klastik?
3. Bagaimana cara mendeskripsikan batuan Sedimen Klastik?
B. Tujuan
1. Mengetahui apa itu batuan Sedimen Klastik.
2. Mengetahui bagaimana proses terbentuknya batuan Sedimen Klastik.
3. Mengetahui bagaimana cara mendeskripsikan batuan Sedimen Klastik.
C. Manfaat
1. Kita dapat mengetahui apa itu batuan Sedimen Klastik.
2. Kita dapat mengetahui bagaimana proses terbentuknya batuan Sedimen
Klastik.
3. Kita dapat mengetahi bagaimana cara mendeskripsikan batuan Sedimen
Klastik.
D. Alat dan Bahan
1. Sampel batuan
2. Lembar deskripsi
3. Lup
4. Komparator
5. Larutan HCl
6. Buku dan Alat tulis

2
BAB II
TEORI DASAR
A. Batuan Sedimen Klastik
Sedimen adalah setiap partikel yang dapat ditransport oleh aliran
fluida yang kemudian diendapkan sebagai sedimen. Pada umumnya,
sedimen diangkut dan dipindahkan oleh air, oleh angin dan oleh es.
Endapan pasir pantai dan endapan pada saluran sungai adalah contoh-
contoh dari pengangkutan dan pengendapan fluvial, meskipun sedimen
dapat juga mengendap pada aliran yang sangat lambat atau pada air yang
relatif diam seperti di danau atau di lautan. Endapan “sand dunes” dan
endapan “loess” yang terdapat di gurun merupakan contoh dari
pengangkutan dan pengendapan yang disebabkan oleh proses angin,
sedangkan endapan “moraine” yang terdapat di daerah yang beriklim
dingin merupakan contoh dari pengangkutan dan pengendapan proses
gletser (Noor, 2012).
Batuan Sedimen adalah batuan yang paling banyak tersingkap di
permukaan bumi, kurang lebih 75 % dari luas permukaan bumi, sedangkan
batuan beku dan metamorf hanya tersingkap sekitar 25 % dari luas
permukaan bumi. Oleh karena itu, batuan sediment mempunyai arti yang
sangat penting, karena sebagian besar aktivitas manusia di permukaan
bumi terdapat di atas jenis batuan ini (Suroyo, 2019).
Berdasarkan asalnya batuan terdiri dari dua jenis yaitu sedimen
klastik dan sedimen non klastik. Sedimen klastik adalah batuan sedimen
yang tersusun oleh hasil hancuran (fragmen) batuan lain yang sudah ada
terlebih dahulu (batuan asal) baik dari batuan beku, sedimen, maupun
metamorf. Umumnya telah mengalami transportasi atau perpindahan.
Sedangkan batuan sedimen non klastik adalah batuan sedimen yang
tersusun oleh hasil reaksi tertentu, baik bersifat anorganis, biokimiawi,
atau biologis. Umumnya merupakan hasil litifikasi dari koloid, maka akan
merupakan massa batuan yang kristalin dan berbutir seragam, dan belum
mengalami transportasi atau perpindahan (Sidiq, 2019)

3
B. Proses Pembentukan Batuan Sedimen Klastik
Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk karena proses
diagnesis dari material batuan lain yang sudah mengalami sedimentasi.
Sedimentasi ini meliputi proses pelapukan, pelapukan, transportasi, dan
deposisi. Proses pelapukan yang terjadi dapat berupa pelapukan fisik
maupun kimia. Proses pelapukandan transportasi dilakukan oleh media air
dan angin. Proses deposisi dapat terjadi jika energi transport sudah tidak
mampu lagi mengangkut partikel tersebut. (Zuhdi, 2019)
1. Pelapukan dan Erosi
Proses pelapukan terjadi pada saat batuan tersingkap dan
pelapukan mempengaruhi perubahan sifat fisik dan mekanik batuan
penyusun lereng. Waktu ekspos batuan mempengaruhi perubahan nilai
pelapukan serta sifat mekanik batuan penyusun lereng. Salah satu
proses pelapukan yang umum terjadi pada batuan sedimen klastik
adalah pelapukan hidrolisis. Hidrolisis disebabkan oleh penggantian
kation dalam struktur kristal oleh hidrogen, yang merusak struktur
kristal. hidrolisis adalah pelapukan kimia yang paling penting karena
menyebabkan kehancuran total atau perubahan drastis dari mineral
yang mudah lapuk. Proses pelapukan yang umum terjadi adalah
pelapukan feldspar menjadi mineral lempung yang dapat berupa
kaolinit atau litit (Supandi, 2023).
2. Transportasi dan Pengendapan
Endapan puing pada lereng pegunungan sebagai hasil
penghancuran batuan-batuan yang mengalami pelapukan, penyinaran
matahari, ataupun kikisan angin. Batuan yang demikian ini disebut
eluvium dan disebut alluvium jika dihanyutkan oleh air. Sifat utama
dari batuan sedimen adalah berlapis-lapis (Zuhdi, 2019).
Deposisi/Pengendapan adalah proses geologi di mana sedimen yang
dihasilkan oleh proses pelapukan, ataupun tanah dan batuan
ditambahkan ke suatu lahan yang dataran lebih rendah yang di
tansportasikan oleh angin, es, air, dan gravitasi (Islami, 2017).

4
3. Litifikasi dan Diagnesis
Litifikasi atau pembatuan adalah proses perubahan material
sediment menjadi batuan sediment yang kompak. Misalnya, pasir
mengalami litifikasi menjadi batu pasir. Seluruh proses yang
menyebabkan perubahan pada sedimen selama terpendam dan
terlitifikasi disebut sebagai diagnesis. Diagnesis terjadi pada
temperatur dan tekanan yang lebih tinggi daripada kondisi selama
proses pelapukan, namun lebih rendah dibandingkan proses
metamorfisme. Proses diagnesis dapat dibedakan menjadi tiga macam
berdasarkan proses yang mengontrolnya, yaitu proses fisika, kimia,
dan biologis. Proses diagnesis adalah proses yang menyebabkan
perubahan pada sediment selama terpendamkan dan terlitifikasikan,
sedangkan litifikasi adalah proses perubahan material sediment
menjadi batuan sediment yang kompak. Proses diagnesa sangat
berperan dalam menentukan bentuk dan karakter akhir batuan sedimen
yang dihasilkannya. Proses diagnesis akan menyebabkan perubahan
material sedimen. Perubahan yang terjadi meliputi perubahan fisik,
mineralogi dan kimia (Zuhdi, 2019).
4. Tersedimentasi
Penyemenan adalah mineral baru menempel pada butiran
sedimen bersama sama seperti semen mengikat butiran pasir pada
bahan bangunan. Jika dilihat dengan seksama foto mikroskop, itu bisa
dilihat kristal mineral yang tumbuh di sekitar butiran sedimen dan
mengikatnya bersama-sama (Islami, 2017).
C. Deskripsi Batuan Sedimen Klastik
Menurut (Suroyo, 2019) karakteriktik dari batuan sedimen klastik
terbagi sebagai berikut:
1. Warna
Kebanyakan batuan sedimen yang dijumpai berwarna terang,
seperti putih, kuning, atau abu-abu terang. Tetapi ada juga yang
dijumpai berwarna gelap seperti hitam, merah dan coklat. Warna dari

5
batuan sedimen sangat bervariasi tergantung kepada komposisi
mineral penyusunnya.
2. Struktur
Pada batuan sedimen dikenal dua macam struktur, yaitu sygnetic
dan epygenic. Struktur syngenetik terbentuk bersamaan dengan
terjadinya batuan sedimen, yang sering disebut juga sebagai struktur
primer. Struktur epigenetik terbentuk setelah batuan tersebut selesai
terbentuk. Contoh struktur epigenetik adalah kekar, sesar, dan lipatan.
3. Tekstur
Tekstur dari batuan sedimen klastik adalah berhubungan dengan
ukuran, bentuk butir dan susunannya. Tekstur batuan sedimen klastik
meliputi Ukuran butir, pemilahan, kebundaran, kemas.
a. Ukuran Butir (Grain Size)
Batuan sedimen klastik digolongkan dan diberi nama sesuai
dengan ukuran butirnya. Pembagian tersebut disampaikan oleh
Wentworth,1922.

Gambar 1: Skala Batuan Sedimen Klastik (Wentworth,1922)


b. Derajat Pemilahan
Sorting adalah keseragaman ukuran butir dari fragmen penyusun
batuan sedimen. Untuk pemilahan dipakai istilah:

6
1) Baik (Well Sorted), apabila ukuran butir dari penyusun batuan
sedimen seluruhnya terlihat seragam.
2) Sedang (Moderately Sorted), apabila ukuran butir dari penyusun
batuan sedimen sudah terlihat seragam, namun masih ada butir-butir
yang lebih besar atu lebih kecil.
3) Jelek (Poorly Sorted), apabila ukuran butir penyusun batuan sedimen
tidak seragam, ada yang besar dan ada yang sangat kecil.
c. Derajat Kebundaran (Roundness)
Kebundaran (Roundness) adalah nilai membulat atau
meruncingnya bagian tepi butiran pada batuan sedimen klastik sedang
sampai kasar. Kebundaran dibagi menjadi :
1) Membundar Sempurna (Well Rounded), hampir semua permukaan
cembung (equidimensional).
2) Membundar (Rounded), pada umumnya memiliki permukaan bundar,
ujung-ujung dan tepu butiran cekung.
3) Agak Membundar (Subrounded), permukaan umumnya datar dengan
ujung-ujung yang membundar.
4) Agak Menyudut (Sub Angular), permukaan datar dengan ujung-ujung
yang tajam.
5) Menyudut (Angular), permukaan kasar dengan ujung-ujung butir
runcing dan tajam.
d. Kemas (fabric)
Kemas adalah hubungan antar butir dalam material batuan
sedimen, ada 2 macam:
1) Kemas Terbuka, apaibila hubungan antara butiran materialnya tidak
saling bersinggungan, dikarenakan ukuran butirannya yang tidak
seragam atau kontras.
2) Kemas Tertutup, hubungan antar butiran materialnya saling
bersinggungan. Hal ini dikarenakan ukuran butirannya yang relatif
seragam.
4. Komposisi Mineral

7
Di dalam batuan sedimen klastik, ada 3 komposisi:
a. Fragmen, adalah bagian butiran yang ukurannya paling besar, dapat
sebagai butiran mineral, batuan atau fosil.
b. Matrik, lebih kecil dari fragmen, terletak di antara fragmen sebagai
massa dasar.
c. Semen, adalah bukan butiran, tetapi material pengisi rongga antar
butir. Semen adalah bahan pengikat matrik dan fragmen. Ada 3
macam semen yaitu semen karbonat (kalsit, dolomit), semen silika
(kuarsa, dan semen oksida besi (siderit).
5. Struktur
a. Flute Marks
Rongga yang berbentuk tumit yang menggerus bagian dasar
lapisan yang terdiri atas material mud.
b. Bedding dan Laminasi
Bedding atau perlapisan yang horizontal dihasilkan akibat proses
pengendapan yang menunjukkan adanya energi yang konstan selama
proses sedimentasi, Sedangkan laminasi adalah adanya perlapisan
tipis ( kurang dari 1cm). Laminasi menunjukkan adanya kondisi
lingkungan pengendapan yang relatif tenang.
c. Gradded Bedding
Struktur yang memperlihatkan perlapisan yang mempunyai
perbedaan berdasarkan ukuran material yang menyusun lapisan
tersebut, Normal Gradded bedding menunjukkan ukuran butir yang
menghalus keatas, sedangkan Reserve Graded Bedding menunjukkan
gradasi ukuran butir mengkasar keatas.
d. Cross Bedding
Menunjukkan adanya lapisan yang memotong lapisan lainnya
pada suatu perlapisan dalam batuan.
e. Ripple Mark
Terbentuk dari material berukuran pasir atau lempung yang
terbawa oleh aingin atau arus angin.

8
f. Convolute
Menunjukkan perlapisan tipis dari batuan sedimen yang
membentuk lekukan.
g. Rain mark
Struktur dengan bentuk titik-titik hujan.

9
10
BAB III
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Batuan I

Batu Breksi adalah istilah dari batuan sedimen klastik yang


tersusun atas fragmen bersudut besar (angular). Ukuran fragmen breksi
lebih besar dari 2mm, dimana ruang antara fragmennya dapat diisi dengan
partikel yang lebih kecil (biasa disebut matriks) atau semen berupa mineral
yang mengikat batuan secara bersama-sama. Breksi dapat berwarna
apapun karena warna dari matriks, semen dan fragmennya sangat
menentukan warna keseluruhan batu breksi, sehingga breksi bisa menjadi
batuan yang sangat berwarna-warni. Bentuk batu breksi tidak teratur, sudut
fragmen berupa batuan atau hancuran mineral akan terlihat menumpuk.
Lokasi yang mungkin untuk pembentukan breksi adalah dibagian bawah
sebuah singkapan, dimana puing-puing pelapukan mekanik menumpuk.

11
12
B. Deskripsi Batuan II

Batu lanau adalah batuan sedimen yang utamanya tersusun atas


partikel-partikel berukuran lanau. Arti berukuran lanau disini mengacu
pada skala ukuran butir yang bisa dilihat pada skala wentworth. Batulanau
terbentuk dimana air, angin, atau endapan es membawa material berukuran
lanau dan kemudian terakumulasi, terpadatkan dan tersementasi menjadi
batuan. Partikel berukuran lanau biasanya disebut dengan lumpur. Lumpur
dapat terakumulasi di cekungan sedimen di seluruh dunia. Lumpur
mewakili tingkat arus, gelombang, atau energi angin, sehingga ia dapat
berada dimana saja seperti pada lingkungan fluvial, aeolian, pasang surut,
pesisir, lakustrin, delta, dan glasial.
Struktur sedimen pada batu lanau sering berupa layering, cross-
bedding, ripple marks, dan kontak erosi. Selain itu, fosil juga banyak
ditemukan di batuan ini yang dapat memberikan bukti lingkungan
pengendapannya.

13
14
C. Deskripsi Batuan III

Batu pasir adalah batuan sedimen klastik yang terdiri dari butiran
mineral berukuran pasir atau bahan organik. Batu pasir adalah salah satu
jenis batuan sedimen yang paling umum dan banyak ditemukan dalam
cekungan sedimen di seluruh dunia. Batu pasir sering ditambang untuk
digunakan sebagai bahan konstruksi. Di bawah permukaan, batu pasir
sering berfungsi sebagai akuifer air tanah untuk atau sebagai reservoir gas
dan minyak bumi. Untuk seorang ahli geologi kata "pasir" pada batu pasir
mengacu pada ukuran partikel butiran dalam batuan tersebut, dimana
partikel atau butiran tersebut terdiri dari berbagai ukuran yaitu 1/16 mm -
2 mm. Sedangkan pengertian batu pasir adalah batuan yang tersusun atas
butiran pasir.

15
16
D. Deskripsi Batuan IV

Batu pasir sangat halus adalah suatu batuan sedimen clastic yang
dimana partikel penyusunya kebanyakan berapa butiran berukuran pasir
lebih Halus dari pada pasir biasa sulit untuk dilihat dengan mata
langsung. Kebanyakan batupasir dibentuk dari butiran-butiran yang
terbawa oleh borgerakan air, seperti ombak pada suatu pantai atau
saluran dari sungai butirannya secara khas di semen bersama-sama oleh
tanah kerikil atau kalsit untuk membentuk batu batu pasir tersebut. Batu
pasir paling umum terdiri atas butir kwarsa sebab kwarsa adalah suatu
mineral yang umum yang bersifat menentang laju arus. Batu ini memiliki
warna cokelat keabu- abuan, dengan jenis araneceous dengan struktur
laminasi, mempunyai tekstur seperti ukuran besar butir 1/16 – 2 mm,
derajat pemilahan very well sorted, derajat pembundaran rounded dan
kemas tertutup, komposisi mineralnya seperti semen tidak ada dan
matriks serta fragment ada.

17
18
E. Deskripsi Batuan V

Batu lanau adalah batuan sedimen yang utamanya tersusun atas


partikel-partikel berukuran lanau. Arti berukuran lanau disini mengacu
pada skala ukuran butir yang bisa dilihat pada skala wentworth. Batulanau
terbentuk dimana air, angin, atau endapan es membawa material berukuran
lanau dan kemudian terakumulasi, terpadatkan dan tersementasi menjadi
batuan.
Partikel berukuran lanau biasanya disebut dengan lumpur. Lumpur
dapat terakumulasi di cekungan sedimen di seluruh dunia. Lumpur
mewakili tingkat arus, gelombang, atau energi angin, sehingga ia dapat
berada dimana saja seperti pada lingkungan fluvial, aeolian, pasang surut,
pesisir, lakustrin, delta, dan glasial.
Struktur sedimen pada batu lanau sering berupa layering, cross-
bedding, ripple marks, dan kontak erosi. Selain itu, fosil juga banyak
ditemukan di batuan ini yang dapat memberikan bukti lingkungan
pengendapannya.

19
20
F. Deskripsi Batuan VI

Batu pasir halus adalah suatu batuan sedimen clastic yang dimana
partikel penyusunya kebanyakan berapa butiran berukuran pasir. Lebih
halus daripada pasir biasa tetapi masih di bawah butiran pasir sangat halus.
Kebanyakan batupasir dibentuk dari butiran-butiran yang terbawa oleh
borgerakan air, seperti ombak pada suatu pantai atau saluran dari sungai
butirannya secara khas di semen bersama-sama oleh tanah kerikil atau
kalsit untuk membentuk batu batupasir tersebut. Batu pasir paling umum
terdiri atas butir kwarsa sebab kwarsa adalah suatu mineral yang umum
yang bersifat menentang laju arus

21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk karena proses diagnesis


dari material batuan lain yang sudah mengalami sedimentasi.
Sedimentasi ini meliputi proses pelapukan, pelapukan, transportasi,
dan deposisi. Proses pelapukan yang terjadi dapat berupa pelapukan
fisik maupun kimia.
2. Sedimentasi adalah nama kolektif untuk proses yang menyebabkan
partikel mineral atau organik mengendap pada tempatnya. Sebelum
diendapkan, sedimen dibentuk oleh proses pelapukan dan erosi dari
daerah sumber, kemudian diangkut ke tempat pengendapan oleh air,
angin, es, gerakan massa atau gletser, yang disebut agen transportasi.
Sedimentasi juga dapat terjadi karena endapan mineral dari larutan air
atau cangkang makhluk air yang terlepas dari suspensi.
3. Batuan sedimen terbentuk dari batuan-batuan yang telah ada yang
mengalami pelapukan, dorongan oleh air, pengikisan-pengikisan oleh
angin serta proses, diagnesa, transportasi dan litifikasi. Batuan ini
terendapkan di tempattempat yang relatif lebih rendah letaknya dari
batuan asalnya, misalnya di laut, samudera, ataupun danau-danau.
Batuan sedimen yang terbentuk secara kimia ataupun organik
mempunyai satu kesamaan yaitu terbentuk oleh akumulasi larutan-
larutan.
B. SARAN
1. Sebelum praktikum sebaiknya memahami dulu materi dan
mendengarkan apa yang dijelskan kakak asdosnya untuk mempermudah
menganalisa batuannya.
2. Fokus dan teliti saat melaksanakan praktikum untuk menghindari
kesalahan deskripsi batunya.
3. Kerja sama antar anggota keompok sangat diperlukan dan manfaatkan
waktu praktikum dengan sebaik mungkin.

22
DAFTAR PUSTAKA

Abu Amar Tantowi, B. H. (2018, November 1). Identifikasi Tekstur Untuk


Klasifikasi Batuan Beku Dengan Metode Discrete Wavelet
Transform (Dwt) Dan Support Vector Machine (Svm).
TEKTRIKA- Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Telekomunikasi, Kendali, Komputer, Elektrik, dan Elektronika,
3(2), 37-42.
Harjanto, A. (2011, Januari). PETROLOGI DAN GEOKIMIA BATUAN
VOLKANIK DI DAERAH KULON PROGO DAN
SEKITARNYA, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.
JURNAL ILMIAH MAGISTER TEKNIK GEOLOGI, 4(7), 1-22.
Irsyad Nuruzzaman Sidiq, T. F. (2019). Modul Kuliah Lapangan Geologi.
Yogyakarta: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN
KALIJAGA YOGYAKARTA.
Islami, N. (2017). Fisika Bumi. Pekanbaru: Universitas Riau Press.
Noor, D. (2009). Pengantar Geologi (Pertama ed.). Bogor: By Pakuan University
Press.
Noor, D. (2012). Pengantar Geologi (Kedua ed.). Bogor: Pakuan University Press.
Supandi, S. (2023). Pelapukan dan Material Properties Batuan Korelasi dan
Perubahannya. (E. R. Fadilah, Ed.) Yogyakarta: DEEPUBLICH
DIGITAL(Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA).
Suroyo, H. (2019). MODUL 2 GEOLOGI DASAR. Bandung: Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Kontruksi.
Wahyudi Wijayanto, S. M. (2022). GEOGRAFI : MENGENAL BATUAN. SCv
Media Edukasi Creative. Retrieved April 11, 2022
Zuhdi, M. (2019). Buku Ajar Pengantar Geologi. Mataram: Duta Pustaka Ilmu –
Gedung Catur 1.2 FPMIPA IKIP Mataram,Jln. Pemuda No. 59A
Mataram – Lombok-NTB.

23
LAMPIRAN
A. Unirversal Transverse Mercator (UTM)

24
B. Dokumentasi Batuan

1. Batuan Sedimen Klastik 01

Batu lanau adalah batuan sedimen yang utamanya tersusun atas

partikel=pertikel berukuran lanau, lebih halus dari batu pasir dan lebih

kasar dari batu lempung. Meskipun sering tertukar dengan istilah

serpih, batu lanau tidak memiliki fisilitas dan laminasi (shale) yang

khas dari shale. Batu lanau terbentuk dimana air, angin, atau endapan

es membawa material berukuran lanau kemudian terakumulasi,

terdapat dan tersementasi menjadi batuan. Batu ini memiliki warna

abu-abu, dengan jenis batuan sedimen klastik argillaceous dan struktur

laminasi. Memiliki tekstur seperti ukuran besar butir 1/256-1/6 mm,

derajat pemilahan very well sorted, derajat pembundaran rounded

dan kemas
25
tertutup, sedangkan komposisi mineral nya yaitu fragment dan matriks

tidak ada dan memiliki semen silika.

2. Batuan Sedimen Klastik 02

Endapan pasir halus umumnya terbentuk melalui beberapa


proses geologis. Di bawah ini adalah beberapa prosesnya :
1. Erosi: Erosi adalah proses pengikisan batuan oleh air, angin,
atau es. Ini dapat menghasilkan partikel pasir halus dari batuan
yang lebih besar. Air sungai dan sungai, angin, ombak laut,
dan gletser dapat berperan dalam menghasilkan pasir halus
melalui proses erosi.

26
2. Pengendapan: Partikel pasir halus yang dihasilkan oleh erosi
dapat mengendap di berbagai tempat, seperti dasar sungai,
sungai, danau, laut, atau lahan basah. Ketika air mengalir lebih
lambat, partikel pasir halus akan mengendap ke dasar.
3. Presipitasi Kimia: Dalam beberapa kasus, pasir halus dapat
terbentuknmelalui presipitasi kimia. Ini terjadi ketika senyawa
kimia larut dalam airnmengendap dan mengkristal sebagai
partikel pasir. Contoh ini mungkinntermasuk proses seperti
pembentukan pasir karst yang terbentuk melaluinpresipitasi
kalsium karbonat.
4. Aktivitas Organisme: Beberapa pasir halus juga dapat
dihasilkan melaluinaktivitas organisme. Misalnya, terumbu
karang adalah contoh di mananorganisme seperti karang
memproduksi pasir halus sebagai hasil dari aktivitas mereka.

27
C. Dokumentasi Kelompok

28
29

Anda mungkin juga menyukai