Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Maksud
Membuat peta sand shale ratio
Membuat peta isopach
Membuat peta kombinasi antara peta sand shale ratio dan peta isopach
1.2 Tujuan
Mengetahui kondisi geologi suatu daerah berdasar data bawah permukaan,
Menentukan arah material sedimen klastik
Menentukan zona atau daerah potensi minyak, gas atau air
Menentukan arah laut terbuka, perkembangan sedimen klastik atau
nonklastik

BAB II
DASAR TEORI
1

2.1 Definisi
Menurut Bates dan Jackson (1980), sedimentologi didefiniskan sebagai
ilmu

yang

mempelajari

batuan

sedimen

dan

proses-proses

yang

membentuknya; batuan itu sendiri, klasifikasi, asal mula, dan intepretasi


sedimen.Sedimentologi kadang ditafsirkan salah, disamakan sedimentasi. Kata
sedimentasi lebih cocok diartikan sebagai proses pengendapan material
sedimen.
Sedangkan
menyebutkan

www.cylica.blogspot.com

bahwa

sedimentologi

adalah

dan
ilmu

www.id.wikipedia.org,
yang

mempelajari

pembentukan lapisan tanah karena pengendapan tanah yang mengalami


perpindahan dari tempat lain. Contohnya adalah sedimentasi di delta sungai
dan daerah sekitar gunung berapi.Ilmu ini berkaitan erat dengan pembentukan
bahan galian seperti batubara, minyak bumi, emas, perak dsb.
(Staff Asisten Sedimentologi, 2011)
2.2 Pembagian Peta Geologi
Pada saat pemetaan geologi maka akan dapat menghasilkan peta geologi.
Peta geologi terbagi kedalam dua bagian, yaitu:
a) Peta permukaan, merupakan peta yang dihasilkan dari data permukaan
(outcrop)
b) Peta bawah permukaan, merupakan peta yang dihasilkan dari data bawah
permukaan.
Peta bawah permukaan sendiri dapat dibagi lagi, yaitu terdiri atas:

Struktur

Stratigrafi : terbagi menjadi dua, yaitu:


Isopach
Fasies

: untuk mengukur ketebalan lapisan sebenarnya


: dapat menghasilkan Peta Litofasies, Peta Biofasies,

Peta Tektofasies

Peta bawah permukaan dapat menggambarkan kondisi geologi bawah


permukaan. Hal tersebut merupakan informasi sangat penting terutama dalam
eksplorasi minyak dan gas bumi.
Datanya dapat diperoleh melalui 2 cara, antara lain :
1) Langsung
Berupa wujud asli yang kemudian diperiksa dan diteliti. Contoh: drill core,
drill cutting, sumur atau parit uji (khusus untuk geologi teknik)
2) Tak langsung
Rekaman mengenai kondisi batuan, dikirim secara mekanik melalui lubang
bor atau seismik. Contoh: log mekanik (log litologi, log porositas, log
caliper), rekaman hasil survei seismik pantul atau bias.Sifat-sifat peta bawah
permukaan :
Kuantitatif, dinyatakan dalam garis kontur
Dinamik, tidak final dan tidak statis
Estetif, tidak meninggalkan unsur seni
Interpretatif
2.3 Macam-macam Peta Bawah Permukaan
1. Peta struktur kontur
Merupakan peta yang menggambarkan konfigurasi perlapisan batuan
bawah permukaan terhadap bidang referensi, misalnya muka laut, elevasi
kelly bushing. Peta ini berguna untuk mencari arah / posisi jebakan minyak
dan gas bumi, mengetahui keadaan suatu lapisan pada saat lapisan lain
diendapkan, memetakan posisi jebakan mineral, dan analisis stratigrafi.
2. Peta Isopach
Pada peta ini, yang digambar merupakan ketebalan sesungguhnya.
Peta ini mampu memperlihatkan ketebalan lapisan reservoir. Peta seperti ini
sangat baik memperlihatkan tubuh reservoir yang dibatasi secara lateral oleh
pembajian dan batas erosi, karena dalam hal ini lapisan secara tegas

dipisahkan oleh bidang perlapisan. Jika lensalensa atau lapisan individual


yang dipetakan, maka pemetaan disebut lense-mapping.
3. Peta isochore
Pada peta ini, yang digambar merupakan ketebalan semu.Peta ini
dapat digunakan untuk mengetahui arah penebalan unit stratigrafi, untuk
mengetahui gambaran ketebalan reservoar, dan mengetahui jumlah
cadangan minyak atau gas.
Sifat dari peta adalah dapat dibuat bila ada 2 lapisan penunjuk.Tebal lapisan
data log dan harus dikoreksi bila dip > 5o.

t = h cos

Dimana :h = tebal semu


= dip lapisan
t = tebal sebenarnya
Gambar 2.1 Perhitungan Dip Lapisan

Macam-macam Peta Isopach :

Peta Isopach Total ( gross isopach map )


Peta ini menggambarkan gabungan ketebalan batupasir dengan isinya.

Peta Isopach Batupasir ( net sand isopach map )


Peta yang menunjukkan ketebalan dari tempat / wadahnya.

Peta Isopach Minyak ( net oil isopach map )


Peta yang menggambarkan ketebalan fluida
4. Peta Litofasies

Peta ini menunjukkan variasi komponen litologi dalam suatu unit


stratigrafi, menggambarkan perbedaan fasies sedimenter berdasarkan
ciri-ciri fisik litologi yang dapat diamati secara megaskopis.
2.4 Fasies
Fasies adalah kelompok litologi dengan ciri-ciri tertentu yangmerupakan
hasil dari suatu proses pengendapan ( Selley, 1978 ).
Fasies merupakan aspek fisik, kimiawi dan biologi pada sedimen didalam
kesamaan waktu geologi ( SSI, 1996 ).
Individu fasies : unit tubuh batuan yang dapat dikenali atas dasar
kenampakan litologi yang khas yaitu komposisi, ukuran butir, karakteristik
lapisan dan struktur sedimenter.
2.5 Macam-Macam Peta Litofasies :
1.

Single Component
a. Peta isolith

:menggambarkan

ketebalan

suatu komponen terpilih dalam suatu unit


stratigrafi.
b. Peta Prosentase

:menggambarkan

ketebalan

suatu komponen terpilih ( dibagi tebal total unit


stratigrafi ).
2.

Multi Component
Peta Rasio : perbandingan antara sekumpulan batuan dengan kumpulan
batuan lain.
Contoh : Peta SSR ( Sand-Shale Ratio Map ), peta CR ( Clastic
RatioMap).
Cara perhitungan untuk mendapatkan data pada peta SSR dan CR, yaitu:
tebal sedimen klastik
CR =

SSR =

tebal sedimen
tebal konglomerat + batupasir

sand

tebal lanau + lempung

shale
5

Peta Sand Shale Ratio akan memperlihatkan dengan garis kontur


perbandingan jumlah ketebalan interkalasi pasir terhadap sisipan serpih
pada suatu interval lapisan. Peta ini lebih tepat untuk perubahan fasies yang
bersifat penyerpihan yang diwujudkan oleh jari jemari.
3. Peta Paleogeografi merupakan peta yang menggambarkan kondisigeografi
masa lampau
4. Peta paleotektonik.
Tabel 2.1. Pengelompokan fasies berdasarkan harga CR dan SSR

Nama Grup
Sandstone
Sand-shale

Batas CR
>8
>8

Batas SSR
>8
18

Shale-sand

>8

1/8 1

Shale
Sand-lime

>8
18

< 1/8
>1

Shale-lime

18

<1

Lime-sand

-1

>1

Lime-shale

-1

<1

Limestone

<

Semua harga

Ciri Ciri Umum


Batupasir > 79%
Batupasir >shale; batugamping
< 11%
Batupasir <shale; batugamping
< 11%
Shale> 79%
Batupasir >shale; batugamping
11 50%
Batupasir <shale; batugamping
11 50%
Batugamping 50 80%;
batupasir >shale
Batugamping 50 80%;
batupasir < shale
Batugamping > 80%

NON CLASTIC

19
7

5
1

6
2

CR

SAND

SHALE
SSR
Gambar 2.2 Diagram perbandingan CR dan SSR

BAB III
METODOLOGI

3.1 Diagram Alir


Adapun diagram alir pelaksanaan praktikum Peta Litofasies ini adalah sebagai
berikut :
MULAI
Persiapkan alat dan bahan

Perhitungan nilai SSR, Isopach dan Isochore

Penghitungan nilai isopach, dengan rumus


Isochore = h cos a atau isochore h cos dip

Penghitungan nilai SSR, dengan rumus


SSR = Tebal Batupasir / Tebal Shale

Perhitungan nilai Isochore, dengan rumus


Isochore = Kedalaman bawah formasi
Kedalaman atas formasi

Pembuatan Peta Isopach


menggunakan Surfer, dimana nilai
Isopach sebagai koordinat Z

Mendeliniasi peta isopach yang


telah terdapat konturnya

Pembuatan Peta Isopach


menggunakan Surfer, dimana
nilai Isopach sebagai koordinat Z

Pembuatan Peta SSR


menggunakan Surfer, dimana nilai
SSR sebagai koordinat Z

Mendeliniasi peta isopach yang


telah terdapat konturnya

Mendeliniasi peta isopach yang


telah terdapat konturnya

Overlay peta Isopach dengan


peta SSR

Overlay peta Isochore dengan


peta SSR

Delineasi peta kombinasi antara


peta isopach dengan SSR

Delineasi peta kombinasi antara


peta isochore dengan SSR

Buat kenampakkan 3D dari masingmasing peta tersebut

Overlay-kan antara kenamppaka 3D


dengan kontur tersebut

Interpretasi peta Isopach, isochore, SSR, dan peta


kombinasi berdasarkan hasil dari delineasi tersebut

SELESAI

3.2 Cara Kerja


1. Mempersiapkan alat dan bahan yang berkaitan dengan pembuatan peta ini,
seperti laptop, data lapangan, software surfer, dan sebagainya.
2. Melakukan perhitungan untuk masing-masing peta (SSR, Isopach, serta
Isochore)
2.1 Membuat peta isopach dengan menggunakan software surfer 8
o Menghitung ketebalan batupasir (isopach), dengan rumus :
Isopach = h cos a atau isochore h cos dip
o Setelah diperoleh data isopach, nilai isopach tersebut digunakan
sebagai koordinat z pada pembuatan peta isopach dengan
menggunakan software Surfer.
2.2 Membuat peta Sand Shale Ratio (SSR) dengan menggunakan software
surfer 8
o Menghitung rasio batupasir (sandstone) dengan batuserpih (shale),
dengan rumus :
SSR =

tebal konglomerat + batupasir

sand

tebal lanau + lempung

shale

o Setelah diperoleh data SSR, nilai SSR tersebut digunakan sebagai


koordinat z pada pembuatan peta SSR dengan menggunakan software
Surfer.
2.3 Membuat peta Isochore dengan menggunakan software surfer 8
o Menghitung ketebalan semu, dengan rumus :
Isochore = Kedalaman bawah formasi
Kedalaman atas formasi
o Setelah diperoleh data Isochore, nilai Isochore tersebut digunakan
sebagai koordinat z pada pembuatan peta Isochore dengan
menggunakan software Surfer.
9

3. Membuat peta kombinasi antara peta kontur Isopach dengan peta kontur
SSR. Dimana digabungkan dengan cara dioverlay pada software Surfer.
4. Membuat peta kombinasi antara peta kontur Isochore dengan peta kontur
SSR. Dimana digabungkan dengan cara dioverlay pada software Surfer.
5. Mendelineasi peta Isopach, Isochore, SSR, dan peta kombinasi yang
dilakukan dengan cara pewarnaan pada tiap tiap peta, dengan ketentuan:
o Pada peta isopach dan isochore, delineasi dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu lapisan tebal, lapisan sedang, dan lapisan tipis.
o Pada peta SSR, delineasi dibagi menjadi 4 bagian, yaitu lapisan
sandstone, lapisan sand-shale, lapisan shale-sand, dan lapisan shale.
6. Membuat kenampakkan 3D dari masing-masing peta dan dibuat overlay
antara kenampakkan 3D dengan peta kontur tersebut.
7. Menginterpretasikan kenampakkan yang terdapat pada peta Isopach,
Isochore, SSR, dan peta kombinasi yang dilakukan berdasarkan hasil dari
delineasi pada tiap tiap peta tersebut.

BAB IV
PENGOLAHAN DATA
4.1 Tabel Data
Batas
Formasi
Bawah
889
658
1832
1085
959
885
678
1718
1998
948
1818
2348
1450
1084
1086

Batas
Formasi
Atas
583
381
358
324
483
684
628
568
748
488
768
2354
821
656
854

Isochore
h

Strike/dip

Isopach t

Sand

Shale

SSR

306
277
1474
761
476
201
50
1150
1250
460
1050
6
629
428
232

019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/31
019/32
019/33

289.3286841
261.9086454
1393.69438
719.539636
450.066842
190.0492337
47.27592878
1087.346362
1181.89822
434.9385448
992.7945044
5.673111454
594.7311841
404.6819504
219.3603095

4
29
5
4
15
3
19
1
17
16
18
17
19
16
15

6
7
16
16
12
17
11
11
0
8
3
5
4
5
9

548
437
776
471
827
213
736
187
635
987
941
371
183
487
793

326
65
57
37
131
7
387
9
81
73
20
189
8
35
181

1.6809816
6.72307692
13.6140351
12.7297297
6.3129771
30.4285714
1.90180879
20.7777778
7.83950617
13.5205479
47.05
1.96296296
22.875
13.9142857
4.38121547

10

1098
1210
1846
845
1738
1828
1459
1299
1047
2528
183
2802
815
1022
883

386
481
422
583
678
472
385
388
499
598
97
435
582
545
781

Isochore h

712
729
1424
262
1060
1356
1074
911
548
1930
86
2367
233
477
102

Strike/dip

019/34
019/35
019/36
019/37
019/38
019/39
019/40
019/41
019/42
019/43
019/44
019/45
019/46
019/47
019/48

673.2092258
689.2830416
1346.418452
247.7258668
1002.24969
1282.123189
1015.48695
861.3674224
518.1441794
1824.850851
81.3145975
2238.042468
220.3058281
451.0123606
96.44289471

18
19
18
26
18
16
17
8
17
16
19
15
17
15
9

7
8
7
5
6
3
5
3
2
0
4
2
1
1
10

885
322
188
381
479
741
537
154
482
151
0
232
438
577
105

172
25
85
20
70
850
287
168
646
24
38
1321
319
4345
987

5.14534884
12.88
2.21176471
19.05
6.84285714
0.87176471
1.87108014
0.91666667
0.74613003
6.29166667
0
0.17562453
1.37304075
0.13279632
0.10638298

Isopach t

306
019/19
289.3286841
4.1.1
Perhitungan
Isopach
277
019/19
261.9086454
1474
019/19
1393.69438
Y
ISOPACH
761
019/19
719.539636
476
019/19
450.066842
201
019/19
190.0492337
50
019/19
47.27592878
1150
019/19
1087.346362
1250
019/19
1181.89822
460
019/19
434.9385448
1050
019/19
992.7945044
6
019/19
5.673111454
629
019/19
594.7311841
428
019/19
404.6819504
232
019/19
219.3603095
712
019/19
673.2092258
729
019/19
689.2830416
1424
019/19
1346.418452
262
019/19
247.7258668
1060
019/19
1002.24969
1356
019/19
1282.123189
1074
019/19
1015.48695
911
019/19
861.3674224
548
019/19
518.1441794
1930
019/19
1824.850851
86
019/19
81.3145975
2367
019/19
2238.042468
233
019/19
220.3058281
477
019/19
451.0123606
102
019/19
96.44289471

11

X
4
29
5
4
15
3
19
1
17
16
18
17
19
16
15
18
19
18
26
18
16
17
8
17
16
19
15
17
15
9

6
7
16
16
12
17
11
11
0
8
3
5
4
5
9
7
8
7
5
6
3
5
3
2
0
4
2
1
1
10

289.3286841
261.9086454
1393.69438
719.539636
450.066842
190.0492337
47.27592878
1087.346362
1181.89822
434.9385448
992.7945044
5.673111454
594.7311841
404.6819504
219.3603095
673.2092258
689.2830416
1346.418452
247.7258668
1002.24969
1282.123189
1015.48695
861.3674224
518.1441794
1824.850851
81.3145975
2238.042468
220.3058281
451.0123606
96.44289471

Contoh Perhitungan Isopach :


a. Sumur 1 :
t = h cos a
t = 306 cos 19
= 289.3286841
b. Sumur 2 :
t = h cos a
t = 277 cos 19
12

= 261.9086454
c. Sumur 3 :
t = h cos a
t = 1474 cos 19
= 1393.69438
d. Sumur 4 :
t = h cos a
t = 761 cos 19
= 719.539636
4.1.2

Perhitungan Isochore

Contoh
Isochore :
a.

Ke

b.

Batas
Formasi
Bawah
889
658
1832
1085
959
885
678
1718
1998
948
1818
2348
1450
1084
1086
1098
1210
1846
845
1738
1828
1459
1299
1047
2528
183
2802
815
1022
883

Batas
Formasi Atas

Isochore h

583
381
358
324
483
684
628
568
748
488
768
2354
821
656
854
386
481
422
583
678
472
385
388
499
598
97
435
582
545
781

306
277
1474
761
476
201
50
1150
1250
460
1050
6
629
428
232
712
729
1424
262
1060
1356
1074
911
548
1930
86
2367
233
477
102

Perhitungan
Sumur 1
Kedalaman
Bawah formasi :
889
Kedalaman

atas

formasi : 583
h = Kedalaman
bawah formasi
dalaman

atas

formasi
= 889 583 =
306
Sumur 2

13

Kedalaman Bawah formasi


: 658
Kedalaman atas formasi
: 381
h = Kedalaman bawah formasi Kedalaman atas formasi
= 658 381 = 277
c.

Sumur 3
Kedalaman Bawah formasi
: 1832
Kedalaman atas formasi
: 358
h = Kedalaman bawah formasi Kedalaman atas formasi
= 1832 358 = 1474

d.

Sumur 4
Kedalaman Bawah formasi
: 1085
Kedalaman atas formasi
: 324
h = Kedalaman bawah formasi Kedalaman atas formasi
= 1085 324 = 761

Sand

Shale

SSR

326 SSR
1.6809816
4.1.3 548
Perhitungan
437
776
471
827
213
736
187
635
987
941
371
183
487
793
885
322
188
381
479
741
537
154
482
151
0
232
438
577
105

65
57Y
37
131
7
387
9
81
73
20
189
8
35
181
172
25
85
20
70
850
287
168
646
24
38
1321
319
4345
987

6.72307692
13.6140351
SSR
12.7297297
6.3129771
30.4285714
1.90180879
20.7777778
7.83950617
13.5205479
47.05
1.96296296
22.875
13.9142857
4.38121547
5.14534884
12.88
2.21176471
19.05
6.84285714
0.87176471
1.87108014
0.91666667
0.74613003
6.29166667
0
0.17562453
1.37304075
0.13279632
0.10638298

14

X
4
29
5
4
15
3
19
1
17
16
18
17
19
16
15
18
19
18
26
18
16
17
8
17
16
19
15
17
15
9

6
7
16
16
12
17
11
11
0
8
3
5
4
5
9
7
8
7
5
6
3
5
3
2
0
4
2
1
1
10

1.680981595
6.723076923
13.61403509
12.72972973
6.312977099
30.42857143
1.901808786
20.77777778
7.839506173
13.52054795
47.05
1.962962963
22.875
13.91428571
4.38121547
5.145348837
12.88
2.211764706
19.05
6.842857143
0.871764706
1.871080139
0.916666667
0.746130031
6.291666667
0
0.175624527
1.373040752
0.132796318
0.106382979

Contoh Perhitungan SSR :


a. Sumur 1
Tebal batupasir : 548
Tebal Shale
: 326
tebal batupasir
SSR = tebal shale
SSR = 548 / 326 = 1.6809816
b. Sumur 2
15

Tebal batupasir : 437


Tebal Shale
: 56
tebal batupasir
SSR =
tebal shale
SSR = 437 / 56 = 6.72307692
c. Sumur 3
Tebal batupasir : 776
Tebal Shale
: 57
tebal batupasir
SSR =
tebal shale
SSR = 776 / 57 = 13.6140351
d. Sumur 4
Tebal batupasir : 471
Tebal Shale
: 37
tebal batupasir
SSR = tebal shale
SSR = 471 / 37 = 12.7297297

4.2 Koreksi
Isochore h

Strike/dip

Isopach t

16

306
277
1474
761
476
201
50
1150
1250
460
1050
6
629
428
232
712
729
1424
262
1060
1356
1074
911
548
1930
86
2367
233
477
102

019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19
019/19

289.3286841
261.9086454
1393.69438
719.539636
450.066842
190.0492337
47.27592878
1087.346362
1181.89822
434.9385448
992.7945044
5.673111454
594.7311841
404.6819504
219.3603095
673.2092258
689.2830416
1346.418452
247.7258668
1002.24969
1282.123189
1015.48695
861.3674224
518.1441794
1824.850851
81.3145975
2238.042468
220.3058281
451.0123606
96.44289471

4.3 Peta Kontur dan Kenampakkan 3D


4.3.1 Peta Isopach

17

15

10

0
5

10

15

20

10

Gambar 4.1

25

15

20

Peta Kontur Isopach

15

10

0
5

Gambar
4.2
0

10

15

20

25

2100
2000
1900
1800
1700
1600
1500
1400
1300
1200
1100
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0

Peta
Kontur Isopach
beserta
warna ketebalan
lapisan
5
10
15
20

18

2100
2000
1900
1800
1700
1600
1500
1400
1300
1200
1100
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0

Gambar 4.3

Kenampakkan 3D peta Isopach dan Overlay 3D dengan peta kontur

Legenda :
: Lapisan Tebal
: Lapisan Sedang
: Lapisan Tipis

4.3.2

Peta Isochre

19

15

10

0
5

10

15

20

10

Gambar 4.4

25

15

20

Peta Kontur Isochore

15

10

0
5

10

Gambar 4.5

15

20

25

2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

300
200
100
000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
000
00
00
00
00
00
00
00
00
00

Peta Kontur Isochore beserta warna ketebalan lapisan

20

2300
2200
2100
2000
1900
1800
1700
1600
1500
1400
1300
1200
1100
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0

Gambar 4.6

Kenampakkan 3D peta Isochore dan Overlay 3D dengan peta kontur

Legenda :
: Lapisan Tebal Semu
: Lapisan Sedang Semu
: Lapisan Tipis Semu

4.3.3

Peta SSR

21

15

10

0
5

10

15

20

10

Gambar 4.7

25

15

20

Peta kontur SSR

44
42
40
38
36
34
32
30
28
26
24
22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
1
0 .5
0 .2 5
0 .1 2 5
0
-2

15

10

0
5

10

Gambar 4.8

15

20

25

Peta Kontur SSR beserta penyebaran litologi

10

15

20

22

44
42
40
38
36
34
32
30
28
26
24
22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
1
0 .5
0 .2 5
0 .1 2 5
0
-2

Gambar 4.9

Kenampakkan 3D peta SSR dan Overlay 3D dengan peta kontur

Legenda :
: Sand
: Sand - shale
: Shale - sand
: Shale

4.3.4

Peta Overlay SSR dan Isopach

23

15

10

0
5

10

15

Gambar 4.10

4.3.5

20

25

Overlay peta Isopach dan SSR

Peta Overlay SSR dan Isochore

15

10

0
5

10

15

20

25

Gambar 4.11 Overlay peta Isochore dengan SSR

Legenda :
: Garis Kontur SSR
: Garis Kontur Isopach
maupun Isochore

24

4.3.6

Peta Vektor SSR

15

10

0
5

10

15

Gambar 4.12

20

25

Peta Vektor SSR

BAB V
25

PEMBAHASAN
Pada praktikum Sedimentologi dan Stratigrafi acara litofacies, bermaksud
untuk mengetahui kondisi geologi suatu daerah berdasarkan data bawah
permukaan. Berdasarkan pengolahan atau perhitungan data yang didapat dari
lapangan, maka dapat diperoleh berbagai macam bentuk peta, seperti peta isopach,
isochore, peta SSR (Sand Shale Ratio Map) dan peta kombinasi antara peta SSR
dan isopach maupun peta SSR dan peta isochore. Berikut ini pembahasan dari
masing-masing peta tersebut:
5.1.

Pengolahan Data
Data lapangan yang digunakan untuk membuat peta tersebut terdiri
dari batas formasi atas dengan batas formasi bawah. Dimana data formasi
tersebut dapat digunakan untuk menghitung nilai ketebalan semu
(isochore) suatu lapisan. Disamping itu juga, pada data tersebut terdapat
besar dip yang digunakan yaitu sebesar 19. Dimana besar dip tersebut
digunakan dalam perhitungan untuk mencari isopach (ketebalan lapisan
yang sebenarnya). Berdasarkan dari kedua data tersebut, dilihat dari peta
kontur yang dihasilkan serta kenampakkan 3D, maka dapat diindikasikan
bahwa perbedaan antara isochore dengan isopach tidak terlalu signifikan.
Sehingga, dapat diinterpretasikan bahwa lapisan tersebut relatif horizontal
dengan ketebalan lapisan yang berbeda. Disamping itu juga, pada lapisan
tersebut belum mengalami deformasi yang intens, sehingga kedudukan
lapisan tersebut belum mengalami perbedaan yang signifikan.
Ketebalan lapisan pada peta tersebut dibedakan menjadi tiga yaitu
lapisan tebal, sedang, dan dangkal.

Hal tersebut dapat dilihat dari

perbedaan delineasi perbedaan warna konturnya. Dimana lapisan yang


tebal di delineasi dengan menggunakan warna hijau tua. Lapisan yang
sedang di delineasi dengan menggunakan warna hijau tua. Sedangkan,
lapisan yang tipis di delineasi dengan menggunakan warna biru. Pada peta
SSR tersebut, dapat diketahui pola penyebaran litologi penyusun daerah
tersebut, dimana litologi yang mendominasi pada daerah tersebut berupa
batupasir. Litologi batupasir tersebut di delineasi dengan menggunakan
26

warna kuning. Dimana, daerah yang memiliki penyusun litologi berupa


batupasir dapat berfungsi sebagai salah satu indikasi adanya reservoir yang
besar, serta daerah yang prospektif.
5.2.

Peta Isopach
Peta isopach merupakan peta yang dibuat untuk mengetahui
ketebalan suatu lapisan batuan. Ketebalan lapisan dideliniasi berdasarkan
kondisi kontur pada peta isopach. Semakin rapat kontur peta isopach maka
ketebalan lapisan batuan juga semakin tebal. Peta isopach sendiri
merupakan peta ketebalan yang menggambarkan garis-garis yang
merupakan penghubung dari suatu titik formasi atau lapisan batuan yang
memiliki ketebalan yang sama. Peta isopach ini juga digunakan untuk
menentukan daerah yang memiliki potensi minyak dan gas serta akuifer air
tanah yang ekonomis. Dimana data isopach tersebut didapatkan dengan
cara mengetahui lapisan semu serta besar dip pada suatu lapisan. Hal
tersebut bermaksud untuk mengetahui apakah suatu lapisan tersebut miring
ataupun horizontal. Apabila nilai isochore yang dihitung dengan nilai
isopach tidak jauh perbedaannya, maka dapat diindikasikan bahwa lapisan
tersebut belum mengalami proses deformasi yang signifikan hingga
membuat lapisan tersebut miring dengan sudut yang tinggi.
Berdasarkan dari hasil perhitungan dan pengeplotan pada software
surfer, maka dapat diindikasikan bahwa daerah ini memiliki kontur yang
sangat beragam. Dimana kontur-kontur tersebut merepresentasikan sebuah
morfologi yang beragam pula. Pada daerah ini memiliki tiga lapisan
ketebalan yang berbeda, yaitu lapisan tipis, lapisan sedang, dan lapisan
tebal. Dimana pada lapisan tipis memiliki ketebalan sekita 0 hingga 500 m
yang didelineasi dengan menggunakan warna hijau muda. Lapisan sedang
memiliki ketebalan sekitar 600 900 m yang didelineasi dengan
menggunakan warna hijau tua. Sedangkan lapisan yang tebal dengan
ketebalan > 1000 m didelineasi dengan menggunakan warna biru. Lokasi
lapisan tebal tersebut terletak pada peta kontur arah selatan peta tersebut.
Lapisan sedang berada diantara lapisan tebal dan tipis. Sedangkan

27

penyebaran lapisan tipis dominan terletak pada arah utara peta. Perbedaan
ketebalan suatu lapisan dapat diinterpretasikan pula bahwa pada daerah
tersebut terdapat perbedaan morfologi yang dihasilkan pula.
5.3

Peta SSR (Sand Shale Ratio)


Peta SSR (Sand-Shale Ratio) digunakan untuk mengetahui
persebaran litologi sand dan shale pada suatu daerah. Dimana persebaran
suatu litologi dapat digunakan untuk menentukan arah penyebaran material
sedimen klastik serta arah laut terbuka. Pada peta kontur SSR dapat dilihat
bahwa terdapat 4 pembagian litologi berdasarkan dari hasil perbandingan
antara shale serta sand. Dimana litologi shale memiliki nilai SSR <1/8 yang
ditandai dengan menggunakan warna hijau tua, shale-sand memiliki nilai
SSR 1/8 1 yang ditandai dengan menggunakan warna hijau muda, sandshale memiliki nilai SSR 1 hingga 8 yang ditandai dengan menggunakan
warna kuning muda, dan sand memiliki nilai SSR > 8 yang ditandai dengan
menggunakan warna kuning.
Penyebaran litologi tersebut diawali dengan adanya proses pelapukan
dari batuan asal (provenance) yang disebabkan oleh proses fisika, kimia dan
biologi. Batuan yang telah mengalami proses pelapukan tersebut sangat
mudah untuk terkena proses erosi. Hal tersebut disebabkan karena batuan
tersebut sudah tidak kompak dan tingkat resistensi dari batuan tersebut
sangat rendah akibat pengaruh lingkungan luar. Proses erosi pada batuan
dapat disebabkan oleh faktor manusia maupun faktor alam yang berasal dari
lingkungan luar. Akibat dari adanya proses erosi tersebut, maka material
sedimen yang ada pada elevasi tinggi akan tertransport menuju daerah yang
lebih rendah. Dimana proses transportasi tersebut berhubungan dengan
ukuran butir serta bentuk butir yang akan dihasilkan dan diendapkan.
Dimana material sedimen yang berukuran halus akan terbentuk dengan
proses transportasi yang jauh dari batuan asalnya dan tingkat abrasi yang
tinggi dalam waktu yang cukup lama. Sehingga dapat diinterpretasikan
bahwa semakin jauh suatu material tertransport, maka ukuran butir dari
material tersebut akan semakin halus. Disamping itu juga, semakin jauh dan
28

lama suatu material tertransport, maka bentuk butir dari material tersebut
akan semakin well rounded. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya proses
abrasi yang berlangsung.
Pada kontur SSR tersebut dapat dilihat bahwa terdapat litologi sand
pada arah barat laut serta tenggara, yang diikuti ke arah utara dengan litologi
berupa sand-shale, sedangkan pada arah selatan tersusun litologi berupa
shale-sand dan shale. Dimana, dapat diinterpretasikan bahwa penyebaran
litologi yang dominan pada daerah tersebut berupa sandstone serta shalesand. Berdasarkan hasil analisis dari data SSR tersebut, maka dapat
diinterpretasikan bahwa arah laut sedimennya menyebar dari ketiga titik
pusat yang direpresentasikan oleh sand. Dapat diketahui bahwa semakin ke
selatan litologi pada peta tersebut semakin halus. Berdasarkan dari prinsip
transportasi pada sedimen, maka dapat diinterpretasikan bahwa arah
penyebaran material sedimen klastik tersebut yaitu ke arah selatan. Hal
tersebut disebabkan karena, semakin ke selatan perbandingan antara litologi
sand dan shalenya semakin kecil. Hal ini memperlihatkan bahwa pada
daerah bagian Selatan peta tersebut terdapat penaikan jumlah shale
dibandingan dengan jumlah sand. Disamping itu juga, terjadi karena faktor
energi transportasi, dimana semakin menuju ke arah laut energi transportasi
akan semakin berkurang dan material yang diendapkan juga semakin halus.
Disamping itu juga, arah laut terbuka dapat diinterpretasikan dengan
melihat jarak transport dan ukuran butir dari material sedimen klastik
tersebut. Air yang mengalir menuju elevasi yang lebih rendah merupakan
salah satu sifat aliran air akibat adanya perbedaan slope. Dimana air
merupakan media transportasi material sedimen yang berfungsi untuk
mengangkut material-material berupa pasir hingga shale. Dimana semakin
halus ukuran butir suatu material sedimen tersebut, maka semakin jauh pula
jarak transportasinya dan semakin dekat ke arah laut terbuka atau bagian
muara. Pengendapan shale dapat terjadi diakibatkan karena adanya
perbedaan elevasi yang tidak terlalu signifikan perbedaannya. Disamping itu
juga, energi pengangkutan sedimen akan menurun. Sehingga, material yang

29

berukuran besar sulit untuk tertransport hingga ke daerah muara sungai.


Oleh karena itu, dapat diinterpretasikan bahwa arah laut terbuka dapat di
lihat dari daerah yang memiliki nilai kontur sebesar < 1.
Dilihat dari tanda panah pada peta vektor dibawah ini, maka dapat
diinterpretasikan bahwa daerah yang ditunjuk oleh tanda panah tersebut
akan semakin menghalus materialnya, serta merupakan indikasi daerah laut
terbuka atau muara.

15

10

0
5

10

Salah satu indikasi daerah dengan


litologi halus serta daerah laut
terbuka

5.4

15

20

25

Indikasi daerah dengan


litologi kasar

Overlay Peta Isopach dan SSR


Potensi dari suatu daerah dapat diinterpretasikan melalui kombinasi
atau overlay antara peta kontur isopach dan peta kontur SSR. Peta tersebut
menghasilkan kombinasi peta yang nantinya dapat digunakan untuk
menentukan daerah yang berpotensi maupun tidak berpotensi sebagai
resevoir minyak dan gas bumi ataupun akuifer yang mengandung air tanah
yang ekonomis. Pada umumnya daerah yang berpotensi terdapatnya

30

hidrokarbon adalah daerah yang tersusun oleh litologi berupa sandstone.


Pada peta SSR, litologi tersebut dideliniasi dengan menggunakan warna
kuning. Sandstone merupakan material sedimen yang berukuran kasar,
sehingga daerah yang tersusun oleh litologi tersebut memiliki batas SSR
yang lebih besar. Hal tersebut disebabkan karena porositas sandstone yang
besar, sehingga memungkinkan untuk menjadi sebuah cebakan (reservoir)
hidrokarbon. Dimana salah satu syarat menjadi batuan reservoir yang baik
dan bagus yaitu harus mempunyai nilai porositas dan permeabilitas yang
tinggi pula. Keterdapatan porositas yang besar dapat berfungsi untuk
menyimpan fluida yang ada baik itu Hidrokarbon maupun fluida air.
Porositas yang didapatkan di dalam batupasir hanya bersifat
intergranular. Dimana rongga yang terbentuk pada batupasir tersebut akan
terbentuk ketika proses pengendapan itu berlangsung. Akan tetapi, setelah
terjadi proses pengendapan, akan terjadi proses-proses sekunder seperti
terjadinya proses pelarutan semen hingga mengakibatkan rongga yang telah
terbentuk akan membesar. Berdasarkan ketebalan suatu lapisan, maka dapat
diinterpretasikan bahwa semakin tebal suatu lapisan yang mengandung
porositas yang baik, maka akan semakin baik pula lokasi tersebut untuk
dijadikan sebagai daerah potensial hidrokarbon. Hal tersebut disebabkan
karena semakin tebal suatu lapisan, maka semakin banyak akumulasi
hidrokarbon yang terdapat pada suatu lapisan tersebut.
Syarat keterdapatan hidrokarbon pada suatu daerah antara lain yaitu
harus memiliki beberapa komponen dasar, yakni terdapatnya source rock
yang berfungsi untuk mematangkan hidrokarbon, selanjutnya akan terjadi
proses migrasi hidrokarbon dari source rock ke reservoir. Dimana litologi
penyusun reservoir tersebut yaitu litologi yang memiliki porositas yang
tinggi (contohnya batupasir). Setelah itu, terdapat trap serta cap rock. Trap
berfungsi sebagai penjebak hidrokarbon agar terakumulasi di daerah
tersebut, biasanya berupa struktur antiklin, sinklin atau sesar. Sedangkan
cap rock berfungsi agar hidrokarbon tidak dapat berpindah tempat lagi. Oleh
karena itu, litologi penyusun caprock tersebut merupakan batuan yang

31

impermeable dan berbutir halus (contohnya yaitu shale). Pada daerah


penelitian tiga komponen telah terpenuhi, yaitu adanya sandstone sebagai
reservoir, cekungan sedimentasi sebagai trap yang mengakumulasikan
hidrokarbon serta terdapat shale yang berperan sebagai cap rock. Dengan
demikian daerah tersebut berpotensi adanya reservoar yang ideal untuk
menyimpan fluida (hidrokarbon) dan supplay air tanah.

Gambar 5.1 Frekuensi Distribusi Reservoir (Arief Wahidin, 2012 dalam Kuliam Umum
Penyampaian Basic Petroleum System)

Selain menjadi reservoir daerah yang memiliki litologi batupasir juga


dapat digunakan sebagai aquifer dalam hidrologi. Hal tersebut disebabkan
karena batupasir dapat menyimpan air dengan kapasitas banyak, karena
permebilitas dan porositasnya yang tinggi.
Pada peta ditunjukkan dengan batas SSR > 8 dan ditandai dengan
warna kuning. Dimana daerah yang tersusun oleh litologi tersebut berada
pada sebelah selatan yang terlampar pada absis 17.409148 dengan ordinat
3.4037386666. Jika dilihat dari peta isopach yang menggambarkan
ketebalan lapisan dari suatu litologi, maka daerah sandstone yang memiliki
ketebalan lapisan yang

tebal (1000 1800). Daerah inilah yang akan

menjadi prioritas jika akan dilakukan pemboran untuk mencari cebakan


hidrokarbon dan suplei air tanah.

32

15

10

0
5

10

15

20

25

Indikasi Daerah Potensial

BAB IV
KESIMPULAN
Dari praktikum ini berdasarkan pengolahan data serta output hasil yang berupa
peta kontur serta 3D surface isopach dan Sand Shale Ratio, maka diperoleh hasil
sebgai berikut:

33

Pada

peta

isopach,

daerah

yang

memiliki

elevasi

tinggi

diinterpretasikan memiliki ketebalan yang tebal, dimana didelineasi

dengan menggunakan warna biru


Diindikasikan bahwa perbedaan antara isochore dengan isopach
tidak terlalu signifikan. Sehingga, lapisan tersebut relatif horizontal dan

belum mengalami deformasi yang intens.


Pada peta Sand Shale Ratio arah laut terbuka berada diselatan
dengan arah pengendapan dari utara keselatan. Dimana, semakin menuju

ke arah selatan, maka ukuran butirnya dari menuju halus.


Berdasarkan peta kombinasi antara isopach dan SSR dapat diketahui
bahwa daerah pada bagian selatan peta memiliki potensi yang bagus
sebagai daerah resevoir minyak dan gas bumi ataupun akuifer, karena
tersusun atas litologi sand porositas dan permeabilitas yang tinggi.

34

DAFTAR PUSTAKA
Koesoemadinata, R.P. 1981. Prinsip Prinsip Sedimentasi. Bandung : ITB
Staff Asisten

Sedimentologi

dan

Stratigrafi.

2014.

Panduan

Praktikum

Sedimentologi dan Stratigrafi. Program Studi Teknik Geologi Universitas


Diponegoro. Semarang.

35

Anda mungkin juga menyukai