Anda di halaman 1dari 5

KETERDAPATAN BIOTURBASI PENANDA ADANYA ICHNOFOSIL

SEBAGAI STUDI LINGKUNGAN PENGENDAPAN DI DAERAH


KEDUNGJATI, GROBOGAN, JAWA TENGAH
Syahronidavi Al Ghifari
21100113120019
davighifari@gmail.com
Program Studi Teknik Geologi
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
SARI
Fosil adalah sisa-sisa dari organisme yang hidup di masa lampau yang kemudian terawetkan
hingga bentuk sisa-sisanya masih dapat tampak di masa kini. Dimana pada penelitian ini, yang
diamati berupa adanya ichonofosil yang ditemukan di lapangan. Dimana lokasi penelitian terletak
pada daerah Kedungjati, Grobogan, Jawa Tengah. Latar belakang pembuatan paper ini adalah untuk
melengkapi tugas praktikum Makropaleontologi acara Ichnofosil. Pembuatan paper ini bertujuan agar
dapat mengetahui serta memahami lingkungan pengendapan batuan di wilayah Grobogan, Jawa
Tengah. Sehingga dapat direkontruksi untuk menginterpretasikan cara hidup suatu organisme tersebut
yang dapat dilihat dari jejak organisme yang dihasilkan. Salah satu cara yaitu dapat dilakukan dengan
pengambilan data-data sekunder serta melakukan studi observasi di lapangan secara langsung.
Berdasarkan dari hasil pengamatan tersebut, maka dapat diinterpretasikan bahwa keberadaan
ichnofosil pada daerah tersebut berupa adanya burrow maupun nodule. Disamping itu juga, jejak dari
organisme tersebut mengindikasikan energi gelombang yang rendah, karena tidak menyebabkan
adanya fragmen-fragmen pada cangkang organisme tersebut yang ditemukan di dekat keberadaan
ichnofosil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada daerah Kedungjati termasuk ke dalam daerah
lingkungan laut dangkal. Dimana dalam hal ini mengindikasikan energi yang tinggi yang diakibatkan
oleh aksi gelombang dan arus dari air laut tidak terlalu berpengaruh.
Kata Kunci: Lingkungan Pengendapan, Formasi Kerek, Kedungjati, Ichnofossil
ABSTRACT
Fossils are the remains of organisms that lived in the past which was then preserved to form
their remnants can still be seen in today. Where in this study, which was observed in the form of their
ichonofosil found in the field. Where is the location of the research lies in the area Kedungjati,
Grobogan, Central Java. Background of this paper is to complement the practical tasks
Makropaleontologi Ichnofosil event. Making this paper aims to be aware of and understand the
depositional environment of rocks in the area Grobogan, Central Java. So it can be reconstructed to
interpret the way of life of an organism that can be seen from the trail organisms produced. One way
that can be done by taking secondary data and conduct observational studies in the field directly.
Based on these observations, it can be interpreted that the existence ichnofosil in the area in the form
of their Burrow or nodule. Besides that, too, traces of organisms indicates a low wave energy,
because it does not cause any shell fragments on the organism found near where ichnofosil. So it can
be concluded that the area Kedungjati included in the area of shallow marine environment. Which in
this case indicates a high energy caused by the action of waves and currents of the sea water is not
very influential.
Keywords: Precipitation Environment, System Track, Kerek Formation, Kedungjati, Ichnofossil

PENDAHULUAN
Lokasi observasi ini berada di daerah
Kedungjati, Kabupaten Grobogan, Jawa
Tengah. Dimana lokasi tersebut terletak pada
koordinat 1101620 - 110 3029 Bujur
Timur dan 6 5534 - 7 0704. Paper
dengan judul Keterdapatan Bioturbasi
Penanda Adanya Ichnofosil Sebagai Studi
Lingkungan
Pengendapan
di
Daerah
Kedungjati, Grobogan, Jawa Tengah dibuat
untuk
melengkapi
tugas
praktikum
Makropaleontologi
acara
Ichnofosil.
Disamping itu juga, pembuatan paper ini
bertujuan agar dapat mengetahui serta
memahami lingkungan pengendapan batuan di
wilayah Grobogan, Jawa Tengah. Sehingga
dapat direkontruksi untuk menginterpretasikan
cara hidup suatu organisme tersebut yang
dapat dilihat dari jejak organisme yang
dihasilkan. Selain itu, dengan mengetahuinya
lingkungan pengendapan batuan, maka dari
adanya
ichnofosil
tersebut
dapat
diinterpretasikan kembali mengenai umur
batuan tersebut. Pada paper ini, objek
permasalahan yang diangkat yaitu mengenai
cara hidup organisme tersebut, lingkungan
hidupnya, umur geologi, beserta proses-proses
pemfosilannya hingga menghasilkan suatu
jejak organisme. Pembuatan paper ini berguna
untuk arsip serta dapat dijadikan sebagai data
pendukung untuk melakukan interpretasi yang
lebih jauh. Disamping itu juga, dengan adanya
pembuatan paper tersebut dapat berguna untuk
mengetahui dan meningkatkan kembali
potensi-potensi positif yang terdapat pada
daerah tersebut.
GEOLOGI REGIONAL

Secara geografis, wilayah Kedungjati,


Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Struktur geologi yang terdapat di daerah
tersebut pada umumnya berupa sesar yang
terdiri dari sesar normal, sesar geser dan
sesar naik. Geologi Kota Kedungjati,
Grobogan, Jawa Tengah berdasarkan Peta
Geologi memiliki susunan stratigrafinya
adalah sebagai berikut :
Batuan Gunung api Gajah Mungkur
Batuannya berupa lava andesit, berwarna
abu-abu kehitaman, berbutir halus,
holokristalin, komposisi terdiri dari

felspar, hornblende dan augit, bersifat


keras
dan
kompak.
Setempat
memperlihatkan struktur kekar berlembar
(sheeting joint).
BatuanGunungapiKaligesik (Qpk)
Batuan Gunungapi Kaligesik berupa lava
basalt, berwarna abu-abu kehitaman, halus,
komposisi mineral terdiri dari felspar,
olivine dan augit, sangat keras.
Formasi Jongkong
Breksi andesit hornblende augit dan aliran
lava,
sebelumnya
disebut
batuan
gunungapi Ungaran Lama. Breksi andesit
berwarna coklat kehitaman, komponen
berukuran 1 - 50 cm, menyudut
membundar tanggung dengan masa dasar
tufaan, pososi tas sedang, kompak dan
keras.
Formasi Damar
Batuannya terdiri dari batu pasir tufaan,
konglomerat, dan breksi volkanik. Batu
pasir tufaan berwarna kuning kecoklatan
berbutir halus - kasar, komposisi terdiri
dari mineral mafik, felspar, dan kuarsa
dengan masa dasar tufaan, porositas
sedang, keras. Konglomerat berwarna
kuning kecoklatan hingga kehitaman,
komponen terdiri dari andesit, basalt,
batuapung, berukuran 0,5 - 5 cm,
membundar tanggung hingga membundar
baik, agak rapuh. Breksi volkanik mungkin
diendapkan sebagai lahar, berwarna abuabu kehitaman, komponen terdiri dari
andesit dan basalt, berukuran 1 - 20 cm,
menyudut - membundar tanggung, agak
keras.
Formasi Kaligetas
Batuannya terdiri dari breksi dan lahar
dengan sisipan lava dan tuf halus sampai
kasar, setempat di bagian bawahnya
ditemukan batu lempung mengandung
moluska dan batu pasir tufaan.
Formasi Kalibeng
Batuannya terdiri dari napal, batupasir
tufaan dan batu gamping. Napal berwarna
abu-abu kehijauan hingga kehitaman,
komposisi terdiri dari mineral lempung
dan semen karbonat, porositas rendah
hingga kedap air, agak keras dalam
keadaan kering dan mudah hancur dalam
2

keadaan basah. Pada napal ini setempat


mengandung karbon (bahan organik).
Batupasir tufaan kuning kehitaman, halus kasar, porositas sedang, agak keras, Batu
gamping merupakan lensa dalam napal,
berwarna putih kelabu, keras dan kompak.
Formasi Kerek
Perselingan batu lempung, napal, batu
pasir tufaan, konglomerat, breksi volkanik
dan batu gamping. Batu lempung kelabu
muda - tua, gampingan, sebagian
bersisipan dengan batu lanau atau batu
pasir, mengandung fosil foram, moluska
dan koral-koral koloni. Lapisan tipis
konglomerat terdapat dalam batu lempung
di K. Kripik dan di dalam batupasir. Batu
gamping umumnya berlapis, kristallin dan
pasiran, mempunyai ketebalan total lebih
dari 400 m.
METODE PENELITIAN
Dalam pembuatan paper ini, dilakukan
pengambilan data berupa data-data sekunder
dengan cara melakukan studi pustaka untuk
mencari referensi-referensi yang mendukung
dan berkaitan mengenai penelitian yang
dilakukan. Disamping itu juga, metode
penelitian yang digunakan yaitu melakukan
observasi di lapangan secara langsung.
Dimana pada daerah observasi tersebut
dilakukan dengan cara kerja meliputi
pengamatan
terhadap
objek/singkapan,
mencatat hasil pengamatan pada buku catatan
lapangan,
dan
mendokumentasikan
pengamatan yang telah dilakukan, serta
menarik kesimpulan dari data-data yang telah
diperoleh tersebut.
HASIL PENELITIAN

Pada pengamatan lapangan yang


dilakukan, maka dapat diindikasikan
bahwa dimensi singkapan yaitu sekitar 5 m
x 2 m. Dimana litologi penyusun pada
singkapan tersebut yaitu memiliki ciri
berupa warna keabu-abuan, strukturnya
massif, ukuran butirnya lempung (<1/256
mm skala Wentworth), sortasinya baik,
kemasnya tertutup, dengan semen yang
bersifat karbonatan. Sehingga disebut juga
batulempung. Fosil jejak atau bioturbasi

yang ditemukan dalam litologi penyusun


segmen satu ini sebagai akibat burrowing
atau tingkah laku organisme dengan cara
menggali tubuh batuan
pada saat
terendapkan. Disamping itu juga terdapat
nodole. Dimana pada daerah lapangan
tersebut ditemukan satu lubang burrow
vertikal yang terisi oleh material sedimen
lain dan jika dilihat dari atas hanya akan
nampak
berupa
titik-titik
sedimen
berbentuk bulatan yang sebenarnya
merupakan lubang bukaan burrow suatu
organisme.
PEMBAHASAN
Berdasarkan pada pengamatan lapangan
secara langsung yang mana terletak pada
daerah pemetaan di Kedungjati, Grobogan,
Jawa Tengah, maka dapat diinterpretasikan
bahwa di daerah observasi tersebut terdapat
kenampakan ichnofosil dengan berbagai jenis
kenampakan yang ada. Dimana dapat
diinterpretasikan bahwa pada daerah tersebut
diindikasikan adanya kenampakan ichnofosil
berupa nodule, bioturbasi, dan burrow.
Ditemukan adanya sturktur bioturbasi yang
berjumlah relatif sedikit pada lokasi singkapan
daerah ini dapat dikarenakan kondisi arus yang
sudah cukup tenang, sehingga organisme dapat
hidup dengan nyaman tanpa membuat galian
dalam sedimen untuk perlindungan.
Adapun di daerah observasi terdapat
kenampakan bioturbasi, hal ini disebabkan
karena adanya sisa-sisa aktivitas organisme.
Kenampakan burrow yang ada pada daerah
observasi ini terbentuk akibat adanya aktivitas
organisme
yang
menggali
kemudian
meninggalkan jejak-jejak. Struktur bioturbasi
dapat dikarenakan singkapan ini terbentuk
pada tahap atau fase TST menengah (Middle
TST). Pada fase ini air laut naik menuju ke
daratan sehingga organisme akan berusaha
melindungi diri dari arus ini dengan
bersembunyi pada sedimen.
Beberapa trace fossil juga ditemukan
seperti adanya Trypanithes. Ichnospesies
tersebut diinterpretassikan dapat terbentuk
pada daerah shallow marine dengan kondisi
sedimen yang belum terkonsolidasi (Frey dan
Pemberton, 1984). Trace fossil Trypanithes
dicirikan dengan satu lubang burrow vertikal
yang terisi oleh material sedimen lain dan jika
3

dilihat dari atas hanya akan nampak berupa


titik-titik sedimen berbentuk bulatan yang
sebenarnya merupakan lubang bukaan burrow
suatu organisme. Penyebab dari kevertikalan
lubang burrow ini yaitu karena tingginya
agitasi air pada lingkungan ini dan dinamika
pengendapan. Karena itulah organisme yang
tinggal di daerah ini merupakan organisme
infaunal dan merupakan suspension feeders
dengan burrow yang vertikal dan panjang dan
kadang banyak memiliki penebalan pada
dindingnya.
Pada singkapan daerah observasi
tersebut, ditemukan jenis nodulenya yaitu post
diagenetical. Nodule ini terbentuk akibat test
rock yang terkompaksi kemudian adanya
fluida masuk kemudian fosil terhancurkan dan
tidak ada struktur batuan yang terganggu lalu
nodule pun terbentuk. Hal itu pun sama
dengan konkresi, yang membedakan dengan
nodule hanya bentuk konkresi yang lebih
teratur dibanding nodule.
Pada daerah pemetaan di Kedungjati,
Grobogan, Jawa Tengah ini ketika observasi
tidak ditemukan berupa pecahan-pecahan
cangkang di sekitar singkapan keterdapatannya
ichnofosil
tersebut,
dalam
hal
ini
mengindikasikan energi yang tinggi yang
diakibatkan oleh aksi gelombang dan arus dari
air laut tidak terlalu berpengaruh.

Kedungjati, Grobogan termasuk ke dalam


lingkungan laut dangkal. Hal tersebut
diperkuat pada data sekunder seperti geologi
regional daerah Kedungjati tersebut yang
mana termasuk dalam formasi Kerek.
REFERENSI
Tim Asisten Makropaleontologi. 2010. Buku
Panduan Praktikum Makropaleontologi.
Semarang. Teknik Geologi Undip.
http://www.academia.edu/9449851/pAPER_IA
GI (Diakses pada hari Jumat, tanggal
16 Januari 2015 pada pukul 20.07 WIB).

PENUTUP
Berdasarkan dari hasil deskripsi dan
pembahasan
tersebut,
maka
dapat
diinterpretasikan
bahwa
pada
daerah
Kedungjati, Grobogan tersusun oleh berbagai
jenis trace fosil, salah satunya yaitu burrowing
maupun adanya nodule. Dimana trace fosil
tersebut diinterpretasikan termasuk kedalam
ichnofacies yaitu Tryphanites. Disamping itu
juga, organisme tersebut hidup di lingkungan
laut dangkal. Dimana pada lingkungan laut
dangkal tersebut memiliki karakteristik seperti
air yang hangat, penetrasi matahari yang
tinggi, tidak adanya gangguan dari silisiklastik
berukuran halus. Hal tersebut mampu
meningkatkan
aktifitas
metabolisme
organisme, yang mana energi gelombangnya
tidak terlalu tinggi. Sehingga, dilihat dari
kenampakkan
burrowing-nya,
maka
diindikasikan bahwa daerah tersebut memiliki
substrat pada daerah shallow marine.
Berdasarkan data tersebut, maka dapat
dikaitkan bahwa pada dahulu, daerah
4

LAMPIRAN

Gambar 1. Kenampakkan Bioturbasi di Lapangan

Gambar 2. Kenampakkan Burrow di Lapangan

Gambar 3. Kenampakkan Nodule di Lapangan

Anda mungkin juga menyukai