Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Geomine, Vol. 5, No.

3: Bulan Desember 2017

IDENTIFIKASI JENIS FOSIL POLLEN BERDASARKAN MORFOLOGI


LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAERAH SUKOMORO
DAN SEKITARNYA

Elisabet D. Mayasari1* , Idarwati1, Stevanus Nalendra1

1 Teknik Geologi, Universitas Sriwijaya


*Corresponding author: elisabet_mayasari@unsri.ac.id

SARI
Daerah Sukomoro merupakan daerah yang termasuk ke dalam Formasi Palembang Tengah
pada Cekungan Sumatera Selatan. Formasi ini dikenal dengan batuan yang terbentuk pada
proses pasang-surut air laut. Bukti terjadinya pasang-surut air laut dapat dijumpai oleh
kehadiran batugamping yang menjadi indikasi lingkungan pengendapan daerah neritik (laut
dangkal) serta dijumpai amber (getah pohon) dengan jarak relatif dekat (± 1km). Berdasarkan
analisa paleontologi, tidak dijumpai hadirnya fosil foraminifera pada sampel batugamping. Hal
ini semakin menguatkan indikasi lingkungan pengendapan transisi pada daerah penelitian.
Berdasarkan hasil analisa fosil pollen dijumpai indikasi kehadiran tumbuhan yang bervariasi
mulai dari kelompok gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka hadir pada lingkungan darat),
angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup hadir pada lingkungan darat) dan pteridopytha
(tumbuhan paku-pakuan hadir pada lingkungan darat yang berair) hingga mangrove
(tumbuhan penciri daerah rawa). Dengan kehadiran variasi fosil-fosil tersebut, maka
diinterpretasikan bahwa lingkungan pengendapannya adalah transisi terutama pada
lingkungan intertidal (Henrich, 2007 dalam Mayasari, 2016). Lingkungan pengendapan ini
dicirikan oleh morfologi dengan kemiringan lereng yang landai.

Kata kunci: gymnospermae, angiospermae, pteridopytha, mangrove, intertidal.

ABSTRACT

Sukomoro is the area which include into Middle Palembang Formation from South Sumatera
Basin. This formation famous with transition are for the deposition environment. It proved by
limestone which made at the neritic (shoreline) and amber can be found too and the distance is
just 1 km. From paleonthology analysis, foraminifera fossils couldn’t be found. But from pollen
analysis we could find fossils from gymnospermae group (it is plant from land), angiospermae
(it is plant from land), pteridophyta and mangroove which are plant from swamp. With those
variation of fossils we can make interpretation that the sedimentation area is in the transition.
If we use Henrich’s model we find that the sedimentation area is in the intertidal (Henrich, 2007
in Mayasari, 2016). This deposition environment has the low morphology.

Keyword: gymnospermae, angiospermae, pteridopytha, mangrove, intertidal.

PENDAHULUAN litologi batuan yang terbentuk pada suatu


wilayah. Sumberdaya alam yang
Saat ini perkembangan ilmu memungkinkan terbentuknya batubara
Geologi sangat pesat dan digunakan untuk dan migas (minyak dan gas) adalah batuan
menentukan potensi keterdapatan sedimen. Keterdapatan batuan sedimen
sumberdaya alam di bumi. Keterdapatan tersebut sangat luas, menutupi 70%
sumberdaya alam tersebut tidak luput dari permukaan bumi. Oleh karena itu

1
Jurnal Geomine, Vol. 5, No. 3: Bulan Desember 2017

penelitian dilakukan pada lapisan batuan menghasilkan peta lokasi pengamatan


sedimen. Pada lapisan batuan sedimen dan peta lingkungan pengendapan.
tersebut dapat mempreservasi fosil, baik 4. Tahap Analisis Laboratorium
fosil foraminifera yang mengindikasi Analisis laboratorium dimaksudkan
lingkungan pengendapan transisi sampai untuk mengetahui jenis-jenis fosil
dengan laut, maupun fosil pollen yang pollennya. Fosil pollen ini digunakan
mengindikasi lingkungan pengendapan untuk menentukan umur dan
darat sampai dengan transisi. lingkungan pengendapan pada lokasi
Lokasi penelitian terletak pada penelitian.
daerah Sukomoro, Kabupaten Musi 5. Tahap Interpretasi dan Penyajian
Banyuasin, Sumatera Selatan. Daerah ini Hasil
termasuk dalam Formasi Palembang Hasil analisa fosil dan hasil
Tengah menurut urutan stratigrafinya. pengolahan data lapangan lainnya
Analisa dilakukan pada 9 lokasi digabungkan untuk mendapatkan
pengamatan yang diasumsikan mewakili hasil penelitian sehingga tujuan dari
keseluruhan wilayah telitian. Sampel yang penelitian ini dapat tercapai.
diambil adalah sampel dengan litologi
halus dan berwarna gelap. Warna gelap HASIL PENELITIAN
pada sampel tersebut menunjukkan
keterdapatan material organik yang tinggi, Berdasarkan penelitian terdahulu
sedangkan litologi halus menyebabkan fosil yang pernah dilakukan oleh peneliti
pollen dapat terpreservasi dengan baik. (Mayasari, 2016) menunjukan adanya
indikasi lingkungan pengendapan transisi
METODOLOGI PENELITIAN yang ditunjukkan oleh kehadiran amber
dan batugamping dengan jarak yang relatif
Penelitian ini menggunakan dekat (± 1km). Batugamping yang terdapat
metode analitis-deskriptif, yaitu pada lokasi penelitian tersebut setelah
melakukan penelitian dengan menganalisa dilakukan uji laboratorium tidak
sampel yang dijumpai kemudia obyek menunjukkan adanya kehadiran fosil
penelitian tersebut dideskripsi. Metode- foraminifera sebagai indikasi lingkungan
metode tersebut dilaksanakan dalam pengendapan laut. Selain itu dijumpai
beberapa tahap, yaitu: keterdapatan amber pada lokasi tersebut.
1. Tahap Pengumulan data Amber merupakan jejak tumbuhan pada
Tahap ini mengumpulkan data-data masa lampau. Dengan ditemukannya
studi pustaka dan pengumpulan data kedua ciri khusus pada masing-masing
dari peneliti terdahulu yang lingkungan pengendapan peneliti mencoba
membahas mengenai Cekungan mengidentifikasi jenis-jenis fosil pollen
Sumatera Selatan. yang mencirikan lingkungan
2. Tahap Pekerjaan Lapangan pengendapaan darat yang bersisian dengan
Pada tahapan ini peneliti melakukan lingkungan pengendapan transisi.
pengambilan data lapangan seperti Penelitian difokuskan pada litologi
kedudukan batuan, deskripsi batuan dengan ukuran butir yang halus dan
dan pengambilan sampel batuan untuk berwarna gelap. Ukuran butir yang halus
keperluan analisa pollen. mengindikasikan proses pengendapan
3. Tahap Pengolahan Data Lapangan berlangsung lambat sehingga dapat
Data lapangan yang telah didapatkan mempreservasi sisa-sisa makhluk hidup
diproses/diolah di laboratorium dan dengan baik. Warna gelap pada batuan
studio. Data lapangan yang diolah di tersebut mengindikasikan kelimpahan
studio dimaksudkan untuk material organik, dalam hal ini adalah

2
Jurnal Geomine, Vol. 5, No. 3: Bulan Desember 2017

kelimpahan fosil pollen. Fosil pollen yang Selain merujuk pada kondisi
berukuran sangat kecil dapat terpreservasi lingkungan lokasi penelitian, hasil analisa
dengan baik pada litologi yang berukuran pollen atau serbuk sari menunjukkan
halus. bahwa lingkungan pengendapan lokasi
Hasil dari pengamatan lapangan penelitian adalah intertidal/transisi
menunjukkan bahwa litologi dengan (Mayasari, 2016). Hal ini ditunjukkan oleh
ukuran butir halus dan berwana gelap melimpahnya fosil mangrove dan
ditunjukkan pada litologi shale (serpih). angiospermae. Keberadaan fosil mangrove
Keterdapatan litologi ini ditemukan pada 7 (tumbuhan penciri daerah rawa),
(tujuh) lokasi pengamatan yang dapat gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka
dilihat pada peta montage. hadir pada lingkungan darat),
Menurut Haseldonckx (1974), angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup
lingkungan pengendapan untuk daerah hadir pada lingkungan darat) dan
tropis di wilayah Indonesia tenrbagi pteridopytha (tumbuhan paku-pakuan
menjadi 8 kelompok berdasarkan asosiasi hadir pada lingkungan darat yang berair)
takson-takson pencirinya, yaitu: pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa
Hinterland, Flood Plain & Alluvial Plain, lokasi penelitian merupakan daerah
Sandy Beach & Barrier Island, Lagoon, dengan keragaman jenis tumbuhan.
Delta & Estuarin, Mangrove & Back Kondisi lingkungan pengendapan yang
Mangroove, Coastal Plain, dan Marin. memungkinkan bagi kehadiran fosil-fosil
Berdasarkan keterdapatan amber dan tumbuhan tersebut adalah daerah transisi
batugamping pada lokasi penelitian, maka yang menunjukkan bahwa tumbuhan darat
lingkungan pengendapan lokasi penelitian (gymnospermae, angiospermae dan
terletak pada zona transisi atau pada pteridopytha) dapat dijumpai bersamaan
Alluvial Plain sampai Shallow Marine. dengan tumbuhan yang hanya hidup di
daerah berair (mangrove).

Gambar 1. Peta Montage Lokasi Pengamatan

3
Jurnal Geomine, Vol. 5, No. 3: Bulan Desember 2017

Mengacu pada hasil analisa pollen penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
tersebut, maka merujuk pada model Merujuk pada model lingkungan
lingkungan pengendapan milik Henrich pengendapan tersebut, maka morfologi
(2007 dalam Mayasari, 2016) maka lingkungan pengendapannya cenderung
lingkungan pengendapan untuk lokasi melandai ke arah marine atau lepas pantai.

Lingkungan
Pengendapan
Daerah Penelitian

Gambar 2. Lingkungan pengendapan Transisi (Henrich, 2007 dalam Mayasari, 2016)

Fosil pollen yang ditemukan pada lokasi


penelitian yang ditunjukkan oleh fosil indes
adalah:
1. Dacrydiumitess spp. yang termasuk
dalam gymnospermae.
Fosil ini memiliki ciri bentuk tubuh
seperti perahu sehingga aperturenya
berada bagian tengah tubuh fosil pollen.

3. Discoidites borneensis yang termasuk


dalam tumbuhan angiospermae.
Fosil ini memiliki 3 aperture di bagian
tepi kamar pollennya.

2. Meyeripollis naharkotensis yang


termasuk dalam tumbuhan
angiospermae.

4
Jurnal Geomine, Vol. 5, No. 3: Bulan Desember 2017

4. Avicennia yang termasuk dalam 7. Crassoretitriletes vanraadshooveni yang


tumbuhan mangrove. termasuk dalam tumbuhan
Fosil ini memiliki hiasan seperti pteridopytha.
selaput pada tepi tubuh pollennya Fosil ini memiliki bentuk triangular
yang disebut sebagai Pilate. (segitiga) sehingga memiliki aperture di
bagian tengah kamar.

5. Dacrydiumites spp. yang termasuk


dalam tumbuhan gymnospermae.
Fosil ini memiliki hiasan seperti jala KESIMPULAN
pada tepi tubuh pollennya yang
disebut sebagai Echinate. 1. Daerah penelitian menunjukkan
indikasi lingkungan pengendapan
transisi (zona pasang surut air laut)
melalui kehadiran amber dan
batugamping.
2. Lingkungan pengendapan daerah
penelitian termasuk dalam lingkungan
pengendapan Intertidal menurut model
lingkungan pengendapan milik Henrich
(2007).
6. Canthiumidites reticulatus yang 3. Fosil pollen yang ditemukan pada
termasuk dalam tumbuhan mangrove. daerah penelitian termasuk dalam
Fosil ini memiliki bentuk triangular kelompok gymnospermae (tumbuhan
(segitiga) sehingga memiliki aperture di berbiji terbuka hadir pada lingkungan
bagian tengah kamar. darat), angiospermae (tumbuhan berbiji
tertutup hadir pada lingkungan darat)
dan pteridopytha (tumbuhan paku-
pakuan hadir pada lingkungan darat
yang berair) dan mangrove (tumbuhan
penciri daerah rawa).

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan banyak terima kasih


kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penelitian dan penyelesaian tulisan
ini terutama kepada
- Tim anggota Penelitian Dosen Muda
Sateks Universitas Sriwijaya
Palembang.

5
Jurnal Geomine, Vol. 5, No. 3: Bulan Desember 2017

- Universitas Sriwijaya dimana penulis Pengabdian Pada Masyarakat,


bernaung. ISBN: 979-587-617-1, pp. 230-234.
- Intertek sebagai laboratorium untuk
Moore, P.D., et al., 1991, Pollen
melakukan analisa Fosil Pollen.
Analysis (Second Edition).
PUSTAKA Blackwell Scientific
Publications. ISBN 0-632-02176-4
De Coster, G.G, 1974, The Geology of
Pulunggono, A. dan Cameron, N.R., 1984,
Central Sumatra and South
Sumatran Microplates, Their
Sumatra Basin. Proceedings, The
Characteristics and Their Role in
3rd Indonesian Petroleum
the Evolution of the Central and
Association (IPA) Annual
South Sumatra Basins, Proceedings
Convention Proceeding, Jakarta,
Indonesian Petroleum Association
p.77-110.
(IPA) 13th Annual Convention, hlm.
Erdtman, G., et al., 1961, An introduction to
121-143.
a Scandinavian poll en flora, Gr ana
Pulunggono, A.,1985, The changing pattern
Palynologica, vol. 2, no. 3, pp . 1-92.
of ideas on Sundaland within the
Haseldonckx, 1974, A Palynological
last hundred years, its implications
interpretation of paleo-environment
to oil exploration: Proceedings
in S.E. Asia. Sains Malaysiana, 3, p.
Indonesian Petroleum Association
119-27.
Fourteenth Annual Convention,
Heidrick, T.L., dan Aulia, K., 1993, A
October, 1985, p. 347-378.
structural and tectonic model of the
Pulunggono, A., Haryo, A., & Kosuma, C.G.,
coastal plains block, Central
1992, Pre-Tertiary and Tertiary
Sumatra basin, Indonesia, Fault systems as a framework of the
Proceedings of the South Sumatera Basin; A Study of
SAR-MAPS, Proceedings
Indonesian Petroleum Association,
Indonesian Petroleum Association,
22/1, 285-3 1. 21th Annual Convention.
Mayasari, Elisabet D., 2016, Analisis Fosil Pollen Susandarini, Ratna, 2005, Pengantar
Untuk Penentuan Lingkungan Paleobotani, elisa.ugm.ac.id
Pengendapan Daerah Sukomoro dan Wodehouse, R. P., 1933, Preparation of
Airbatu, Sumatera Selatan, Laporan Akhir pollen for microscopic examination,
Bulletin of the Torrey Botanical
Penelitian Sateks Universitas Sriwijaya.
Club, vol. 60, no. 6, pp . 417-421
Mayasari, Elisabet D., 2016, Indikasi
Lingkungan Pengendapan Darat
pada Daerah Sukomoro, Musi
Banyuasin, Sumatera Selatan,
Prosiding AVoER 8, Seminar
Nasional Penelitian dan

Anda mungkin juga menyukai