Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH TOKSIKOLOGI

“LOGAM BERAT: TIMBAL (Pb)”

Disusun Oleh :

1. Francisca Putri P. (318007)


2. Shinta Andriyani (318015)

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN

POLITEKNIK KATOLIK MANGUNWIJAYA

SEMARANG
A. PENDAHULUAN

Logam atau metal adalah barang tambang yang biasanya berupa bahan
dasar berat dan padat, mempunyai sifat tertentu, berkilau, dapat dibengkokkan,
dapat ditempa, dapat dilebur dengan menggunakan panas api dan arus listrik.

Logam berat adalah logam yang menimbulkan bahaya lingkungan jangka


panjang seperti Cadmium, kobalt, kromium, tembaga, merkuri, nikel, tambang dan
seng.

Logam berbeda dengan senyawa – senyawa beracun lainnya karena logam


tidak dapat disintesa atau dimusnahkan serta dihancurkan di dalam tubuh manusia.
Logam – logam ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara yang kita hirup,
air yang kita minum, makanan, serta melalui proses penguraian senyawa – senyawa
yang mengandung logam. Namun demikian, terdapat juga banyak jenis logam yang
sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia meskipun
dalam jumlah yang sangat sedikit. Jenis – jenis logam tesebut biasanya
ditambahkan dalam bentuk vitamin atau bahan tambahan pangan.

Toksisitas logam berat sangat dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia dan
biologi lingkungan. Beberapa kasus lingkungan tersebut dapat mengubah laju
absorbsi logam dan mengubah kondisi fisiologis yang mengakibatkan
berbahayanya pengaruh logam.

Timbal (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat yang sering juga
disebut dengan istilah timah hitam. Timbal memiliki titik lebur yang rendah, mudah
dibentuk, dan memiliki sifat kimia yang aktif sehingga biasa digunakan untuk
melapisi logam agar tidak timbul perkaratan.

Timbal merupakan logam pascatransisi (post-transition metal) yang


memiliki densitas tinggi, tahan korosi, memiliki konduktivitas lemah dan paruh
waktu sangat lama (stabil) serta terdapat bebas secara alami di bumi dan apabila
tertelan dapat sangat beracun pada manusia dan hewan yang dapat mengganggu
sistem persarafan.
Timbal dalam bentuk organik dan anorganik memiliki toksisitas yang
sama pada manusia. Timbal dalam tubuh dapat menghambat aktivitas kerja enzim.
Namun yang paling berbahaya adalah toksisitas timbal yang disebabkan oleh
gangguan absorbsi kalsium (Ca). Hal ini menyebabkan terjadinya penarikan deposit
timbal dari tulang tersebut.
B. SUMBER RACUN

1. Udara
Berdasarkan penelitian, telah diketahui bahwa pencemaran oleh
timbal terbesar berada di udara, yaitu sekitar 85%. Timbal di udara berasal
dari penggunaan bahan bakar bertimbal yang dalam pembakarannya
melepaskan timbal oksida berbentuk debu/partikulat yang dapat terhirup oleh
manusia. Mobil berbahan bakar yang mengandung timbal melepaskan 95%
timbal yang mencemari udara di negara berkembang. Partikel timbal yang
terdapat di dalam asap kendaraan bermotor berukuran 0,02 – 1,00 μm, dengan
massa tinggal di udara mencapai 4 – 40 hari. Partikel yang sangat kecil ini
memungkinkan timbal terhirup dan masuk sampai ke paru – paru. Timbal
dalam bentuk gas akan masuk ke dalam tubuh dan dapat terikat di dalam
darah. Batas normal timbal dalam darah adalah 400 μg/L darah.

2. Sayuran
Sumber pencemaran timbal yang lain berasal dari berbagai komoditi
sayuran yang ditanam di tepi jalan raya. Sayuran tersebut dapat
terkontaminasi oleh timbal.

3. Air
Adanya timbal di air berasal dari pembuangan limbah yang
mengandung timbal. Salah satu industri yang mengandung timbal dalam air
limbahnya adalah industri aki penyimpanan di mobil, dimana elektronya
mengandung 93% timbal dalam bentuk timbal oksida (PbO2 ).

4. Tanah
Keberadaan timbal di dalam tanah dapat berasal dari emisi
kendaraan bermotor, dimana partikel – partikel timbal yang terlepas di udara
dengan adanya gaya gravitasi maka timbal tersebut akan langsung turun ke
tanah. Kandungan timbal di tanah yang belum diolah yaitu 6 – 20 ppm dan
pada tanah yang sudah diolah mencapai 300 ppm. Logam yang tidak terikat
dengan senyawa kompleks bersifat larut dan relatif tersedia bagi tanaman.
Adanya senyawa organik di dalam tanah dapat mengikat logam menjadi
senyawa kompleks sehingga dapat megurangi bahaya akumulasi logam di
dalam tanaman.

5. Bahan Pangan
Bahan pangan yang dikonsumsi manusia juga mengandung timbal
secara alami. Pada ikan dan binatang lain mengandung timbal 0,2 – 2,5
mg/kg, pada daging atau telur mengandung timbal sebesar 0 – 0,37 mg/kg,
padi – padian mengandung timbal sebesar 0 – 1,39 mg/kg dan pada sayur –
sayuran mengandung timbal sebesar 0 – 1,3 mg/kg.
Sumber asupan timbal adalah makanan yang biasanya mengandung
100 – 300 mikrogram/kg. Makanan yang mengandung kadar timbal yang
tinggi adalah:
 Makanan Kaleng : 50 – 100 mikrogram/kg
 Hasil Ternak (Hati & Ginjal) : 150 mikrogram/kg
 Daging : 50 mikrogram/kg
 Ikan : 170 mikrogram/kg
 Udang dan Kerang : ≥ 250 mikrogram/kg
 Susu sapi, buah & sayuran : 15 – 20 mikrogram/kg
C. SAMPEL YANG DIAMBIL

Sampel yang dapat diambil adalah:

 Air limbah
 Udang
 Kerang
 Kepiting
 Makanan Kaleng

D. SPESIMEN SPESIFIK

Daging Kepiting (Scylla serrata)

E. PREPARASI SAMPEL

 Sampel ditimbang sebanyak 2,5 gr dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.


 Tambahkan 25 ml HNO3 pekat ke dalam erlenmeyer.
 Panaskan dengan hot plate dalam suhu 100° C selama 30 menit, mendidih
sampai dengan daging larut.
 Lalu, dinginkan di dalam lemari asam.
 Setelah dingin, tambahkan 10 ml HClO4 70% dan panaskan dengan hot
plate dalam suhu 100° C hingga sampel menjadi tidak berwarna (bening).

F. PROSEDUR PEMERIKSAAN

1. Pembuatan Larutan Standar Timbal (Pb)


 Larutan Baku Timbal (Pb) 100 ppm
 Dipipet 1 ml larutan baku timbal (Pb) 1000 ppm dan dimasukkan ke
dalam labu ukur 100 mL.
 Tambahkan aquadest hingga tanda batas, homogenkan.

 Larutan Standar Timbal (Pb)


 Larutan baku timbal (Pb) 100 ppm dipipet masing – masing 0,0 ml;
0,5 ml; 1,0 ml; 2,0 ml; 5,0 ml; 10,0 ml.
 Masing – masing dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
 Lalu tambahkan aquadest pada masing – masing labu takar sampai
tanda batas, hingga di peroleh kadar timbal (Pb) 0,0 ppm; 0,05 ppm;
0,1 ppm; 0,5 ppm; 1,0 ppm; dan 2,0 ppm.
 Diukur larutan standar dengan menggunakan Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA) dengan panjang gelombang 283,3 nm.

2. Cara Pemeriksaan Sampel


 Disaring sampel dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam labu
ukur 100 ml.
 Tambahkan aquadest hingga tanda batas, homogenkan.
 Diukur sampel dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan
Atom (SSA) pada panjang gelombang 283,3 nm.
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, Muji., dan Solihat, Moch Firman. 2018. Toksikologi Klinik. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Sandro, Satria Rio., Lestari, Susi., dan Purwiyanto, Anna Ida S,. 2013. Analisa
Kandungan Kadar Logam Berat Pada Daging Kepiting (Scylla serrata) di
Perairan Muara Sungai Banyu Asin. Jurnal Fishtech vol. 2.

Sembel, Dantje T. 2015. Toksikologi Klinik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Anda mungkin juga menyukai