A.A. Polhaupessy
Pusat Survei Geologi
Jl. Diponegoro 57, Bandung 40122
ABSTRAK
Penelitian fosil palinomorf (pollen spora) dari daerah Nanggulan (Yogyakarta) dan Karangsambung (Kebumen) disajikan
dalam makalah ini. Percontoh pollen diambil dari batuan Paleogene dan Neogen yang mengandung karbon dan sisa
organik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebaran fosil polen, umur nisbi dan lingkungan
pengendapannya sebagai hasil akhir. Fosil polen dari daerah Nanggulan menunjukkan umur Eosen-Oligosen, sedangkan
polen dari daerah Karangsambung Eosen Tengah - Pliosen. Seluruh polen spora ini, baik di daerah Nanggulan maupun
Karangsambung diendapkan di lingkungan sublitoral.
Kata kunci:Nanggulan,Karangsambung, polen
ABSTRACT
A research on palynomorph fossils is presented in this paper. Pollen samples were collected from Paleogene and
Neogene rocks containing carbon materials and organic remains. The aim of this study is to better understanding the
J
pollen distribution, age and their depositional environments as a final result. Pollen fossils from Nanggulan area suggest
an age of Eocene – Oligocene, while that from Karangsambung indicates Middle Eocene – Pliocene. All of pollen, both
from Nanggulan and Karangsambung were deposited in littoral environments.
G
Gambar 1. Peta lokasi penelitian polen Paleogen-Neogen, di daerah Nanggulan dan Karangsambung.
J
G
S
M
Gambar 2. Peta lokasi pengambilan percontoh polen pada Formasi Nanggulan, Desa Nanggulan dan Kalibawang.
demikian dapat disimpulkan bahwa umur Formasi ceba, Calophyllum dan Verrucatosisporites
Karangsambung adalah Eosen Tengah sampai usmensis, menunjukkan lingkungan pengendapan
Oligosen. darat (sublitoral). Batulempung abu-abu selang-
G
Hankenina dari Formasi Nanggulan. Percontoh lain ceba. Kumpulan polen tersebut mencerminkan
untuk umur ini diperoleh di daerah Karangsambung lingkungan pengendapan darat (sublitoral).
dari Formasi Karangsambung. Seluruh penelitian
pollen Neogen dilakukan di daerah Karangsambung, n Daerah Karangsambung
yang diambil dari Formasi Totogan dan Formasi Hasil analisis polen daerah hulu Kali Karanganyar
Halang. Hasil penelitian ini disajikan untuk dan Kali Asahan lebih mewakili. Percontoh polen
menentukan lingkungan pengendapan dan umurnya. kedua daerah penelitian ini menghasilkan lingkungan
pengendapan darat (sublitoral) berdasarkan adanya
Lingkungan Pengendapan jenis: Discoidites pilosus, Palmae nadihamunii,
Proxapertites operculatus, Proxapertites cursus,
Fosil polen tersimpan baik dalam batuan sedimen
Cicatricosporites dorogensis dan Verrucatosporites
sehingga analisis polen Paleogen-Neogen dilakukan
usmensis. Polen Paleogen juga diduga berada dalam
dan diamati baik umur maupun lingkungan
Formasi Karangsambung di daerah Clapar.
pengendapan pada percontoh yang telah
Pemercontohan batuan untuk analisis fosil polen di
dikumpulkan di daerah Nanggulan dan
lakukan di antiklin Formasi Karangsambung yang
Karangsambung.
terletak di bawah jembatan yang berada di dekat
n Daerah Nanggulan Desa Clapar. Beberapa percontoh polen pada antiklin
ini telah dianalisis, menghasilkan lingkungan
Penelitian lapangan dilakukan dekat Desa pengendapan darat (sublitoral) berdasarkan
Nanggulan, pada singkapan batulempung hitam kehadiran Crassoretitriletes vanraadshooveni,
Kalisono ini yang mengandung Stenochlaenidites kemungkinan besar termasuk Formasi Totogan
papuanus, Florschuetzia levipoli dan (Asikin drr.,1992). Percontoh polen batulempung
Verrucatosporites usmensis, maka lingkungan lainnya pada daerah Kalisono berwarna abu-abu
pengendapannya adalah darat (sublitoral), juga hadir dengan sisipan lapisan lignit tipis menunjukkan umur
M
spora fungi dalam jumlah besar dan spora Miosen-Pliosen (Polhaupessy, 1999) berdasarkan
pteridophyt lainnya, percontoh ini diduga berasal hadirnya Stenochlaenidites papuanus,
dari Formasi Halang. Florschuetzia levipoli dan Verrucatosporites
usmensis dan diduga berasal dari Formasi Halang.
Kisaran Umur Pada stratigrafi polen Paleogen-Neogen di Asia
Tenggara, polen Meyeripollis naharkotensis tidak
Dari penelitian fosil polen yang dilakukan di daerah
Nanggulan dan Karangsambung dihasilkan kisaran muncul secara menyeluruh, tapi muncul sebagai
umur untuk formasi-formasi batuan di daerah ini penunjuk umur Oligosen di beberapa pulau di
(Gambar 5). Indonesia antara lain di daerah Pulau Sumatera dan
Kalimantan. Pada penelitian di Jawa Tengah ini,
n Daerah Nanggulan polen Meyeripollis naharkotensis juga ditemukan.
Analisis fosil polen pada beberapa percontoh Baksi dan Venkatachala (1971) menyatakan bahwa
batulempung hitam menghasilkan beberapa jenis Meyeripollis naharkotensis muncul di bagian atas
fosil polen sebagai penunjuk umur yang dapat Eosen Awal sampai ke Miosen Awal di daerah Assam,
dideterminasi antara lain Palmaepollenites India sedangkan Morley (1991) menyatakan
kutchensis, Proxaper tites cursus, Meyeripollis naharkotensis hadir sampai puncak
Gemmatricolporites pilosus, Discoiditespilosus, Oligosen dan juga berperan sebagai indikator musim
Cicatricosporites dorogensis dan Verrucatosporites hujan di Kalimantan. Fosil tersebut berasosiasi
usmensis menunjukkan umur Eosen Tengah. dengan batubara pada umur Eosen Akhir dan
Oligosen selama mengalami musim hujan optimal.
Gambar 3. Peta lokasi pengambilan percontoh polen Formasi Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah.
J
G
Gambar 4. Sketsa lokasi pengambilan percontoh Formasi Karangsambung, Desa Clapar, Kecamatan Karanganyam, Kebumen.
S
M
resolusi tinggi berdasarkan batasan bentuk stratigrafi Eosen Tengah-Eosen Akhir. Antiklin pada Formasi
dan mendapatkan bagan yang cukup baik di Asia Karangsambung di daerah Clapar menunjukkan
Tenggara, maka dibutuhkan ketetapan yang lebih lingkungan darat berdasarkan adanya fosil polen,
G
J
G
S
Morley,R.J.,1991.Tertiary Stratigraphic Palynology In South East Asia : Current Status and New
Directions.Geol.Soc.Malaysia Bull.,28:1-36.
Polhaupessy, A.A., 1999. Quaternary Palynological study of Trinil Area, East Java. Pal. Ser. Geol. Res. Dev.
G
Rahardjo, W., Sukandarrumidi, dan Rosidi, H.M.D., 1995. Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Jawa. Skala :
1:100000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Tjia,H.D.,1966.Structural analysis of the pre Tertiary of the Luk Ulo area,Central Java,Dis.Doktor, Dept.Teknik
M