Anda di halaman 1dari 7

Foraminifera sebagai penciri paleo environment :

Studi kasus pada lintasan Kali Bentur, Ngawean, Blora (Lili Fauziely)

FORAMINIFERA SEBAGAI PENCIRI PALEO ENVIRONMENT:


STUDI KASUS PADA LINTASAN KALI BENTUR,
NGAWENAN, BLORA

Lili Fauzielly
Lab. Paleontologi, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran

ABSTRACT
Foraminifera analysis taken from 18 surface sample from sandstone unit and siltstone unit, Kali Bentur
section, Ngawenan area, Blora.
According quantitative analysis, foraminifera assemblages consist of 39 species (218.128 individu)
planktonic and 53 species (16.384 individu) bentic , with abundance of Globigerinoides trilobus imaturus,
Globigerinoides trilobus trilobus, Globoquadrina altispira, Globoquadrina dehiscens, Orbulina universa,
Globorotalia menardii and Bolivina, Batisiphon, Cibicides, Robulus, Planulina, Uvigerina dan Stilostomela
Foraminifera planktonic distribution indicated tropical zone, warm water(24oC - 28oC ) salinity 34-36
ppm, and based on bentic foraminifera, there were paleoenvironment change that more deep from
sandstone unit to silt unit.
Keywords : Foraminifera, Paleoenvironment

ABSTRAK
Analisis foraminifera pada satuan batupasir dan satuan napal dilakukan pada lintasan terukur pada kali
Bentur daerah Ngawenan , Kab Blora. Berdasarkan analisis kuantitatif dari 11 conto batupasir dan 7
conto lanau, diperoleh 39 spesies (218.128 individu) planktonik dan 53 spesies (16.384 individu)
bentonik dengan kelimpahan dari beberapa spesies yaitu Globigerinoides trilobus imaturus,
Globigerinoides trilobus trilobus, Globoquadrina altispira, Globoquadrina dehiscens, Orbulina universa
dan Globorotalia menardii and Bolivina, Batisiphon, Cibicides, Robulus, Planulina, Uvigerina dan
Stilostomela
Distribusi foraminifera planktonik menunjukkan fauna tropical zone, warm water (24oC - 28oC ) dengan
salinitas 34-36 ppm. Sementara itu analisis foraminifera bentonik, memperlihatkan adanya perubahan
lingkungan pengendapan yang semakin mendalam dari satuan batupasir ke satuan lanau.
Kata kunci : Foraminifera, Paleo-environmen

PENDAHULUAN fera plangtonik dan bentonik serta kan-


dungan kalsium karbonat. Umur dari kedua
Lingkungan pengendapan merupakan satuan ini adalah Miosen Atas - Pliosen
suatu keadaan yang kompleks tempat Bawah. (Zaenudin, A,1996).
sedimen diendapkan dan dipengaruhi oleh Kandungan kalsium karbonat dalam air
faktor fisika,kimia dan biologi yang saling laut merupakan fungsi dari temperatur,
terkait antara satu dengan lainnya. Unsur salinitas dan tekanan. (Boltovskoy,1976)
dari ketiga faktor tersebut diantaranya Semakin tinggi temperatur dan salinitas
adalah arus, kedalaman,penetrasi cahaya, serta semakin rendah tekanan, maka akan
salinitas, temperatur, kalsium karbonat dan meningkatkan kelarutan dari kalsium kar-
kandungan flora dan fauna. bonat.Umumnya komposisi dinding cang-
Banyak cara dalam melakukan analisis kang yang dimiliki oleh foraminifera, baik
lingkungan pengendapan diantaranya de- plangton maupun bentik merupakan din-
ngan memperhatikan geometri endapan, ding cangkang yang berkomposisi gamping-
litologi, struktur sedimen, pola arus purba an sehingga dalam pembentukannya
dan kandungan fosil (Selley,1985) sangat dipengaruhi oleh kadar kalsium
Analisis lingkungan berdasarkan kan- karbonat yang terlarut dalam air laut
dungan fosil di Kali Bentur ini meng- tempat foraminifera tersebut hidup dan
gunakan beberapa parameter lingkungan berkembang biak Kelarutan kalsium kar-
pengendapan yaitu jumlah individu plang- bonat dalam air turut pula mempengaruhi
tonik dan bentonik,jumlah total fauna, penyebaran dari foraminifera. Dengan
jumlah total spesies, persentasi foramina- demikian keragaman dan kelimpahan fosil

15
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 6, Nomor 1, Agustus 2008 : 15-21

foraminifera yang terdapat dalam batuan dehiscens, Orbulina universa dan


sedimen dapat digunakan untuk menafsir- Globigerinoides bulloides.
kan dan merekonstruksi kondisi lingkungan Berdasarkan distribusi lintang, kum-
pengendapan tempat sedimen tersebut pulan foraminifera planktonik pada kedua
diendapkan. satuan batuan memperlihatkan kelompok
Lokasi penelitian terletak di daerah tropical zone, warm water (24oC - 28oC)
Ngawenan, Kab. Blora, Propinsi Jawa dengan salinitas 34-36ppm yang dicirikan
Tengah. Secara geografis dibatasi oleh oleh kehadiran Sphaerodinella dehiscens,
111 o29’19’’ dan 111 o34’19’’ BT dan 7 o00’ Globorotalia tumida, Pulleniatina obliqilo-
dan 7 o05’ LS (Gambar 1) culata, Neogloboquadrina dutertei, Orbulina
universa dan Globorotalia menardii
(Parker,1971).
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Persentasi pelagic rasio (P/B ratio)
pada satuan batupasir berkisar antara
Sebanyak 18 conto batuan yang terdiri
77%-99% dan pada satuan lanau berkisar
dari 11 conto batupasir dan 7 conto lanau
antara 90%-95% yang menunjukkan ling-
diperoleh dari penampang terukur Kali
kungan lower slope (Grimsdale,1955).
Bentur (Gambar 1). Analisis mikropaleon-
Batimetri pada kedua satuan batuan ini
tologi dan analisis kalsimetri dilakukan
berdasarkan komposisi oksigen isotop
terhadap ke 18 conto yang diperoleh.
(Emiliani, 1954) menunjukkan adanya fluk-
Proses pencucian conto batuan untuk
tuasi kedalaman dari intermediate (50-
analisis mikropaleontologi dilakukan dengan
100m) menjadi deep water (>100m) .
menggunakan metode Hidrogen Peroksida,
Kumpulan foraminifera intermediate diciri-
sedangkan determinasi foraminifera dila-
kan oleh kehadiran Globigerina bulloides,
kukan dengan menggunakan mikroskop
Puleniatina obliquiloculata, dan Orbulina
binokuler.
universa sementara kumpulan foraminifera
Metode kuantitatif digunakan untuk
deep water dicirikan oleh Globorotalia
menganalisis fosil foraminifera. Penentuan
menardii, Globorotalia tumida dan
dominansi genus/spesies menggunakan
Sphaeroidinella dehiscens.
persyaratan apabila jumlah individu dari
Perubahan zona batimetri ini juga
suatu genus/spesies lebih dari 25% dari
didukung oleh data kelimpahan biota yang
seluruh individu yang ditemukan.
mengandung keel yang diwakili oleh
Analisis kalsimetri dilakukan untuk
kelompok Globorotalia. Pada deep water
mengetahui kadar karbonat dalam batuan
terlihat adanya persentasi biota yang
mengandung keel meningkat dibanding
HASIL DAN PEMBAHASAN
pada zona intermediate. Meningkatnya keel
ini menunjukkan terjadinya perubahan
Kumpulan (Assemblages) foraminifera
lingkungan yang menjadi lebih dingin,
pada satuan batupasir dan lanau
dengan ciri cahaya yang berkurang serta
Kumpulan foraminifera planktonik pada temperatur yang menurun. Kelimpahan dari
satuan batupasir, terdiri dari 39 spesies dan Orbulina universa secara signifikan pada
94462 individu. Dengan didominasi oleh conto 83 dan 23 menunjukkan adanya
kelimpahan Globigerinoides trilobus imatu- penurunan temperatur dan salinitas.
rus, Globigerinoides trilobus trilobus, Kumpulan foraminifera bentonik pada
Globoquadrina altispira, Globoquadrina satuan batupasir terdiri dari 12 spesies dan
dehiscens, Orbulina universa dan Globo- 7218 individu. Adapun genus yang dominan
rotalia menardii. bervariasi untuk tiap conto antara lain
Kumpulan foraminifera planktonik pada Bolivina, Batisiphon, Cibicides, Robulus,
satuan lanau terdiri dari 35 spesies dan Planulina, Uvigerina dan Stilostomela.
123664 individu. Dengan didominasi oleh Sementara itu kumpulan foraminifera
kelimpahan Globigerinoides trilobus imatu- bentonik pada satuan ini terdiri dari 13
rus, Globigerinoides trilobus trilobus, spesies dan 9168 individu. Dengan genus
Globoquadrina altispira, Globoquadrina dominan yang bervariasi untuk tiap conto
antara lain Cibicides, Planulina, Uvigerina

16
Foraminifera sebagai penciri paleo environment :
Studi kasus pada lintasan Kali Bentur, Ngawean, Blora (Lili Fauziely)

Secara umum dapat disimpulkan paleo minifera yang termasuk dalam fauna
environment yang berkembang pada kedua tropical zone, warm water (24o C s.d. 28o C)
satuan ini adalah normal marin, outer dengan salinitas 34-36 ppm, disertai
neritik-batial, Dari persentasi jumlah dengan kedalaman yang fluktuatif. (50m-
spesies, terlihat bahwa jumlah spesies ber- >100m). Sementara dari analisis fora-
kurang seiring dengan bertambahnya ke- minifera bentonik, terlihat adanya peru-
dalaman, namun hal ini tidak diikuti oleh bahan lingkungan pengendapan yang
berkurangnya jumlah individu. semakin mendalam dari satuan batupasir
ke satuan lanau.
DISKUSI
DAFTAR PUSTAKA
Adanya perubahan litologi, peningkatan
jumlah individu baik plankton maupun Boltovskoy,E and Wright,R 1976, Recent
bentonik, peningkatan kadar kalsium kar- Foraminifera, The Hague
bonat dan perubahan batimetri pada dua Sukandarrumidi,1992 Diktat Biostratigrafi,
satuan ini merupakan ciri terjadinya per- Unpad, tidak diterbitkan
ubahan lingkungan pada kedua satuan Bolli H.M and Saunders,JB,1985, Oligocene
batuan. to Holocene Low Latitude Planktic
Berdasarkan aspek litologi, dimana Foraminifera, Planktonic Stratigrafi, p
satuan batupasir mempunyai ukuran yang 155-256 Cambridge University Press
lebih kasar dari satuan lanau mengin- Van Marle,L.J. , 1991, Eastern Indonesian,
dikasikan satuan batupasir diendapkan late Cenozoic smaller benthic Forami-
relatif lebih dangkal dari satuan lanau. nifera, Geomarine Centre, Institute of
Perubahan kedalaman ini juga diikuti oleh Earth Sciences, Vrije Universiteit
peningkatan rata-rata kadar kalsium Amsterdam, Holland
karbonat yang meningkat pada satuan Zaenudin, A, 1996, Geologi dan Analisis
lanau. Lingkungan Pengendapan satuan
Berdasarkan kandungan foraminifera batupasir Fm Ledok berdasarkan fosil
planktonik, terlihat adanya peningkatan foraminifera daerah Nglobo dan
jumlah individu yang signifikan pada sekitarnya, Kec. Jiken, Kab Blora, Jawa
satuan lanau berumur N18-N19 (Pliosen Tengah, Unpad, tidak diterbitkan
Bawah) yaitu 114.704 individu, dibanding-
kan dengan jumlah individu pada satuan
batupasir berumur N16-N17 (Miosen Atas)
sebanyak 73.184 individu dari jumlah conto
batuan yang sama. Hal ini disebabkan
karena perubahan muka air laut yang
menyebabkan terjadinya proses peng-
gerusan dan pengangkatan ulang material
organik dari dasar cekungan sehingga
mempengaruhi kadar kalsium karbonat
yang telah ada sebelumnya. Proses ini
menyebabkan meningkatnya kadar nutrient
dalam air laut sehingga menyebabkan
peningkatan jumlah individu foraminifera
planktonik.

KESIMPULAN
Hasil penelitian paleoenvironment di
lintasan Kali Bentur dapat menggunakan
pendekatan baik dari foram planktonik
maupun bentonik. Berdasarkan foram
planktonik menunjukkan distribusi fora-

17
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 6, Nomor 1, Agustus 2008 : 15-21

LOKASI
PENELITIAN SKALA 1: 25000

Gambar 1. Lokasi Penelitian

18
Foraminifera sebagai penciri paleo environment :
Studi kasus pada lintasan Kali Bentur, Ngawean, Blora (Lili Fauziely)

Tabel 1.
Data total individu foraminifera planktonik tiap conto pada lintasan K.Bentur

19
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 6, Nomor 1, Agustus 2008 : 15-21

Tabel 2.
Data total individu foraminifera bentonik tiap conto pada lintasan K.Bentur

20
Foraminifera sebagai penciri paleo environment :
Studi kasus pada lintasan Kali Bentur, Ngawean, Blora (Lili Fauziely)

1 2 3 4 5 6

7 8 9 10 11 12

Gambar 2.
Beberapa spesies yang melimpah, (foto tanpa skala, perbesaran 40X)
1-6 Foraminifera planktonik (1.Globigerinoides trilobus imaturus, 2.Globigerinoides
trilobus trilobus, 3.Globoquadrina altispira, 4. Globoquadrina dehiscens,
5.Orbulina universa,6.Globorotalia menardii,)
7-12 Foraminifera bentonik (7.Bathisiphon sp, 8. Stilostomella sp, 9. Uvigerina sp,
10. Cibicides sp,11. Robulus sp,12. Elphidium sp)

21

Anda mungkin juga menyukai