erosi dapat disebut juga dengan fosil. Fosil pada dasarnya dikategorikan menjadi dua yaitu
makrofosil dan mikrofosil, yang dibedakan berdasarkan ukuran, cara mengambilnya, cara
preparasi, dan studinya. Mikrofosil tersendiri pengamatannya harus dilakukan dengan
menggunakan mikroskop. Studi tentang mikrofosil disebut juga mikropaleontologi. Pada studi
tersebut kita mempelajari tentang organis-walled microfossil ( termasuk foraminifera dan
ostracods), dari studi palinologi mempelajari tentang organic-walled microfossil juga (
termasuk pollen grains, dinoflagellates, dan acritarchs) (Braiser, 2005). Banyak sedimen
mengandung mikrofosil, hal ini berkaitan dengan tujuan mempelajari mikrofosil yaitu untuk
mengetahui umur, lingkungan pengendapan, dan burial history dari sedimen tersebut.
3. Kedalaman
4. Kekeruhan air
Kelima faktor tersebut yang dapat mempengaruhi tempat tinggal atau ekologi dari suatu
mikroorganisme pada masa lampau.
Suhu air laut sangat dipengaruhi oleh daya tembus matahari terhadap kedalaman yang
dikenal sebagai “Photic Zone” (10-200 m). Suhu air laut juga dipengaruhi oleh letak geografis,
yang dapat mempengaruhi komunitasnya. Sinar matahari sangat dibutuhkan untuk fotosintesa
bagi mikroorganisme yang berklorofil, sehingga mempengaruhi populasi mikroorganisme
pada suatu tempat. Suhu air laut juga dapat mempengaruhi besar cangkang dari foraminifera.
Adapun pengaruh suhu terhadap formanifera yaitu :
Hal ini berkaitan dengan spesies yang dapat hidup di lingkungan tertentu seperti pada
lingkungan tropis (Globorotalia menardii, Globoquadrina altispira, Puleniatina spp, dll),
temperate dan subpolar (Globigerina bulloides), dan spesies subpolar dan polar.
Gambar 2. Kumpulan mikrofosil untuk interpretasi suhu (Modifikasi Bradshaw, 1959)
b) Coiling Direction
Hal ini berkaitan dengan arah putaran dari cangkang foraminifera tersebut. Terdapat
dua arah putaran yaitu Sinistral yang berkaitan dengan temperature rendah dan Dextral yang
berkaitan dengan temperature tinggi.
Pada umumnya mikrofauna hidup pada laut dengan salinitas normal, kearah hyperhalin
mikrofauna cenderung semakin menurun jumlahnya.
3. Kedalaman
Gambar 9. Perubahan asosiasi foraminifera planktonic dan bentonik terhadap suhu (Saidova 1967)
4. Kekeruhan
Kekeruhan air dapat mempengaruhi masuknya sinar matahari ke dalam laut, keruhnya
air laut dapat diakibatkan oleh adanya arus turbidit, turbulensi, aktivitas vulkanisme, dl. Akibat
kekeruhan ini banyak mikroorganisme yang umumnya membutuhkan cahaya matahari untuk
hidup dan makan mati dan terendapkan.
5. Gelombang air laut dan arus laut
Massa air laut dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain yang disebut sebagai
arus laut. Arus air laut sangat mempengaruhi kehidupan organisme di dalamnya. Gerakan air
laut dibutuhkan oleh mikrofauna untuk :
Daftar Pustaka
Amstrong, Howard, Braiser, Martin. 2005. Microfossils. Blackwell publishing
Martin, E.R. 2000. Environmental Micropaleontology : the application of microfossils to
environmental geology. Springer