Anda di halaman 1dari 27

PENDAHULUAN

Geologi adalah suatu bidang ilmu pengetahuan


yang mempelajari segala suatu mengenai planet
bumi.

Geologi juga merupakan kelompok dari ilmu


yang membahas tentang bahan- bahan yang
membentuk bumi, proses-proses pembentukan
bumi dan sejarah perkembanganya sejak bumi
ini lahir di alam semesta.
Salah satu cabang ilmu di dalam geologi
adalah “Paleontologi”

Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari


tentang kehidupan masa purba, dimana sisa
kehidupan masa lalu yang terawetkan dapat
di pelajari hingga saat ini.

Fosil adalah sisa-sisa atau jejak dari hewan


atau tumbuhan yang terawetkan dan
tersimpan dalam kulit bumi.
PROSES PEMFOSILAN
Proses pengawetan atau pemosilan
tergantung pada:

Mempunyai bagian-
Penguburan yang bagian yang keras Mempunyai umur
cepat pada suatu misalnya ratusan juta tahun
media pelindung. kulit,tulang,tanduk, yang lalu.
dll.
Berdasarkan cara terjadinya, fosil dapat
dibedakan menjadi 2 bagian yaitu:

Fosil yang taktermineralisasikan

Fosil yang termineralisasikan


1. Fosil-fosil yang tak termineralisasikan

Adalah fosil-fosil yang tidak mengalami


perubahan atau penggantian pada bagian
yang tersebut. Misalnya serangga yang
terjebak dalam getah, mammoth yang
terjebak dalam es, hewan yang terperangkap
dalam batugamping atau debu vulkanis.
2. Fosil-fosil yang tak termineralisasikan
Adalah fosil-fosil yang mengalami
perubahan atau penggantian pada bagian
yang terawetkan tersebut.
Histometabasis, yaitu suatu istilah yang
khusus digunakan untuk fosil tumbuh-
tumbuhan terutama kayu. Dimana terjadi
pergantian total molekul-molekul dari
jaringan.
Permineralisasi, adalah suatu proses pengisian
dimana setiap lubang kecil( pori-pori) yang
terdapat dalam tulang-tulang atau dalam kulit
kerang di isi oleh mineral-mineral asing misal:
Brachiopoda yang mengalami permineralisasi
kalsit.
Replacement (penggantian), yaitu penggantian
total dari material yang menyusun rumah
organisme tersebut dengan mineral asing contoh:
fosil amonit digantikan oleh mineral kalsit.
Mold, yaitu jejak atau cetakan-cetakan yang
mempunyai relief tinggi.
Contoh : cetakan fosil mollusca pada batu
lempung.
Cast, adalah cetakan yang terjadi karena adanya
mineral-mineral yang mengisi mold atau dapat
pula terjadi karena proses replacement pada kulit
kerang.
Contoh: fosil brachiopoda dengan cetakan dari
batulempung tufan.
Impresion, yaitu suatu cetakan organisme
yang mempunyai relief rendah.
Contoh: cetakan bekas daun yang jatuh di
Lumpur atau tufa
Pseudofosil, yaitu bahan-bahan organik
yang terbentuk oleh alam, sehingga
mempunyai bentuk tumbuh-tumbuhan
atau hewan.
Contoh: Denritas yang merupakan lapisan
tipis dari kristal mangandioksida.
PHYLUM PROTOZOA
Berdasarkan cara-cara penggerakannya phylum
protozoa di bagi menjadi 5 sub phylum:

Sub phylum mastingophora

Sub phylum sarcodina

Sub phylum sporozoa

Sub phylum ciliata

Sub phylum suctoria.


Ciri-ciri umum phylum protozoa
 Hewan bersel satu (unicelularia) yang terdiri darisatu atau lebih
nucleus atau nuclei yang di kelilingi oleh protoplasma, yang
mempunyai ukuran satu mikron sampai beberapa sentimeter.
 Mempunyai kehidupan di air dan di darat.
 Hidup secara soliter, beberapa ada yang berkoloni.
 Jumlah individu sangat banyak, jauh melebihi dari anggota phylum
lainnya.
 Berkembang biak secara sexual dan asexual atau pergantian keduanya.
 Umumnya merupakan organisme kecil ukuran rata-rata 2mm-75mm
 Sel-sel tubuhnya belum mengadakan pembagian kedalam sistem
organ. Sifat inilah yang membedakan secara tegas dengan golongan
metazoan.
FORAMINIFERA
Foraminifera adalah mikro organisme bersel tunggal
yang termasuk kedalam ordo foraminifera (kerajaan
protista) phylum sarcodina kelas rizopoda yang
hidup di lingkungan air (aquatic) mulai dari air
tawar, payau, sampai air laut.
Berdasarkan cara hidupnya mikroorganisme ini dapat
di bagi dua yaitu:

Tipe floating
(melayang) dalam masa
air (water coloum) atau
jenis plankton (muncul
pada era mesozoikum
akhir atau zaman zura)

Hidup di dasar laut atau


jenis benthos (muncul
pada jaman kambrium)
ECOLOGI FORAMINIFERA
I. Sifat Menyesuaikan diri terhadap Lingkungan
Hewan dapat menyesuaikan diri terhadap:
1. Kedalaman, suhu, kondisi dasar laut
2. Mempunyai cara-cara yang khas untuk melindungi diri.
3. Dapat berenang, memasuki air tawar, asin, payau.
4. Dapat hidup dalam lumpur / tanah.

Golongan Foraminifera
- Sebagian species2nya penghuni laut murni.
- Sebagian kecil hidup di air payau.
- Genus primitif (Allogronidae) ditemukan di air tawar.
- Pada sedimen dasar laut dijumpai ± 1000 – 2,5 x 106 jenis yang
masih hidup dalam 1 m2.

Foraminifera baik untuk data-data Paleoecologi.


1. Penyebaran geografi yang luas.
2. Jumlah yang besar.
3. Sejarah geologi yang panjang.
II. Ecologi Foraminifera Benthonik yang Recent

Kehidupan benthos sangat dipengaruhi oleh :


-Makanan.
-Dalamnya laut
-Suhu (paling berpengaruh).
-Dll.

Ada 2 suhu ekstreem yaitu:


-Suhu air dingin (kutub)
-Suhu panas (tropis)

Fauna Air Dingin


-Dicirikan oleh terdapatnya Foram Agglutin yang primitif.
-Merupakan suatu assemblage yang uniform akibat suhu yang tidak
berfluktuatif.
Fauna Air Panas :
-Fauna tidak begitu homogen.
-Hidupnya tidak terbatas pd lapisan atas dari muka laut.
-Dicirikan oleh cangkang gampingan yang besar terutama bagi yang hidup
di sekitar Coral reefs (Alveolinella, Amphistegina, Marginopora)

VAUGHAN membagi suhu dari samudra menjadi :


1. Zone Kutub : -9 s/d -5o C
2. Zone Subkutub , 5 – 10oC
3. Zone Temperate, max 25oC (selalu berubah tiap tempat)
4. Zone Sub-Tropic, 15 – 33oC
5. Zone Tropik, 25 – 31o – 36o C

A. Faktor Suhu
- Mempengaruhi besar mutlaknya ukuran cangkang.
- Menurut HOFKER; mempengaruhi proporsi dari cangkang
Contoh : Ammonia flevensis, dg naiknya suhu tinggi kamar menjadi lebih
tinggi.
-Temperatur max – min, mempengaruhi efek kelangsungan hidup for a.
-Faktor suhu, akan dipengaruhi oleh kedalaman dasar laut.

•Beberapa contoh hasil penyelidikan NATLAND (1933) dari dasar laut


Atlantic :
1. Zone 1, 0 – 5 meter suhu 0 – 27oC (Elphidium, Rotalia,
Quinqueloqulina, Eggerella).
2. Zone 2, 15 – 90 meter suhu 3 – 16oC (Cibicides, Proteonina,
Elphidium, Triloculine).
3. Zone 3, 90 – 300 meter, suhu 5 – 8oC (Pyrgo, Robulus, Gyroidina,
Discorbis, Epistomina, Textularia).
4. Zone 4, 300 – 1000 meter, 5 – 8oC (Bulimina, Nonion, Uvigerina,
Cassidulina, Bolivina).
B. Faktor Salinitas
-Umumnya foram hidup dg salinitas normal ( 30 – 33%)
-Tidak tahan thdp salinitas rendah atau tinggi dari normal.
-Beberapa yang bisa hidup pada lingkungan “Brackish”
(Rotalia, Discorbis, Elphidium, Eponides).
-Zone Brackish di dominasi oleh golongan agglutin.

C. Faktor Sinar Matahari


- Batas tembus sinar matahari 300 m ( gel pendek) dan 10 m
(gel panjang).
-Sinar matahari dibutuhkan untuk fotosintesa.

D. Turbidity (Kekeruhan)
-Disebabkan oleh ; Suspensi sedimen, Adanya pelonggokan
plankton organik yang tebal.
-Turbidity dijumpai di perairan dekat pantai, samudra yang
terbuka biasanya jarang.
- Daerah yang sangat jenuh tidak akan di jumpai populasi yang
diharapkan.
E. Pengaruh Gelombang dan Arus
•Turbulensi; disebabkan oleh angin permukaan yang kuat terjadi
turbulensi air menjadi keruh Terjadi penambahan
suplai makana dilapisan atas produksi phyto plankton
meningkat.
•Sifat dari Substratum; Phleger (1969) menganggap sifat substratum
kurang penting, kecuali beberapa golongan yang hidupnya
berasosiasi dengan terumbu (Foram besar).

Gerakan dari air dibutuhkan untuk :


1. Menjaga kestabilan Salinitas.
2. Membawa makanan dan gas-gas O2. (Arus dapat merugikan
kehidupan organisme) membawa gas-gas beracun dan air dengan
suhu yang mencolok.
3. Menjaga kestabilan Suhu.
4. Dibutuhkan untuk penyebaran bentuk2 plaktonis.
5. Sorting dan perpindahan dari cangkang Foraminifera kosong.
Ecologi Foraminifera Planktonis Yang Resent
-Jumlah species foran plaktonis < Foran benthonis.
-Kurang lebih 25 species termasuk Globigerinidae dan Globorotalidae.
-Hidup terapung karena ringan maka penyebaran luas.
-Dipakai sebagai fosil penunjuk.
-Indikator untuk lingkungan pengendapan dengan menentukan besar
presentase jenis planktonis terhadap jumlah seluruh foram yang ada
(benthos dan plankton).

Lingkungan Pengendapan : % Jenis Planktonis


Σ Foram plankton + bentos

Faktor2 Ecology yang mempengaruhi Kehidupan:


• Kedalama
• Suhu
• Salinitas
1. Kedalaman
-Berkembang bebas pada daerah lepas pantai.
-Phleger (1951) tidak seluruhnya terpusat pada permukaan yang teratas.
Contoh :
• Atlantik Selatan, terpusat pada kedalaman 100 meter.
• Atlantik Utara, jumlah Foraminifera yang hidup pd kedalaman 975
m adalah 4,5x lebih besar di banding kedalaman dangkal.
• Teluk Mexico, foram planktonik terpusatkan pada kedalaman 25 –
50 meter.
-Semakin dalam cangkang semakin tebal (BE, 1960)
-Umumnya kedalaman tidak terlampau berpengaruh pada foram
planktonis.

2. Suhu
-Pengaruh suhu tidak selalu sama bagi setiap jenis.
-STONE (1956), suhu berpengaruh thd populasi dan ukuran.
-Suhu yg rendah mengakibatkan pertumbuhan cangkang yan
penyebarannya terhambat.
3. Salinitas
-Merupakan faktor yang terpenting untuk foram plankton.
-Keadaan normal berkembang dengan pesat, sebaliknya apa bila naik
atau turun akan mati atau terhambat perkembangannya.
-Makin menjauhi darat foram plankton semakin berkurang.
-Beberapa jenis foram yang toleran terhpd perubahan salinitas (Laut
merah). Contoh Globorotalia bulloides, Globigerinoides sacculifera,
Hastigerina equilateralis, Orbulina universa (40 – 41 0/00 ).

Bebarapa Golongan yang dapat hidup pada Zone tertentu:


1. Zone Kutub – Sub Kutub: - G bulloides, Globorotalia pachiderma,
Gt dutertrei
2. Zone Temperate : Globigerina inflata, Globigerina bulloides.
3. Zone Tropis – Sub Tropis : Gs rubra, Gs sacculifera, Gs conglobata,
O universa , Gt eggeri, Gt menardii.

Anda mungkin juga menyukai