foraminifera
bermanfaat
dalam
biostratigrafi,
paleoekologi,
daerah tropik di masa lampau, menentukan letak garis pantai masa lampau, dan
perubahan perubahan suhu global yang terjadi selama jaman es.
Sebuah contoh kumpulan fosil foraminifera mengandung banyak spesies
yang masih hidup sampai sekarang, maka pola penyebaran modern dari spesiesspesies tersebut dapat digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau - di
tempat kumpulan fosil foraminifera diperoleh - ketika fosil foraminifera tersebut
masih hidup. Jika sebuah contoh mengandung kumpulan fosil foraminifera yang
semuanya atau sebagian besar sudah punah, masih ada beberapa petunjuk yang
dapat digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau. Petunjuk tersebut
adalah keragaman spesies, jumlah relatif dari spesies planktonik dan bentonik
(prosentase foraminifera planktonik dari total kumpulan foraminifera planktonik
dan bentonik), rasio dari tipe-tipe cangkang (rasio Rotaliidae, Miliolidae, dan
Textulariidae), dan aspek kimia material penyusun cangkang.
Aspek kimia cangkang fosil foraminifera sangat bermanfaat karena
mencerminkan sifat kimia perairan tempat foraminifera ketika tumbuh. Sebagai
contoh, perban-dingan isotop oksigen stabil tergantung dari suhu air. Sebab air
bersuhu lebih tinggi cenderung untuk menguapkan lebih banyak isotop yang lebih
ringan. Pengukuran isotop oksigen stabil pada cangkang foraminifera planktonik
dan bentonik yang berasal dari ratusan batuan teras inti dasar laut di seluruh dunia
telah dimanfaatkan untuk meme-takan permukaan dan suhu dasar perairan masa
lampau. Data tersebut sebagai dasar pemahaman bagaimana iklim dan arus laut
telah berubah di masa lampau dan untuk memperkirakan perubahan-perubahan di
masa yang akan datang (keakurasiannya belum teruji).
Foraminifera dapat ditemukan pada kisaran suhu (10-30 oC) (Boersma dan
Haq, 1984 in Okvariani, 2002), namun pada suhu hangat (tropis) foraminifera
dapat tumbuh optimal pada kisaran suhu antara 21o sampai 26 oC (Boltovskoy dan
Wright, 1976). Pada suhu terendah foraminifera mempunyai ukuran cangkang
yang maksimal dan komposisi yang padat, sedangkan pada suhu air yang tinggi
foraminifera kurang dapat bertahan pada kondisi tersebut (Okvariani, 2002).