Anda di halaman 1dari 11

PERUBAHAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN BERDASARKAN

KELIMPAHAN FORAMINIFERA BENTONIK BESAR PADA


BATUGAMPING KLASTIK FORMASI RAJAMANDALA

Riandi Wicaksono1*, Lili Fauzielly1, Lia Jurnaliah1


1
Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran, Sumedang

*Korespondensi: riandiwicaksono@gmail.com

ABSTRAK
Perubahan iklim yang menandakan transisi kala Oligosen-Miosen mempengaruhi kondisi ekologi
yang secara langsung berpengaruh terhadap kelimpahan spesies foraminifera bentonik besar.
Formasi Rajamandala diendapkan selama Oligosen-Miosen sehingga kelimpahan foraminifera
bentonik besar pada formasi ini memiliki peran signifikan dalam penentuan lingkungan
pengendapan serta perubahannya selama kala waktu tersebut. Sampel berupa inti batuan diambil
melalui proses pemboran oleh PT. Indoprima Putra Jaya yang kemudian dijadikan 14 conto
sayatan mewakili setiap karakteristik litologi. Terdapat 17 spesies foraminifera bentonik besar
yang teridentifikasi yaitu Amphistegina sp., Austrotrillina howchini, Borelis pygmaeus,
Cycloclypeus pillaria, Discogypsina discus, Lepidocyclina sp. (Eulepidina), Lepidocyclina
dilatata, Lepidocyclina sumatrensis, Miogypsina sp., Miogypsinoides sp., Neorotalia
mecatepecensis, Palaeonummulites sp., Planorbulinella batangensis, Planorbulinella larvata,
Planorbulinella solida, Spiroclypeus vermicularis, dan Tansinhokella yabei. Analisis lingkungan
pengendapan dilakukan berdasarkan kelimpahan spesies foraminifera bentonik besar
menggunakan Diagram Hallock. Didapatkan bahwa pola umum perubahan lingkungan
pengendapan berada pada lingkungan forereef, namun terjadi anomali ketika lapisan batuan yang
diwakili sampel D39-40 diendapkan, yaitu ada pergeseran ke arah backreef.

Kata kunci : Foraminifera bentonik besar, kelimpahan, Diagram Hallock, lingkungan


pengendapan.

ABSTRACT
Climate changes that mark the transition between Oligocene-Miocene affected the ecological
condition which influenced the larger benthic foraminifera assemblages. Rajamandala Formation
was deposited during Oligocene-Miocene period, so the larger benthic foraminifera assemblages
significantly affecting the depositional environment determination. 14 thin section samples
representing the lithology was created from the core sample which was taken by PT. Indoprima
Putra Jaya. There are 17 identified larger benthic foraminifera species. They are Amphistegina
sp., Austrotrillina howchini, Borelis pygmaeus, Cycloclypeus pillaria, Discogypsina discus,
Lepidocyclina sp. (Eulepidina), Lepidocyclina dilatata, Lepidocyclina sumatrensis, Miogypsina
sp., Miogypsinoides sp., Neorotalia mecatepecensis, Palaeonummulites sp., Planorbulinella
batangensis, Planorbulinella larvata, Planorbulinella solida, Spiroclypeus vermicularis, and
Tansinhokella yabei. Depositional environment analysis was conducted using Hallock’s Diagram.
The analysis prove that the major pattern of the depositional environment changes was happened
in forereef area, but there was an anomaly when the rock unit represented by the D39-40 sample
was deposited where the depositional environment was moved to backreef area.
Keywords : Larger benthic foraminifera, assemblages, Hallock’s Diagram, depositional
environment.

67
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.3, No.1, Februari 2019: 67 – 77

1. PENDAHULUAN Formasi Rajamandala merupakan


formasi yang sebagian besar tersusun
Batuan sedimen karbonat adalah
atas litologi batugamping. Litologi
batuan sedimen yang memiliki
batugamping tersebut mengindikasikan
kandungan mineral karbonat lebih dari
keterbentukan pada lingkungan yang
50%. Mineral karbonat tersebut dapat
memadai bagi biota untuk hidup,
terbentuk dari proses biokimia sebagai
khususnya foraminifera. Hal ini dapat
hasil dari aktivitas makhluk hidup.
menjadi faktor yang memungkinkan
Material karbonat tersebut dapat berupa
adanya keberagaman biota yang hidup
karbonat klastik yang tersemenkan
pada masa lampau di lingkungan
ataupun karbonat kristalin hasil dari
pengendapan formasi ini. Umurnya yang
proses presipitasi. Keduanya sangat
berada pada rentang Oligosen Akhir
berkaitan dengan peran organisme
sampai Miosen Awal menjadi keunikan
sebagai pembentuk komposisi utama
tersendiri karena pada kala tersebut
batuan karbonat itu sendiri.
terjadi perubahan iklim ke arah yang
Peran krusial dari organisme
lebih dingin yang menyebabkan
terhadap pembentukan batuan karbonat
penyempitan iklim tropis ke arah
tersebut dapat diamati dari analisis
ekuatorial (Spezzaferi, 1995). Hal ini
mikropaleontologi pada batuan karbonat.
mempengaruhi evolusi foraminifera,
Organisme yang mempengaruhi
khususnya foraminifera bentonik besar
pembentukan batuan karbonat akan
yang menyebabkan varietas yang
terlihat kehadirannya sebagai fosil yang
beragam foraminifera pada kala tersebut
mencerminkan kaitan erat proses
(BouDagher-Fadel, 2006). Fenomena ini
keterbentukan batuan sedimen karbonat
dirasa menjadi penting untuk diketahui
dari proses biokimia Salah satu jenis fosil
pengaruhnya terhadap kelimpahan biota,
yang umum ditemui pada sayatan tipis
khususnya foraminifera bentonik besar,
batuan sedimen karbonat adalah
pada batugamping klastik pada Formasi
foraminifera.
Rajamandala.
Foraminifera adalah organisme
bersel satu yang dalam pola hidupnya
2. TINJAUAN PUSTAKA
mampu membangun cangkang yang
bersifat gampingan dengan arsitektur Foraminifera bentonik besar
cangkang yang unik dan rumit. merupakan organisme yang masih dalam
Karakkteristik foraminifera berguna klasifikasi yang sama dengan
untuk mendeterminasi paleoenvironment foraminifera pada umumnya khususnya
(Van Gorsel, 1988; Lee, 1990 dalam foraminifera bentonik. Perbedaan yang
Adhyar, 2008). Ukurannya yang kecil mendasar di antara keduanya adalah
membuat foraminifera dapat dianalisis foraminifera bentonik besar memiliki
melalui disiplin ilmu mikropaleontologi. ukuran yang lebih besar. Ukuran yang
Berkaitan dengan lingkungan terumbu, besar ini memungkinkan foraminifera
salah satu jenis foraminifera yang besar diidentifikasi melalui kenampakan
memiliki peran paling signifikan struktur dalamnya yang kompleks.
keterdapatannya pada batuamping adalah Pengamatan struktur dalam dari
foraminifera bentonik besar. foraminifera besar ini dilakukan dibawah
Foraminifera bentonik besar sampel berupa sayatan tipis. Selain itu,
merupakan jenis foraminifera yang perbedaan dari foraminifera bentonik
memiliki ukuran 600 mikron – 20 cm, besar dengan foraminifera bentonik kecil
diameter cangkang 5 – 20 mm, hidup adalah cara hidupnya dimana
bersama alga dan diatom, memiliki foraminifera bentonik besar hidup
struktur dalam yang kompleks dan berasosiasi dengan alga dan koral.
membutuhkan preparasi khusus untuk Secara umum, foraminifera
mengidentifikasinya (Pringgoprawiro, bentonik besar memiliki ciri-ciri:
2000).

68
Perubahan Lingkungan Pengendapan berdasarkan Biofasies Foraminifera Bentonik Besar pada Batugamping
Klastik Formasi Rajamandala
(Riandi Wicaksono)

 Memiliki struktur dalam yang litologi dan fosil. Penelitian lebih lanjut
kompleks dilakukan oleh Hallock (1986)
 Hidup bersama dengan alga dan menyederhanakan pembagian model
diatom pada lingkungan laut fasies Wilson (1975) berdasarkan
dangkal beriklim tropis sampai peninjauan kandungan fosil foraminifera.
subtropis Adaptasi foraminifera terhadap
 Memiliki ukuran 600 mikron – lingkungannya akan membentuk
20cm karakteristik unik pada komposisi dan
 Diameter 5 – 20 mm morfologi cangkangnya, sehingga
 Memiliki cangkang gampingan kelompok foraminifera tertentu mampu
 Bentuk cangkang lentikular, merefleksikan kondisi paleoekologi
discoidal, atau fusiform tempat hidupnya dan memberi gambaran
lingkungan pengendapan.
Foraminifera bentonik besar masih Hallock (1986) membagi
berada pada urutan pemerian yang sama lingkungan pengendapan terumbu ke
dengan foraminifera bentonik kecil. dalam 8 segmen dengan karakteristik
Foraminifera bentonik besar termasuk ke biota khususnya foraminifera masing-
dalam Filum Protista yang menunjukkan masing. Beavington-Peeney (2004)
bahwa foraminifera merupakan membuat penjabaran mengenai model
organisme uniseluler. lingkungan pengendapan yang dibuat
Dalam menentukan lingkungan oleh Hallock (1986) tersebut.
pengendapan terumbu, foraminifera Lingkungan pengendapan tersebut
memiliki peran penting dalam terbagi menjadi:
mengidentifikasinya, khususnya 1. Basin – didominasi oleh
foraminifera bentonik besar. Hal ini foraminifera planktonik, sedangkan
dikarenakan kehadiran foraminifera foraminifera bentonik hadir dengan
sebagai biota penciri lingkungan total 25% atau kurang total
pengendapan sangat dipengaruhi faktor populasi.
paleoekologi (Hallock, 1986). Peran 2. Open Shelf – termasuk ke dalam
foraminifera bentonik besar yang lingkungan subeufotik pada
sigifikan ini dpengaruhi oleh kedalaman 120 – 200m. Pada
kecenderungannya untuk berevolusi lingkungan ini foraminifera
sangat cepat, berlimpah, persebarannya planktonik masih mendominasi,
yang luas, dan beberapa jenis diantaranya namun dalam rasio yang lebih
mengalami kepunahan yang cepat pula rendah. Foraminifera bentonik
(Hallock, 1986). Pada lingkungan besar yang hadir umumnya
pengendapan terumbu, kehadiran berukuran lebih besar, berbentuk
cangkang foraminifera dalam komposisi pipih dan diskoidal.
batuan karbonat mencapai 15% 3. Toe of Slope – diversitas
(Maxwell, 1968 dalam Hallock, 1986) foraminifera yang ada hampir sama
dengan perannya membentuk material dengan yang ada pada lingkungan
karbonat dapat dibandingkan dengan Open Shelf.
koral dan alga. Faktor-faktor tersebut 4. Reef Foreslope – spesies
sangat menunjukkan peran penting foraminifera baik planktonik
foraminifera bentonik besar sebagai maupun bentonik lebih bervariasi,
indikator paleoekologi khususnya bagi didominasi oleh foraminifera
lingkungan pengendapan terumbu. bentonik besar berukuran sedang.
Model fasies Wilson (1975) Kelompok alveolinidae muncul dan
dianggap sebagai model ideal dalam kadang ditemukan kelompok
penentuan fasies batugamping. Hal ini miliolid kecil.
dikarenakan pendekatan model fasies ini 5. Ecologic Reef – foraminifera yang
didasari oleh beberapa faktor antara lain hadir bervariasi, umumnya
memiliki cangkang yang tebal

69
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.3, No.1, Februari 2019: 67 – 77

karena pengaruh gelombang yang Diagram ini dapat digunakan dalam


cukup kuat. Foraminifera yang penentuan fasies batugamping
muncul biasanya memiliki menggunakan fosil foraminifera sebagai
cangkang berbentuk seperti bujur parameter. Penggunaan fosil
telur (ovoid) seperti kelompok foraminifera sebagai parameter didasari
Miogypsinidae dan Peneroplidae. oleh sifat dan kecenderungan
6. Shelf Sands – lingkungan yang foraminifera sebagai biota untuk
termasuk ke dalam Shelf Sands beradaptasi pada kondisi lingkungan
adalah lingkungan yang tertentu, sehingga kumpulan fosil pada
terpengaruh pasang surut seperti setiap sampel dianggap penting dan
bibir pantai. Umumnya mampu memberikan gambaran
foraminifera yang hidup pada lingkungan pengendapan (Hallock,
lingkungan ini memiliki cangkang 1986). Hal ini dipengaruhi oleh faktor
tebal berkomposisi agglutinin. lingkungan terumbu yang ideal untuk
Kelompok Peneroplidae dan hidup biota air laut, sehingga mendukung
Soritidae muncul pada lingkungan adanya variasi biota khususnya
ini. foraminifera bentonik besar yang dalam
7. Open Platform – memiliki cara hidupnya membentuk simbiosis baik
kedalaman <20m. kelompok dengan koral dan alga.
foraminifera yang hadir umumnya Jenis foraminifera yang digunakan
berukuran kecil dari kelompok dalam penentuan lingkungan
rotaliina dan miliolina. Rotaliina pengendapan dengan model Hallock
berukuran besar berlimpah. (1986) (Gambar 2.6) yaitu:
Foraminifera yang hadir lainnya 1. P & L : Planktonik dan
memiliki bentuk ovoid (bujur telur) Rotaliina Pipih Besar, contoh:
atau subspheroid. Lepidocyclinids, Cycloclypeus,
8. Restricted Platform – Didominasi Operculina, Heterostegina.
oleh kelompok miliolid, termasuk Kecenderungan biota jenis ini hidup
Peneroplidae dan Soritidae pada lingkungan berarus tenang
berukuran besar yang bersimbiosis dengan intensitas cahaya yang
dengan alga. Kelompok relatif rendah, sehingga
Alveolinidae dan Rotaliina kemunculannya dapat
berukuran kecil juga hadir pada mengindikasikan lingkungan
lingkungan ini. pengendapan ke arah laut terbuka.
2. L & S : Lentikular dan
Subspheroid Rotaliina, contoh:
Amphistegina, Ovid Nummulitids,
Miogypsinids (Ovate Test). Biota
jenis ini dapat hidup pada
lingkungan dengan arus turbulen
dan intensitas cahaya yang cukup
seperti di sekitar paparan terumbu.
3. M & R : Miliolids dan Rotaliina
Kecil, contoh: Soritids, Peneroplids,
Alveolinids (Borelis,
Austrotrillina). Kehadiran biota
jenis ini dapat mengindikasikan
lingkungan pengendapan back-reef.
Gambar.1 Diagram Penentuan Lingkungan
Pengendapan Terumbu berdasarkan
Kelimpahan Fosil Foraminifera menurut
Hallock (1986)

70
Perubahan Lingkungan Pengendapan berdasarkan Biofasies Foraminifera Bentonik Besar pada Batugamping
Klastik Formasi Rajamandala
(Riandi Wicaksono)

3. METODE dimiliki, dalam hal ini fosil


foraminifera bentonik besar. Fosil
Objek penelitian ini berupa foraminifera bentonik besar tersebut
batugamping yang diambil dari sampel harus diseleksi berdasarkan jarak
inti batuan (core) yang didapat dari PT. (distance) atau kemiripan
Indoprima Putra Jaya (Sibelco Group). (similarity). Analisis kluster
Titik pengambilan sampel berada di Desa berdasarkan jarak dilakukan dengan
Citatah, Kecamatan Cipatat, Kabupaten metode dan indeks koefisien
Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. berdasarkan Euclidean (Mello et al.,
Sampel inti batuan tersebut kemudian 1968).
dibagi berdasarkan perubahan 3. Analisis lingkungan pengendapan
karakteristik litologi yang kemudian dilakukan dengan menggunakan
dibagi menjadi 14 sampel. Sampel dua metode, yaitu diagram Hallock
kemudian dibuat dalam sayatan tipis (1986) berdasarkan persentase fosil
dimana masing-masing sampel dibuat foraminifera pada setiap biofasies.
dalam 1 sayatan tipis yang mewakili Penentuan lingkungan pengendapan
setiap conto batuan. dilakukan melalui analisis biostratigrafi.
Identifikasi fosil foraminifera Analisis biostratigrafi mengacu pada
bentonik besar yang digunakan dalam kelimpahan fosil foraminifera bentonik
penelitian ini adalah dengan mengenali besar. Penentuan zonasi biostratigrafi
karakteristik khusus tiap genus yang dilakukan berdasarkan Sandi Stratigrafi
kemudian dibandingkan dengan contoh Indonesia (1996).
fosil pada gambar (Lunt & Allan, 2004).
Referensi determinasi fosil mengacu
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
kepada Lunt & Allan (2004) dan
BouDagher-Fadel (2006). Sampel yang dibuat dalam sayatan
Adapun analisis yang dilakukan tipis dianalisis untuk mengetahui
meliputi: keterdapatan dan kelimpahan spesies
1. Analisis mikropaleontologi foraminifera bentonik besar. dari analisis
dilakukan pada 14 perconto batuan tersebut, didapatkan 17 spesies
dengan menggunakan mikroskop foraminifera bentonik besar yang
polarisasi merk Olympus Zeiss tersebar dalam 14 conto batuan. Spesies-
Primo Star di Laboratorium spesies tersebut adalah Amphistegina sp.,
Paleontologi, Fakultas Teknik Austrotrillina howchini, Borelis
Geologi, Universitas Padjadjaran. pygmaeus, Cycloclypeus pillaria,
Analisis mikropaleontologi Discogypsina discus, Lepidocyclina sp.
dilakukan untuk mengetahui jumlah (Eulepidina), Lepidocyclina dilatata,
foraminifera bentonik besar beserta Lepidocyclina sumatrensis, Miogypsina
pemerian pemeriannya pada tiap sp., Miogypsinoides sp., Neorotalia
conto batuan serta asosiasinya mecatepecensis, Palaeonummulites sp.,
dengan jenis fosil lain. Pengamatan Planorbulinella batangensis,
ini dijadikan dasar analisis biofasies Planorbulinella larvata, Planorbulinella
pada batugamping Formasi solida, Spiroclypeus vermicularis, dan
Rajamandala di derah penelitian Tansinhokella yabei (gambar 2). Total
secara kuantitatif. jumlah individu pada keseluruhan
2. Pendekatan hasil analisis sampel adalah 313 individu. Sebagai
mikropaleontologi yang digunakan catatan, sampel yang tidak memiliki
pada penelitian ini adalah metode kandungan fosil tidak diperhitungkan
analisis kluster. Metode tersebut dalam penentuan lingkungan
dapat membantu untuk mengetahui pengendapan.
gambaran suatu kelompok atau
keragaman objek-objek
berdasarkan karakteristik yang

71
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.3, No.1, Februari 2019: 67 – 77

4.1 Sampel D12-13 kelompok L&S sebanyak 1 individu atau


4,35%. Berdasarkan jumlah tersebut
Sampel D12-13 terdiri dari 23
didapatkan bahwa lapisan batuan yang
individu. 23 individu tersebut terdiri dari
diwakili sampel ini diendapkan bada
enam spesies yaitu Lepidocyclina
lingkungan Basin.
dilatata, Lepidocyclina sumatrensis,
Neorotalia metacepecensis, 4.2 Sampel 14-15
Planorbulinella solida, Spiroclypeus
vermicularis, dan Tansinhokella yabei. Sampel D14-15 terdiri dari 12
Spesies tersebut kemudian individu. 12 individu tersebut terdiri dari
dikelompokkan untuk dianalisis empat spesies yaitu Discogypsina discus,
menggunakan diagram Hallock (1986), Neorotalia metacepecensis,
didapatkan bahwa kelompok P&F Planorbulinella
sebanyak 22 individu atau 95,65% dan

Gambar.2 Tabel kelimpahan foraminifera pada sampel

solida, Spiroclypeus vermicularis, dan dianalisis menggunakan diagram Hallock


Tansinhokella yabei. Spesies tersebut (1986), didapatkan bahwa kelompok
kemudian dikelompokkan untuk P&F sebanyak 11 individu atau 91,67%

72
Perubahan Lingkungan Pengendapan berdasarkan Biofasies Foraminifera Bentonik Besar pada Batugamping
Klastik Formasi Rajamandala
(Riandi Wicaksono)

dan kelompok L&S sebanyak 1 individu 10 spesies yaitu Borelis pygmaeus,


atau 8,33%. Berdasarkan jumlah tersebut Eulepidina sp., Lepidocyclina dilatata,
didapatkan bahwa lapisan batuan yang Lepidocyclina sumatrensis, Neorotalia
diwakili sampel ini diendapkan bada mecatepecensis, Miogypsinoides sp.,
lingkungan Basin. Planorbulinella batangensis,
Planorbulinella larvata Spiroclypeus
4.3 Sampel D15-16
vermicularis, dan Tansinhokella yabei.
Sampel D15-16 terdiri dari 43 Spesies tersebut kemudian
individu. 43 individu tersebut terdiri dari dikelompokkan untuk dianalisis
10 spesies yaitu Austrotrillina howchini, menggunakan diagram Hallock (1986),
Borelis pygmaeus, Cycloclypeus pillaria, didapatkan bahwa kelompok P&F
Discogypsina discus, Eulepidina sp., sebanyak 17 individu atau 73,91% dan
Lepidocyclina dilatata, Lepidocyclina kelompok L&S sebanyak 6 individu atau
sumatrensis, Neorotalia mecatepecensis, 26,09%. Berdasarkan jumlah tersebut
Spiroclypeus vermicularis, dan didapatkan bahwa lapisan batuan yang
Tansinhokella yabei. Spesies tersebut diwakili sampel ini diendapkan bada
kemudian dikelompokkan untuk lingkungan Open Shelf.
dianalisis menggunakan diagram Hallock
(1986), didapatkan bahwa kelompok 4.6 Sampel D32-33
P&F sebanyak 39 individu atau 90,69%,
Sampel D32-33 terdiri dari 8
kelompok L&S sebanyak 1 individu atau
individu. 8 individu tersebut terdiri dari
2,32%, dan kelompok M&R sebanyak 3
lima spesies yaitu Amphistegina
individu atau 6,96%. Berdasarkan jumlah
sp.,Discogypsina discus, Lepidocyclina
tersebut didapatkan bahwa lapisan
dilatata, Lepidocyclina sumatrensis,
batuan yang diwakili sampel ini
Neorotalia mecatepecensis,
diendapkan bada lingkungan Toe of
Miogypsinoides sp., Planorbulinella
Slope.
batangensis, Planorbulinella larvata
Spiroclypeus vermicularis, dan
4.4 Sampel 30-31
Tansinhokella yabei. Spesies tersebut
Sampel D30-31 terdiri dari 13 kemudian dikelompokkan untuk
individu. 13 individu tersebut terdiri dari dianalisis menggunakan diagram Hallock
tujuh spesies yaitu Borelis pygmaeus, (1986), didapatkan bahwa kelompok
Eulepidina sp., Lepidocyclina dilatata, P&F sebanyak 3 individu atau 37,5% dan
Neorotalia metacepecensis, kelompok L&S sebanyak 5 individu atau
Planorbulinella batangensis, 62,5%. Berdasarkan jumlah tersebut
Planorbulinella solida, dan Spiroclypeus didapatkan bahwa lapisan batuan yang
vermicularis. Spesies tersebut kemudian diwakili sampel ini diendapkan bada
dikelompokkan untuk dianalisis lingkungan Open Shelf.
menggunakan diagram Hallock (1986),
didapatkan bahwa kelompok P&F 4.7 Sampel D34-35
sebanyak 7 individu atau 53,84%,
Sampel D34-35 terdiri dari 9
kelompok L&S sebanyak 3 individu atau
individu. 9 individu tersebut terdiri dari
23,07%, dan kelompok M&R sebanyak 3
empat spesies yaitu Amphistegina sp.,
individu atau 23,07%. Berdasarkan
Neorotalia mecatepecensis,
jumlah tersebut didapatkan bahwa
Planorbulinella solida, dan
lapisan batuan yang diwakili sampel ini
Tansinhokella yabei. Spesies tersebut
diendapkan bada lingkungan Open Shelf.
kemudian dikelompokkan untuk
dianalisis menggunakan diagram Hallock
4.5 Sampel D31-32
(1986), didapatkan bahwa kelompok
Sampel D31-32 terdiri dari 23 P&F sebanyak 5 individu atau 55,55%
individu. 23 individu tersebut terdiri dari dan kelompok L&S sebanyak 4 individu

73
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.3, No.1, Februari 2019: 67 – 77

atau 44,45%. Berdasarkan jumlah Tansinhokella yabei. Spesies tersebut


tersebut didapatkan bahwa lapisan kemudian dikelompokkan untuk
batuan yang diwakili sampel ini dianalisis menggunakan diagram Hallock
diendapkan bada lingkungan Open Shelf. (1986), didapatkan bahwa kelompok
P&F sebanyak 1 individu atau 20% dan
4.8 Sampel D35-36 kelompok L&S sebanyak 4 individu atau
80%. Berdasarkan jumlah tersebut
Sampel D35-36 terdiri dari 21 didapatkan bahwa lapisan batuan yang
individu. 21 individu tersebut terdiri dari diwakili sampel ini diendapkan bada
enam spesies yaitu Amphistegina sp., lingkungan Open Shelf.
Borelis pygmaeus, Miogypsina sp.,
Neorotalia mecatepecensis, 4.11 Sampel D57-58
Planorbulinella solida, dan Spiroclypeus
vermicularis. Spesies tersebut kemudian Sampel D57-58 terdiri dari 63
dikelompokkan untuk dianalisis individu. 63 individu tersebut terdiri dari
menggunakan diagram Hallock (1986), 8 spesies yaitu Lepidocyclina dilatata,
didapatkan bahwa kelompok P&F Lepidocyclina sumatrensis, Miogypsina
sebanyak 10 individu atau 47,62%, sp., Neorotalia mecatepecensis,
kelompok L&S sebanyak 8 individu atau Miogypsinoides sp., Planorbulinella
38,09%, dan kelompok M&R sebanyak 3 larvata, Spiroclypeus vermicularis, dan
individu atau 14,28%. Berdasarkan Tansinhokella yabei. Spesies tersebut
jumlah tersebut didapatkan bahwa kemudian dikelompokkan untuk
lapisan batuan yang diwakili sampel ini dianalisis menggunakan diagram Hallock
diendapkan bada lingkungan Open Shelf. (1986), didapatkan bahwa kelompok
P&F sebanyak 55 individu atau 87,30%
4.9 Sampel D39-40 dan kelompok L&S sebanyak 8 individu
atau 12,70%. Berdasarkan jumlah
Sampel D39-40 terdiri dari 91 tersebut didapatkan bahwa lapisan
individu. 91 individu tersebut terdiri dari batuan yang diwakili sampel ini
tujuh spesies yaitu Amphistegina sp., diendapkan bada lingkungan Toe of
Austrotrillina howchini, Borelis Slope.
pygmaeus, Neorotalia mecatepecensis,
Palaeonummulites sp., Spiroclypeus 4.12 Perubahan Lingkungan
vermicularis, dan Tansinhokella yabei.
Pengendapan
Spesies tersebut kemudian
dikelompokkan untuk dianalisis Berdasarkan hasil analisis biofasies,
menggunakan diagram Hallock (1986), didapatkan perubahan lingkungan
didapatkan bahwa kelompok P&F pengendapan yang umumnya berada
sebanyak 5 individu atau 5,49%, pada lingkungan Forereef, namun
kelompok L&S sebanyak 5 individu atau terdapat anomali yaitu perubahan secara
5,49%, dan kelompok M&R 81 individu signifikan ke arah Backreef.
atau 89,01%. Berdasarkan jumlah
tersebut didapatkan bahwa lapisan Mulanya, daerah penelitian
batuan yang diwakili sampel ini diendapkan pada lingkungan Forereef
diendapkan bada lingkungan Restricted yang berdasarkan Hallock (1986)
Platform. termasuk ke dalam lingkungan Toe of
Slope. Selanjutnya, terlihat pergeseran
4.10 Sampel D54-55 lingkungan pengendapan ke arah
lingkungan Open Shelf. Pengendapan
Sampel D54-55 terdiri dari lima terus berlangsung pada lingkungan
individu. lima individu tersebut terdiri Restricted Platform yang ditandai
dari empat spesies yaitu Amphistegina dengan kelimpahan kelompok miliolid.
sp., Planorbulinella solida, Lingkungan pengendapan bergeser
Planorbulinella larvata, dan secara signifikan ke arah Forereef

74
Perubahan Lingkungan Pengendapan berdasarkan Biofasies Foraminifera Bentonik Besar pada Batugamping
Klastik Formasi Rajamandala
(Riandi Wicaksono)

tepatnya pada Open Shelf. Lingkungan discus, Lepidocyclina sp. (Eulepidina),


pengendapan kemudian berubah namun Lepidocyclina dilatata, Lepidocyclina
masih di dalam lingkungan Forereef, sumatrensis, Miogypsina sp.,
tepatnya antara Open Shelf – Basin. Miogypsinoides sp., Neorotalia
Perubahan lingkungan pengendapan mecatepecensis, Palaeonummulites sp.,
secara umum dapat dipengaruhi oleh Planorbulinella batangensis,
perubahan muka air laut, sedangkan Planorbulinella larvata, Planorbulinella
perubahan lingkungan pengendapan solida, Spiroclypeus vermicularis, dan
secara signifikan dapat dipengaruhi oleh Tansinhokella yabei. Spesies tersebut
tektonik. Namun, untuk mengetahui tersebar dalam keseluruhan 14 conto
penyebab perubahan lingkungan tersebut batuan yang kemudian dijadikan sampel
perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk analisis mikropaleontologi.
dalam penelitian lainnya. Lingkungan pengendapan dianalisis
dari tabel kelimpahan foraminifera
5. KESIMPULAN bentonik besar menggunakan Diagram
Variasi foraminifera bentonik besar Hallock (1986). Dari hasil analisis
pada daerah penelitian cukup beragam. lingkungan pengendapan, didapatkan
Pada daerah penelitian didapatkan 17 pola umum dari perubahan lingkungan
spesies foraminifera bentonik besar. pengendapan berada pada daerah
spesies-spesies tersebut adalah forereef, namun terjadi anomali ketika
Amphistegina sp., Austrotrillina lapisan batuan yang diwakili sampel
howchini, Borelis pygmaeus, D39-40 diendapkan dimana lingkungan
Cycloclypeus pillaria, Discogypsina pengendapan

GambarError! No text of specified style in document..3 Diagram Hallock (1986) lingkungan pengendapan
tiap sampel. Berdasarkan gambar didapatkan bahwa pola umum perubahan lingkungan pengendapan pada
daerah forereef (abu-abu), namun ada anomali pada lingkungan pengendapan sampel D39-40 (merah) yaitu
diendapkan pada lingkungan backreef

75
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol.3, No.1, Februari 2019: 67 – 77

secara signifikan bergeser ke arah Formasi Kalibeng. Fakultas Teknik


backreef. Hal ini dapat diakibatkan oleh Geologi Universitas Padjadjaran,
aktivitas tektonik, namun dibutuhkan Sumedang.
analisis lebih lanjut dengan pendekatan
disiplin ilmu lain untuk Hallock, P. and Glenn, E.C., 1986.
membuktikannya. Larger Foraminifera: A Tool for
Paleoenvironmental Analysis of
Cenozoic Carbonate Depositional
UCAPAN TERIMAKASIH
Fasies. Palaios, pp.55-64.
Terima kasih kepada Laboratorium
Paleontologi, Fakultas Teknik Geologi, Horowitz, A.S. and Potter, P.E.,
Universitas Padjadjaran atas 2012. Introductory Petrography of
kesemapatan melakukan analisis data Fossils. Springer Science &
penelitian ini. Terima kasih kepada Business Media.
jajaran Sibelco Asia, khususnya kepada
bapak Regi Deriyandi atas kesempatan Lunt, P., and T. Allan, 2004. Larger
pengambilan data untuk penelitian ini, Foraminifera in Indonesian
serta berbagai pihak yang baik langsung Biostratigraphy Calibrated to
maupun tidak langsung terlibat dalam Isotopic Dating. GRDC Museum
penelitian ini. Workshop on Micropaleontology,
June 2004. 109 pp.
DAFTAR PUSTAKA
Jambak, M.A., 2014. Analisis Fasies
Adhyar, L., 2008. Geologi dan Fasies Dan Sejarah Diagenesa Batuan
Karbonat Formasi Wonosari pada Karbonat Formasi Rajamandala,
Interval Tf 1-2 Selatan Jawa Padalarang, Jawa Barat. Teknik
Tengah. Universitas Padjadjaran. Geologi FTKE Universitas Trisakti,
Jakarta.
Adisaputra, M.K. 1992. Penentuan
Umur berdasarkan Biometri dan Koesoemadinata, R.P. and Siregar, S.,
Lingkungan Pengendapan 1984. Reef Fasies Model of The
Foraminifera Besar Tersier- Rajamandala Formation, West
Kuarter. Pusat Pengembangan Java. Proceedings Indonesian
Geologi Kelautan, Bandung. Petroleum Association.

Beavington-Penney, S.J. and Racey, A., Martodjojo, S., 2003. Evolusi Cekungan
2004. Ecology of extant nummulitids Bogor Jawa Barat. Penerbit ITB
and other larger benthic Bandung.
foraminifera: applications in
palaeoenvironmental analysis. Murray, J.W., 2006. Ecology and
Earth-Science Reviews, 67(3-4), applications of benthic
pp.219-265. foraminifera. Cambridge University
Press.
BouDagher-Fadel, M.K.,
2008. Evolution and geological Patriani, E.Y., Rijani, S. and Sundari,
significance of larger benthic D., 2017. Perubahan Biofasies
foraminifera (Vol. 21). Elsevier. Foraminifera pada Batugamping di
Pantai Baron dan Serpeng, Provinsi
Febyani, S., 2012. Penentuan DI Yogyakarta. Jurnal Geologi dan
Lignkungan Pengendapan Sumberdaya Mineral, 17(2), pp.61-
berdasarkan Kandungan Mikrofosil 71.
Besar pada Batugamping Klastik

76
Perubahan Lingkungan Pengendapan berdasarkan Biofasies Foraminifera Bentonik Besar pada Batugamping
Klastik Formasi Rajamandala
(Riandi Wicaksono)

Pringgoprawiro, H. and Kapid, R., 2000. implications across the Oligocene-


Foraminifera: pengenalan Miocene transition in the oceanic
mikrofosil dan aplikasi record (Atlantic, Indian and South
biostratigrafi. ITB. Bandung. Pacific). Palaeogeography,
183hlm. Palaeoclimatology, Palaeoecology,
114(1), pp.43-74.
Spezzaferri, S., 1995. Planktonic
foraminiferal paleoclimatic

77

Anda mungkin juga menyukai