C14
Tujuan : Untuk menentukan umur absolut dari ignimbrit yang ada di Gununug
Batur dan proses yang mempengaruhi terbentuknya formasi kaldera
Gunung Batur
Metode: Penarikan Umur absolut ignimbrit berdasarkan kandungan C14 yang ada
didalam sample yang di ujikan
Sample :
Teknik : Metode ini didasarkan atas alasan bahwa proporsi 14C terhadap karbon
di udara relatif tidak berubah semenjak zaman purba, sehingga sisa
aktivitas radioakif suatu percontoh berkolerasi dengan umur ketika
percontoh tersebut mati.
Prosedur Dating :
(NH4)2CO3)
larutan (NH4)2CO3 ditambah dengan CaCl2 (dibuat dari 125 g CaCl
dan 500 ml air suling) sehingga terbentuk endapan putih CaCO3.
PEMBAHASAN :
Batuan beku dasit yang menyusun ignimbrit Ubud merupakan batuan
tertua yang diketahui berada di kaldera Gunung Batur dimana terbentuk ketika
tersier dan awal kuarter. Ignimbrit Ubud ini memiliki lapisan yang lebih tebal
dibandingkan dengan ignimbrit Gunungkawi. Sedangkan batuan beku dasit yang
menyusun Gunungkawi merupakan lapisan yang lebih mudah yang menyusun
kaldera Gunung Batur.
Formasi kaldera Gunung Batur secara umum dapat dibagi menjadi tujuh
tahap. Premonitory activiti, tahap 1,
kaldera strtovulkano yang terbentuk dibawah laut dengan kadungan basalt dan
andesit basaltik. Tahap dua ditandai dengan adanya erupsi yang material erupsi
berupa kandungan ignimbrit dasit (Ubud Ignimbrites) yang terjadi pada 29.300
tahun yang lalu. Lalu tahap ketiga merupakan lanjutan tahap kedua yaitu disertai
oleh runtuhnya kaldera sehingga membentuk depresi kaldera 1. Pada tahap empat
Depresi mendalam dibagian barat laut dan menyebabkan bocornya perkembangan
reservoir magma andesitic dan erupsi andesitic lava yang kaya akan silika. Lalu
pada tahap kelima terjadi erupsi besar kedua yang juga mengeluarkan materia
berupa ignimbrit dasit (Gunungkawi Ignimbrites dan Batur Ignimbrit). Kedua
ignimbrit yaitu Gunungkawi dan Batur Ignimbrit setelah didating memiliki umur
yang sama yaitu berumur 20.150 tahun yang lalu. Kaldera kedua runtuh dan
membentuk bentuk yang melingkar pada tengah kaldera pertama yang disebut
dengan kaldera kedua (tahap 6). Dan tahap terakhir adalah terbentuknya kaldera
lama yang membentuk stratovulkano dengan komposisi basalt dan basalt andesitik
yang ada di tengah kaldera dua.
Kelebihan dating dengan menggunakan metode C14 dapat mengetahui
umur absolut dari ignimbrit penyusun kaldera Gunung Batur yang ada di Bali.
Dari hasil penelitian tersebut diketahui dari umurnya terdapat 3 letusan besar dari
gunung batur yang menghasilkan batuan beku dasit dan andesit. Yang pertama
adalah batuan beku dasit yang menyususn ignimbrit ubud yang memiliki umur
29.300 tahun yang lalu dimana memuntahkan batuan beku dasitik sebanyak 84 m 3
yang menyebabkan depresi sedaam 1km. Lalu letusan besar kedua berdasarkan
umur batuan absolut yang didapatkan memiliki umur 20.150 tahun yang lalu
dimana melontarkan batuan beku dasit sebanyak 19 m3 yang menyususn kaldera
gunung batur. Kedua litlogi yang dilontarkan ddari tahun yang berbeda sama
tipenya. Dari metode c14 ini kita bisa tahu bahwa ltologi yang dilapangan sama
merupakan dua endapan batuan yang berbeda umur. Lalu letusan yang ketiga
adalah letusan 5500 tahun yang lalu dimana mengeluarkan batuan beku andesit
0,09 m3.
Kekurangan menggunakan metode C14 adalah, Metode C14 sudah cukup
baik namun jika kasusnya seperti penentuan analisis ignimbrit menggunakan
sample batuan beku akan lebih sempurna jika menggunakan metode kalium-argon
(K-Ar).
DAFTAR PUSTAKA
Sutawidjaja, Ignan S., 2009. Ignimbrite Analyses of Batur Caldera, Bali, based on
14
C Dating. Jurnal Geologi Indonesia, Vol.4 No.3 September 2009 : 189202. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana. Bandung.
Mulyaningsih, Sri., Bronto, Sutikno., dkk,. 2006. Perkembangan Geologi pada
Kuarter Awal Sampai Masa Sejarah di Dataran Jogjakarta. Jurnal
Geologi Indonesia, Vol.1 No.2 Juni 2006 : 103-113.