Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)


PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X
PABRIK GULA LESTRASI NGANJUK JAWA TIMUR

PENGAWASAN K3 BIDANG:
PESAWAT UAP, BEJANA TEKANAN DAN MEKANIK

PEMBINAAN CALON AHLI K3 UMUM

KELOMPOK III:
1. Adi Ario Sujiwo Jabar Dwi Abimanyu
2. Villia Samantha Rukmi
3. Ery Safrizal
4. Endang Setyani
5. Moch. Afif Hermawanto
6. Muhammad Robby Kurniawan
7. Rakhmat Septian Dwi Darmawan
8. Ridha Istiqomah

PENYELENGGARA

PT. MUTIARA MUTU SERTIFIKASI

SURABAYA 22 JULI – 03 AGUSTUS

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan

hidayah dan petunjuk-Nya, sehingga kami dapat selesai dalam menyusun laporan praktik

kerja lapangan calon ahli K3 umum di PTPN X Pabrik Gula Lestari di Nganjuk, pada

tanggal 01 Agustus 2019. Laporan ini sengaja disusun sebagai salah satu bukti bahwa kami

telah berhasil dalam seluruh program ahli K3 umum dan salah satu persyaratan penilaian

calon ahli K3 Umum.

Laporan praktik kerja lapangan ini merupakan bentuk aplikasi dari pelatihan calon

anggota calon ahli Ahli K3 umum yang dilaksanakan oleh PT. Mutiara Mutu Sertifikasi

bekerja sama dengan Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi Provinsi Jawa Timur. Laporan

PKL ini berisi tentang pengawasan norma kecelakaan dan kesehatan kerja Pesawat Uap,

Bejana Tekan, dan Mekanik yang diterapkan pada perusahaan yang kami kunjungi.

Kami menyadari bahwa laporan praktik kerja lapangan ini memiliki kekurangan,

sehingga kami menerima adanya saran dan kritik yang bersifat membangun. Kami juga

berharap, agar laporan ini juga dapat digunakan untuk memudahkan banyak orang

mengenai tentang pengawasan norma kecelakaan dan kesehatan kerja Pesawat Uap, Bejana

Tekan, dan Mekanik khususnya di PTPN X Pabrik Gula Lestari di Nganjuk.

Hormat Kami,

Kelompok III

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL......................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
DAFTAR TABEL .............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................................
1.2 Tujuan ...................................................................................................................
1.3 Ruang Lingkup .....................................................................................................
1.4 Pengertian-Pengertian...........................................................................................
1.5 Metode Pengumpulan Data ................................................................................
BAB II FAKTA DAN MASALAH ................................................................................
2.1 Gambaran Umum Perusahaan .................................................................................
2.2 Temuan Positif dan Negatif.....................................................................................
BAB III ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH.........................................................
3.1 Analisa Masalah .................................................................................................
3.1.1 Temuan Positif di Pabrik Gula di Jombang.................................................
3.1.2 Temuan Negatif di Pabrik Gula di Jombang ...............................................
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................
4.2 Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
LAMPIRAN.....................................................................................................................

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Temuan Positif dan Negatif ..................................................................................

Tabel 3.1 Temuan Positif di PG.........................................................................................................

Tabel 3.2 Temuan Negatif di PG......................................................................................................

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Produksi di Pabrik Gula PTPN X Gempolkrep Mojokerto .......... 15
Gambar 3.1 Sertifikat dan Lisensi K3 Operator Pesawat Uap..................................... 16
Gambar 3.2 SOP First Cooking pada Mesin Produksi................................................. 17
Gambar 3.3 Lampu Peringatan pada Mesin Produksi.................................................. 18
Gambar 3.4 Apendages Boiler.................................................................................... 19
Gambar 3.5 Sertifikat dan Lisensi K3 Operator Pesawat Angkat dan Angkut............ 22
Gambar 3.6 Tali Crane................................................................................................. 21
Gambar 3.7 Keterangan Beban Maksimum Crane...................................................... 21
Gambar 3.8 Maintenance Mesin.................................................................................. 21
Gambar 3.9 Name Plate Mesin Crystalizer................................................................. 22
Gambar 3.10 Working Process Belum ada safety line................................................ . 22
Gambar 3.11 Boiler Panel Room Belum ada SOP........................................................ 23
Gambar 3.12 Papan Boardes Berlubang..................................................................... . 24
Gambar 3.13 Tabung Gas Bertekanan Tanpa Tanda Pengenal...................................... 24
Gambar 3.14 Cover jalur pipeline nira kental lepas dan penyok................................... 25
Gambar 3.15 Operator Welder Tidak menggunakan APD............................................ 26
Gambar 3.16 Unit Loader Tanpa APAR........................................................................ 27
Gambar 3.17 Tidak Tersedia Area Parkir pada Unit Loader......................................... 27
Gambar 3.18 Teknisi Mekanik Tidak Memakai APD................................................... 29
Gambar 3.19 Tool Tim Mekanik Welder dalam Keadaan Tidak Layak........................ 30
Gambar 3.20 Operator Crane Tidak Memakai APD...................................................... 30

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Modernisasi menjadi bagian tak terpisahkan dari berkembangnya sektor industri.
Perkembangan industri ditunjang dengan penerapan teknologi tinggi dan penerapan ilmu
pengetahuan yang mampu memenuhi kebutuhan perkembangan zaman. Berkembangnya ilmu
dan teknologi dapat terlihat dalam penggunaan mesin-mesin, peralatan produksi, bahan baku
atau bahan berbahaya yang terus meningkat dan modern. Hal ini membuat semakin
dibutuhkannya tenaga kerja yang ahli, terampil dan kompeten dalam suatu bidang kerja.
Penerapan teknologi dan pengguaan bahan tersebut tidak senantiasa selaras dengan
keahlian dan keterampilan tenaga kerja yang mengoperasikannya. Semakin berkembangnya
peralatan industri dan penerapan teknologi, maka tingkat bahaya yang timbul semakin tinggi,
baik secara langsung atau tak langsung pada tenaga kerja dan lingkungan sekitar. Hal ini
menunjukkan nilai penting tenaga kerja untuk mendapat perlindungan atas keselamatannya
dan pencegahan bahaya dalam melakukan pekerjaan. Dengan peraturan yang semakin maju
akan dicapai keamanan yang baik dan realistis yang dapat memberikan rasa aman, tentram,
semangat bekerja pada pekerja sehingga meningkatkan produktivitas kerja.
Mengingat pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) maka perlu diperlukan
adanya perlindungan dan tindakan pencegahannya. Untuk itu pemerintah mengeluarkan
berbagai peraturan K3 seperti UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, Permenaker RI
No.37 tahun 2016 tentang K3 bejana tekan, dan Permenaker RI No.5 tahun 1985 tentang
pesawat angkat angkut. Untuk menunjang kinerja dalam pengawasan dan pembinaan tentang
K3 di berbagai bidang tersebut maka diperlukan sebuah keahlian khusus atau dibutuhkannya
tenaga ahli K3. Tenaga ahli K3 dibentuk melalui pembinaan, pelatihan dan sertifikasi oleh
Kemenaker.
Investasi pada industri gula masih memiliki prospek yang baik di tengah meningkatnya
konsumsi dalam negeri. Kebutuhan gula nasional sekarang 5,8 juta ton, sementara yang bisa
dihasilkan dari dalam negeri hanya 2,2 juta ton. Pabrik gula Lestari Nganjuk merupakan salah
satu pabrik gula di Jawa Timur. Pabrik Gula Lestari pada musim giling 2018 menargetkan bisa
memproduksi 30.000 ton gula. Pabrik Gula Lestari telah mengalami beberapa revitalisasi untuk

1
meningkatkan efisiensi produksi. Beberapa upaya efisiensi produksi yang dilakukan ialah
evaluasi kinerja mesin dan penerapan kebijakan K3 yang berkelanjutan.
Berdasarkan uaraian diatas maka diperlukan adanya observasi mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja. Observasi tersebut menjadi langkah awal untuk mencegah terjadinya
kecelakaan. Selain itu kegiatan observasi juga menjadi tindak pembelajaran secara nyata pada
peserta pembinaan ahli AK3 Umum untuk mempraktekkan ilmu pengetahuan selama
pelatihan. Kegiatan observasi ini mengambil salah satu bidang dalam K3 yang dirumuskan
dalam judul “Pengawas K3 Bidang: Pesawat Uap, Bejana Tekanan dan Mekanik”. Contoh
bahaya yang dapat ditimbulkan dari Pesawat Uap dan Bejana Tekan adalah terjadinya ledakan
dan kebakaran, sehingga dalam pemakaian dan perawatan Bejana Tekan perlu ditelah lebih
lanjut.

1.2 Maksud dan Tujuan


Praktek Kerja lapangan di PT. Perkebunan Nusantara X Pabrik Gula Lestari – Nganjuk
bertujuan sebagai tindakan pembelajaran secara nyata pada peserta diklat Ahli K3 Umum
untuk mempraktekkan ilmu pengetahuan yang didapat selama pelatihan dan menerapkannya
pada pelaksanaan SMK3 di lingkungan industri.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup materi pembelajaran pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
bidang Pesawat Uap, Bejana Tekanan dan Mekanik meliputi Pengertian, Dasar Hukum
Pengawasan K3, Sumber-sumber bahaya, Syarat-syarat K3 serta proses Pemeriksaan,
Pengawasan dan Pengujiannya.

1.4 Dasar Hukum


Berdasarkan Undang – undang Permennaker No. 1 Tahun 1970 sebagai berikut:
1 Pesawat
Pesawat ialah kumpulan dari beberapa alat secara berkelompok atau berdiri sendiri guna
menghasilkan tenaga baik mekanik maupun bukan mekanik dan dapat digunakan untuk
tujuan tertentu. (Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No:
PER.04/MEN/1985)

2
2 Pesawat Uap
Ketel Uap dan alat-alat lainnya yang dengan Peraturan Pemerintah ditetapkan demikian,
langsung atau tidak langsung berhubungan/tersambung dengan suatu ketel Uap dan
diperuntukkan bekerja dengan Tekanan yang lebih besar/tinggi dari Tekanan udara luar.
3 Ketel Uap
Suatu Pesawat dibuat guna menghasilkan Uap dan stoom yang dipergunakan di luar
Pesawatnya.
4 Bejana Tekan
Botol baja yang di dalamnya terdapat Tekanan yang melebihi dari Tekanan luar, dan
dipakai untuk menampung gas atau campuran gas termasuk udara, baik dikempa menjadi
cair dalam keadaan larut atau beku.
5 PAK (Penyakit Akibat Kerja)
Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.
6 Kecelakaan Kerja
Suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan
korban manusia dan atau harta benda.
7 Operator
Tenaga kerja berkeahlian khusus untuk melayani pemakaian Pesawat Mekanik dan
Pesawat Uap.
8 Alat Pengaman
Semua alat perlengkapan Mekanik dan Bejana Tekan yang ditunjukkan untuk melengkapi
agar pemakaiannya dapat digunakan dengan aman.
9 Pemeriksaaan Mekanik dan Bejana Tekan
Pemeriksaan dari luar dan dalam, baik menggunakan alat-alat bantu maupun tidak.
10 Pengujian
Pemeriksaan dan semua tindakan untuk mengetahui kemampuan bahan konstruksi
Mekanik dan Bejana Tekan.

1
BAB II
KONDISI PERUSAHAAN

2.1 Profil Perusahaan


a. Profil Singkat Perusahaan
Selama 3,5 abad bangsa Belanja menjajah rakyat Indonesia pada masa penjajahan
tersebut, Belanda menjajah rakyat Indonesia. Pada masa penjajahan tersebut belanda
mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Keuntungan tersebut diperoleh dengan salah
satunya menjalankan tanam paksa yang dikenal dengan kultur stelsel. Salah satu jenis
tanaman yang ditanam adalah tebu sebagai bahan baku pembuatan gula. Selain pemerintah
Belanda secara bertahab beberapa pengusaha swasta belanda juga mendirikan perusahaan
perkebunan termasuk juga mendirikan pabrik gula pada sekitar tahun 1830. Pabrik Gula
Lestari didirikan pada tahun 1909 oleh pemerintah belanda yaitu CV.CULTUR
MAATCHAPPY (CV.CM) Panji Tanjung sari yang pada waktu itu berkedudukan di
Amsterdam. Tata kepengurusan dan tata usahanya diserahkan pada Trendemen On Van
Kerchen Indonesia di Surabaya. Pada tahun 1960 diadakan reorganisasi PPN Baru menjadi
unit-unit perkebunan yang daerah kerjanya meliputi wilayah keresidenan. Pada tahun ini
juga diadakan perubahan dari unit-unti menjadi kesatuan-kesatuan perkebunan. Pabrik gula
Lestari sendiri dijadikan perusahaan Negara yang berbadan hukum sendiri dengan adanya
Peraturan Pemerintah No.1 dan 2 tahun 1963 tentang pembentukan B.P.U. pada tahun 1968
berdasarkan peraturan pemerintah No.14 tahun 1968. Berdasarkan peraturan tersebut juga
didirikan PNP X peraturan pasal 1 dan 2 menentukan Pabrik Gula Lestari beserta hak dan
kewajibannya serta kekayaan dan kelengkapan diserahkan atau beralih kepada PNP X.

b. Lokasi dan Luas Pabrik


Lokasi pabrik gula lestari yang terletak:
Desa : Ngrombot
Kecamatan : Patianrowo
Kabupaten : Nganjuk
Propinsi : Jawa Timur
Luas wilayah : +/- 239.399 m2

2
Dalam penentuan lokasi ini didasarkan pada beberapa faktor antara lain: pengairan, tenaga
kerja, iklim, lingkungan, dan pengangkutan hasil produksi dan bahan baku.

c. Ketenagakerjaan
Jumlah karyawan 676
Laki-Laki 665
Perempuan 11
WNA : Tidak ada

d. Visi dan misi


Visi dan misi Pabrik Gula Lestari sebagai berikut:
Visi Perusahaan
Menjadi perusahaan agroindustry nasional berbasis tebu dan tembakau yang unggul dan
berdaya saing di tingkat ragional.
Misi Perusahaan
1. Menghasilkan produk perkebunan yang bernilai tambah serta berorintasi kepada
konsumen
2. Membentuk kapabilitas proses kerja yang unggul melalui perbaikan dan inovasi
berkelanjutan dengan tatakelola perusahaan yang baik.
3. Mengembangkan kapabilitas organisasi, teknologi informasi dan SDM yang prima.
4. Melakukan optimalisasi pemanfaatan asset untuk memberikan imbal hasil terbaik
bagi pemegang saham
5. Turut serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kelestarian
lingkungan untuk kebaikan generasi masa depan.

e. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan sebuah garis penugasan formal yang menunjukkan
alur tugas dan tanggung jawab setiap anggota perusahaan, perusahaan serta hubungan antar
pihak dalam organisasi yang bekerja sama. Struktur organisasi Pabrik Gula Lestari
dipimpin oleh seorang General Manager yang dibantu oleh 6 kepala bagian yaitu kepala
bagian tanaman, kepala bagian instalasi, kepala bagian pengolahan, dan kepala bagian tata

3
usaha dan keuangan (TUK), QC, dan SDM. Setiap kepala bagian mempunyai bawahan
yang dibagi sesuai bidangnya. Tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian adalah
sebagai berikut:

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara X

2.2 Temuan Hasil Observasi


Temuan Positif Temuan Negatif
Peralatan boiler semua sudah mempunyai Badan boiler berfungsi mengkungkung
sertifikat peraturan tekan. Badan yang tidak sempurna
Terdapatnya Name Plate pada setiap Boiler Pengaman (Flashback Arrestor) berfungsi
mencegah arus balik atau menghalau api pada
silinder yang berpotensi
Penerapan pemeriksaan dan pengujian Boiler Rembesan nira dapat menimbulkan bahaya
setiap 3 atau 4 bulan sekali (tergantung masa untuk peralatan disekitar area unit imbibisi
produksi)
Adanya Lisensi K3 operator pesawat uap kelas Alat perlindungan diri yang digunakan oleh
I pekerja belum sesuai sehingga dapat
menimbulkan potensi bahaya pada pekerja.
Terdapat Safety Valve pada Boiler Prosedur operasi kerja harus disediakan untuk
setiap jenis pekerjaan termasuk dalam
pengoperasian boiler, dalam hal ini tidak ada
prosedur yang jelas.

4
Temuan Positif Temuan Negatif
Terdapat informasi beban maksimum muatan Pengoperasian boiler harus dilakukan oleh
pada crane operator yang mempunyai kompetensi, yang
ditunjukkan dengan adanya lisensi operator.
Tetapi tidak semua operator mempunyai
lisensi
Pengawasan Boiler di Setiap Pergantian Shift APD berfungsi untuk melindungi sebagian atau
oleh Supervisor Engineer seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat
kerja. Operator tidak menggunakan Masker
dan sarung tangan ketika bekerja di
pengangkutan dan penggilingan tebu.
Terdapat Pressure Gauge Operator tidak memiliki lisensi K3 dengan
Pada Boiler begitu dapat dikatakan operator tidak
berkompeten untuk keselamatan kerja dalam
penoperasian crane
Adanya buku laporan harian pengoperasian Prosedur operasi kerja harus disediakan untuk
boiler setiap jenis pekerjaan termasuk dalam
pengoperasian boiler, dalam hal ini tidak ada
prosedur yang jelas. Hal ini mengindikasikan
operator tidak memiliki pengetahuan pasti
secara tertulis mengenai prosedur
pengoperasian crane
Operator penggiling tidak memiliki lisensi K3
dengan begitu dapat dikatakan operator tidak
berkompeten untuk keselamatan kerja dalam
penoperasian crane
Reksa uji bertujuan untuk mengevaluasi dan
memastikan peralatan dalam kondisi baik.
Pelindung PTP berfungsi sebagai pengaman
kegiatan produksi untuk meminimalkan
potensi bahaya kecelakaan yang dapat
mengganggu produksi

5
BAB III
ANALISA DAN PEMECAHAN
MASALAH

3.1 Analisa Masalah

3.1.1 Temuan Positif di PTPN X Pabrik Gula Lestari


Tabel 3.1 Temuan Positif di PTPN X Pabrik Gula Lestari

NO. GAMBAR TEMUAN ANALISA POTENSI REKOMENDASI LANDASAN


TEMUAN POSITIF BAHAYA YANG HUKUM
TIMBUL

Dengan adanya Apabila tidak Name Plate boiler Undang-Undang Uap


Terdapatnya Name terdapat Name Plate segera dibersihkan tahun 1930 pasal 12
name plate tersebut,
Plate pada setiap maka operator sulit dan dirawat agar
Boiler. operator dapat
mengetahui untuk bisa terlihat dengan
kapasitas kerja mengoperasikan jelas.
1 boiler, sehingga boiler.
. dapat bekerja sesuai
dengan kondisi
pengoperasiannya
Gambar 3.1 Name Plate sesuai yang tertera
Boiler pada name plate.

6
Pengawasan Boiler di Dengan adanya Jika tidak ada Dapat diteruskan Permenakertrans
Setiap Pergantian pengawasan kerja pengawas boiler pekerjaan yang No.1 tahun 1988
Shift oleh Supervisor tersebut, maka disetiap shift maka sudah bagus/baik Pasal10 ayat 5
2 operator dapat berbahaya dan tersebut dan sebelum
Engineer.
bekerja lebih aman kemungkinan akan bekerja diberi
dan sesuai dengan terjadi keledakan. pengarahan oleh
SOP yang ada. Supervisor Engineer
dan setelah bekerja
Gambar 3.2 juga dilakukan
Pengawas Boiler evaluasi kembali.

Terdapat Pressure Tekanan boiler dapat Apabila tidak Pressure gauge Undang-Undang
Gauge dijaga dan dikontrol terdapat pressure diperiksa fungsinya Uap tahun 1930
Pada Boiler dengan adanya gauge pada boiler dan diperiksa pasal 12
pressure gauge maka operator sulit secara berkala serta
3 tersebut, sehingga untuk mengontrol diuji apakah tetap
operator dapat atau berfungsi sebagai
mengetahui tekanan mengoperasikan mana mestinya.
kerja aman dari boiler.
boiler.
Gambar 3.3 Pressure
Gauge Pada Boiler

7
Adanya buku Keberadaan buku Jika tidak terdapat Buku laporan selalu Permenakertrans
laporan harian laporan buku laporan harian dibuat dan diupdate No. 1 tahun 1988
pengoperasian boiler pengoperasian boiler pengoperasian setiap hari dan pasal 10
dapat membantu boiler maka operator ditempatkan di area
operator untuk susah untuk yang mudah
4 mengetahui kondisi mengecek kondisi dijangkau dan
dan keadaan boiler dan keadaan boiler terlihat, sehiingga
dengan mudah setiap harinya. bisa selalu
diupdate.

Gambar 3.4 Laporan


Harian Pengoperasian
Boiler

5. No Gambar Penerapan Pemeriksaan dan Jika tidak ada Untuk pemeriksaan Permenaker No. 01/1988
Pasal 10 Ayat 9
pemeriksaan dan pengujian berkala pemeriksaan dan dibuat jadwal
pengujian boiler ini berguna untuk pengujian pada berkala yang tetap
setiap 3/4 bulan menjaga boiler tetap mesin boiler dan lebih terperinci,
sekali (tergantung berfungsi dengan mengakibatkan dibuat checklis
masa produksi) baik, dan sebagai kerusakan hingga
panduan bagi terjadi ledakan.
operator untuk
memerika
perawatan boiler
tersebut.

8
6. Adanya Lisensi K3 Menunjukan bahwa Jika tidak memiliki Operator Kelas 1 Permenaker No. 01/1988
Pasal 10 Ayat 6.
Operator Pesawat operator pesawat lisensi K3 operator bertanggung jawab
Uap kelas 1 uap memiliki pesawat uap atas seluruh
keahlian, perusahaan dapat instalasi uap.
keterampilan dan ditegur oleh pihak
kompetensi K3. depnaker.
Selain itu dapat
menunjukan bahwa
perusahaan
berkomitmen
terhadap
Gambar 3.5 Lisensi K3 pemberdayaan
Operator Pesawat Uap kelas 1
tenaga kerja.
7. Terdapat safety valve Adanya safety valve Jika safety valve Safety valve selalu Peraturan Uap tahun 1930
Pasal 12
pada boiler pada boiler dapat tidak berfungsi dicek setiap saat dan
menjaga tekanan dengan baik maka dicek fungsinya
boiler tetap normal. akan terjadi ledakan secara manual, hal
pada boiler ini dapat dilakukan
seminggu sekali
setiap pergantian
shift.

Gambar 3.6 Safety Valve


pada boiler

9
8. Terdapat informasi Dengan adanya Dengan tidak Semua pesawat Permenaker No.
05/MEN/1985 Tentang
beban maksimum informasi beban adanya informasi angkat dan angkut Pesawat Angkat Angkut
muatan pada crane. maksimum pada beban maksimum tidak boleh dibebani Pasal 3
crane dapat pada crane dapat melebihi beban
digunakan sebagai mengakibatkan tali maksimum yang
bahan acuan crane (sling) diijinkan.
ambang batas terputus.
kapasitas beban
angkut material.

Gambar 3.7 Keterangan


Beban Maksimum Crane

9.` Sudah ada akte ijin Menunjukan mesin Jika tidak Akte ijin bias di Peraturan Uap Tahun 1930
Pasal 8
untuk boiler sudah layak mendapatkan akte dapatkan setelah
mengoperasikan di operasikan di ijin, mesin boiler dilakukan
boiler perusahaan ini. tidak dapat pemeriksaan dan
dioperasikan karena pengujian
tidak memenuhi
standart

Gambar 3.8 Akte Ijin

10
Tabel 3.2 Temuan Negatif di Pabri Gula Lestari
NO GAMBAR TEMUAN ANALISA POTENSI BAHAYA REKOMENDASI LANDASAN
HUKUM

1. Badan boiler Potensi Kecelakaan Segera melakukan Peraturan Uap 1930


berfungsi kerja seperti resiko perawatan dan Pasal 19 point 6
mengkungkung tekan. bahaya ledakan. perbaikan terhadap
Badan yang tidak badan boiler
sempurna dengan ketentuan
spesifikasi boiler
tersebut
Gambar 3.1 Badan boiler
Kondisi badan boiler yang
beroperasi pengalami
pengelupasan.
2. Pengaman (Flashback Potensi Kecelakaan Tabung harus diberi Permenaker No. 37
Arrestor) berfungsi kerja seperti resiko pengaman pencegah Tahun 2016 Pasal 3
mencegah arus balik bahaya ledakan (Flashback Arrestor)
atau menghalau api sesuai spesifikasi
pada silinder yang silinder
berpotensi

Gambar 3.2 Tabung


Oksigen dan Asitelin tidak ada
pengaman (Flashback Arrestor)
pada penggunaan Tabung

11
3. Rembesan nira dapat Potensi Kecelakaan Pada unit nira Peraturan Uap 1930
menimbulkan bahaya kerja seperti korosif melakukan perbaikan Pasal 19 poin 6
untuk peralatan pada area sekitar yang dan penyesuaian unit
disekitar area unit dapat melukai pekerja proses dan perawatan
imbibisi dan peralatan kerja sehingga menghentikan
serta timbulnya PAK terjadinya rembesan

Gambar 3.3 Unit imbibisi


Terdapat Kebocoran dan
rembesan unit imbibisi nira

4. Alat perlindungan diri Bahaya mengalami Melakukan safety Permenakertrans


yang digunakan oleh penyakit akibat kerja briefing tentang No. 8 Tahun 2010
pekerja belum sesuai (PAK) seperti penggunaan APD Pasal 7
sehingga dapat berkurangnya yang benar, setiap
menimbulkan potensi pendengaran (tuli) hari sebelum
bahaya pada pekerja. dan ISPA akibat melakukan
debu dari proses pekerjaan.
penggilingan.

Gambar 3.4 Operator Boiler


Operator tidak menggunakan
APD yang sesuai

12
5. Prosedur operasi Jika tidak terdapat Menuliskan standar Peraturan
kerja harus prosedur kerja yang operasi prosedur dan Pemerintah No. 50
Tidak ada gambar disediakan untuk dituliskan secara diletakkan pada tahun 2012 pasal 11
setiap jenis pekerjaan jelas dapat tempat yang mudah ayat 2
Berdasarkan wawancara dengan termasuk dalam berpotensi terjadi dilihat oleh semua
operator boiler: Tidak terdapat pengoperasian boiler, kesalahan prosedur operator.
SOP dalam pengoperasian boiler dalam hal ini tidak dalam pengoperasian
ada prosedur yang boiler.
jelas.

6. Pengoperasian boiler Kurangnya Perlu dilakukan .Peraturan uap 1930


harus dilakukan oleh pemahaman dalam pelatihan untuk pasal 6
operator yang pengoperasian atau operator boiler, agar
mempunyai pelayan tenaga uap dapat memahami
kompetensi, yang dapat berpotensi pelayanan boiler
ditunjukkan dengan kecelakaan dan dengan baik
adanya lisensi ledakan.
operator. Tetapi tidak
semua operator
Gambar 3.5 Mandor Boiler mempunyai lisensi.
Tidak semua operator boiler
mempunyai lisensi K3

13
7. APD berfungsi untuk Pekerja bias Semua operator harus Permenakertrans
melindungi sebagian mengalami Penyakit dan wajib diberi No. 8 Tahun 2010
atau seluruh tubuh dari Akibat Kerja dan pelatihan penggunaan Pasal 4 Ayat 1
potensi bahaya di Kecelakan Kerja APD dan harus selalu
tempat kerja. Operator seperti terjatuh, tergores mendapat
tidak menggunakan dan debu akibat pengawasan dari
Masker dan pengangkatan tebu. atasannya agar
sarung tangan penggunaan APD
ketika bekerja di selalu di taati.
Gambar 3.6 Pesawat angkat pengangkutan dan
Crane penggilingan tebu.
Operator Crane tidak
menggunakan APD
8. Operator tidak Dapat timbul potensi Menugaskan kepada Permenaker No.
memiliki lisensi K3 terjadinya kecelakaan operator tersebut 09 Tahun 2010
dengan begitu dapat kerja akibat tidak untuk membuatl pasal 5
dikatakan operator kompetennya lisensi K3 crane
tidak berkompeten operator mengenai
untuk keselamatan K3 pesawat angkat
kerja dalam crane
penoperasian crane
Gambar 3.7 Operator Crane
Operator Crane tidak memiliki
lisensi K3 Crane

14
9 Prosedur operasi kerja Jika tidak terdapat Perusahaan harus Peraturan
harus disediakan prosedur kerja yang menyusun SOP secara Pemerintah No. 50
untuk setiap jenis dituliskan secara tertulis sebagai tahun 2012 pasal
pekerjaan termasuk jelas dapat pedoman 11 ayat 2
dalam pengoperasian berpotensi terjadi pengoperasian crane
boiler, dalam hal ini kesalahan prosedur dalam tempat
tidak ada prosedur dalam kerja/usaha
yang jelas. Hal ini pengoperasian
Gambar 3.8 Mandor Unit mengindikasikan crane, seperti
Crane operator tidak tertimpa, terjatuh,
Perusahaan tidak memiliki SOP memiliki dan sebagainya.
Crane pengetahuan pasti
secara tertulis
mengenai prosedur
pengoperasian crane

10. Operator penggiling Dapat timbul potensi Menugaskan kepada Permenaker No.
tidak memiliki lisensi terjadinya kecelakaan operator tersebut 38 Tahun 2016
K3 dengan begitu kerja akibat tidak untuk membuatl Pasal 110 ayat 3
dapat dikatakan kompetennya lisensi K3 crane
operator tidak operator mengenai
berkompeten untuk K3 pesawat angkat
keselamatan kerja crane
dalam penoperasian
Gambar 3.9 Operator Unit crane
penggilingan tebu (PTP)
Operator unit penggiling tidak
memiliki lisensi K3

15
11. Reksa uji bertujuan Terjadi kerusakan Melakukan reksa uji Permenaker No.
Tidak ada gambar untuk mengevaluasi alat dan timbulnya secara berkala 38 Tahun 2016
dan memastikan kecelakaan kerja Pasal 129
Tidak dilakukan reksa uji alat peralatan dalam
produksi (unit penggiling) secara kondisi baik.
berkala

12. Pelindung PTP Tidak adanya Segera memberikan Permenaker No.


berfungsi sebagai pengaman berpotensi pelindung PTP pada 38 Tahun 2016
pengaman kegiatan menghambat unit penggilingan dan Pasal 11 ayat 1
produksi untuk produksi, aturan tentang
meminimalkan meningkatkan pelarangan merubah
potensi bahaya terjadinya kecelakaan atau memindahkan
kecelakaan yang kerja seperti tergiling pelindung PTP.
dapat mengganggu dan terjatuh serta
Gambar 3.10 Mesin Mekanik produksi penyakit akibat kerja
penggiling seperti gangguan
Tidak terdapatnya pelindung pendengaran dan
pada mesin mekanik penggiling getaran

16
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Uap (STOOMVERORDENING) STOOMVERORDENING 1930 atau dengan kata dalam


Bahasa Indonesia Peraturan Uap tahun 1930.

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No.37 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Bejana Tekanan dan Tangki Timbun.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.08 Tahun 2010 Tentang Alat Pelindung
Diri.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.09 Tahun 2010 Tentang Operator dan
Petugas Pesawat Angkat dan Angkut.

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No.38 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pesawat Tenaga dan Produksi.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.01 Tahun 1988 Tentang Kwalifikasi dan Syarat-syarat
Operator Pesawat Uap.

17
LAMPIRAN
PERTANYAAN DARI KELOMPOK LAIN:
1. Risky Fajar Nugroho (Kelompok 2)
Pengujian ketel uap dilakukan oleh siapa dan kapan dilakukan pemeriksaan pada ketel uap
tersebut?
- Pemeriksaan ketel uap di PG Lestari dilakukan oleh pihak internal terlebih dahulu
sebelum proses penggilingan dilakukan. Selanjutnya dilakukan pengujian oleh dinas
ketenagakerjaan spesialis pesawat uap.
2. Novia Kusumawardani (Kelompok 4)
Apakah Boiler pada PG Lestari sudah dilakukan reksa uji, bagaimana hasilnya?
- Belum, masih dalam proses pengajuan.
3. Silvi Maharani (Kelompok 4)
Alat Perlindungan Diri yang harus digunakan pada operator khususnya Mesin Boiler?
- Masker
- Safety glasses
- Safety shoes
- Earplug
- Safety gloves
- Safety helmet
4. Asgaf Naranda Putra Perkasa (Kelompok 2)
Sumber air pada proses Boiler didapatkan dari mana?
- Sumber air dari sumur bor yang ada di PG Lestari
Kenapa tidak memakai Air Rebusan (Nira) ?
- Sumber air dari air rebusan nira mengandung senyawa dann ion yang lebih banyak dari
air sumur bor, treatment dari air sumur bor lebih mudah dijadikan air softener. Jika
menggunakan air dari rebusan nira maka potensi terjadinya kerak pada sistem boiler
semakin besar dan terlebih proses untuk pemurnian air lebih kompleks.
5. Almira Sofie Astari (Kelompok 2)
Apakah tertera kapasitas beban maksimum pada Mesin Creane, apakah penggunaannya
sudah ditetapkan dengan benar pada PG Lestari?

18
- Sudah tertera kapasitas beban maksimum pada crane 2x10 ton dan operator sudah
mengoperasikan sesuai dengan kapasitas yang ditetapkan. Penggunaan pengangkatan
pada crane secara real hanya 2x7.5 ton untuk menghindari terjadinya gagal angkut
mengikuti kapasitas angkut dari truk tebu.
6. Muhammad Haris Fauzi (Kelompok 1)
Apa rekomendasi kelompok anda kepada PG Lestari dalam menangani rembesan air pada
unit imbibisi?
- Temuan rembesan air nira pada proses imbibisi masih dalam proses pelaporan mengingat
baru terjadi satu minggu lalu. Rekomendasi yang disarankan adalah petugas lebih
melakukan perawatan secara berkala terhadap proses tersebut karena terdapat campuran
senyawa dalam proses imbibisi yang dapat merusak bahan jika terdapat tumpahan atau
kebocoran dalam proses.

19
PERTANYAAN DARI PENGUJI
1. Perbaikan dasar hukum pada Bab I dan pembahasannya kurang luas.
- Telah dilakukan perbaikan pada dasar hukum laporan serta penyesuaiannya di
pembahasan dan penutup.

20

Anda mungkin juga menyukai