Anda di halaman 1dari 9

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN

METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI


KABUPATEN TANAH LAUT

Tris Armando Hidayati1, Ibrahim Sota1, Sudarningsih1

Abstrak. Sumber daya mineral merupakan endapan mineral berharga yang


terdapat di suatu wilayah, baik yang sudah diketahui maupun yang masih bersifat
potensi, salah satunya adalah biji besi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
keberadaan kedalaman dan nilai suseptibilitas biji besi daerah Gunung Melati
dengan metode geomagnet. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan
metode geomagnet di Gunung Melati didapatkan kedalaman biji besi antara 9–72
m di bawah permukaan dan analisis suseptibilitas pada sampel biji besi di
Gunung Melati menunjukkan nilai suseptibilitas antara 5.856,5-6.866,5 x 10 SI.
Hasil analisis suseptibilitas sampel biji besi di gunung melati diperoleh rata-rata
nilai suseptibilitas sebesar 6.73,33 x 10 SI dan termasuk kedalam golongan
magnetit.

Kata kunci: Biji Besi, Geomagnet, Gunung Melati.

PENDAHULUAN adalah berdasarkan hasil penyelidikan


Berdasarkan Data Neraca Pusat geologi yang dilakukan oleh Sofyan dkk
Sumber Daya Geologi 2008, (2006). Sofyan berhasil mendapatkan
Kalimantan Selatan memiliki 15 lokasi sketsa potensi biji besi di salah satu
endapan besi primer dengan tingkat titik. Widyayanti (2013) menyatakan
eksplorasi dari prospeksi hingga bahwa keterdapatan biji besi di salah
eksplorasi rinci. Endapan besi primer satu titik lokasi daerah Gunung Melati
dengan Sumber daya terukur sebesar 5 dengan menggunakan metode
juta ton lebih ditemukan di Tanalang geolistrik 3D konfigurasi pole-pole
Kabupaten Balangan. Endapan biji besi terdapat pada kedalaman 3,20 - 10,1 m
primer dengan cadangan terkira dan 27,1 - 63,4 m yaitu berupa
ditemukan di Gunung Tembaga bongkahan dengan nilai resistivitas
Kabupaten Tanah laut (Ishlah, 2009). terukur antara 3167-3847 Ohm.
Lokasi biji besi di daerah Gunung Penelitian Widyayanti (2013) hanya
Melati merupakan salah satu lokasi terbatas pada sebuah titik sehingga
yang sudah diketahui keberadaannya. tidak bisa mewakili lokasi yang lebih
Dugaan awal mengenai keberadaan biji luas, dan penelitian ini melakukan
besi di lokasi daerah Gunung Melati penelitian lanjutan, yaitu untuk
1
Program Studi Fisika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

157
158 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 11 No. 2, Agustus 2014 (157 – 165)

mengetahui kedalaman dan arah pra-mineralisasi (Widyayanti, 2012).


sebaran biji besi dengan metode Berdasarkan hasil pengujian XRD oleh
geomagnet dan juga mengetahui Widyayanti (2012) mineral penyusun
perbandingan nilai suseptibilitas Gunung Melati pada titik lokasi
magnet batuan yang mengandung biji penelitian adalah didominasi oleh
besi dengan batuan sekitarnya di hematite (Fe2O3) dan magnetite
daerah lokasi penelitian yaitu di daerah (Fe3O4) (Widyayanti, 2012).
Gunung Melati.
Geologi Daerah Penelitian
Potensi Biji Besi di Gunung Melati
Biji besi adalah batuan yang
mengandung unsur besi atau
keterdapatan endapan besi didalamnya.
Keterdapatan endapan besi dapat Lokasi Penelitian
Daerah Gunung
dikelompokan menjadi tiga jenis, yaitu Melati
03°50’34,5” LS dan
endapan besi primer akibat proses 114°48’13,6” BT.

hidrotermal, endapan besi laterit


terbentuk akibat pelapukan dan
endapan besi sekunder (pasir besi)
adalah merupakan kelompok mineral Gambar 1. Peta Geologi Lokasi Penelitian
(Sikumbang dan R. Haryanto, 1994)
rombakan (Perkins, 2002).
Hasil penyelidikan geologi di Peta Geologi lokasi penelitian
Tanah Laut menyebutkan bahwa batuan (Gambar 1) adalah daerah Gunung
induk kedudukan mineralisasi besi di Melati, Kecamatan Batu Ampar.
Gunung Melati terdapat pada batuan Kondisi alam berupa dataran tinggi dan
vulkanik-sedimen dan seri batuan bergunung-gunung, dengan kemiringan
piroklastik yang diterobos oleh intrusi lereng antara 20-30° dan ketinggian
granitik dan terbentuk saat proses antara 20-70 m dpl. Jenis tanah berupa
kontak metasomatik (Sofyan dkk, organosol gleihumus, alluvial, latosol,
2006). Jika disesuaikan dengan formasi komplek podsolid merah kuning dan
geologi Gunung Melati, proses laterit (Pemerintah Daerah Kabupaten
terjadinya endapan besi di daerah ini Tanah Laut, 2008).
sangat berkaitan dengan proses-proses Batuan induk kedudukan
tersebut diatas, yaitu peristiwa tektonik mineralisasi besi di Gunung Melati
Hidayat,T.A., dkk. Identifikasi Sebaran Biji Besi ..... 159

terdapat pada batuan vulkanik-sedimen M adalah polarisasi magnetik atau


dan batuan piroklastik yang diterobos disebut juga Intensitas Magnetik. k
oleh intrusi granitik dan terbentuk adalah suseptibilitas magnetik yang
proses kontak metasomatik. Seri merefleksikan sifat kemagnetan batuan
batuan gunung api–sedimen berumur (Santoso, 2001).
kapur atas, terutama yang bersifat Medan magnetik yang terukur
gampingan diterobos oleh kompleks saat pengukuran oleh magnetometer
batuan intrusi (granit, granodiorit, adalah medan magnet induksi,
diorit), menghasilkan endapan biji besi termasuk efek magnetisasinya dengan
tipe kontak metasomatik, endapan ini mangabaikan efek medan magnet
diperkirakan terjadi pada kapur akhir– remain, diberikan oleh:
tersier awal (Sofyan dkk, 2006).
B = µ0 (H + M) = µ0 (1 + k) = µµ0 H (3)

Metode Geomagnet µ0 = 4π x 10-7 adalah permeabilitas


Metode geomagnetik merupakan magnetik pada ruang hampa, B dalam
salah satu metode geofisika yang emu adalah gauss dan dalam geofisika
digunakan untuk survei pendahuluan eksplorasi dipakai satuan gamma (g)
pada eksplorasi minyak bumi, panas dengan 1g = 10-5 gauss = 1nT (Telford
bumi, batuan mineral, maupun untuk dkk, 1990).
keperluan pemantauan (monitoring)
gunung berapi (Telford dkk, 1979). Jika Medan Anomali Magnetik
dua buah benda atau kutub magnetik Pada metode geomagnet variasi
terpisah pada jarak r dan muatannya medan magnetik yang terukur di
masing-masing m1 dan m2 maka gaya permukaan merupakan target dari
magnetik yang dihasilkan adalah: survei magnetik (anomali magnetik).
. Besarnya anomali magnetik berkisar
= (1)
ratusan sampai dengan ribuan nano-
Jika suatu benda berada dalam suatu tesla, tetapi ada juga yang lebih besar
kuat medan H, benda tersebut dari 100.000 nT yaitu berupa endapan
mengalami polarisasi magnetik yang magnetik.
besarnya diberikan oleh: Secara garis besar anomali ini
disebabkan oleh medan magnetik
k= (2)
remanen dan medan magnet induksi.
160 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 11 No. 2, Agustus 2014 (157 – 165)

Medan magnet remanen mempunyai METODOLOGI PENELITIAN


peranan yang besar pada magnetisasi Lokasi penelitian berada di desa
batuan yaitu pada besar dan arah Gunung Melati, Kecamatan Batu
medan magnetnya serta sangat rumit Ampar Kabupaten Tanah Laut,
diamati karena berkaitan dengan Kalimantan Selatan. Pengambilan data
peristiwa kemagnetan yang dialami pada bulan Oktober 2013. Analisa nilai
sebelumnya. Sisa kemagnetan ini suseptibilitas sampel dilakukan di
disebut dengan normal residual Laboratorium Gedung Basic Science
magnetism, yang merupakan akibat Center A, Institut Teknologi Bandung.
dari magnetisasi medan utama. Peralatan dan bahan yang digunakan
Anomali yang diperoleh dari yaitu Global Positioning System (GPS),
survei merupakan hasil gabungan dari kamera digital, main unit G-856
keduanya. Bila arah medan magnet Memory-Mag™ Proton Precession
remanen sama dengan arah medan Magnetometer, Tabung sensor berisi
magnet induksi maka anomalinya cairan elektrolit, Tongkat alluminium,
bertambah besar, demikian pula Software Surfer 9 dan Mag2DC.
sebaliknya. Dalam survei magnetik, Langkah-langkah penelitian di
efek medan remanen akan diabaikan lapangan yakni:
apabila anomali medan magnet kurang 1) Survei Lapangan
dari 25% medan magnet utama bumi. Survei lapangan berlokasi di
Adanya anomali magnetik daerah Gunung Melati, Kecamatan
menyebabkan perubahan dalam Batu Ampar Kabupaten Tanah Laut
medan magnet total bumi, dapat ditulis dengan koordinat disekitar 03°50’34,5”
dengan: LS dan 114°48’13,6” BT. Survei

H =H +H (4) lapangan berguna untuk keakuratan

HT = medan magnetik total bumi (nT), akuisisi data lapangan mengenai arah

HM = medan magnetik utama bumi lintasan, penentuan jarak lintasan dan

(nT), HA = medan anomali magnetik jarak antar titik sehingga saat

(nT). Bila besar HA<<HT dan arah HA melakukan pengambilan data

hampirsama dengan arah HT sehingga geomagnet menghasilkan data yang

anomali magnetik totalnya (Telford dkk, diinginkan.

1979) adalah: 2) Akusisi Data Lapangan


Pengukuran data geomagnet
∆T = H - H (5)
meliputi data base station dan kuat
Hidayat,T.A., dkk. Identifikasi Sebaran Biji Besi ..... 161

medan magnet total bumi disetiap titik pada peta anomali magnetik total,
lintasan serta waktu dan koordinat selanjutnya diolah menggunakan
disetiap titik lintasan. Pertama, software Mag2DC untuk mengetahui
dilakukan pengukuran data di base bentuk dan kedalaman benda anomali
station, selanjutnya pengukuran data bawah permukaan bumi.
kuat medan magnet total disetiap titik 4) Interpretasi Data
lintasan. Pada saat satu jam sekali Interpretasi data geomagnetik
dilakukan kembali pengukuran data di terbagi menjadi dua, yaitu interpretasi
base station, kemudian dilanjutkan lagi kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi
dengan pengukuran data kuat medan kualitatif bertujuan untuk menunjukkan
magnet pada titik lintasan berikutnya. bentuk/model dan kedalaman benda
Setelah selesai pengukuran data dititik anomali. Prinsip kerja dari software
lintasan yang terakhir maka dilakukan Mag2DC adalah menyamakan bentuk
pengukuran data di base station untuk dari anomali medan magnet penelitian
yang terakhir. (yang berupa garis putus-putus)
3) Pengolahan Data dengan anomali pehitungan (yang
Data yang diperoleh dari berupa garis tegas).
lapangan kemudian dikoreksi dengan Interpretasi kualitatif dilakukan
data medan magnetik utama bumi, berdasarkan hasil penafsiran
selanjutnya dikoreksikan dengan data kuantitatif, sehingga dapat menentukan
variasi magnetik harian. Untuk bagian-bagian penampang anomali
mendapatkan nilai koreksi variasi medan magnet yang menarik untuk
harian (TVH) ini, dibuat grafik koreksi memperkirakan struktur geologi bawah
harian terhadap waktu. Pada grafik permukaan. Namun dalam interpretasi
tersebut ditentukan suatu garis base kuantitatif terdapat ambiguitas karena
station yang nilainya ditentukan dari beragam model dapat dihasilkan
harga rata-rata nilai tertinggi dan karena adanya parameter suseptibilitas
terendah koreksi harian. Selanjutnya dan kedalaman yang tidak pasti,
adalah membuat kontur peta anomali sehingga diperlukan data pendukung
magnetik total menggunakan software berupa data geologi daerah penelitian,
Surfer 9, dan kemudian dilakukan data suseptibilitas magnetik dan data
slicing pada peta anomali medan geofisika yang lain.
magnet total untuk membuat model 5. Karakterisasi sampel
medan magnetnya. Data hasil slicing
162 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 11 No. 2, Agustus 2014 (157 – 165)

Sampel yang telah diambil dari pada setiap titik pengukuran di lokasi
lokasi penelitian akan diuji nilai penelitian. Selanjutnya, dari nilai kuat
suseptibilitasnya menggunakan alat medan magnet yang terukur ini
Magnetic Susceptibility system (MS2) diperoleh nilai anomali magnetik total
dengan sensor Tipe MS2B Dual dengan menggunakan rumus ΔT = Tobs
Frerquency. Pertama, ketiga sampel biji – TIGRF ± TVH. Data ini kemudian diolah
besi dihaluskan hingga berukuran batu dengan software Surfer 9, dan
kerikil, kemudian dilanjutkan dengan didapatkan peta kontur anomali medan
menimbang massa holder yang belum magnet total (Gambar 2). Peta anomali
diisi sampel dan massa holder yang medan magnet total menunjukkan pola
sudah diisi sampel biji besi. Tahap kontur struktur bawah permukaan
selanjutnya dilakukan pengujian tanah, dengan nilai anomali medan
sampel menggunakan alat Magnetic magnet total antara 0 hingga 125 nT.
Susceptibility system (MS2) dengan Anomali terendah terdapat pada
sensor Tipe MS2B Dual Frerquency. kontras warna biru dengan nilai medan
magnet totalnya sebesar 0 nT dan
Hasil Pengukuran Lapangan anomali tertinggi terdapat pada kontras
Data hasil pengukuran lapangan warna merah dengan nilai medan
dari metode geomagnet yaitu data kuat magnet totalnya sebesar 125 nT.
medan magnet pada base station dan

Gambar 2. Peta kontur anomali medan


Hidayat,T.A., dkk. Identifikasi Sebaran Biji Besi ..... 163

Pada Gambar 3 didapatkan Pada Gambar 4 ditemukan dua


tiga buah bentuk anomali yang diduga buah bentuk anomali yang diduga
sebagai biji besi. Bentuk anomali sebagai biji besi. Bentuk anomali
pertama terdapat pada kedalaman pertama terdapat pada kedalaman 20–
26,5–69 m, bentuk anomali kedua 72 meter dan bentuk anomali kedua
pada kedalaman 18–56 m dan bentuk terdapat pada kedalaman 19–57 meter
anomali ketiga terdapat pada dari bawah permukaan tanah.
kedalaman 9–68 m dari bawah Keterdapatan biji besi rata-rata berada
permukaan tanah. Keterdapatan biji kedalaman 19–72 meter dari bawah
besi rata-rata berada pada kedalaman permukaan tanah dengan nilai
9–69 m dengan nilai suseptibilitas suseptibilitas masing-masing sebesar
masing-masing sebesar 0,07 SI. 0,07 SI.

Gambar 3. Hasil kontur Mag2DC yang terdapat pada slicing 1

Gambar 4. Hasil kontur Mag2DC yang terdapat pada slicing 2


164 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 11 No. 2, Agustus 2014 (157 – 165)

Gambar 5. Hasil kontur Mag2DC yang terdapat pada slicing 3

Pada Gambar 5 terdapat dua buah Nilai rata-rata suseptibilitas


bentuk anomali yang diduga sebagai ketiga sampel sebesar 6.473,33 x
biji besi. Bentuk anomali pertama 10 SI. Menurut Telford dkk, 1990,
terdapat pada kedalaman 33–59 m suseptibilitas magnet dalam beberapa
dan bentuk anomali kedua terdapat batuan dan mineral menunjukkan
pada kedalaman 12-68 m dari bawah bahwa biji besi pada daerah gunung
permukaan tanah. Keterdapatan biji melati diduga mengandung mineral
besi rata-rata berada kedalaman 12– magnetit, dimana rata-rata nilai
68 m dari bawah permukaan tanah suseptibilitasnya sebesar 6.473,33 x
dengan nilai suseptibilitas masing- 10 SI.
masing sebesar 0,07 SI.
KESIMPULAN
Hasil Analisa Suseptibilitas Batuan Berdasarkan peta anomali
Nilai suseptibilitas sampel biji magnet total, nilai medan magnet total
besi ditunjukkan oleh Tabel 3. berkisar antara 0-125 nT. Berdasarkan
bentuk anomali hasil kontur Mag2DC,
Tabel3. Data hasil analisa
suseptibilitas batuan diduga biji besi di daerah lokasi

Nama Sampel x 10
-3 penelitian rata-rata terdapat pada
A 6.866,5 kedalaman 9-72 meter dari bawah
B 5.856,5 permukaan tanah dan nilai
C 6.697
suseptibilitas di sekitar lokasi
penelitian daerah Gunung Melati
memiliki nilai suseptibilitas rata-rata
Hidayat,T.A., dkk. Identifikasi Sebaran Biji Besi ..... 165

sebesar 6.473,33 x 10 SI dan Energi dan Sumber Daya Mineral


Badan Geologi Pusat Sumber
diduga mengandung mineral magnetit.
Daya Geologi. Laporan
Inventasrisasi DIPA, Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
Telford, W.M., L. P. Geldard, & R. E.
Ishlah, T. 2009. Potensi Bijih Besi Sherrif. 1979. Applied
Indonesia dalam Kerangka Geophysics.
Pengembangan Klaster Industri
Baja. Buletin Sumber Daya ---------------.1990. Apllied Geophysics
Geologi. 4(2): 1-12. Second Edition. Australian and
New York: Cambridge University
Santoso, D. 2001. Pengantar Teknik Press, USA.
Geofisika. Penerbit ITB:
Bandung. Widyayanti, M. 2013. Analisa Potensi
Kedalaman Batubesi Dengan
Sofyan, A., D.T. Sutisna, D.N Metode Geolistrik 3D di Gunung
Sunuhadi, Iskandar, A. Kohar, & Melati Kabupaten Tanah Laut.
A. Anwar. 2006. Inventarisasi Laporan Penelitian Skripsi.
Endapan Besi Primer di Daerah Banjarbaru. (Tidak di
Kabupaten Tanah Bumbu dan Publikasikan)
Kabupaten Tanah Laut Provinsi
Kalimantan Selatan. Departemen

Anda mungkin juga menyukai