Anda di halaman 1dari 6

NAMA : HABIB ABDILLAH

NIM : 1811014210015
MATA KULIAH : GEOMORFOLOGI

DISTRIBUSI KARST DI INDONESIA

Karst adalah daerah yang terdiri atas batuan kapur yang berpori sehingga air dipermukaan
tanah selalu merembes dan mengalir ke dalam tanah. Karst juga dapat diartikan sebagai sebuah
bentuk permukaan bumi yang pada umumnya dicirikan dengan adanya depresi tertutup (closed
depression), drainase permukaan, dan gua. Daerah ini dibentuk terutama oleh pelarutan batuan,
kebanyakan batu gamping. Distribusi bentang alam karst di permukaan bumi sebagian besar
mengikuti distribusi batuan karbonat (batugamping dan dolomit). Karst dicirikan oleh:
1. Terdapatnya cekungan tertutup dan atau lembah kering dalam berbagai ukuran dan bentuk
2. Langkanya atau tidak terdapatnya drainase/ sungai permukaan
3. Terdapatnya goa dari sistem drainase bawah tanah.
Karst tidak hanya terjadi di daerah berbatuan karbonat, tetapi terjadi juga di batuan lain
yang mudah larut dan mempunyai porositas sekunder (kekar dan sesar intensif), seperti batuan
gipsum dan batugaram. Namun demikian, karena batuan karbonat mempunyai sebaran yang
paling luas, karst yang banyak dijumpai adalah karst yang berkembang di batuan karbonat.
Karst di indonesia seperti yang ditulis oleh Balazs tersebar di sebagian besar pulau-pulau
di Indonesia, namun demikian tidak semuanya berkembang dengan baik. Diantara kawasan karst
tersebut, terdapat dua kawasan karst yang paling baik dan dianggap sebagai prototipe dari karst
daerah tropis, yaitu karst Maros dan Gunung Sewu.

A. Karst Maros
Salah satu kawasan karst di Indonesia yang dikenal sebagai Kawasan Karst Maros
Pangkep (KKMP) dicirikan dengan berkembangnya Menara Karst (Mogote), yaitu bentukan
positif dengan dinding-dinding terjal yang relatif tinggi. Ketinggian dari muka laut berkisa antara
300 – 550 meter, sedangkan relief bervariasi dari 100 – 250 meter. Batuan gamping di karst
Maros diendapkan pada Eosen. Luas karst Maros secara keseluruhan mencapai 650 km2 dengan
intikarst sekitar 300 km2.
Menurut penelitian yang dilakukan olehtim Asosiasi Speleologi Pyrénéene (APS),Prancis
tahun 1985, KKMP memiliki bentang alam yang unik dan khas dengan tower karst, koridor karst
yang panjang, gua-gua dengan ukuran besar dan terpanjang di Asia tenggara dengan dekorasi
terbagus.
Dari laporan akhir tahun 2016 Balai TN Bantimurung Bulurauang mencatat tidak kurang
257 gua sudah ditemukan di kawasan karst yang ada di TN Bantimurung Bulusaraung yang
terdiri dari 216 gua alam dan 41 gua prasejarah. Bahkan gua terdalam dan terpanjang di
Indonesia ada di kawasan karst ini yang tercatat dalam Museum RekorDunia-Indonesia (MURI)
pada tahun 2015.
Diketahui dalam luasan 50
2
km  terdapat 14 gua yang memiliki
kedalaman lebih dari 100 meter. Di
antaranya terdapat gua terdalam di Indonesia
dengan pitch tunggal (single pitch) yaitu
Leang Pute sedalam 263 meter di bawah
permukaan tanah. Masyarakat di sekitar
kawasan taman nasional ini menyebut gua
dengan nama leang (bahasa Makassar).

Gambar 1. Leang Pute, menganga di tengah


belantara menjadi single pitch terdalam di Nusantara.

Selain itu, terdapat gua Salukang Kallang dengan panjang 12.263 meter yang merupakan
gua terpanjang di Indonesia dengan tingkat keanekaragaman hayati yang terbanyak di kawasan
tropis di dunia. Sistem Gua Salukang Kallang bersama Gua Tannete mempunyai 28 spesies yang
telah teradaptasi di dalam gua meliputi 21 troglobion berupa biota darat khas gua dan
tujuh stigobion  berupa biota akuatik khas gua.
Gambar 2. Gua Salukang Kallang dengan panjang kurang lebih 12 km adalah gua terpanjang Indonesia. Gua ini
diyakini sebagai “the mother of underground river” di kawasan KKMP. 
B. Karst Gunung Sewu
Karst Gunung Sewu dicirikan dengan berkembangnya kubah karst (Kegle Karst), yaitu
bentukan positif yang tumpul, tidak terjal atau sering diistilahkan kubah sinusoidal (Lehman,
1936). Ketinggian tempat berkisar antara 300 – 500 meter dari muka laut dan relief bervariasi
antara 50 – 150 meter. Batuan gamping di Karst Gunung Sewu berumur Miosen dan mengalami
karstifikasi mulai akhir pliosen hingga awal pleistosen. Karst gunung sewu juga dicirikan dengan
bentukan doline yang setiap musim penghujan selalu terisi air yang kemudian disebut telaga,
yang jumlahnya ratusan. Luas karst Gunung Sewu mencapai 3300 km2 yang meliputi Propinsi
DIY, Jawa Tengah, dan Propinsi Jawa Timur.
 Gua Jomblang
Gua Jomblang merupakan salah satu dari seratus gua di Gunung Sewu yang terkenal karena
keunikan serta keindahan yang tidak terbantahkan. Gua ini terletak di Kalurahan Pacarejo,
Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Gua Jomblang merupakan gua vertikal
yang bertipe collapse doline yang terbentuk akibat proses geologi amblasnya tanah beserta
vegetasi yang ada di atasnya ke dasar bumi yang terjadi ribuan tahun yang lalu. Sampai saat ini
situs tersebut masih hidup serta menjadi hutan purba. Runtuhan ini membentuk sinkhole atau
sumuran dengan luas mulut gua sekitar 50m persegi. Keunikan dari gua ini adalah adanya
sungai bawah tanah, yang masih satu sistem dengan Kalisuci, mengalir dengan deras. Sinar
matahari yang menerobos masuk dari Luweng Grubug setinggi 90m membentuk satu tiang
cahaya, menyinari flowstone yang indah serta kedalaman gua yang gulita. Air yang mengalir
dari ketinggian turut mempercantik pemandangan di gua ini.

Gambar 3. Penampakan Gua Jomblang dari dalam


 Conical Hill Gunung Sewu
Kawasan karst yang membentang dari bagian selatan Gunungkidul, Pacitan dan Wonogiri.
Selain karena keunikan adanya lembah purba, sungai bawah tanah, gua dan potensi sumber daya
flora dan faunanya, kawasan Gunungkidul Sewu juga terkenal dengan panorama dan landskap
formasi sekitar 40.000 bukit kerucut atau conical hill yang sangat eksotik.

Gambar 4. Kawasan Karst Conical Hill Gunung Sewu


 Gua Song Gilap
Gua Song Gilap terletak di Padukuhan Klumprit, Kalurahan Kenteng, Kapanewon Ponjong,
Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Gua horizontal ini memiliki keunikan dengan
adanya sumber air, flora dan fauna khas serta istana ornamen batuan karst dalam berbagai
bentuk serta stalaktit dan stalakmit yang indah. Gua ini dikembangkan sebagai sumber air dan
obyek wisata minat khusus.
Gambar 5. Para Peneliti yang berada di Kawasan Gua Song Gilap
DAFTAR PUSTAKA
Adji, T. N., & Haryono, E. 2017. Kawasan karst dan prospek pengembangannya di Indonesia.
Seminar PIT IGI di Universitas Indonesia. 1(1) : 1-10.
Haryono, E., & Adji, T. N. 2017. Geomorfologi dan Hidrologi Karst. Yogyakarta : Kelompok
Studi Karst Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
Pratiwi, I. M. 2021. Geokonservasi Dalam Fungsi Perlindungan Dan Pemanfaatan Ekosistem
Karst Gunung Sewu. Jurnal Rekayasa Lingkungan. 21(1) : 33-40.
Shagir, K., & Ismail, T. 2021. The Spectacular Tower Karst. Diakses pada 9 November 2021.
http://ksdae.menlhk.go.id/berita/1104/
Seksi KSDA – DLHK DIY. 2021. Mengenal Karst Gunung Sewu Melalui Perangko. Diakses
pada 9 November 2021. https://www.dlhk.jogjaprov.go.id/

Anda mungkin juga menyukai