Anda di halaman 1dari 9

Siklus batuan adalah konsep dasar dalam geologi menggambarkan waktu

transisi yang dihabiskan untuk melalui waktu geologis pada tiga jenis batuan
utama: sedimen, metamorf, dan beku. Setiap jenis batu akan berubah atau
hancur saat dipaksa keluar dari kondisi ekuilibriumnya.
Batuan beku seperti basal dapat pecah dan larut saat terkena atmosfer, atau
meleleh saat ditenggelamkan di bawah benua. Karena daya dorong pada
siklus batuan, lempeng tektonik dan siklus air. Batuan juga tidak selalu berada
pada kondisi ekuilibrium, batuan akan mengalami perubahan saat mereka
dipaksa masuk ke lingkungan yang baru.
Siklus batuan adalah sebuah ilustrasi yang menjelaskan bahwa ketiga jenis
batuan tersebut saling terkait satu sama lain, dan menjelaskan proses
berubahnya satu jenis batu ke jenis lainnya dari waktu ke waktu.
Siklus yang ada ini membuat batuan-batuan mampu mengubah siklus geologi.
Sedangkan pada planet yang mengandung kehidupan, hal tersebut akan
mempengaruhi siklus biogeokimia.
Sejarah Perkembangan Ilmu
Mengenai Siklus Batuan
Konsep teori siklus batuan biasanya dikaitkan dengan James Hutton yang
disebut sebagai Bapak Geologi dari abad ke-18. Siklus batuan adalah bagian
dari Uniformitarianisme Hutton yang menyatakan bahwa di alam semesta
memiliki keteraturan sehingga sebuah kejadian akan bisa terulang kembali.
Hutton dalam kutipannya yang terkenal mengatakan bahwa tidak ada awalan,
dan tidak ada kemungkinan akan berakhir, yang secara khusus diterapkan
pada siklus batuan dan sifat siklus proses geologis yang bayangkan. Konsep
siklus rock non-evolusioner yang berulang ini tetap dominan sampai revolusi
tektonik lempeng tahun 1960an.
Dengan berkembangnya pemahaman mesin penggerak lempeng tektonik,
siklus rock berubah dari berulang tanpa henti menjadi proses yang berangsur-
angsur berkembang. Siklus Wilson (siklus batuan berbasis tektonik piring)
dikembangkan oleh J. Tuzo Wilson selama tahun 1950an dan 1960an.

Siklus Batuan

Pada siklus batuan terdapat 4 proses yang terjadi secara terus menerus dan
berulang kembali. Empat proses tersebut adalah batuan beku, perubahan
sekunder, batuan metamorf, dan batuan sedimen. Berikut penjelasan
mengenai setiap tahapan proses pada siklus batuan.

Batuan Beku
Ketika batu terkena tekanan atau dorongan sehingga masuk jauh ke bawah
permukaan bumi, mereka mungkin akan meleleh dan berubah menjadi
magma. Jika kondisi tidak lagi memungkinkan bagi magma untuk tetap
berada dalam bentuk cair, ia akan mendingin dan membeku menjadi batuan
beku.
Batuan beku yang mendingin di dalam Bumi disebut intrusif atau plutonik,
batu tersebut mendingin dengan waktu yang sangat lambat, sehingga
menghasilkan tekstur kasar seperti granit batu.
Sebagai hasil aktivitas vulkanik, magma (yang disebut lava saat mencapai
permukaan bumi) akan dengan cepat mengalami pendinginan ketika berada
di permukaan bumi yang terkena atmosfer. Sehingga menghasilkan batuan
beku yang disebut batuan ekstrusif atau vulkanik.
Batuan ekstrusif tersusun dari butir-butir halus karena mengalami pendinginan
yang sangat cepat sehingga tidak ada kristal yang bisa terbentuk dan
menghasilkan kaca alami, seperti obsidian. namun batuan halus yang paling
terkenal adalah batu basal.
Salah satu dari tiga jenis batu utama (batuan beku, sedimen, dan metamorf)
dapat meleleh kembali menjadi magma dan ketika mendingin akan menjadi
batuan beku.

Perubahan Sekunder
Perubahan epigenetik (proses sekunder) dapat tersusun atas beberapa jenis
dimana setiap batu mempunyai ciri khas yang dapat dilihat dari kelompok
batuan dan mineral penyusunnya. Meskipun biasanya terdapat lebih dari satu
perubahan yang bisa terjadi pada batuan yang sama.
Silisifikasi merupakan penggantian mineral dengan kristal atau silika kripto-
kristal. Hal tersbut umumnya terjadi pada batuan felsic, seperti riolit, tetapi
juga bisa ditemukan pada batuan serpentine, dll.
Kaolinization adalah dekomposisi feldspars menjadi kaolin bersama dengan
kuarsa dan mineral tanah liat lainnya). Feldspars sendiri merupakan mineral
yang paling umum dijumpai pada Batuan beku.
Hal terbaik ditunjukkan oleh batu granit dan syenites. Serpentinisasi adalah
perubahan olivin menjadi serpentin (dengan magnetit). Ini menjadi ciri khas
peridotites, tapi terjadi di sebagian besar batuan mafik. Dalam uralitisasi,
hornblende sekunder menggantikan augite.
Kloritisasi adalah perubahan augite (biotite atau hornblende) menjadi klorit,
dan terlihat pada banyak diabases, diorites dan greenstones. Epidotisasi
terjadi juga pada batuan kelompok ini, dan terdiri dari pengembangan epidot
dari biotit, hornblende, augite atau feldspar plagioklas.

Batuan Metamorf
Batu yang terkena suhu tinggi dan tekanan bisa berubah secara fisik atau
kimiawi sehingga membentuk batuan yang berbeda, yang disebut metamorf.
Metamorfosis regional mengacu pada efek pada massa batu yang luas di
area yang luas, biasanya terkait dengan kejadian di gunung yang berada di
dalam ikat pinggang orogenik.
Bebatuan ini biasanya menunjukkan pita berbeda dari mineralogi dan warna
yang berbeda, yang disebut dedaunan. Jenis metamorfosis utama lainnya
disebabkan ketika sebuah badan batu bersentuhan dengan gangguan beku
yang memanaskan batuan negara sekitarnya.
Metamorfosis kontak ini menghasilkan batuan yang diubah dan dikristal ulang
oleh panas magma yang ekstrim dan dengan penambahan cairan dari magma
yang menambahkan bahan kimia ke batu di sekitarnya (metasomatisme).
Setiap batuan yang sudah ada sebelumnya dapat dimodifikasi dengan proses
metamorfosis.

Batuan Sedimen
Batu yang terkena atmosfer dengan kondisi yang bervariasi dan tidak stabil
akan mengalami proses pelapukan dan erosi. Pelapukan dan erosi memecah
batu-batuan ke dalam fragmen yang lebih kecil dan membawa bahan terlarut.
Bahan terfragmentasi ini terakumulasi dan dikuburkan oleh bahan tambahan.
Sementara sebutir pasir individu masih merupakan anggota kelas batu yang
terbentuk, batuan yang terbuat dari butiran yang menyatu menjadi sedimen.
Batuan sedimen dapat terbentuk dari litifikasi fragmen kecil yang terkubur ini
(batuan sedimen klastik), akumulasi dan litifikasi material yang dihasilkan oleh
organisme hidup (fosil batuan sedimen biogenik), atau litifikasi bahan yang
diendapkan secara kimia dari larutan bantalan mineral karena Penguapan
(presipitat batuan sedimen).
Batuan klastik dapat terbentuk dari fragmen yang terpisah dari batuan yang
lebih besar dari jenis apapun, karena proses seperti erosi atau dari bahan
organik, seperti sisa tanaman. Batuan biogenik dan endapan terbentuk dari
endapan mineral dari bahan kimia yang dilarutkan dari semua jenis batuan
lainnya.
Itulah tadi 4 tahapan dalam siklus batuan yang semua kejadian tersebut telah
terjadi semenjak ratusan juta tahun yang lalu dan masih terus berlangsung
hingga sekarang. Setiap batu mulai dari batuan beku, metamorf, dan sedimen
akan terus terangkat atau tersingkap.
Setiap batuan juga akan mengalami erosi dan melapuk. Juga akan akan
mengendap dan bertransformasi. Semua hal itu terus-menerus dan berulang
kali terjadi atas kehendak Tuhan yang Maha Esa yang telah merancang
semuanya menjadi sebuah sistem yang luar biasa.
Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama kali terbentuk dalam temperatur
sangat tinggi adalah Olivin. Akan tetapi jika magma tersebut jenuh oleh SiO2 maka
Piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Olivin dan Piroksen merupakan pasangan
“Ingcongruent melting” dimana setelah pembentukan Olivin akan bereaksi dengan larutan
sisa membentuk Piroksen. Temperatur menurun terus dan pembentukan mineral berjalan
sesuai dengan temperaturnya. Mineral yang terakhir terbentuk adalah Biotit.
Mineral sebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok Plagioklas (mineral felsik). Anorthit
adalah mineral yang pertama kali terbentuk pada suhu yang tinggi dan banyak terdapat
pada batuan beku basa seperti Gabro atau Basalt. Andesin terbentuk pada suhu menengah
dan terdapat pada batuan beku Diorit atau Andesit. Sedangkan mineral yang terbentuk pada
suhu rendah adalah Albit, mineral ini tersebar pada batuan asam seperti Granit dan Riolit.
Reaksi berubahnya komposisi Plagioklas ini merupakan deret “Solid Solution” yang
merupakan reaksi kontinyu, artinya kristalisasi Plagioklas Ca (Anortit) sampai Plagioklas Na
(Albit) akan berjalan terus jika reaksi setimbang.
Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral Potasium Feldspar
(Orthoklas), ke Muscovit dan terakhir Kwarsa, maka mineral kwarsa merupakan mineral
yang paling stabil diantara seluruh mineral mafik atau mineral felsik.

Sehingga dengan memperhatikan reaksi Bowen, kita memperoleh berbagai kemungkinan


himpunan mineral utama didalam batuan beku diantaranya:

1. Kelompok batuan Ultrabasa dan Basa, mineralnya antara lain:

 Olivin
 Olivin – Plagioklas
 Piroksen
 Olivine – Piroksen
 Olivin – Plagioklas - Piroksen
 Piroksen - Plagioklas
2. Kelompok batuan Intermediet, mineralnya antara lain:

 Piroksen – Horblende - Plagioklas


 Hornblende – Plagioklas
 Hornblende – Plagioklas – Biotit – Kwarsa
3. Kelompok batuan Asam, mineralnya antara lain:

 Hornblende – Plagioklas – Biotit – Orthoklas


 Hornblende – Plagioklas – Biotit – Muscovit
 Muscovit – Biotit – Orthoklas

Rock forming mineral atau mineral-mineral pembentuk suatu batuan adalah mineral
penyusun suatu batuan dengan kata lain batuan yang terdiri dari berbagai macam mineral.
ada juga batuan yang hanya memiliki satu mineral saja,. contohnya seperti kuarsit yang
hanya terdiri dari mineral kuarsa. seberapa banyak mineral menyusun suatu batuan
tergantung dari temperatur pendinginan serta bahan endapan dari suatu lingkungan itu
sendiri.

Dalam proses pendinginan magma dimana magma tersebut tidak lansung membeku akan
tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan bahkan mungkin lebih cepat.
penurunan temperatur inilah disertai mulainya pembekuan dan pengendapan mineral
mineral tertentu yang sesuai dengan temperatur pembentuknya. contohnya pada suhu
1000o terbentuk mineral A dan pada suhu 800o terbentuk mineral B akan tetapi jumlah dari
mineral A lebih besar dari jumlah mineral B. jadi disimpulkan bahwa semakin lama batuan
sampai ke permukaan tanah jumlah mineral yang dihasilkan semakin sedikit. pembentukan
mineral dalam magma karena penurunan temperatur telah disusun oleh bowen ( seri reaksi
bowen)

Seri Reaksi Bowen

Norman L. Bowen melakukan penelitian dan menemukan bahwa mineral mineral terbentuk
dari magma yang mengkristal karena suhu magma yang menurun (kristalisasi fraksional).
kecepatan pendinginan dan suhu akan menentukan ciri dan sifat mineral yang akan
terbentuk. dalam kecepatan pendinginan yang lambat, maka akan terbentuk mineral yang
bentuk dan ukuran kristalnya lebih besar dari pada mineral yang terbentuk lebih besar dari
pada mineral yang terbentuk dari magma yang mendingin dengan cepat. Dalam penemuan
tersebut Normal L Bowen membuat suatu deret reaksi pembentukan mineral yang disebut
dengan deret reaksi bowen. Deret reaksi ini berisi tentang urutan urutan pembentukan
mineral dan pendinginan magma dan perbedaan kandungan magma dengan asumsi dasar
semua magma berasal dari magma induk yang bersifat basa, Terbentuknya mineral ini
biasanya terjadi pada batuan beku karena terjadi dari pendinginan magma secara lansung.

Dari dalam deret bowen ini ada informasi yang cukup penting dalam proses terbentuknya
mineral yang pertama adalah suhu, ketika magma mengalami penurunan suhu karena
perjalanan ke permukaan bumi maka mineral mineral pada saat itu terbentuk, peristiwa
terbentuknya mineral mineral tersebut disebut dengan reaksi penghabluran. yang kedua
adalah sifat mineral terbentuk. mineral yang pertama kali terbentuk bersifat basa atau mafik
yang tersusun dari unsur unsur magnesium, ferrun dan kalsium. Misalnya olivine dan
piroksen kemudian terbentuk mineral mineral intermediet dan yang terakhir terbentuk
mineral mineral yang bersifat asam atau felsik.
Selanjutnya dari deret bowen ini dapat memberi informasi bahwa semakin rendah suhu
pembentukannya atau semakin kebawah deret reaksi ini maka mineral yang terbentuk
memiliki resisntensi yang semakin tinggi, semua hal tersebut sebenarnya hanya disebabkan
karena perbedaan suhu pada saat terbentuknya mineral dari magma yang mendingin.
Deret ini terbagi menjadi 2 yaitu continous dan discontinous. Dalam deret discontinous
terbentuk dari satu mineral yang berubah ke mineral lain dengan melakukan reaksi
terhadap sisa larutan magma pada rentang suhu tertentu, Deret ini dibangun dari mienral
fero magnesium silikat. Diawali dari pembentukan mineral olivine yang merupaka mineral
satu satunya yang stabil pada atau dibawah suhu 1800oC. Apabila olivine dilanjutkan
bereaksi maka larutan magma akan membentuk piroksen pada suhu 1100oC. Jika suhu
menurun lagi pada 900oC maka akan terbentuk amphibole. Deret discontinous ini akan
berakhir jika biotite telah mengkristal pada suhu 600oC. hal ini terjadi karena semua ferrum
dan magnesium dalam larutan magma telah habis digunkaan untuk membentuk mineral
sebelumnya. Bila pendinginan yang terjadi terlalu cepat maka mineral tidak bisa bereaksi
sepenuhnya dengan sisa magma sehingga terbentuk selubung yang tersusun dari mineral
mineral yang terbentuk setelahnya contohnya olivine selubungnya piroksen. piroksen ke
amphibole, begitupun seterusnya.
Dalam deret kontinyu, mineral yang terbentuk pertama kali akan berperan dalam
pembentuk mineral selanjtnya, Deret ini disusun oleh feldspar plagioklas. Misalnya
plagioklas yang kada akan sodium tercipta terlebih dahulu baru kemudian plagioklas itu
akan bereaksi dengan sisa larutan magma bersamaan dengan turunnya suhu berlanjut
reaksi dengan peningkatan bertahap dalam pembentukan natruim yang mengandung
feldspar sampai titik kesetimbangan tercapat pada suhu 900oC. saat magma mendingin dan
kalsium kehabisan ion feldspar didominasi oleh pembentukan sodium feldspar hingga suhu
sekitar 600oC feldspar dengan hampir 100% sodium terbentuk sehingga terbentuk
plagioklas yang kaya akan sodium, demikian seterusnya reaksi ini berlansung sampai semua
kalsium dan sodium habis bereaksi, karena mineral awal bereaksi secara terus menerus
maka plagioklas terus ikut bereaksi hingga akhirnya pun habis, Oleh karena itu plagioklas
yang kayak sodium atau kalsium sangat sulit ditemukan dialam bebas. Akan tetapi jika
pendinginan terlalu cepat maka plagioklas yang terbentuk akan banyak mengandung
kalsium yang dikelilingi oleh plagioklas yang kaya akan sodium, mineral yang akan terbentuk
pada deret ini adlah anortite, bitownit, labradorit, andesin, oligoklas dan terakhir adalah
albite.
Jadi, jika kedua deret tersebut telah berakhir dan seluruh ferrum, magnesium, sodium dan
kalsium telah habis maka yang tersisa adalah pottasium, allumina, silika. semua unsur yang
tersisisa tersebut akan bergabung dan membentuk orthoclase potasium feldspar dan akan
membentuk muscovite apalagi tekanan air cukup tinggi dan sisa dari larutan magma yang
sebagian besar mengandung silika dan karena adanya campuran dari oksigen maka akan
membentuk kuarsa.

Anda mungkin juga menyukai