S. Maryanto
Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, Jln. Diponegoro No. 57, Bandung - 40122
Sari
Rekaman proses diagenesis dapat teramati berdasarkan uji petrografi dan mineralogi XRD dari
tiga puluh dua percontoh batugamping Formasi Rajamandala di Lintasan Gua Pawon, Bandung Barat.
Berdasarkan hasil pengujian laboratorium tampak bahwa sebagian batugamping telah mengalami proses
pendolomitan. Pendolomitan yang terekam pada batugamping dimulai dari bagian matriks batuan, ber-
lanjut hingga ke seluruh komponen batugamping. Kristal dolomit pada umumnya berbentuk rombohedral
mosaik idiotopik hingga senotopik dengan ukuran halus hingga sedang. Ion magnesium sebagai komponen
penyusun dolomit berasal dari air formasi yang terjebak segera sesudah pengendapan batuan. Bagian
tengah Formasi Rajamandala yang kebanyakan terpengaruh oleh proses pendolomitan, pada umumnya
berasosiasi dengan proses pelarutan meteorik dan membentuk beberapa gua.
Kata kunci: dolomit, terseleksi kemas, petrografi, pelarutan meteorik, gua
Abstract
Diagenetic process records could be observed based on the petrography and XRD mineralogy labo-
ratory analyses from thirty-two samples of limestone taken from the Rajamandala Formation at Pawon
Cave Section, West Bandung. These laboratory analyses show that the rocks have partially been affected
by a dolomitization. The dolomitization recorded at the limestone is a fabric selective dolomitization of
the rock matrix, continued to the whole components of the limestone. The dolomite crystals are gener-
ally idiotopic to xenotopic mosaic rhombohedral in shapes with fine to moderate crystal sizes. Dolomite
mainly consists of magnesium ion initiated from water formation trapped soon after the rock deposited.
The middle part of the Rajamandala Formation, which is commonly affected by dolomitization is gener-
ally associated with meteoric water dissolution and creates several caves.
Keywords: dolomite, fabric selective, petrography, meteoric dissolution, cave
203
204 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No. 3 September 2009: 203-213
Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat adalah batugamping yang kedudukan stratigrafinya
(Gambar 1). Lokasi ini dipilih karena batugamping dapat dirunut, sedangkan terhadap percontoh yang
Formasi Rajamandala tersingkap cukup banyak dan terganggu sesar tidak semua dicantumkan di dalam
dapat dirunut kedudukan stratigrafinya. Pengambilan tulisan ini. Penggolongan jenis batugamping yang
data lapangan dilakukan dengan membuat lintasan ada didasarkan pada klasifikasi batugamping menu-
pengukuran stratigrafi terperinci sepanjang jalan rut Dunham (1962) yang telah disempurnakan oleh
setapak dan lereng utara timur laut Gunung Masi Embry & Klovan (1971).
git, tempat Gua Pawon dijumpai. Lintasan relatif
berarah timur laut - barat daya, sepanjang sekitar
1,2 km (Gambar 2). Batugamping yang tersingkap Geologi Umum
di lintasan ini cukup baik, membentuk perlapisan mi
ring landai hingga sedang ke arah timur laut. Tidak Kegiatan penelitian geologi terhadap Formasi
semua batugamping penyusun Formasi Rajamandala Rajamandala telah dilakukan sejak zaman penjajah
teridentifikasi di Lintasan Gua Pawon ini, ketebalan an, antara lain oleh Harting (1929), Musper (1939),
yang terukur hanya mencapai 100 m (Gambar 3). Bemmelen (1949), dan peneliti lainnya. Clements
dan Hall (2007) telah mengungkapkan perkembangan
Metode Penelitian tektonik dan stratigrafi Jawa Barat dari zaman Kapur
Penelitian dilakukan dengan pembuatan lintasan hingga Miosen Akhir. Dikatakan bahwa batugamping
dan kolom stratigrafi terperinci serta pengambilan Formasi Rajamandala terbentuk di tepian Dataran
percontoh batugamping yang dilanjutkan dengan Sunda dan berakhir karena kegiatan gunung api
pengujian laboratorium. Tiga puluh dua percontoh Miosen Tengah. Hall drr. (2007) menyatakan bahwa
batugamping Formasi Rajamandala telah diambil dengan kondisi perkembangan tektonik tersebut
dari Lintasan Gua Pawon untuk diuji petrografi dan maka Formasi Rajamandala cukup berpotensi sebagai
mineralogi XRD. Percontoh yang diuji kebanyakan batuan waduk hidrokarbon. Siregar (2005) mengata-
060 48 LS 060 48 LS
Mttc
1070 55 BT
1070 18 BT
U Pb
Pb
Qob
Mttc
0 5 Km
Omc
Oml
Qyt
Citatah
Qob
Mts Qob Qob
Rajamandala Qyd
Omc Ciburuy
Cipatat Oml
Qob
Qob Qa Qyt
Mts
Qob Mts Oml Mtb Simpang
Qa Pb
Mts
Cihea Omc KETERANGAN:
Pb Omc Omc
Oml Qa Aluvium
Omc
Qyg Satuan Breksi dan Lahar Gunung Gede
Oml
Mts Qob Satuan Hasil Gunung Api Tua
Pb Pb Satuan Breksi Tufan, Lava, Batupasir, Konglomerat
Oml Mts Mt Satuan Tuf Batuapung dan Batupasir Tufan
Mtb Pb
Mts Mttc Anggota Batulempung Formasi Cantayan
Mtts Anggota Batupasir Formasi Cantayan
Pb
Pb Qa Pb Mdm Anggota Napal dan Batupasir Kuarsa Formasi Jatiluhur
Qa Mtb Anggota Basal dan Breksi Batupasir Formasi Jatiluhur
Mts Anggota Batupasir dan Batulanau Formasi Citarum
Pb Omc Anggota Lempung, Napal, Batupasir Kuarsa Formasi Rajamandala
Qa
1070 18 BT
Qa
Qa Ab Andesit dan Basal
PETA INDEKS Lintasan Gua Pawon
Qa
060 55 LS 060 55 LS
Gambar 1. Peta geologi daerah Citatah, Bandung Barat dan sekitarnya (Sujatmiko, 2003), dan lokasi Lintasan Gua Pawon.
Pendolomitan Batugamping Formasi Rajamandala
di Lintasan Gua Pawon, Bandung Barat (S. Maryanto) 205
06 49 19.8 LS
0
06 49 19.8 LS
0
107 25 48.1 BT
1070 26 14.6 BT
Batugamping packstone berlapis buruk kadang terhablur ulang
Batugamping packstone-rudstone berlapis sedang dengan beberapa rongga pelarutan 28
27
0
204
Batugamping packstone-wackestone berlapis sedang 205 203
kadang terdolomitkan, larut, dan terhablur ulang 28 202
32 206
Batugamping packstone-wackestone berlapis baik 207
208
Peta Indeks Lokasi kadang-kadang terdolomitkan dan terhablurulang
210 209
U Mulut Utama Gua Pawon Batugamping packstone-wackestone
211 berlapis baik, kadang terhablur ulang
212 211A
0 200 m
213
217
215
Keterangan: 214
219 218 216 Batugamping packstone-wackestone berlapis buruk
215 Lokasi Stasiun Pengamatan
Batugamping packstone-wackestone kadang terhablur ulang
Jalan Kampung 220 Batugamping packstone-wackestone yang beberapa bagian
221 terbreksikan dan terhablur ulang
222
Ke Cikalong
107 26 14.6 BT
228 Batugamping boundstone yang bagian bawahnya terbreksikan
230 Batugamping boundstone dan rudstone terbreksikan dan digali penduduk
229 Batugamping packstone-wackestone, terbreksikan dan terhablur ulang
0
0
060 49 35.8 LS 060 49 35.8 LS
Gambar 2. Peta pengukuran stratigrafi di Lintasan Gua Pawon, Bandung Barat (Maryanto drr., 2008 dengan modifikasi).
kan bahwa Formasi Rajamandala berumur Oligosen batupasir, konglomerat (Pb), Satuan hasil gunung
Akhir sampai Miosen Awal, dan menafsirkannya api tua (Qob), Satuan breksi dan lahar Gunung Gede
sebagai karang penghalang dengan muka terumbu (Qyg), dan Aluvium. Formasi Rajamandala yang
dan cekungan di utara. Tabri (2006) mengungkapkan berumur Oligo-Miosen terdiri atas dua anggota,
bahwa Formasi Rajamandala terdiri atas boundstone yaitu Anggota Batugamping (Oml) dan Anggota
dan rudstone yang merupakan bagian puncak te Lempung, Napal, Batupasir Kuarsa (Omc). Anggota
rumbu, dan secara umum batu-batuan tersebut berada Batugamping Formasi Rajamandala (Oml) yang
di lingkungan paparan karbonat dalam kondisi genang berketebalan sampai 650 m, terdiri atas Batugam
laut (Jeffrey, 2008). Batuan fasies laguna tersusun ping pejal sampai batugamping berlapis dengan fosil
oleh bioklastika packstone kaya akan fosil; fasies foraminifera berlimpah. Anggota Lempung, Napal,
terumbu disusun oleh kerangka koral pejal di dalam Batupasir Kuarsa Formasi Rajamandala (Omc) yang
matriks packstone; fasies lerengan didukung oleh berketebalan sampai 1.150 m, terdiri atas lempung,
pecahan koral dan endapan breksi aliran pelongsoran; lempung napalan, napal globigerina, batupasir
fasies lerengan jauh didukung oleh packstone turbidit kuarsa, dan konglomerat kerakal kuarsa.
dan berselingan dengan napal dan serpih.
Kegiatan pemetaan geologi bersistem berskala
1:100.000 telah dilakukan oleh Pusat Penelitian Penampakan Lapangan
dan Pengembangan Geologi, Bandung (Sudjat-
miko, 2003; Gambar 1). Satuan batuan tertua yang Berdasarkan hasil pembuatan lintasan dan kolom
tersingkap di daerah penelitian adalah Formasi stratigrafi terperinci di Lintasan Gua Pawon yang
Rajamandala, dan secara berurutan ditindih oleh For- telah dilakukan, terlihat bahwa runtunan stratigrafi
masi Citarum (Mts), Formasi Jatiluhur (Mtb/Mdn), di bagian barat Lintasan Gua Pawon menjadi rusak
Formasi Cantayan (Mtts/Mttc), Satuan tuf batuapung akibat tersesarkan, sedangkan di bagian timur masih
dan batupasir tufan (Mt), Satuan breksi tufan, lava, dapat dilacak dengan baik. Secara umum, batuan
206 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No. 3 September 2009: 203-213
STRUKTUR SEDIMEN
SIMBOL BATUAN
KODE PERCONTOH
KEDUDUKAN (U...0/T/...0)
SATUAN BATUAN
PENGENDAPAN
LINGKUNGAN
UKURAN BUTIR
DAN TEBAL (m)
UMUR
DAN
PEMERIAN BATUAN
CL FS CS PB BO
ST MS GR CO
100 Batugamping bioklastika wackestone, khaki abu-abu terang, padat, keras, pejal,
klastika kristalin, ukuran sedang-halus, kadang terhablurulang dan terbreksikan,
08SM202A kekar gerus dan ada sesar mikro, rongga pelarutan. Lapisan ini masih menerus ke
atas hingga mencapai tebal lebih dari 30 m akan tetapi tidak diukur.
08SM202B
08SM203 Batugamping bioklastika packstone, khaki abu-abu terang, padat, keras, pejal,
08SM204 klastika kristalin, ukuran sedang-kasar, sebagian terhablur ulang, kekar gerus,
275/28 rongga pelarutan.
Terumbu belakang
RAJAMANDALA
08SM207C abu, ukuran sedang-halus, kekar cukup banyak, sisa rongga pelarutan.
08SM207D
Batugamping bioklastika packstone, khaky abu-abu, padat, keras, pejal, klastika
08SM207E kristalin, ukuran sedang-halus, terdolomitkan cukup kuat, kadang terbreksikan.
08SM207F
08SM208A Batugamping bioklastika packstone, khaki abu-abu terang, padat, keras, pejal,
310/32 klastika kristalin, ukuran sedang-halus, beberapa terdolomitkan, rongga sisa
08SM208B pelarutan, isian kalsit travertin dengan pengarahan.
08SM215
Batugamping bioklastika wackestone-packstone, putih hingga khaki abu-abu
sangat terang, padat, keras, pejal, ukuran sedang, umumnya telah terbreksikan
08SM216 dengan isian kalsit dan kekar gerus sangat intensif, tebal lebih dari 5 m.
Diperkirakan telah merupakan zona sesar.
0 CL FS CS PB BO
ST MS GR CO
Gambar 3. Kolom stratigrafi Formasi Rajamandala di Lintasan Gua Pawon, Bandung Barat.
Pendolomitan Batugamping Formasi Rajamandala
di Lintasan Gua Pawon, Bandung Barat (S. Maryanto) 207
yang tersingkap di Lintasan Gua Pawon terdiri atas Proses diagenesis yang teramati di lapangan se-
runtunan perlapisan batugamping klastika halus cara megaskopis pada runtunan batugamping di Lin-
hingga sedang dengan sisipan batugamping klas- tasan Gua Pawon meliputi penyemenan, pelarutan,
tika kasar pada bagian atas. Runtunan stratigrafi pemampatan, dan pendolomitan. Pengisian rongga
terbawah, yang dibatasi oleh sesar, dimulai dengan dan penyemenan fase pertama terlihat pada beberapa
hadirnya rangkaian perlapisan packstone-wacke- lapisan batuan, khususnya pada batugamping yang
stone yang pada beberapa bagian masih terkekarkan berukuran agak kasar. Pelarutan sangat jelas terlihat
dan terbreksikan (Gambar 4a). Runtunan batuan di lapangan dengan terbentuknya rongga dan gua,
bagian tengah lintasan (di sekitar lokasi Gua Pawon; yang beberapa di antaranya telah mengalami proses
Gambar 4b) masih merupakan rangkaian perlapisan pengisian rongga atau penyemenan fase akhir. Pe-
packstone-wackestone yang kadang-kadang berkem- mampatan terjadi pada hampir seluruh batuan yang
bang menjadi grainstone (Gambar 4c). Secara teramati yang dicirikan oleh hubungan antarbutir
umum, ukuran butir batuan menjadi lebih kasar. yang tampak padat dan mampat akibat pembebanan.
Bagian atas runtunan stratigrafi terdiri atas rangkaian Pemampatan yang berkaitan dengan tektonik terli-
perlapisan packstone-grainstone, meskipun sisipan hat berupa lapisan terstilolitkan dengan beragam
wackestone masih dijumpai. Bagian yang dianggap amplitudo. Pendolomitan hadir pada singkapan
paling atas runtunan batuan masih terdiri atas pack- yang berdekatan dengan Gua Pawon yang dicirikan
stone-wackestone (Gambar 4d). Meskipun di atas dengan warna batugamping yang semakin memutih
lapisan batugamping ini masih ada seri perlapisan kemerahan. Penampakan rekaman proses diagenesis
packstone-wackestone, akan tetapi tidak dilakukan secara lebih kecil dapat diamati pada pengujian
pengukuran stratigrafi terperinci. petrografi di bawah mikroskop polarisasi.
a b
c d
Gambar 4. Penampakan singkapan batugamping di Lintasan Gua Pawon pada bagian bawah runtunan stratigrafi yang kebanyakan
telah terpengaruh oleh kekar dan penggerusan batuan (a), lokasi Gua Pawon dengan mulut gua lebih dari 10 m (b), bagian
tengah runtunan stratigrafi yang berupa fasies packstone-wackestone berlapis baik (c), dan bagian atas runtunan stratigrafi
yang berupa fasies packstone-wackestone yang melampar di permukaan gunung (d).
208 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No. 3 September 2009: 203-213
Tabel 1. Hasil Pengujian Petrografi dan Mineralogi XRD terhadap Batugamping Formasi Rajamandala di Lintasan Gua Pawon,
Bandung Barat (Maryanto drr., 2008)
Gambar 5e) memberikan gambaran adanya butiran Kehadiran kristal dolomit dengan berbagai ben-
karbonat tersebut. tuk dan ukuran tersebut pada umumnya membentuk
Pendolomitan tidak hanya terjadi pada komponen pori jenis antarkristal dengan rongga kebanyakan
awal penyusun batugamping saja. Ada kalanya se- saling berhubungan. Ukuran pori antarkristal ini
men meteorik freatik berfungsi sebagai pengisi re- tidak terlalu besar (maksimum mencapai 0,2 mm).
takan atau kekar, yang awalnya berupa kristal kalsit Namun demikian, pada beberapa sayatan terlihat
sebagian juga telah terdolomitkan (Gambar 5f). pori antarkristal tersebut berkembang menjadi
Kristal dolomit pada bagian ini terlihat berbentuk keporian jenis gerowong (vug) tidak teratur akibat
rombohedral mosaik idiotopik hingga hipidiotopik proses pelarutan setelah pendolomitan.
berukuran halus mencapai 0,5 mm, yang terjebak di Pengujian mineralogi XRD yang telah dilakukan
antara kristal kalsit yang berukuran lebih kasar. memperlihatkan bahwa dolomit sering muncul da-
a b
c d
e f
Gambar 5. Mikrofoto rekaman proses pendolomitan yang memperlihatkan pola seleksi kemas (a), pola tanpa seleksi kemas
(b), kristal dolomit unimodal (c), kristal dolomit polimodal (d), struktur siluman butiran karbonat (e), dan pendolomitan pada
kalsit isian kekar gerus (f).
Pendolomitan Batugamping Formasi Rajamandala
di Lintasan Gua Pawon, Bandung Barat (S. Maryanto) 211
a b
Counts Counts
900
1600
900 400
400
100
100
0 0
10 20 30 40 50 10 20 30 40 50
Position [oTheta] Position [oTheta]
c d
Counts Counts
3600
1600
900 1600
400
400
100
0 0
10 20 30 40 50 10 20 30 40 50
Position [oTheta] Position [oTheta]
Gambar 6. Peak pengujian mineralogi XRD yang memperlihatkan mineral kalsit sebagian kecil terubah menjadi dolomit
(a), mineral kalsit jumlahnya seimbang dengan dolomit (b), mineral kalsit sebagian besar telah terubah menjadi dolomit
(c), dan batuan hampir terubah total menjadi dolomit (d).
212 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No. 3 September 2009: 203-213
Secara stratigrafis, batugamping Formasi Raja- terbentuk di lingkungan meteorik vadose. Terben-
mandala yang berumur Oligo-Miosen telah tertindih tuknya rongga pelarutan berskala besar, baik yang
oleh beberapa satuan batuan sedimen Tersier dan telah mengalami pengisian tahap terakhir hingga
batuan gunung api Kuarter. Keadaan ini adalah tidak berongga lagi maupun yang belum mengalami
salah satu penyebab terjadinya proses diagenesis pengisian rongga, sehingga membentuk gua yang
pendolomitan. Pendolomitan pada batugamping secara stratigrafis berada pada bagian batugamping
Formasi Rajamandala diperkirakan dimulai dari yang terdolomitkan.
fase penimbunan formasi (burial dolomitization;
Tucker & Wright, 1990) akibat penindihan Formasi
Rajamandala oleh beberapa satuan batuan Tersier Kesimpulan
dan Kuarter. Pendolomitan yang berpengaruh ter
hadap batugamping Formasi Rajamandala ini tidak 1. Batugamping penyusun Formasi Rajamandala
memilih fasies batuan karbonat. di Lintasan Gua Pawon, Bandung Barat, terdiri
Unsur magnesium sebagai bahan pembentuk atas batugamping fasies packstone - wackestone,
mineral kalsit magnesian dan dolomit pada umum- dan kadang-kadang berkembang menjadi
nya berasal dari air laut itu sendiri (James, 1991) grainstone dan floatstone. Batugamping tersebut
yang terjebak di dalam formasi. Pada saat terjadi terendapkan di lingkungan cekungan lokal
penimbunan formasi, maka ion magnesium sebagai terumbu belakang hingga sayap terumbu. Salah
penyusun kristal dolomit mengalir dan mengganti satu proses diagenesis yang terekam dengan baik
ion kalsium pada batugamping Formasi Rajaman- pada batuan adalah pendolomitan.
dala, yaitu selama proses diagenesis penimbunan 2. Pendolomitan yang terjadi pada batugamping
berlangsung. Proses penggantian yang berlangsung Formasi Rajamandala dimulai dari bagian
pada fase penimbunan batuan tersebut tercermin dari matriks batuan, berlanjut hingga ke seluruh
ciri petrografi dolomit, yang kebanyakan berkaitan komponen batugamping yang ada. Kristal
atau sangat berdekatan dengan proses penstilolitan dolomit pada umumnya berbentuk rombohedral
batuan. Struktur stilolit ini lebih tampak dengan mosaik idiotopik hingga senotopik dengan
jelas di lapangan. ukuran halus hingga sedang. Ion magnesium
Tampaknya, proses pendolomitan ini berlang- sebagai komponen penyusun dolomit berasal
sung dari fase penimbunan formasi hingga proses dari air formasi yang terjebak segera sesudah
pengangkatan batugamping Formasi Rajamandala ke pengendapan batuan.
permukaan. Hal ini dicirikan dengan dijumpainya do- 3. Bagian tengah Formasi Rajamandala yang
lomit yang mengganti sebagian kalsit isian kekar dan terdolomitkan tampaknya lebih intensif terpengaruh
rongga batuan berstruktur mosaik drus anhedral dari oleh pelarutan di lingkungan diagenesis meteorik
lingkungan meteorik freatik. Isian kekar dan rongga vadose yang membentuk gua.
batuan ini terbentuk pascatektonik dan penstilolitan
batuan. Dengan demikian, pendolomitan fase kedua Ucapan Terima Kasih---Penulis mengucapkan terima
terjadi bersamaan dengan pangangkatan formasi ke kasih kepada Sdr. Amar, Sdr. Undang Sukandi, dan Sdr.
Deni Supriyandi untuk pembuatan sayatan pipih batuan dan
permukaan di lingkungan meteorik freatik.
staining karbonat, serta Sdr. Herwin Syah dan Sdr. Heriyanto
Selama proses pengangkatan batugamping For- untuk pendigitasian gambar dan pemotretan sayatan pipih.
masi Rajamandala ke permukaan, proses pelarutan di
lingkungan diagenesis meteorik vadose berlangsung
dengan intensif. Proses ini menjadi lebih intensif Acuan
terjadi pada batugamping yang mengandung kalsit
Bemmelen, R.W. van, 1949. The Geology of Indonesia, Vol.
magnesian atau dolomit karena batuan relatif lebih
IA, General Geology. Martinus Nijhoff, The Hague.
banyak mengandung pori antar- kristal yang bebe Netherlands, 732 h.
rapa di antaranya saling berhubungan apabila diban Choquette P.W. dan Pray, L.W., 1970. Geological
dingkan dengan batugamping berkandungan kalsit Nomenclature and Classification of Porosity in
bebas unsur magnesium. Sebagai hasilnya adalah Sedimentary Carbonates. American Association of
terbentuknya cukup banyak rongga pelarutan yang Petroleum Geologist Buletin, 54, h. 207-50.
Pendolomitan Batugamping Formasi Rajamandala
di Lintasan Gua Pawon, Bandung Barat (S. Maryanto) 213
Clements, B. dan Hall, R., 2007. Cretaceous to Late Maryanto, S., Mulyono, dan Sihombing, T., 2008. Laporan
Miocene Stratigraphic and Tectonic Evolution of West Penambahan Data Sekunder Dengan Metode Geostatistik
Java. Proceedings Thirty-First Annual Convention and Mineralogi pada Batugamping Formasi Rajamandala di
Exhibition Indonesian Petroleum Association, May Daerah Citatah, Bandung Barat dan Sekitarnya, untuk
2007. Mendukung Penelitian Cekungan Bandung. Laporan
Dunham, R.J., 1962. Classification of Carbonate Rocks Teknis Intern Pusat Survei Geologi, Bandung.
According to Depositional Texture. In: W.E. Ham (ed.), Musper, K.A.F.R., 1939. Report on Field Work in June July
Classification of Carbonate Rocks. American Association 1939. Geological Survey of Indonesia. Unpublished
of Petroleum Geologist Memoir, 1, h. 108-121. report.
Embry, A.F. dan Klovan, J.E., 1971. A Late Devonian Sibley, D.F. dan Gregg, J.M., 1987. Classification of
Reef Tract on North-Eastern Banks Island, North West Dolomite Rock Textures. Journal of Sedimentary
Territory. Bulletin of Canadian Petroleum Geology, 19, Petrology, 57, h. 967-975.
h. 730-781. Siregar, M.S., 2005. Sedimentasi dan Model Terumbu
Flgel, E., 1982. Microfacies Analysis of Limestones. Springer- Formasi Rajamandala di Daerah Padalarang, Jawa
Verlag Inc., Berlin, Heidelberg, New York, 633 h. Barat. Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan, 16,
Hall, R., Clements, B., Smyth, H.R., dan Cottam, M.A., 2007. (1), h. 61-80.
A New Interpretation of Javas Structure. Proceedings Sudjatmiko, 2003. Peta Geologi Lembar Cianjur, Jawa,
Thirty-First Annual Convention and Exhibition Skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Indonesian Petroleum Association, May 2007. Geologi, Bandung.
Harting, A, 1929. Tagogapoe. Fourth Pacific Science Tabri, K.N., 2006. Studi Fasies Batugamping dan Pola Kekar
Congress. Geological Survey Bandoeng, 14 h. dalam Peningkatan Efisiensi Produksi Tambang Batu
James, N.P., 1991. Diagenesis of Carbonate Sediments. Ornamen/Marmer Komersial di Daerah Gunung Guha,
Notes to Accompany a Short Course. Geological Society Desa Cihea, Kec. Bojongpicung, Kab. Cianjur. Jurnal
of Australia, Geoaplika, 1, (1), h. 031-045.
Jeffrey, B.M., 2008. Facies Characterization and Mechanism Tucker, M.E. dan Wright, V.P., 1990. Carbonate
of Termination of a Tertiary Carbonate Platform: Sedimentology. Blackwell Scientific Publications,
Rajamandala Formation, West Java (Abstract). 2008 Joint Oxford, London, Edinburg, Cambridge, 482 h.
Annual Meeting of Celebrating the International Year of Wilson, J.L. 1975. Carbonate Facies in Geologic History.
Planet Earth. 5-9 October 2008, Houston, Texas Springer-Verlag, New York, Heidelberg, Berlin, 471 h.