Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No.

3 September 2009: 203-213

Pendolomitan Batugamping Formasi Rajamandala


di Lintasan Gua Pawon, Bandung Barat

S. Maryanto

Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, Jln. Diponegoro No. 57, Bandung - 40122

Sari
Rekaman proses diagenesis dapat teramati berdasarkan uji petrografi dan mineralogi XRD dari
tiga puluh dua percontoh batugamping Formasi Rajamandala di Lintasan Gua Pawon, Bandung Barat.
Berdasarkan hasil pengujian laboratorium tampak bahwa sebagian batugamping telah mengalami proses
pendolomitan. Pendolomitan yang terekam pada batugamping dimulai dari bagian matriks batuan, ber-
lanjut hingga ke seluruh komponen batugamping. Kristal dolomit pada umumnya berbentuk rombohedral
mosaik idiotopik hingga senotopik dengan ukuran halus hingga sedang. Ion magnesium sebagai komponen
penyusun dolomit berasal dari air formasi yang terjebak segera sesudah pengendapan batuan. Bagian
tengah Formasi Rajamandala yang kebanyakan terpengaruh oleh proses pendolomitan, pada umumnya
berasosiasi dengan proses pelarutan meteorik dan membentuk beberapa gua.
Kata kunci: dolomit, terseleksi kemas, petrografi, pelarutan meteorik, gua

Abstract
Diagenetic process records could be observed based on the petrography and XRD mineralogy labo-
ratory analyses from thirty-two samples of limestone taken from the Rajamandala Formation at Pawon
Cave Section, West Bandung. These laboratory analyses show that the rocks have partially been affected
by a dolomitization. The dolomitization recorded at the limestone is a fabric selective dolomitization of
the rock matrix, continued to the whole components of the limestone. The dolomite crystals are gener-
ally idiotopic to xenotopic mosaic rhombohedral in shapes with fine to moderate crystal sizes. Dolomite
mainly consists of magnesium ion initiated from water formation trapped soon after the rock deposited.
The middle part of the Rajamandala Formation, which is commonly affected by dolomitization is gener-
ally associated with meteoric water dissolution and creates several caves.
Keywords: dolomite, fabric selective, petrography, meteoric dissolution, cave

Pendahuluan batugamping yang tersingkap di sekitar Gua Pawon


dipakai sebagai dasar pemecahan masalah pemben-
Latar Belakang tukan gua ini.
Batugamping Formasi Rajamandala merupakan
salah satu kunci proses dinamika dan perkembangan Tujuan
cekungan Tersier dan Kuarter di Jawa, khususnya Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karak
di Cekungan Bandung (Maryanto drr., 2008). Salah ter rekaman proses diagenesis yang berpengaruh
satu proses dinamika dan perkembangan Cekung terhadap batugamping penyusun Formasi Rajaman-
an Bandung adalah terbentuknya gua-gua yang dala, termasuk proses pendolomitan dalam kaitannya
beberapa di antaranya menyimpan fosil hominid, dengan proses pembentukan Gua Pawon.
seperti yang ada di Gua Pawon. Dengan demikian,
permasalahan utama adalah belum dilakukannya Lokasi Penelitian
penelitian mengenai proses pembentukan gua ini. Secara administratif, lokasi Lintasan Gua Pawon
Aspek petrologi dan mineralogi terhadap percontoh berada di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Citatah,
Naskah diterima: 04 Maret 2009, revisi kesatu: 22 April 2009, revisi kedua: 15 Juni 2009, revisi terakhir: 07 Agustus 2009

203
204 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No. 3 September 2009: 203-213

Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat adalah batugamping yang kedudukan stratigrafinya
(Gambar 1). Lokasi ini dipilih karena batugamping dapat dirunut, sedangkan terhadap percontoh yang
Formasi Rajamandala tersingkap cukup banyak dan terganggu sesar tidak semua dicantumkan di dalam
dapat dirunut kedudukan stratigrafinya. Pengambilan tulisan ini. Penggolongan jenis batugamping yang
data lapangan dilakukan dengan membuat lintasan ada didasarkan pada klasifikasi batugamping menu-
pengukuran stratigrafi terperinci sepanjang jalan rut Dunham (1962) yang telah disempurnakan oleh
setapak dan lereng utara timur laut Gunung Masi Embry & Klovan (1971).
git, tempat Gua Pawon dijumpai. Lintasan relatif
berarah timur laut - barat daya, sepanjang sekitar
1,2 km (Gambar 2). Batugamping yang tersingkap Geologi Umum
di lintasan ini cukup baik, membentuk perlapisan mi
ring landai hingga sedang ke arah timur laut. Tidak Kegiatan penelitian geologi terhadap Formasi
semua batugamping penyusun Formasi Rajamandala Rajamandala telah dilakukan sejak zaman penjajah
teridentifikasi di Lintasan Gua Pawon ini, ketebalan an, antara lain oleh Harting (1929), Musper (1939),
yang terukur hanya mencapai 100 m (Gambar 3). Bemmelen (1949), dan peneliti lainnya. Clements
dan Hall (2007) telah mengungkapkan perkembangan
Metode Penelitian tektonik dan stratigrafi Jawa Barat dari zaman Kapur
Penelitian dilakukan dengan pembuatan lintasan hingga Miosen Akhir. Dikatakan bahwa batugamping
dan kolom stratigrafi terperinci serta pengambilan Formasi Rajamandala terbentuk di tepian Dataran
percontoh batugamping yang dilanjutkan dengan Sunda dan berakhir karena kegiatan gunung api
pengujian laboratorium. Tiga puluh dua percontoh Miosen Tengah. Hall drr. (2007) menyatakan bahwa
batugamping Formasi Rajamandala telah diambil dengan kondisi perkembangan tektonik tersebut
dari Lintasan Gua Pawon untuk diuji petrografi dan maka Formasi Rajamandala cukup berpotensi sebagai
mineralogi XRD. Percontoh yang diuji kebanyakan batuan waduk hidrokarbon. Siregar (2005) mengata-

060 48 LS 060 48 LS
Mttc

1070 55 BT
1070 18 BT

U Pb
Pb
Qob

Mttc
0 5 Km
Omc
Oml
Qyt
Citatah
Qob
Mts Qob Qob
Rajamandala Qyd
Omc Ciburuy
Cipatat Oml
Qob
Qob Qa Qyt

Mts
Qob Mts Oml Mtb Simpang
Qa Pb
Mts
Cihea Omc KETERANGAN:

Pb Omc Omc
Oml Qa Aluvium
Omc
Qyg Satuan Breksi dan Lahar Gunung Gede
Oml
Mts Qob Satuan Hasil Gunung Api Tua
Pb Pb Satuan Breksi Tufan, Lava, Batupasir, Konglomerat
Oml Mts Mt Satuan Tuf Batuapung dan Batupasir Tufan
Mtb Pb
Mts Mttc Anggota Batulempung Formasi Cantayan
Mtts Anggota Batupasir Formasi Cantayan
Pb
Pb Qa Pb Mdm Anggota Napal dan Batupasir Kuarsa Formasi Jatiluhur
Qa Mtb Anggota Basal dan Breksi Batupasir Formasi Jatiluhur
Mts Anggota Batupasir dan Batulanau Formasi Citarum
Pb Omc Anggota Lempung, Napal, Batupasir Kuarsa Formasi Rajamandala
Qa
1070 18 BT

Oml Anggota Batugamping Formasi Rajamandala


1070 55 BT

Qa
Qa Ab Andesit dan Basal
PETA INDEKS Lintasan Gua Pawon
Qa
060 55 LS 060 55 LS

Gambar 1. Peta geologi daerah Citatah, Bandung Barat dan sekitarnya (Sujatmiko, 2003), dan lokasi Lintasan Gua Pawon.
Pendolomitan Batugamping Formasi Rajamandala
di Lintasan Gua Pawon, Bandung Barat (S. Maryanto) 205

06 49 19.8 LS
0
06 49 19.8 LS
0
107 25 48.1 BT

1070 26 14.6 BT
Batugamping packstone berlapis buruk kadang terhablur ulang
Batugamping packstone-rudstone berlapis sedang dengan beberapa rongga pelarutan 28
27
0

204
Batugamping packstone-wackestone berlapis sedang 205 203
kadang terdolomitkan, larut, dan terhablur ulang 28 202
32 206
Batugamping packstone-wackestone berlapis baik 207
208
Peta Indeks Lokasi kadang-kadang terdolomitkan dan terhablurulang
210 209
U Mulut Utama Gua Pawon Batugamping packstone-wackestone
211 berlapis baik, kadang terhablur ulang
212 211A
0 200 m
213
217
215
Keterangan: 214
219 218 216 Batugamping packstone-wackestone berlapis buruk
215 Lokasi Stasiun Pengamatan
Batugamping packstone-wackestone kadang terhablur ulang
Jalan Kampung 220 Batugamping packstone-wackestone yang beberapa bagian
221 terbreksikan dan terhablur ulang
222
Ke Cikalong

Batugamping packstone-wackestone terbreksikan


223
Batugamping wackestone terbreksikan dan termarmerkan
224
Beragam batugamping terbreksikan dan kadang termarmerkan
225
226 Beragam batugamping terbreksikan dan kadang termarmerkan
Beragam batugamping terbreksikan dan kadang termarmerkan
227 Batugamping wackestone terbreksikan dan termarmerkan
Ke Padalarang
107 25 48.1 BT

107 26 14.6 BT
228 Batugamping boundstone yang bagian bawahnya terbreksikan
230 Batugamping boundstone dan rudstone terbreksikan dan digali penduduk
229 Batugamping packstone-wackestone, terbreksikan dan terhablur ulang
0

0
060 49 35.8 LS 060 49 35.8 LS

Gambar 2. Peta pengukuran stratigrafi di Lintasan Gua Pawon, Bandung Barat (Maryanto drr., 2008 dengan modifikasi).

kan bahwa Formasi Rajamandala berumur Oligosen batupasir, konglomerat (Pb), Satuan hasil gunung
Akhir sampai Miosen Awal, dan menafsirkannya api tua (Qob), Satuan breksi dan lahar Gunung Gede
sebagai karang penghalang dengan muka terumbu (Qyg), dan Aluvium. Formasi Rajamandala yang
dan cekungan di utara. Tabri (2006) mengungkapkan berumur Oligo-Miosen terdiri atas dua anggota,
bahwa Formasi Rajamandala terdiri atas boundstone yaitu Anggota Batugamping (Oml) dan Anggota
dan rudstone yang merupakan bagian puncak te Lempung, Napal, Batupasir Kuarsa (Omc). Anggota
rumbu, dan secara umum batu-batuan tersebut berada Batugamping Formasi Rajamandala (Oml) yang
di lingkungan paparan karbonat dalam kondisi genang berketebalan sampai 650 m, terdiri atas Batugam
laut (Jeffrey, 2008). Batuan fasies laguna tersusun ping pejal sampai batugamping berlapis dengan fosil
oleh bioklastika packstone kaya akan fosil; fasies foraminifera berlimpah. Anggota Lempung, Napal,
terumbu disusun oleh kerangka koral pejal di dalam Batupasir Kuarsa Formasi Rajamandala (Omc) yang
matriks packstone; fasies lerengan didukung oleh berketebalan sampai 1.150 m, terdiri atas lempung,
pecahan koral dan endapan breksi aliran pelongsoran; lempung napalan, napal globigerina, batupasir
fasies lerengan jauh didukung oleh packstone turbidit kuarsa, dan konglomerat kerakal kuarsa.
dan berselingan dengan napal dan serpih.
Kegiatan pemetaan geologi bersistem berskala
1:100.000 telah dilakukan oleh Pusat Penelitian Penampakan Lapangan
dan Pengembangan Geologi, Bandung (Sudjat-
miko, 2003; Gambar 1). Satuan batuan tertua yang Berdasarkan hasil pembuatan lintasan dan kolom
tersingkap di daerah penelitian adalah Formasi stratigrafi terperinci di Lintasan Gua Pawon yang
Rajamandala, dan secara berurutan ditindih oleh For- telah dilakukan, terlihat bahwa runtunan stratigrafi
masi Citarum (Mts), Formasi Jatiluhur (Mtb/Mdn), di bagian barat Lintasan Gua Pawon menjadi rusak
Formasi Cantayan (Mtts/Mttc), Satuan tuf batuapung akibat tersesarkan, sedangkan di bagian timur masih
dan batupasir tufan (Mt), Satuan breksi tufan, lava, dapat dilacak dengan baik. Secara umum, batuan
206 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No. 3 September 2009: 203-213

STRUKTUR SEDIMEN
SIMBOL BATUAN
KODE PERCONTOH
KEDUDUKAN (U...0/T/...0)
SATUAN BATUAN

PENGENDAPAN
LINGKUNGAN
UKURAN BUTIR
DAN TEBAL (m)
UMUR

DAN
PEMERIAN BATUAN

CL FS CS PB BO
ST MS GR CO
100 Batugamping bioklastika wackestone, khaki abu-abu terang, padat, keras, pejal,
klastika kristalin, ukuran sedang-halus, kadang terhablurulang dan terbreksikan,
08SM202A kekar gerus dan ada sesar mikro, rongga pelarutan. Lapisan ini masih menerus ke
atas hingga mencapai tebal lebih dari 30 m akan tetapi tidak diukur.
08SM202B
08SM203 Batugamping bioklastika packstone, khaki abu-abu terang, padat, keras, pejal,
08SM204 klastika kristalin, ukuran sedang-kasar, sebagian terhablur ulang, kekar gerus,
275/28 rongga pelarutan.

80 Batugamping bioklastika packstone, khaki abu-abu terang kecoklatan, padat, keras,


08SM205A pejal, klastika kristalin, ukuran sedang, sebagian terhablur ulang, rongga pelarutan.
290/27 08SM205B
08SM205C

Batugamping bioklastika packstone, khaki abu-abu, padat, keras, pejal, ukuran


08SM206A sedang, sebagian terhablur ulang dan terdolomitkan dengan intensif, beberapa
rongga sisa pelarutan, dan endapan gua termasuk travertin dengan konsentrasi
mineral besian.

08SM207A Batugamping packstone halus terdolomitkan dan stylobeded.


60
08SM207B
Batugamping klastika kristalin (kemungkinan terdolomitkan), khaki abu-abu,
ukuran sedang-halus, rongga pelarutan.

Terumbu belakang
RAJAMANDALA

Batugamping klastika kristalin (kemungkinan terdolomitkan intensif), khaki abu-


OLIGO-MIOSEN

08SM207C abu, ukuran sedang-halus, kekar cukup banyak, sisa rongga pelarutan.
08SM207D
Batugamping bioklastika packstone, khaky abu-abu, padat, keras, pejal, klastika
08SM207E kristalin, ukuran sedang-halus, terdolomitkan cukup kuat, kadang terbreksikan.
08SM207F
08SM208A Batugamping bioklastika packstone, khaki abu-abu terang, padat, keras, pejal,
310/32 klastika kristalin, ukuran sedang-halus, beberapa terdolomitkan, rongga sisa
08SM208B pelarutan, isian kalsit travertin dengan pengarahan.

40 08SM208C Batugamping bioklastika wackestone, khaki abu-abu sangat terang, bioklastika


08SM208D fragmental, pejal,fosil ganggang, moluska dan foram, kadang terhablur ulang dan
terdolomitkan, urat sangat halus dari kekar gerus, rongga kasar pelarutan.
08SM208E
Batugamping bioklastika packstone, khaki abu-abu sangat terang, padat, keras,
08SM209A pejal, ukuran sedang, sebagian terhablurulang dan terdolomitkan,
beberapa rongga sisa pelarutan.

08SM209B Batugamping bioklastika packstone-wackestone, khaki abu-abu sangat terang,


08SM210A padat, keras, pejal, ukuran sedang hingga kasar, sebagian telah terhablur ulang,
beberapa rongga sisa pelarutan.
08SM210B
08SM210C
08SM211A Batugamping bioklastika packstone, khaki abu-abu kecoklatan, bioklastika
fragmental, pejal, fosil beragam, koral, ganggang, dan foram, isian kalsit, stilolit
20 08SM211B oksida besi, kadang rongga pelarutan dan terhablur ulang, mengandung beberapa
08SM214A
08SM214B stalaktit dan travertin.
08SM213A
08SM211C

08SM215
Batugamping bioklastika wackestone-packstone, putih hingga khaki abu-abu
sangat terang, padat, keras, pejal, ukuran sedang, umumnya telah terbreksikan
08SM216 dengan isian kalsit dan kekar gerus sangat intensif, tebal lebih dari 5 m.
Diperkirakan telah merupakan zona sesar.
0 CL FS CS PB BO
ST MS GR CO

Gambar 3. Kolom stratigrafi Formasi Rajamandala di Lintasan Gua Pawon, Bandung Barat.
Pendolomitan Batugamping Formasi Rajamandala
di Lintasan Gua Pawon, Bandung Barat (S. Maryanto) 207

yang tersingkap di Lintasan Gua Pawon terdiri atas Proses diagenesis yang teramati di lapangan se-
runtunan perlapisan batugamping klastika halus cara megaskopis pada runtunan batugamping di Lin-
hingga sedang dengan sisipan batugamping klas- tasan Gua Pawon meliputi penyemenan, pelarutan,
tika kasar pada bagian atas. Runtunan stratigrafi pemampatan, dan pendolomitan. Pengisian rongga
terbawah, yang dibatasi oleh sesar, dimulai dengan dan penyemenan fase pertama terlihat pada beberapa
hadirnya rangkaian perlapisan packstone-wacke- lapisan batuan, khususnya pada batugamping yang
stone yang pada beberapa bagian masih terkekarkan berukuran agak kasar. Pelarutan sangat jelas terlihat
dan terbreksikan (Gambar 4a). Runtunan batuan di lapangan dengan terbentuknya rongga dan gua,
bagian tengah lintasan (di sekitar lokasi Gua Pawon; yang beberapa di antaranya telah mengalami proses
Gambar 4b) masih merupakan rangkaian perlapisan pengisian rongga atau penyemenan fase akhir. Pe-
packstone-wackestone yang kadang-kadang berkem- mampatan terjadi pada hampir seluruh batuan yang
bang menjadi grainstone (Gambar 4c). Secara teramati yang dicirikan oleh hubungan antarbutir
umum, ukuran butir batuan menjadi lebih kasar. yang tampak padat dan mampat akibat pembebanan.
Bagian atas runtunan stratigrafi terdiri atas rangkaian Pemampatan yang berkaitan dengan tektonik terli-
perlapisan packstone-grainstone, meskipun sisipan hat berupa lapisan terstilolitkan dengan beragam
wackestone masih dijumpai. Bagian yang dianggap amplitudo. Pendolomitan hadir pada singkapan
paling atas runtunan batuan masih terdiri atas pack- yang berdekatan dengan Gua Pawon yang dicirikan
stone-wackestone (Gambar 4d). Meskipun di atas dengan warna batugamping yang semakin memutih
lapisan batugamping ini masih ada seri perlapisan kemerahan. Penampakan rekaman proses diagenesis
packstone-wackestone, akan tetapi tidak dilakukan secara lebih kecil dapat diamati pada pengujian
pengukuran stratigrafi terperinci. petrografi di bawah mikroskop polarisasi.

a b

c d

Gambar 4. Penampakan singkapan batugamping di Lintasan Gua Pawon pada bagian bawah runtunan stratigrafi yang kebanyakan
telah terpengaruh oleh kekar dan penggerusan batuan (a), lokasi Gua Pawon dengan mulut gua lebih dari 10 m (b), bagian
tengah runtunan stratigrafi yang berupa fasies packstone-wackestone berlapis baik (c), dan bagian atas runtunan stratigrafi
yang berupa fasies packstone-wackestone yang melampar di permukaan gunung (d).
208 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No. 3 September 2009: 203-213

Data Laboratorium pengisian rongga atau penyemenan fase kedua


oleh ortosparit, oksida besi, lumpur pemikritan,
Pengujian petrografi dilakukan terhadap tiga dan mineral lempung dari lingkungan diagenesis
puluh dua percontoh batugamping di Lintasan Gua meteorik vadose.
Pawon. Hasil uji petrografi menunjukkan bahwa Pemampatan terjadi pada hampir seluruh batuan
batugamping di lokasi ini adalah fasies packstone- yang tersingkap yang dicirikan dengan hubungan
wackestone yang beberapa di antaranya berukuran antarbutir yang kadang telah berjenis lengkung
kasar dan cenderung menjadi floatstone (Tabel 1). hingga bergerigi. Beberapa rekaman pelarutan
Batuan pada umumnya bertekstur bioklastika yang tekanan yang berkaitan dengan proses tektonik
terpilah buruk, dengan komponen butiran fosil terlihat berupa pola stilolit dengan beragam ampli-
beragam jenis dan ukuran serta matriks lumpur kar- tudo, sama halnya dengan yang terlihat di lapangan.
bonat. Pada beberapa batuan terlihat adanya orientasi Kekar rambut baik terpola bersilangan maupun
butiran. Berdasarkan penampakan ini dapat diper- tidak teratur pada umumnya berhubungan dengan
kirakan bahwa batugamping di Lintasan Gua Pawon penstilolitan batuan.
secara umum terendapkan sebagai fasies cekungan Pendolomitan hadir cukup banyak pada beberapa
lokal belakang terumbu atau pada dangkalan laguna percontoh batuan, bahkan pada beberapa percontoh
(shelf lagoon)( Wilson, 1975) hingga sayap terumbu. pendolomitan ini telah berpengaruh secara total ter-
Pada fasies pengendapan seperti tersebut mineral hadap batuan. Tahap awal pendolomitan merupakan
dolomit primer hampir tidak pernah dijumpai (Fl- mekanisme pendolomitan dengan seleksi kemas
gel, 1982). Dengan demikian, dolomit yang ada di yang hanya terjadi pada matriks lumpur karbonat
dalam batugamping Formasi Rajamandala di Lin- packstone (Gambar 5a), kemudian diikuti secara
tasan Gua Pawon merupakan dolomit sekunder yang acak tanpa seleksi kemas pada packstone-wacke-
terbentuk setelah batuan diendapkan, yaitu pada fase stone (Gambar 5b). Kristal dolomit pada proses
diagenesis batuan. Rekaman proses diagenesis yang pendolomitan jenis ini secara umum belum saling
teramati dalam pengujian petrografi pada batugam berhubungan, meskipun bentuk kristalnya sudah
ping di Lintasan Gua Pawon meliputi penyemenan, rombohebral idiotopik hingga hipidiotopik, ber
pelarutan, pemampatan, dan pendolomitan. ukuran halus mencapai 0,2 mm.
Pengisian rongga atau penyemenan fase pertama Pendolomitan batugamping yang terjadi secara
terlihat pada beberapa percontoh batuan, terutama menyeluruh membentuk dua jenis kristal dolomit.
pada batugamping yang berukuran agak kasar yang Jenis pertama dolomit unimodal (Gambar 5c) dengan
dicirikan dengan hadirnya sejumlah ortosparit ukuran kristal nisbi halus seragam mencapai 0,5 mm
berstruktur mosaik drus anhedral. Tipe semen dari berbentuk mosaik rombohedral hipidiotopik hingga
lingkungan meteorik freatik ini sangat mendominasi senotopik (Sibley & Gregg, 1987). Jenis kedua do-
batuan. Tipe semen dari lingkungan laut (marine) lomit polimodal dengan kristal halus hingga sedang
pada umumnya sudah tidak terawetkan lagi karena tidak seragam berukuran sampai 0,8 mm (Gambar
telah rusak atau larut. Data di lapangan memperlihat- 5d). Kristal dolomit unimodal pada umumnya ber
kan bahwa penyemenan fase kedua, yaitu semen dari asal dari batugamping berbutir halus yang terpilah
lingkungan meteorik vadose cukup banyak dijumpai bagus, sedangkan kristal dolomit polimodal berasal
yang dicirikan dengan adanya stalaktit, stalakmit, dari batugamping terpilah buruk dengan beragam
dan endapan travertin. Namun demikian, rekaman ukuran butir karbonat. Pengelompokan kristal ber
penyemenan fase kedua ini tidak terlihat dalam ukuran sedang sering kali terjadi pada jenis dolomit
pengujian petrografi karena percontoh batugam polimodal ini, yang diduga awalnya adalah butiran
ping yang diambil bukan pada areal penyemenan karbonat berukuran kasar.
tersebut. Butiran karbonat awal yang berukuran kasar
Pelarutan terlihat tidak terpola (tanpa seleksi sudah tidak dapat diidentifikasi jenisnya karena telah
kemas) dan membentuk rongga tidak teratur atau terubah total menjadi kristal dolomit. Hanya bagian
gerowong (vug; Choquette & Pray, 1970) yang pinggir pengelompokan kristal dolomit polimodal
beberapa di antaranya telah saling berhubungan. rombohedral mosaik hipidiotopik hingga senotopik
Beberapa rongga gerowong ini telah mengalami yang membentuk struktur siluman (ghost structure;
Pendolomitan Batugamping Formasi Rajamandala
di Lintasan Gua Pawon, Bandung Barat (S. Maryanto) 209

Tabel 1. Hasil Pengujian Petrografi dan Mineralogi XRD terhadap Batugamping Formasi Rajamandala di Lintasan Gua Pawon,
Bandung Barat (Maryanto drr., 2008)

No. Kode Mineralogi dan Tingkat


Nama dan Pemerian Petrografi
Urut Percontoh Kesamaaan Peak XRD
1. 08SM202A Batugamping wackestone, bioklastika fragmental, pejal, fosil beragam, dominan foram kecil Kalsit (83)
bentonik, urat kalsit dan dolomit besian dari kekar, stilolit oksida besi.
2. 08SM202B Batugamping wackestone, kontak dengan boundstone, bioklastika fragmental, pejal, fosil Kalsit magnesian (84)
beragam, urat kalsit dari kekar dan sesar mikro.
3. 08SM203 Batugamping packstone, bioklastika fragmental, orientasi butiran, fosil beragam, dominan Kalsit (75)
ganggang, foram besar dan moluska, sebagian terekristalisasi.
4. 08SM204 Batugamping packstone, cenderung menjadi floatstone, bioklastika fragmental, pejal, fosil Kalsit magnesian (67)
beragam, sebagian terekristalisasi.
5. 08SM205A Batugamping packstone, bioklastika fragmental, orientasi butiran, fosil beragam, dominan Kalsit magnesian (73)
ganggang, foram besar dan moluska, butiran terigen jarang.
6. 08SM205B Batugamping packstone, bioklastika fragmental, pejal, fosil beragam, dominan ganggang, Kalsit (88)
foram besar dan moluska, kekar rambut dan isian kalsit.
7. 08SM205C Batugamping packstone, merupakan kepingan rudstone, klastika fragmental, pejal, Kalsit (75), dolomit feroan
intraklastika dominan, fosil beragam, sedikit terekristalisasi. (57)
8. 08SM206A Dolomit yang berasal dari batugamping packstone, kristalin halus, unimodal, pejal, ghost Dolomit (57)
structure, pemikritan.
9. 08SM207A Dolomit yang berasal dari batugamping packstone, kristalin sedang, unimodal, pejal, ghost Dolomit feroan (82),
structure, pemikritan. dolomit (8)
10. 08SM207B Dolomit yang berasal dari batugamping packstone, kristalin sedang unimodal, pejal, ghost Dolomit feroan (78), kalsit
structure, pemikritan. (40), dolomit (12)
11. 08SM207C Dolomit yang berasal dari batugamping packstone, kristalin halus hingga kasar, polimodal, Dolomit feroan (69), kalsit
pejal, ghost structure, pemikritan . (57), dolomit (16)
12. 08SM207D Batugamping packstone, terdolomitkan intensif, klastika kristalin halus-kasar, polimodal, Dolomit feroan (68), kalsit
pejal, urat dari kekar gerus, pemikritan. (28)
13. 08SM207E Batugamping packstone, terdolomitkan intensif, klastika kristalin halus-kasar, polimodal, Dolomit feroan (45), kalsit
pejal, urat dari kekar gerus, pemikritan, stilolit dengan oksida besi. (29), kalsit magnesian(37)
14. 08SM207F Batugamping packstone, bioklastika fragmental, pejal, fosil beragam, dominan ganggang, Kalsit (81)
foram besar, ekinodermata, dan moluska, sedikit terdolomitkan.
15. 08SM208A Batugamping packstone, kontak dengan boundstone, bioklastika fragmental, orientasi butiran, Kalsit magnesian (74),
sedikit terdolomitkan tanpa seleksi kemas. dolomit (38)
16. 08SM208B Batugamping packstone, klastika fragmental, pejal, intraklastika, fosil foram ada yang Kalsit (68), dolomit (32)
berukuran besar, sedikit terdolomitkan pada matriks.
17. 08SM208C Batugamping wackestone, bioklastika fragmental, pejal,fosil ganggang, moluska dan foram, Kalsit (90)
urat sangat halus dari kekar gerus.
18. 08SM208D Batugamping wackestone, kontak dengan boundstone, bioklastika fragmental, orientasi butiran, Kalsit magnesian (68),
fosil ganggang, moluska dan foram, sedikit terdolomitkan, stilolit. dolomit (32)
19. 08SM208E Dolomit yang diduga berasal dari batugamping wackestone, kristalin sedang, unimodal, pejal, Dolomit (56), kalsit (19)
ghost structure, pemikritan.
20. 08SM209A Batugamping packstone, klastika fragmental, pejal, intraklastika, sedikit terdolomitkan dan Kalsit magnesian (71),
terekristalisasi tanpa seleksi kemas. dolomit (44)
21. 08SM209B Batugamping packstone-floatstone, bioklastika fragmental, orientasi butiran, fosil beragam, Kalsit magnesian (82)
sedikit tergantikan dan terekristalisasi tanpa seleksi kemas.
22. 08SM210A Batugamping packstone, bioklastika fragmental, pejal, fosil beragam, sedikit terdolomitkan Kalsit magnesian (78)
tanpa seleksi kemas, urat dari kekar gerus, isian kalsit air tawar.
23. 08SM210B Batugamping wackestone-floatstone, bioklastika fragmental, orientasi butiran, fosil beragam, Kalsit (58)
sedikit tergantikan tanpa seleksi kemas, urat kalsit sangat halus.
24. 08SM210C Batugamping packstone, bioklastika fragmental kristalin, pejal, terdolomitkan intensif Kalsit (64), dolomit (45)
polimodal yang kasar terutama pada urat, fosil beragam.
25. 08SM211A Batugamping packstone, bioklastika fragmental, pejal, fosil beragam, jarang dolomit pada Kalsit (82)
urat, beberapa bagian tampak terbreksikan dan tersemenkan kembali.
26. 08SM211B Batugamping packstone-floatstone, bioklastika fragmental, pejal, fosil beragam, koralgal, Kalsit (82)
isian kalsit air tawar, beberapa fosil tergantikan.
27. 08SM211C Batugamping packstone-floatstone, bioklastika fragmental, pejal, fosil beragam, sedikit Kalsit magnesian (84)
tergantikan pada fosil, beberapa urat halus.
28. 08SM213A Batugamping packstone-floatstone, bioklastika fragmental, pejal, fosil beragam, koral, Kalsit magnesian (84)
ganggang, kadang terbreksikan, urat kalsit jarang.
29. 08SM214A Batugamping packstone, bioklastika fragmental, pejal, fosil beragam, kepingan terumbu dan Kalsit magnesian (84)
intraklastika, beberapa fosil tergantikan, jarang urat kalsit halus.
30. 08SM214B Batugamping packstone, bioklastika fragmental, pejal, fosil beragam, koral, ganggang, dan Kalsit magnesian (79)
foram, urat kalsit sangat halus, stilolit oksida besi.
31. 08SM215 Batugamping packstone-floatstone, bioklastika fragmental, pejal, fosil beragam, jarang isian Kalsit (80)
geopetal.
32. 08SM216 Batugamping packstone-floatstone, bioklastika fragmental, pejal, fosil beragam, jarang isian Kalsit (54)
geopetal.
210 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No. 3 September 2009: 203-213

Gambar 5e) memberikan gambaran adanya butiran Kehadiran kristal dolomit dengan berbagai ben-
karbonat tersebut. tuk dan ukuran tersebut pada umumnya membentuk
Pendolomitan tidak hanya terjadi pada komponen pori jenis antarkristal dengan rongga kebanyakan
awal penyusun batugamping saja. Ada kalanya se- saling berhubungan. Ukuran pori antarkristal ini
men meteorik freatik berfungsi sebagai pengisi re- tidak terlalu besar (maksimum mencapai 0,2 mm).
takan atau kekar, yang awalnya berupa kristal kalsit Namun demikian, pada beberapa sayatan terlihat
sebagian juga telah terdolomitkan (Gambar 5f). pori antarkristal tersebut berkembang menjadi
Kristal dolomit pada bagian ini terlihat berbentuk keporian jenis gerowong (vug) tidak teratur akibat
rombohedral mosaik idiotopik hingga hipidiotopik proses pelarutan setelah pendolomitan.
berukuran halus mencapai 0,5 mm, yang terjebak di Pengujian mineralogi XRD yang telah dilakukan
antara kristal kalsit yang berukuran lebih kasar. memperlihatkan bahwa dolomit sering muncul da-

a b

c d

e f

Gambar 5. Mikrofoto rekaman proses pendolomitan yang memperlihatkan pola seleksi kemas (a), pola tanpa seleksi kemas
(b), kristal dolomit unimodal (c), kristal dolomit polimodal (d), struktur siluman butiran karbonat (e), dan pendolomitan pada
kalsit isian kekar gerus (f).
Pendolomitan Batugamping Formasi Rajamandala
di Lintasan Gua Pawon, Bandung Barat (S. Maryanto) 211

lam percontoh batugamping yang diuji. Kemunculan Diskusi


mineral dolomit ini sangat jelas dalam spektrum
mineralogi XRD, baik yang bernilai sedikit, seim- Dolomit primer yang terbentuk bersamaan
bang dengan kalsit, lebih besar daripada kalsit, dengan proses pengendapan batuan pada umumnya
maupun batuan yang telah terdolomitkan secara total dapat terjadi di lingkungan paparan terbatas hingga
(Gambar 6). Mineral dolomit dapat hadir berupa paparan penguapan (restricted to evaporite plat-
dolomit murni maupun dolomit feroan (Tabel 1). Be- form; Wilson, 1975). Karena batugamping Formasi
berapa kristal kalsit magnesian belum dapat disebut Rajamandala di lintasan penelitian diidentifikasi
sebagai dolomit karena struktur kristalnya masih terendapkan pada fasies cekungan lokal terumbu
berupa kristal kalsit dengan kandungan magnesium belakang, maka dolomit yang dijumpai pada formasi
sangat rendah yang masih memungkinkan untuk ini diduga semata-mata merupakan hasil proses
terdeteksi di dalam pengujian mineralogi XRD. diagenesis setelah pengendapan batuan.

a b
Counts Counts
900
1600

900 400

400

100

100

0 0
10 20 30 40 50 10 20 30 40 50
Position [oTheta] Position [oTheta]

c d
Counts Counts
3600

1600

900 1600

400
400

100

0 0
10 20 30 40 50 10 20 30 40 50
Position [oTheta] Position [oTheta]

Gambar 6. Peak pengujian mineralogi XRD yang memperlihatkan mineral kalsit sebagian kecil terubah menjadi dolomit
(a), mineral kalsit jumlahnya seimbang dengan dolomit (b), mineral kalsit sebagian besar telah terubah menjadi dolomit
(c), dan batuan hampir terubah total menjadi dolomit (d).
212 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No. 3 September 2009: 203-213

Secara stratigrafis, batugamping Formasi Raja- terbentuk di lingkungan meteorik vadose. Terben-
mandala yang berumur Oligo-Miosen telah tertindih tuknya rongga pelarutan berskala besar, baik yang
oleh beberapa satuan batuan sedimen Tersier dan telah mengalami pengisian tahap terakhir hingga
batuan gunung api Kuarter. Keadaan ini adalah tidak berongga lagi maupun yang belum mengalami
salah satu penyebab terjadinya proses diagenesis pengisian rongga, sehingga membentuk gua yang
pendolomitan. Pendolomitan pada batugamping secara stratigrafis berada pada bagian batugamping
Formasi Rajamandala diperkirakan dimulai dari yang terdolomitkan.
fase penimbunan formasi (burial dolomitization;
Tucker & Wright, 1990) akibat penindihan Formasi
Rajamandala oleh beberapa satuan batuan Tersier Kesimpulan
dan Kuarter. Pendolomitan yang berpengaruh ter
hadap batugamping Formasi Rajamandala ini tidak 1. Batugamping penyusun Formasi Rajamandala
memilih fasies batuan karbonat. di Lintasan Gua Pawon, Bandung Barat, terdiri
Unsur magnesium sebagai bahan pembentuk atas batugamping fasies packstone - wackestone,
mineral kalsit magnesian dan dolomit pada umum- dan kadang-kadang berkembang menjadi
nya berasal dari air laut itu sendiri (James, 1991) grainstone dan floatstone. Batugamping tersebut
yang terjebak di dalam formasi. Pada saat terjadi terendapkan di lingkungan cekungan lokal
penimbunan formasi, maka ion magnesium sebagai terumbu belakang hingga sayap terumbu. Salah
penyusun kristal dolomit mengalir dan mengganti satu proses diagenesis yang terekam dengan baik
ion kalsium pada batugamping Formasi Rajaman- pada batuan adalah pendolomitan.
dala, yaitu selama proses diagenesis penimbunan 2. Pendolomitan yang terjadi pada batugamping
berlangsung. Proses penggantian yang berlangsung Formasi Rajamandala dimulai dari bagian
pada fase penimbunan batuan tersebut tercermin dari matriks batuan, berlanjut hingga ke seluruh
ciri petrografi dolomit, yang kebanyakan berkaitan komponen batugamping yang ada. Kristal
atau sangat berdekatan dengan proses penstilolitan dolomit pada umumnya berbentuk rombohedral
batuan. Struktur stilolit ini lebih tampak dengan mosaik idiotopik hingga senotopik dengan
jelas di lapangan. ukuran halus hingga sedang. Ion magnesium
Tampaknya, proses pendolomitan ini berlang- sebagai komponen penyusun dolomit berasal
sung dari fase penimbunan formasi hingga proses dari air formasi yang terjebak segera sesudah
pengangkatan batugamping Formasi Rajamandala ke pengendapan batuan.
permukaan. Hal ini dicirikan dengan dijumpainya do- 3. Bagian tengah Formasi Rajamandala yang
lomit yang mengganti sebagian kalsit isian kekar dan terdolomitkan tampaknya lebih intensif terpengaruh
rongga batuan berstruktur mosaik drus anhedral dari oleh pelarutan di lingkungan diagenesis meteorik
lingkungan meteorik freatik. Isian kekar dan rongga vadose yang membentuk gua.
batuan ini terbentuk pascatektonik dan penstilolitan
batuan. Dengan demikian, pendolomitan fase kedua Ucapan Terima Kasih---Penulis mengucapkan terima
terjadi bersamaan dengan pangangkatan formasi ke kasih kepada Sdr. Amar, Sdr. Undang Sukandi, dan Sdr.
Deni Supriyandi untuk pembuatan sayatan pipih batuan dan
permukaan di lingkungan meteorik freatik.
staining karbonat, serta Sdr. Herwin Syah dan Sdr. Heriyanto
Selama proses pengangkatan batugamping For- untuk pendigitasian gambar dan pemotretan sayatan pipih.
masi Rajamandala ke permukaan, proses pelarutan di
lingkungan diagenesis meteorik vadose berlangsung
dengan intensif. Proses ini menjadi lebih intensif Acuan
terjadi pada batugamping yang mengandung kalsit
Bemmelen, R.W. van, 1949. The Geology of Indonesia, Vol.
magnesian atau dolomit karena batuan relatif lebih
IA, General Geology. Martinus Nijhoff, The Hague.
banyak mengandung pori antar- kristal yang bebe Netherlands, 732 h.
rapa di antaranya saling berhubungan apabila diban Choquette P.W. dan Pray, L.W., 1970. Geological
dingkan dengan batugamping berkandungan kalsit Nomenclature and Classification of Porosity in
bebas unsur magnesium. Sebagai hasilnya adalah Sedimentary Carbonates. American Association of
terbentuknya cukup banyak rongga pelarutan yang Petroleum Geologist Buletin, 54, h. 207-50.
Pendolomitan Batugamping Formasi Rajamandala
di Lintasan Gua Pawon, Bandung Barat (S. Maryanto) 213

Clements, B. dan Hall, R., 2007. Cretaceous to Late Maryanto, S., Mulyono, dan Sihombing, T., 2008. Laporan
Miocene Stratigraphic and Tectonic Evolution of West Penambahan Data Sekunder Dengan Metode Geostatistik
Java. Proceedings Thirty-First Annual Convention and Mineralogi pada Batugamping Formasi Rajamandala di
Exhibition Indonesian Petroleum Association, May Daerah Citatah, Bandung Barat dan Sekitarnya, untuk
2007. Mendukung Penelitian Cekungan Bandung. Laporan
Dunham, R.J., 1962. Classification of Carbonate Rocks Teknis Intern Pusat Survei Geologi, Bandung.
According to Depositional Texture. In: W.E. Ham (ed.), Musper, K.A.F.R., 1939. Report on Field Work in June July
Classification of Carbonate Rocks. American Association 1939. Geological Survey of Indonesia. Unpublished
of Petroleum Geologist Memoir, 1, h. 108-121. report.
Embry, A.F. dan Klovan, J.E., 1971. A Late Devonian Sibley, D.F. dan Gregg, J.M., 1987. Classification of
Reef Tract on North-Eastern Banks Island, North West Dolomite Rock Textures. Journal of Sedimentary
Territory. Bulletin of Canadian Petroleum Geology, 19, Petrology, 57, h. 967-975.
h. 730-781. Siregar, M.S., 2005. Sedimentasi dan Model Terumbu
Flgel, E., 1982. Microfacies Analysis of Limestones. Springer- Formasi Rajamandala di Daerah Padalarang, Jawa
Verlag Inc., Berlin, Heidelberg, New York, 633 h. Barat. Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan, 16,
Hall, R., Clements, B., Smyth, H.R., dan Cottam, M.A., 2007. (1), h. 61-80.
A New Interpretation of Javas Structure. Proceedings Sudjatmiko, 2003. Peta Geologi Lembar Cianjur, Jawa,
Thirty-First Annual Convention and Exhibition Skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Indonesian Petroleum Association, May 2007. Geologi, Bandung.
Harting, A, 1929. Tagogapoe. Fourth Pacific Science Tabri, K.N., 2006. Studi Fasies Batugamping dan Pola Kekar
Congress. Geological Survey Bandoeng, 14 h. dalam Peningkatan Efisiensi Produksi Tambang Batu
James, N.P., 1991. Diagenesis of Carbonate Sediments. Ornamen/Marmer Komersial di Daerah Gunung Guha,
Notes to Accompany a Short Course. Geological Society Desa Cihea, Kec. Bojongpicung, Kab. Cianjur. Jurnal
of Australia, Geoaplika, 1, (1), h. 031-045.
Jeffrey, B.M., 2008. Facies Characterization and Mechanism Tucker, M.E. dan Wright, V.P., 1990. Carbonate
of Termination of a Tertiary Carbonate Platform: Sedimentology. Blackwell Scientific Publications,
Rajamandala Formation, West Java (Abstract). 2008 Joint Oxford, London, Edinburg, Cambridge, 482 h.
Annual Meeting of Celebrating the International Year of Wilson, J.L. 1975. Carbonate Facies in Geologic History.
Planet Earth. 5-9 October 2008, Houston, Texas Springer-Verlag, New York, Heidelberg, Berlin, 471 h.

Anda mungkin juga menyukai