Anda di halaman 1dari 8

PAPER ENDAPAN MINERAL

CONTACT METASOMATISM

Oleh :

Gerry Praditya A.

072001700014

Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi

Universitas Trisakti

Jakarta

2020
Metasomatisme adalah proses kontak yang terjadi antara bebatuan dengan air panas
(hydrothermal) atau fluida lainnya.

Metasomatisme Kontak adalah intrusi magma yang telah menjadi padatan mempunyai sisa
magma beruba cairan dan gas yang besuhu tinggi. cairan dan gas ini apabila masuk pada celah
celah batuan dapat mengadakan reaksi kimia dan menghasilkan mineral mineral baru

Pebedaan Metamorfose Sentuh dan Metasomatisme Sentuh


1. Pada metamorfose sentuh, suhu mempunyai peranan penting dan hanya mengakibatkan
terjadinya pemanggangan (backing effect).

2. Pada metasomatisme sentuh, selain suhu tekanan juga memegang peranan penting, terjadi
penambahan tekanan sisa cairan magma yang mampu mengadakan reaksi dan
menghasilkan mineral baru.

Ini merupakan salah satu dari proses pembentukan endapan mineral ada pun seperti
hidrothermal, endapan lateritik, pegmatik, magmatik, dan lain-lain. Tentu dengan banyaknya
klasifikasi tipe endapan ada yang membedakan antara satu dan yang lainnya, Istilah kontak
metasomatisme , umumnya dikaitkan pada contoh pertama dengan Barrell (1907), mengacu
pada suatu proses perubahan kimiawi dalam komposisi batuan yang berdekatan dengan intrusi
batuan beku, perubahan yang disebabkan oleh migrasi unsur-unsur yang berasal dari magma
atau inang. Migrasi dapat terjadi baik dengan difusi padat atau melalui agen cairan pori, uap,
atau gas. Istilah metamorfisme pneumatolitik digunakan untuk metamorfisme kontak disertai
dengan metasomatisme yang kuat yang dihasilkan dari aksi kimiawi gas magmatik pada batuan
intrusi dan inang

Pada saat magma cair dan pijar dalam keadaan sangat panas menerobos batuan, maka
magma tersebut panasnya makin lama makin turun dan akhirnya hilang. Hasil akhir akan
membentuk batuan beku intrusif. Proses tersebut dapat terjadi pada keadaan yang dangkal,
menengah ataupun dalam. Sehingga dikenal batuan beku intrusif dangkal, menengah dan dalam.
Dalam proses tersebut akan terjadi tekanan dan suhu yang sangat tinggi, terutama pada kontak
terobosannya antara magma yang masih cair dengan batuan di sekitarnya (country rocks).
Akibat dari kontak tersebut dapat dibagi menjadi 2 jenis:
a. Akibat dari panas saja, tanpa adanya perubahan-perubahan kimiawi, baik pada magma
maupun pada batuan yang diterobos. Kontak ini disebut kontak metamorfisme
b. Akibat panas disertai adanya perubahan-perubahan kimiawi sebagai akibat pertukaran
ion, pertambahan ion dan sebagainya, dari magma ke batuan yang diterobos dan
sebaliknya. Kontak semacam ini disebut disebut kontak metasomatisme.
Kedua jenis kontak tersebut menimbulkan hasil yang sangat berbeda:

 Kontak metamorfisme: akan menghasilkan bahan galian yang sangat terbatas dan
bukan logam. Misalnya: silimanit, marmer dan mineral mika yang terdapat pada
batuan metaorf (Sekis).
 Kontak metasomatisme: akan menghasilkan bahan galian logam yang sangat
bervariasi. Hal ini ini terjadi apabila batuan yang diterobos mudah bereaksi, dengan
batuan samping serta penerobosan terjadi cukup dalam serta berulang-ulang
sehingga dapat terbentuk mineral-mineral logam. Suhu di daerah kontak akan
berkisar 500-1100oC untuk magma yang bersifat silikaan (siliceous magma) dan
makin jauh dari kontak suhunya menurun.Terdapatnya mineral-mineral tertentu
akan menunjukkan suhu tertentu, di mana mineral tersebut terbentuk misal: Mineral
wollastonite: tidak lebih 1.25oC Mineral kuarsa: suhu di atas 573oC.

Bahan galian yang terbentuk karena kontak metasomatisme, terjadi karena proses
rekristalisasi. Proses rekristalisasi berlangsung meliputi prsoses penggabungan unsur, penggantian
ion dan penambahan unsur-unsur baru, dari magma ke batuan yang diterobos. Secara umum dapat
diuraikan sebagai berikut: Kalau suatu batuan country rock mempunyai komposisi mineral AB
dan CD, maka melaui proses penggabungan kembali akan berubah menjadi mineral AC dan BD.
Oleh proses penambahan unsur-unsur dari magma akan berubah lagi menjadi ACX dan BDX, di
mana X dan Y unsur dari magma.
Penambahan unsur dari magma sebagian berupa logam, silika, boron, klorin, florin, kalium,
magnesium dan natrium. Mineral logam (ore mineral) yang terbentuk dalam kontak
metasomatisme hampir semua berasal dari magma, demikian pula kandungan-kandungan yang
asing pada batuan yang diterobos, melalui proses penambahan unsur. Jenis magma yang
menerobos batuan yang akhirnya akan menghasilkan endapan bahan galian kontak
metasomatisme, pada umumnya terbatas pada magma silika dengan komposisi menengah
(intermediate) seperti: kuarsa monzonit, granodiorit dan kuarsa diorit. Sedang magma yang kaya
akan silika seperti granit, jarang menghasilkan endapan bahan galian, demikian juga magma ultra
basa, pada magma yang basa, kadang-kadang dapat membentuk endapan bahan galian kontak
metasomatik.
Hampir semua endapan bahan galian kontak metasomatisme berasosiasi dengan tubuh
batuan beku intrusif yang berupa stock, batholit, dan tidak pernah berasosiasi dengan dike atau sill
yang berukuran kecil. Untuk lacolith dan sill yang besar meskipun jarang, tetapi kadang-kadang
dapat menghasilkan endapan bahan galian kontak metasomatik.
Melihat tekstur endapan bahan galian metasomatisme ini selalu berhubungan dengan
batuan beku intrusif dengan tekstur granular, yang menunjukkan bahwa pendinginan magma
waktu itu sangat lambat dengan kedalaman yang cukup besar. Sebaliknya pada batuan intrusif
yang bertekstur gelas maupun afanitik, hampir tidak pernah dijumpai adanya endapan bahan galian
kontak metasomatik. Hal ini membuktikan bahwa endapan kontak metasomatik selalu hanya
berhubungan dengan magma dalam saja. Kedalaman pembekuan magma yang akan menghasilkan
batuan beku intrusif dengan tekstur granular diperkirakan + 1.500 m. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pada penerobosan magma dengan komposisi menengah pada kedalaman
sekitar 1.500 m. Batuan country rock yang terterobos oleh magma yang paling besar
kemungkinannya untuk dapat menimbulkan deposit kontak metasomatik adalah batuan karbonat.
Batugamping murni ataupun dolomit dengan segera akan mengalami rekristalisasi dan
rekombinasi dengan unsur yang diintrodusir dari magma. Pada batugamping yang tidak murni,
efek kontak metasomatik yang terjadi lebih kuat, karena unsur-unsur pengotor seperti silika,
alumina dan besi adalah bahan-bahan yang dapat dengan mudah membentuk kombinasi-kombinasi
baru dengan kalsium oksida. Seluruh massa batuan di sekitar kontak dapat berubah menjadi garnet,
silika dan mineral-mineral bijih.
Batuan yang agak sedikit terpengaruh oleh intrusi magma adalah batupasir. Kalau
mengalami rekristalisasi batupasir akan menjadi kuarsit yang kadang-kadang mengandung
mineral-mineral kontak metasomatisme tersebar setempat-setempat. Sedangkan batulempung
akan mengalami pengerasan dan dapat berubah menjadi hornfels, yang umumnya mengandung
mineral andalusit, silimanit dan straurolit. Tingkat perubahan yang terjadi pada batuan sedimen
klastis halus tersebut, tergantung pada tingkat kemurniannya. Paling baik kalau batulempung
tersebut bersifat karbonatan, tetapi secara umum batuan sedimen argilaceous (berbutir halus)
jarang yang mengandung mineral bahan galian.
Apabila batuan beku ataupun metamorf mengalami terobosan magma, hampir tidak akan
mengalami perubahan yang berarti, kecuali kalau antara magma yang menerobos dengan batuan
beku yang diterobos mempunyai komposisi yang sangat berbeda. Misalnya magma granodiorit
menerobos gabro, maka kemungkinan besar akan ada perubahan-perubahan besar pada gabronya.
Secara umum dapat dikata-kan bahwa batuan yang paling peka terhadap kontak metasomatisme
dan paling cocok untuk terjadinya pembentukan endapan bahan galian bijih, adalah batuan
sedimen, terutama yang bersifat karbonatan dan tidak murni. Berikut gambar beberapa contoh
mineral hasil endapan skarn.
Bentuk posisi ataupun penyebaran dari bahan galian yang terjadi pada proses
metasomatisme banyak tergantung pada struktur batuan yang diterobos. Akan tetapi umumnya
berbentuk ireguler dan terpisah-pisah. Bentuk ireguler tersebut lebih sering terjadi pada
batugamping yang tebal, sedang pada batugamping berlapis-lapis ataupun terkekarkan, maka
endapan bijih tersebut dapat berbentuk menjari atau melidah. Karena proses pembentukan mineral-
mineral bijih pada proses metasomatisme kontak hanya terdapat pada batuan intrusi sehingga
volume endapan kontak metasomatisme pada umumnya kecil antara puluhan sampai beberapa
ratus ribu ton saja, dan jarang yang sampai jutaan ton berat.
Pengelompokan (family) dari tipe kontak metasomatisme & metamorfisme ini sangat
beragam: Skarn, Greissen, Fenite, Beresite, Propylite, secondary quarzite, Gumbeite, Rodongite,
Arceite, Argilisite.
Skarn
A. Definisi

Skarn dapat terbentuk selama metamorfisme kontak atau regional. Selain itu juga dari berbagai
macam proses metasomatisme yang melibatkan fluida magmatik, metamorfik, meteorik, dan
yang berasal dari laut. Skarn dapat ditemukan di permukaan sampai pluton, di sepanjang sesar
dan shear zone, di sistem geotermal dangkal, pada dasar lantai samudra maupun pada kerak
bagian bawah yang tertutup oleh dataran hasil metamorfisme burial dalam. Skarn dibagi menjadi
endoskarn dan eksoskarn dengan didasarkan pada jenis kandungan protolit.

B. Genesa

 Tahap pertama (Initial Isochemical Metamorphism)

Tahapan ini mengakibatkan rekristalisasi dari batuan samping akibat adanya intrusi.
Batugamping menjadi marbel; shale menjadi hornfles; serta Batupasir kuarsa.Reaksi-
reaksi terbentuknya skarn dapat terjadi di sepanjang kontak batuan. Secara prinsip, proses-
proses ini membentuk adanya isokimia metamorfisme akibat dari difusi unsur-unsur akibat
pergerakan fluida, dan merupakan bagian dari pergerakan air metamorfik. Batuan akan
menjadi lebih brittle dan menjadi media yang lebih baik untuk infiltrasi fluida-fluida pada
tahapan selanjutnya.

Gambar : Initial Isochemical Metamorphism

 Tahap kedua (Multiple Stage of Metasomatism)

Adanya infiltrasi antara fluida hidrothermal-metamorfik mengakibatkan terubahnya


batuan samping yang sebelumnya sudah terbentuk pada tahapan pertama menjadi
skarn. Proses ini terjadi pada temperatur 800-400 °C, mineral bijih akan mulai terendapkan
pada saat pluton mulai mengalami pendinginan. Mineral-mineral yang terbentuk pada
tahapan ini relatif bersifat anhydrous. Pengendapan mineral-mineral oksida (magnetite dan
kasiterit) dan disusul oleh sulfida-sulfida mulai terbentuk pada tahapan akhir di stage ini.

Gambar : Multiple Stage of Metasomatism

 Tahap ketiga (Retrograde Alteration)

Tahapan ini merupakan retrograde (perusakan) yang diikuti oleh pendinginan pluton
dan menyebabkan terjadinya alterasi hydrous akibat infiltrasi air meteorik. Kalsium akan
terlindikan (leached) dan menghasilkan mineral - mineral seperti epidot (low-iron), klorit,
aktinolit, dll.
Penurunan temperatur akan menyebabkan terbentuknya mineral-mineral sulfida. Kontak
reaksi dengan marbel akan mengakibatnya netralisasi larutan hidrothermal, sehingga
mengakibatkan terbentuk bijih sulfida dengan kadar yang tinggi. Proses retrograde yng
akan menghasilkan alterasi ini akan lebih intensif berlangsung pada kedalaman yang
dangkal.

Gambar : Retrograde Alteration

C. Mineralogi
Secara umum, Kuarsa dan kalsit selalu hadir dalam semua jenis skarn. Sedangkan
mineral lain hanya hadir pada jenis skarn tertentu seperti talk, serpentine, dan brusit yang
hadir hanya pada skarn tipe magnesian.
D. Evolusi skarn
Formasi dari skarn deposit merupakan hasil dari proses yang dinamis. Pada sebagian
besar skarn deposit, terdapat beberapa transisi dari metamorfisme distal yang
menghasilkan hornfels dan skarnoid ke metamorfisme proximal yang menghasilkan skarn
yang mengandung bijih berukuran relatif kasar. Selama gradien suhu yang tinggi dan
sirkulasi fluida skala besar akibat intrusi magma, metamorfisme kontak dapat menjadi
lebih kompleks dibandingkan model rekristalisasi isokimia yang menyusun
metamorfisme regional. Semakin kompleks fluida metasomatisme, akan menghasilkan
keterkaitan antara proses metamorfisme yang murni dengan proses metasomatisme.

E. Zonasi Skarn deposit


Terdapat pola zonasi pada skarn pada umumnya. Pola zonasi ini berupa proximal garnet,
distal piroksen, dan idiokras (atau piroksenoid seperti wolastonit, bustamit dan rodonit)
yang terdapat pada kontak antara skarn dan marmer. Selain itu, masing-masing mineral
penyusun skarn dapat menunjukan warna yang sistematis atau komposisi yang bervariasi
dalam pola zonasi yang lebih luas.

F. Petrogenesis
Sebagian besar skarn deposit secara langsung berhubungan dengan aktivitas pembekuan
batuan beku sehingga terdapat hubungan antara komposisi skarn dengan komposisi
batuan beku. Karakteristik penting lainnya diantaranya tingkat oksidasi, ukuran, tekstur,
kedalaman, maupun seting tektonik dari masing-masing pluton.

G. Tektonik Setting
Klasifikasi tektonik yang sangat berguna dari deposit skarn seharusnya mengelompokkan
tipe skarn yang pada umumnya berada bersama dan membedakannya yang secara khusus
terdapat dalam tektonik setting yang khusus. Sebagai contohnya, deposit skarn calcic Fe-
Cu sebenarnya hanyalah tipe skarn yang ditemukan dalam wilayah busur kepulauan
samudra. Banyak dari skarn ini juga diperkaya oleh Co, Ni, Cr, dan Au. Sebagai
tambahan, beberapa skarn yang mengandung emas yang bernilai ekonomis muncul dan
telah terbentuk pada back arc basin yang berasosiasi dengan busur volkanik samudra
(Ray et al., 1988). Beberapa kenampakan kunci yang menyusun skarn tersebut terpisah
dari asosiasinya dengan magma dan kerak yang lebih berkembang adalah yang
berasosiasi dengan pluton yang bersifat gabbro dan diorit, endoskarn yang melimpah,
metasomatisme yang tersebar luas dan ketidakhadiran Sn dan Pb.
Kebanyakan deposit skarn berasosiasi dengan busur magmatik yang berkaitan dengan
subduksi dalam kerak benua. Komposisi pluton berkisar dari diorit sampai granit
walaupun pada dasarnya memiliki perbedaan diantara tipe skarn logam yang muncul
untuk mencerminkan lingkungan geologi setempat (kedalaman formasi, pola struktural
dan fluida) lebih pada perbedaan pokok dari petrogenesis (Nakano,et al., 1990).
Sebaliknya, skarn yang mengandung emas pada lingkungan ini berasosiasi dengan pluton
yang tereduksi secara khusus yang mungkin mewakili sejarah geologi yang khusus.
Beberapa Skarn, tidak berasosiasi dengan subduksi yang berkaitan dengan magmatisme.
Pluton yang berkomposisi granit, pada umumnya mengandung muskovit dan biotit
primer, megakristal kuarsa berwarna abu-abu gelap, lubang-lubang miarolitik, alterasi
tipe greisen, dan anomali radioaktif. Skarn yang terasosiasi, kaya akan timah dan fluor
walaupun induk dari elemen lain biasanya hadir dan mungkin penting secara ekonomis.
Perkembangan rangkaian ini termasuk W, Be, B, Li, Bi, Zn, Pb, U, F, dan REE.

Anda mungkin juga menyukai