Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH DI KECAMATAN AJUNG

KABUPATEN JEMBER

LAPORAN PRAKTIKUM

Diajukan guna memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Geografi Tanah TM

Dosen Pengampu :

Fahrudi Ahwan Ikhsan, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

Syintia Bella

NIM 200210303009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2021
Analisis Sifat Fisik Dan Kimia Tanah di Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember

Syintia Bella

Program Studi S1 Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember
email : syintiabella021001@gmail.com
Abstrak
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas kelimpahan rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan laporan dengan judul “Analisis Sifat Fisika dan Kimia Tanah di
Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember” dengan baik, benar dan tepat waktu tanpa suatu
halangan yang berarti. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas akhir semester mata kuliah
geografi tanah.
Kami menyampaikan terima kasih atas kerja sama dosen pengampu dan pihak-pihak
lainnya yang ikut berkontribusi dalam menyelesaikan penyusunan laporan ini, diantaranya:
1. Bapak Fahrudi Ahwan Ikhsan, S.Pd.,M.Pd. dosen pengampu mata kuliah geografi tanah yang
membimbing dan memberikan arahan kepada kami.
2. Orang tua kami yang selalu memberikan dukungan dan doanya.
3. Segenap pihak yang telah ikut andil dan berkontribusi dalam proses penyelesaian laporan ini
yang tidak dapat kami sebut satu per satu.
Dalam laporan ini, kami menyadari bahwa banyak kekurangan baik dalam hal penulisan
maupun isi dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat dan
sumbangan ilmiah yang sebesar – besarnya bagi kami dan pembaca.

Jember, 08 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................
ABSTRAK..........................................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
DAFTAR TABEL..............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1 Latar Belakang.................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................
1.3 Tujuan...............................................................................................................
1.4 Manfaat.............................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................

2.1 Sampel Tanah..................................................................................................


2.2 Warna Tanah...................................................................................................
2.3 Tekstur Tanah..................................................................................................
2.4 Struktur Tanah................................................................................................
BAB III METODOLOGI..................................................................................................

3.1 Jenis Praktikum...............................................................................................

3.2 Alat dan Bahan................................................................................................

3.3 Teknik Pengumpulan Data.............................................................................

3.4 Teknik Analisis Data.......................................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................

4.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Sampel Tanah............................................

4.2 Hasil Penelitian.................................................................................................

4.3 Pembahasan......................................................................................................
BAB V PENUTUP.............................................................................................................

5.1 Kesimpulan..........................................................................................................

5.2 Saran....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

LAMPIRAN.......................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam bagian dari fenomena permukaan bumi yang dikaji di dalam ilmu geografi ialah
tanah. Tanah dalam konteks kajian geografis merupakan tanah sebagai tubuh alam yang
menyelimuti permukaan bumi dengan berbagai sifat dan perwatakannya yang khas dalam hal
proses pembentukan, keterdapatan, dinamika dari waktu ke waktu, serta manfaatnya bagi
kehidupan manusia. Pada umumnya, semua orang yang hidup di permukaan bumi telah
mengenal wujud tanah, akan tetapi banyaknya ragam tanah, sifat persebaran tanah yang khas
di permukaan bumi, serta ragam pemanfaatannya menjadikan tanah sebagai objek yang
besar.
Tanah adalah tubuh alam gembur yang menyelimuti sebagian besar permukaan bumi dan
mempunyai sifat dan karakteristik fisik, kimia, biologi serta morfologi yang khas sebagai
akibat dari serangkaian panjang berbagai proses membentuknya. Tanah mempunyai sifat dan
karakteristik yang khas dalam hal fisik, kimia, biologi dan morfologi. Sifat fisik tanah
merupakan benda nyata di permukaan bumi yang gembur, tersusun atas fase padat, cair dan
gas. Secara kimia, tanah tersusun atas unsur-unsur kimia tertentu yang berbeda komposisinya
dengan batuan sehingga mempunyai sifat kimia yang berbeda dengan batuan asalnya. Sifat
biologi tanah menggambarkan bahwa dalam tanah ada kehidupan, baik itu yang bersifat
makro (kasat mata) ,maupun yang bersifat mikro (tidak kasat mata). Sifat morfologi tanah
menggambarkan tubuh tanah tersusun atas serangkaian lapisan yang terbentuk melalui proses
pembentukan tanah tertentu selama kurun waktu tertentu.
Tanah merupakan tubuh alam yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya
gaya – gaya alam berupa kombinasi dari iklim dan jasad hidup terhadap bahan – bahan alam
yang terletak dan dikendalikan relief di permukaan bumi dalam rentang waktu tertentu
(Purnomo, N.H). Dalam pembentukan tanah ada beberapa faktor penting yakni antara lain
iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu yang dirumuskan sebagai berikut:
T = f (i, o, b, t, w)
Keterangan:

T = tanah o = organisme
f = faktor b = bahan induk
i = iklim t = topografi

Unsur – unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah ada dua yaitu suhu
dan curah hujan. Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk, apabila
suhu tinggi maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah
akan cepat pula. Sedangkan curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan
pencucian tanah, pencucian tanah inilah yang menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah
menjadi rendah). Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam
hal membuat proses pelapukan organik dan pelapukan kimiawi, membantu proses
pembentukan humus, pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat – sifat tanah sangat nyata terjadi
di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika dan kandungan unsur – unsur kimia
yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat – sifat tanah.
Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan
batuan metamorf. Batuan induk tersebut akan hancur menjadi bahan induk yang kemudian
akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang 2 terdapat di permukaan bumi
sebagian memperlihatkan sifat tanah terutama sifat kimia tanah yang sama dengan bahan
induknya.Topografi atau relief suatu daerah akan mempengaruhi terhadap tebal atau tipisnya
lapisan tanah, daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit memiliki lapisan tanah
yang tipis yang diakibatkan adanya proses erosi tanah sedangkan daerah dengan topografi
yang datar memiliki lapisan tanah yang tebal karena merupakan tempat teradinya sedimentasi
atau endapan dari hasil erosi tanah.
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus mengalami pelapukan dan pencucian
tanah, oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua dan kandungan mineral dan zat hara
dalam tanah akan habis sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Pada
praktikum ini memiliki tujuan untuk mengetahui klasifikasi jenis tanah diperlukan analisis
sifat dan karakteristik tanah diantaranya sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Setelah
mengetahui jenis tanah berdasarkan sifat dan karakteristik tanah maka akan diketahui
penggunaan jenis tanah pada daerah tersebut. Sifat fisik tanah terdiri dari warna, tekstur,
struktur, dan konsistensi tanah. Sifat fisika tanah sangat penting dalam pengelolaan tanah
karena akan memberikan media tumbuh yang cocok dan kondusif bagi tanaman (Utomo, M.
2016). Sedangkan sifat kimia tanah terdiri dari pH tanah kan kandungan organik tanah.
Tanah memiliki senyawa – senyawa kimia yang merupakan hasil dari pelapukan bahan induk
tanah dan pelapukan sisa organisme tanah (Sartohadi, J. dkk. 2012)

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana kondisi tanah di Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember berdasarkan sifat
fisika dan kimia tanah?
1.2.2 Bagaimana analisis penggunaan fungsi lahan bagi masyarakat berdasarkan jenis tanah di
Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui kondisi tanah di Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember berdasarkan
sifat fisika dan kimia tanah
1.3.2 Untuk mengetahui penggunaan fungsi lahan bagi manusia berdasarkan jenis tanah di
Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat teoritis
Manfaat teoritis merupakan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Hasil
praktikum ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran mengenai sifat
fisika dan kimia tanah.
1.4.2 Manfaat praktis
Manfaat praktis adalah manfaat dari berbagai aspek praktis dan aspek aplikatif. Hasil
praktikum ini diharapkan digunakan sebagai sumber informasi dan masukan dalam
menentukan penggunaan fungsi lahan ditinjau dari jenis tanah yang didasarkan terhadap
analisis sifat fisika dan kimia tanah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengambilan Sampel Tanah


Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan yang perlu dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui sifat-sifat pada tanah, yaitu sifat secara fisika dan kimia. Praktikum pengambilan
sampel tanah pada kesempatan kali ini dilakukan untuk menganalisis sifat-sifat fisika atau fisik
pada tanah, seperti warna, tekstur, struktur dan konsistensi tanah.
Pengertian : Tanah Utuh merupakan lapisan tanah pada kedalaman 5-10 cm dan belum
pernah terganggu oleh aktivitas yang terjadi di sekitarnya. Tanah Terganggu merupakan tanah
yang diambil secara langsung menggunakan cangkul atau sekop pada kedalaman tertentu yaitu
berkisar antara 0-20 cm di bawah permukaan tanah sehingga disebut juga dengan tanah biasa.
Adapun Tanah Agregat adalah tanah berupa bongkahan yang bersifat kokoh dan mudah retak.

2.2 Warna Tanah


Sifat fisik tanah yang pertama kali diindra oleh penglihatan adalah warna. Warna tanah
menunjukkan secara relatif kandungan bahan oganik, komposisi kimia penyusun partikel tanah
serta kelembapan. Kadar bahan organik yang semakin tinggi menunjukkan warna tanah yang
semakin gelap dan matang, biasanya jenis tanah humus akan semakin hitam. Sedangkan tanah
yang memiliki kandungan kimia yang jelek akibat pengelolaan tanah yang kurang baik, baik
dalam sistem drainase yang buruk, tanah yang sering jenuh dengan air yang menyebabkan
kandungan lengas atau kelembaban tanah yang tinggi akan mengakibatkan warna tanah menjadi
kelam atau kelabu. Kemudian kandungan besi (Fe) yang berbentuk hematit megnatit atau limonit
akan memberikan warna merah, cokelat atau kuning pada tanah. Selain itu, keberadaan mineral
feldspar, kaolin, kapur dan kuarsa menyebabkan warna tanah menjadi putih. Berikut tabel
pengaruh senyawa kimia terhadap warna tanah :
Tabel 1. Pengaruh senyawa kimia terhadap warna tanah

Jenis Senyawa Fe-Oksida Pengaruh Terhadap Warna Rumus Kimia

Hematite Cokelat Agak Kemerahan α-Fe2O3

Goethite Cokelat Kekuningan Kuat α-FeOOH

Lepidocrocite Agak Oranye γ-FeOOH

Ferrihydrite Oranye Kecokelatan Fe5HO8.4H2O

Akaganeite Cokelat Kuat β-FeOOH

Schwermannite Kuning Oranye Gelap Fe8O8(OH)6SO4

Feroxyhite Cokelat Kuat δ-FeOOH

Maghermite Cokelat Kekuningan Gelap γ-Fe2O3

Jarosite Kuning Kekelabuan MFe8(OH)6(SO4)2

Sumber : Velde and Meunier, 2008

Warna tanah diukur dengan menggunakan standart tertentu yang ada di dalam daftar
warna buku Munsell (Munsell Soil Color Charts). Warna tanah diukur dengan menggunakan tiga
parameter, yaitu Hue, Value, dan Chroma. Hue menggambarkan warna merajai atau warna dasar
atau kualitas yang membedakan antara merah dan kuning. Value menggambarkan nisbah atau
kisaran berangsur-angsur dari putih ke hitam. Chroma menggambarkan harkat kemurnian warna
atau intensitas warna atau gelap terangnya suartu warna tertentu. (FAO, 2006).

Hue merupakan warna dasar yang diantaranya merang, kuning, kuning – merah, ungu,
hujai, hijau – kuning, dsb. Hue biasanya disimbolkan dengan R = Red, YR = Yellow – Red, Y –
Yellow, dst. Hue berhubungan erat dengan panjang gelombang cahaya. Hue merupakan warna
spektrum yang dominan dengan panjang gelombangnya. Hue dibedakan menjadi 10 warna,
yaitu:
a) Y (yellow = kuning), (2) YR (yellow – red), (3) R (red – merah), (4) RP (red – purple), (5) P
(purple = ungu), (6) PB (purple – brown), (7) B (brown = coklat), (8) BG (brown – gray), (9) G
(gray = kelabu), dan (10) GY (gray – yellow)
b) Selanjutnya setiap warna ini dibagi menjadi kisaran hui sebagai berikut: (1) hue = 0 – 2,4; (2)
hue = 2,5 – 5,0; (3) hue – 5,0 – 7,5; (4) hue = 7,5 – 10. Nilai hue ini dalan bukanyanya hanya
ditulis: 2,5 ; 5,0 ; 7,5 ; dan 10
c) Berdasarkan buku Munsell Soil Color Chart, nilau Hue dibedakan menjadi: (1) 5 R; (2) 7,5 R;
(3) 10 R; (4) 2,5 YR; (5) 5 YR; (6) 7,5 YR; (7) 10 YR; (8) 2,5 Y; dan (9) 5 Y, yaitu mulai dari
spektrum dominan paling merah (5) dampai spektrum dominan paling kuning (5 Y), selain itu
juga sering ditambah warna – warna tanah tereduksi (gley) yaitu: (10) 5 G; (11) 5 GY; (12) 5
BG; dan (13) N (netral).

Value menggambarkan kisaran yang berangsur – angsur dari putih ke hutan. Value
menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan. Nilai
value pada lembar buku Munsell Soil Color Chart terbentang secara vertikal dari bawah ke atas
dengan urutan nilai 2; 3; 4; 5; 6; 7; dan 8. Angka 2 paling geap da angka 8 paling terang.

Chroma menggambarkan harkat kemurnian warna atau intensitas warna atau gelap
terangnya suatu warna tertentu. Chroma didefinisikan juga sebagai gradasi kemurnian dari warna
atau derajat pembeda adanya perubahan warna dari kelabu atau putih netral (0) ke warna lainnya
(19). Chroma juga dibagi dari 0 sampai 8, di mana makin tinggi chroma menunjuukan kemurnian
spektrum atau kekuatan warna spektrum makin meningkat. Nilai chroma pada lembar buku
Munsell Soil Color Chart dengan rentang horizontal dari kiri ke kanan dengan urutan nilai
chroma: 1; 2; 3; 4; 6; 8. Angka 1 warna tidak murni dan angka 8 warna spektrum paling murni.

2.3 Tekstur Tanah

Tekstur tanah adalah sifat fisik tanah yang merupakan gambaran deskriptif komposisi
ukuran butir partikel – partikel penyusun tanah yang diklasifikasikan ke dalam ukuran utama
yakni fraksi pasir, debu dan lempeng (Sartohadi, 2012). Ukuran fraksi partikel tanah yang kasar
adalah tanah pasir dengan berdiameter 0,05 – 2,0 mm. sedangkan ukuran partikel tanah yang
halus adalah lempng dengan ukuran diameternya yaitu lebih kecil dari 0,002 mm. Partikel tanah
dengan ukuran diantara tanah pasir dan tanah lempung disebut sebagai debu dengan ukuran
partikel antara 0,002 – 0,05 mm. Fraksi tanah yang memiliki ukuran partikel lebih besar dari
fraksi tanah pasir 2 mm adalah fraksi tanah kasar dan hal tersebut tidak dipertimbangkan dalam
pengklasifikasian tekstur tanah. Fraksi tanah kasar merupakan tambahan keterangan di dalam
penyebutan kelas tekstur tanah jika keberadaannya dianggap mempengaruhi pemanfaatan tanah
itu sendiri.
Tabel 2. merupakan tabel klasifikasi fraksi penyusun tanah menurut Sistem USDA dan
Sistem Internasional. Sistem USDA merupakan sistem yang dipakai di Indonesia, khususnya
untuk keperluan pemanfaatan tanah pertanian.
Tabel 3.3 Klasifikasi ukuran butir fraksi tanah
SISTEM USDA SISTEM INTERNASIONAL
Nama Fraksi Diameter Nama Fraksi Diameter
(0) (mm) (0) (mm)
Lempung (clay) < 0,002 Lempung < 0,002
Debu (silt) 0,05 – 0,002
Pasir sangat halus (very fine sand) 0,05 – 0,10 Debu 0,002 – 0,02

Pasir halus (fine sand) 0,10 – 0,25


Pasir sedang (medium sand) 0,25 – 0,5 Pasir halus 0,02 – 2,0

Pasir kasar (coarse sand) 0,5 – 0,10


Pasir kasar 0,20 – 2,0
Pasir sangat kasar (very coarse sand) 1,0 – 2,0
Kerikil (gravel) > 2,0 Gravel > 2,0

Klasifikasi tekstur juga dapat dilakukan secara kualitatif di lapangan berdasarkan indera
peraba, yaitu dengan cara memilin sejumlah contoh sampel tanah di antara ibu jari. Klasifikasi
tekstur secara kualitatif di lapangan biasanya bersifat lebih global. Pita tanah retak walaupun
dalam kondisi basah menggambarkan tekstur geluh (a). Pita tanah mudah dipatahkan walaupun
dalam kondisi basah menggambarkan tekstur lempung geluhab (b). Pita tanah bersifat elastis dan
tidak mudah dipatahkan dalam kondisi basah menggambarkan tekstur lempung (c).
Komposisi ukuran butir partikel-partikel penyusun tanah merupakan sifat fisik tanah
dasar yang berpengaruh pada sifat dan karakteristik tanah yang lain. Tingginya kadar pasir dalam
tanah akan menyebabkan tanah berada dalam kondisi lepas-lepas atau butir tunggal. Ikatan
kohesif antarpartikel tanah hampir tidak ada. Pada sisi yang lain keberadaan pasir di dalam tanah
berperan dalam penyediaan pori makro yang sangat penting dalam penyediaan air dan udara
dalam tanah bagi tanaman. Tingginya kadar lempung dalam tanah tanah akan menyebabkan
tanah berada dalam kondisi koogulasi. Partikel-partikel tanah membentuk gumpalan-gumpalan.
Keberadaan pori mikro tanah yang menyebabkan air tertahan relatif lama di dalam tanah
berkaitan erat dengan keberadaan fraksi lempung.
Sifat fisik yang sangat berbeda antara fraksi pasir dan fraksi lempung adalah dalam hal
luas permukaan. Tabel 3. menyajikan perbedaan luas permukaan antarfraksi klas besar butir
tanah. Luas permukaan fraksi lempung sangat tinggi dan menjadi tempat berlangsungnya proses
pertukaran kation di dalam tanah. Kemampuan tanah menyimpan dan mempertukarkan hara
dengan tanaman sangat ditentukan oleh keberadaan fraksi lempung. Sifat fisik lain yang
bermakna praktis antara fraksi pasir dan fraksi lempung adalah kemudahan diolah. Keberadaan
fraksi pasir membuat tanah menjadi mudah diolah sedangkan keberadaan fraksi lempung
menyebabkan tanah sulit untuk diolah. Tekstur yang ideal untuk pemanfaatan tanah bagi
kegiatan pertanian adalah geluh.
Tabel 3. Jumlah partikel dan luas permukaan masing-masing fraksi/gram.

Fraksi Diameter Diameter (mm) Jumlah Luas (Cm2)


(mm) Sistem Internasional Partikel/gr Permukaan/1gr

Pasir sangat kasar 2,00 – 1,00 90 11


Pasir kasar 1,00 – 0,50 2,00 – 0,20 720 23
Pasir sedang 0,50 – 0,25 5700 45

Pasir halus 0,25 – 0,10 0,20 – 0,02 46000 91


Pasir sangat halus 0,10 – 0,05 722000 227

Debu 0,05 – 0,002 0,02 – 0,002 5776000 454


Lempung < 0,002 < 0,002 90260853000 8.000.000

Pengamatan tekstur tanah pada profil tanag biasanya berbeda antara satu horison dengan
horison yang lain. Tanah pada horison A akan cenderung mempunyai tekstur yang lebih kasar
dibandingkan dengan tanah pada horison B. Proses pelindian menyebabkan pengurangan
konsentrasi kadar partikel debu dan lempung pada horison A dan meningkatkan kadar partikel
debu dan lempung pada horison B. Persebaran tekstur tanah secara lateral mengikuti banjar
relief. Wilayah yang mempunyai relief kasar dan elevasi tinggi akan mempunyai tekstur lebih
kasar dibandingkan dengan wilayah yang berelief halus dan elevasi rendah. Proses erosi dan
deposisi adalah proses yang menyebabkan perbedaan tekstur tanah secara lateral.

2.4 Struktur Tanah


Struktur tanah merupakan salah satu bagian dari sifat fisik tanah yang mengkaji
pengelompokkan partikel tanah yang mengalalami koogulasi karena adanya koloid lempung dan
organik. Bangun struktur yanah berbeda – beda tergantung dari proporsi lempung dan organik
sebagai pengikat yang ada di dalam tanah. Komposisi kimia dan fraksi mineral lempung juga
menentukan bangun struktur tanah (Lal and Shukla. 2004). Satuan struktur yang terbentuk oleh
perkembangan tanah disebut sebagai “ped”. Sedangkan gumpalan atau bongkahan tanah adalah
kumpulan dari satuan struktur utama yag disebabkan oleh adanya faktor fisik yang
mempengaruhinya, misalnya dari pengolahan tanag seperti pencangkulan dan sebagainya.
Penggunaan partikel–partikel tanah membentuk pori sekunder yang perannya di dalam
pengaturan keseimbangan air dan udara lebih penting daripada keberadaan pori primer. Pori
primer adalah rongga yang terbentuk antara partikel–partikel tanah secara tunggal. Istitlah
struktur tanag digunakan untuk tubuh tanah yang umumnya terikat oleh bidang–bidang/zona
lemah secara berulang–ulang, bukan disebabkan oleh perbedaan komposisi bahan
pembentuknya.
(1) Tipe atau bentuk struktur tanah
a. Butir tunggal/single grain, tipe struktur yang khas pad tanah bertekstur pasir. Rendahnya kadar
lempung dan organik di dalam tanah bertekstur pasir menyebabkan tidak adanya gaya ikat antar
partikel pasir.
b. Masif atau pejal (massive), merupakan tipikal pada tanah bertekstur lempung. Ikatan antar
partikel begitu kuat sehingga membentuk gumpalan – gumpalan besar yang sulit ditembus oleh
akar.
c. Lempeng (platy), merupakan tipikal struktur tanah yang kaya kan organik. Sturktur rantai
panjang bahan organik tanah mempengaruhi pembentukan tipa stuktur lempeng. Struktur ini
berbentuk rata dan menyerupai plat dengan ketebalan yang terbatas. Pada umumnya berorientasi
pada bidang datar horizontal dan biasanya bertumpuk satu sama lain.
d. Kersai (granuler), merupakan tipikal struktur tanah dengan bentuk membular atau berbidang
banyak, mempunyai permukaan yang tidak teratur atau melengkung dan tidak mempunyai
bentuk permukaan sekeliling ped.
e. Gumpal (blocky), merupakan tipikal untuk struktur tanah pada horison, struktur tanah gumpal
biasanya mencirikan tanah yang terbentuk pada wilayah dengan perbedaan musim kering dan
basah yang cukup tegas. Struktur tanah gumpal atau berbidang bayak, mempunyai ukuran
hampir seimbang, bentuk permukaan rata atau membulat pada sekeliling ped. Pembagian lebih
lanjut adalah
(1) gumpal bersudut (angular blocky) jika bidang muka saling memotong dengan sudut
lancip, dan
(2) gumpal agak membulat (subangular blocky) jika bidang muka yang saling
berpotongan mempunyai sudut membulat.
f. Prismatik (tiang menyudut), merupakan tipikal struktur yang ukurannya dibatasi pad bidang
horizontal dan melebar sebanjang bidang datar vertikal. Bidang muka vertikal terbentuk dengan
baik, mempunyai permukaan yang rata atau agak membulat dengan membentuk bidang muka
pada sekeliling ped. Pada umumnya bidang muka saling berpotongan dengan sudut relatif tajam
(sudut kecil). Struktur tanah ini juga banyak terdapat pada horison B.
g. Kolumner (tiang membulat), merupakan bentuk struktur yang menyerupai prisma, tetapi
bagian atasnya membuat. Bidang horizontal bagian atas dan bagian bawah mempunyai ukuran
yang nyaris sama.
(2) Ukuran atau klas struktur tanah Penentuan klas struktur merupakan satu komponen dari
struktur yang pengukurannya dilakukan secara kuantitatif. Klas struktur untuk masing–masing
tipe struktur tanah adalah berbeda – beda. Klas struktur sangat kasar untuk tipe granuler mungkin
akan setara dengan klas struktur sangat halus untuk gumpal atau tiang. Ukuran atau klas struktur
dibedakan dalam 5 klas, yaitu sangar halus, halus, sedang, kasar dan sangat kasar. Kas struktur
pada setiap tipe struktur tanah disajikan pada tabel berikut.
BAB III
METODOLOGI

3.1

Anda mungkin juga menyukai