Anda di halaman 1dari 4

GUNUNG API, GEMPA BUMI DAN BAHAN TAMBANG

RESUME
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah IPBA

Dosen Pengampu:
Drs. Yudi Dirgantara, M.Pd.
Rena Denya Agustina, M.Si.

Disusun Oleh:
Kelompok 12
Riska Anjani 1152070062
Rizki Zakwandi 1152070065

PRODI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG
2018 M/1439 H
A. Gunung Api
Gunung api adalah salah satu akibat dari aktivitas vulkanisme yang terjadi di
dalam bumi. Magma yang terdapat dalam lapisan mantel bumi memiliki suhu dan
tekanan yang sangat tinggi sehingga dapat menyebabkan gundukan tanah di lapisan
kerak bumi yang berupaya menahan tekanan magma tersebut (Hartono, 2009)..
Suatu gunung api tersusun atas beberapa bagian diantaranya dapur magma sebagai
tempat penumpukan magma terbesar, batolit atau lapisan batuan beku, lakolit yaitu
magma diantara lapisan batuan beku, stil, pipa kawah sebagai tempat menyalurkan
magma ke luar bumi saat terjadi erupsi gunung api, dan lubang kepundan yang
merupakan tempat keluarnya lahar (Kusnadi, 2003).

Gambar 1. Lapisan Gunung Berapi (sumber: https://goo.gl/HBBbVX)


Keberadaan gunung api di Indonesia sendiri memiliki kuantitas yang sangat
besar. Dalam jalur persebaran gunung api di Indonesia bermuladari ujung pulai
Sumetera, pulau Jawa, Nusa Tenggara dan Sulawesi serta kepulauan Maluku. Jalur
tersebut kemudian berlanjut ke arah Philipina dan Jepang. Hal ini disebabkan karea
kondisi Indonesia yang berada pada jalur pertemuan banyak lempeng tektonik (Ring
of Fire) yang menghasilkan aktifitas magma yang besar juga (Oppenheimer, 2011).
B. Gempa Bumi
Salah satu bentuk bencana yang sering terjadi di Indonesia adalah gempa bumi
baik yang diakibatkan oleh aktivitas tektonik ataupun yang disebabkan oleh aktivitas
vulkanik. Dalam aktivitas tektonik Indonesia berada diantara tiga lempeng tektonik
yaitu Eurasian, Pacific dan Indo-Australian yang memicu berbagai aktifitas gempa
bumi dan dapat menyebabkan aktivitas vulkanik seperti peristiwa gunung krakatau.
Dalam tinjauan ilmu fisika gempa bumi diakibatkan oleh tumbukan yang terjadi
antara lempeng baik lempeng benua ataupun lempeng samudera. Meskipun demikian
masih terdapat beberapa penyebab gempa bumi lainnya yang berskala kecil seperti
longsor dan letusan gunung berapi dengan getaran yang bersifat lokalik (Onhaka,
2013). Secara umum lempeng tektonik dibedakan menjadi lempeng benua dan
lempeng samudera. Lempeng benua terdiri dari lempeng Afrika, Antartika, Australia,
Eurasia, Amerika Utara dan Amerika Selatan sedangkan lempeng samudera yaitu
lempeng Pasifik. Pada kenyataannya antar lempeng tersebut melakukan pergerakan
relatif satu sama lain sehingga dapat menyebabkan tumbukan. Tumbukan ataupun
gesekan itulah yang menyebabkan terjadinya gempa bumi (Mallard, Coltice, Seton,
Muller, & Tackley, 2016).
Alat yang digunakan untuk mengukur kuat dari suatu gempa bumi adalah
seismograf yang biasanya menggunakan output berupa Skala Richter (SR). Skala ini
menggunakan acuan pada amplitudo maksimum yang dimiliki oleh sumber gempa
dan selang waktu antara gempa primer dan gempa sekundernya. Selain skala ini
masih terdapat skala untuk menyatakan kuat suatu gempa diantaranya skala Mercalli
yang mengacu pada tingkat kerusakan yang dihasilkan, dan skala kekuatan moment
dengan menggunakan pendekatan matematis melalui perhitungan energi yang
dilepaskan. Selanjutnya setelah menemukan kekuatan dari gempa yang terjadi maka
diperlukan untuk menentukan titik episentrum dari suatu gempa. Teknik sederhana
yang digunakan adalah irisan dan perpotongan kuat gempa yang terukur pada
seismograf.

Gambar 2. Ilustrasi penentuan titik episentrum gempa. Sumber: (Abdullah, 2017)

C. Bahan Tambang
Barang tambang secara sederhana dapat diartikan sebagai bahan-bahan yang
diperoleh dengan cara menggali permukaan bumi. Bahan tambang sendiri tergolong
bahan yang tidak dapat diperbaharui lagi. Sebagai contoh untuk meghasilkan minyak
bumi dibutuhkan pembusukan fosil hewan purba dalam waktu jutaan tahun. Indonesia
sendiri termasuk salah satu negara yang memiliki bahan tambang yang banyak (Asril,
2014). Bahan tambang secara umum diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu
(Undang-Undang No. 11 Tahun 1967):
1. Bahan Tambang Golongan A
Adalah bahan tambang yang memiliki eksistensi yang besar bagi negara.
Bahan tambang goongan A sendiri merupakan bahan tambang strategis seperti
minyak bumi, gas alam, batu bara, nikel dan timah.
2. Bahan Tambang Golongan B
Bahan tambang golongan B lebih mengacu pada aspek perekenomian
masyarakat akan tetapi masih dalam wewenang pemerintah. Yang tergolong
pada bahan tambang golongan B adaah emas, perak, platina, tembaga, intan,
balerang, besi dan bauksit. Bahan tambag golongan ini juga disebut sebagai
bahan tambang vital.
3. Bahan Tambang Golongan C
Bahan tambang golongan C pada dasarnya sama dengan bahan tambang
golongan B yaitu mengacu pada aspek ekonomis hanya saja pada bahan
tambang golongan C memiliki ruang lingkup pengelolaan swasta dan
masyarakat. Yang tergolong dalam kategori bahan tambang golongan C adalah
kaolin, fosfat, pasir, gipsum dan mangan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. (2017). Fisika Dasar II. Bandung: ITB.
Asril. (2014). Dampak Pertambangan Galian C terhadap Kehidupan Masyarakat kecamatan
Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar. Jurnal Kewirausahaan.
Hartono. (2009). Geografi Jelajah Alam Semesta. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Kusnadi, R. (2003). Geografi untuk kelas 1. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Mallard, C., Coltice, N., Seton, M., Muller, R. D., & Tackley, P. J. (2016). Subduction
controls the distribution and fragmentation of Earth's tectonic plates. Nature, 140-143.
Onhaka, M. (2013). The Physics of Rock Failure and Earthquakes. Cambridge: Cambridge
University Press.
Oppenheimer, C. (2011). Eruptions that Shook the World. Cambridge: Cambridge University
Press.
Pemerintah Republik Indonesia. (n.d.). Undang-Undang No. 11 Tahun 1967.

Anda mungkin juga menyukai