Anda di halaman 1dari 15

BAB V

RANGKUMAN PROFIL COREBOX

1.1 CORE BOX MANYARAN 1

Pada pengamatan core box manyaran 1 , yang berisi lima layer yang
dilakukan pendeskripsian pada tiap line tanah yang mempunyai karakter sendiri
pada tiap linenya. Adapun yang diidentifikasi pada pegamatan core box tanah
Manyaran 1 yaitu memperhatikan komponen warna tanah, ukuran butir penyusun
tanah, gradasi penyusun tanah, bentuk butir, kepadatan felatif, plastisitas dan
kekompakan untuk dapat diklasifikasikan dari persentase komposisi tanah
sehingga dapat dinamakan berdasarkan klasifikasi NZGS,2005.

Gambar 1.1 Core box Manyaran 1

Pada pembahasan kali ini dilakukan berdasarkan perline core box nya
yang mana tiap 1 meter log akan dibahas perbedaan log nya. Pada kenampakan
jenis batuan batuan yang sama tiap layer pada core box, terdapat log yang
kenampakan panjang log nya tidak lebih dari 10 cm, hal itu dapat disebabkan oleh
komponen tanahnya yang benar-benar sangat rapuh sehingga saat melakukan
pengambilan hasil pengeboran hasilnya seperti yang terlihat pada gambar
disamping.

Untuk deskripsi layer 1,2 dan 3 pada corebox seperti gambar diatas yang
panjangnya 1 metern memiliki warna yang sama semua tiap layer yaitu warna
abu-abu . sehingga dalam klasifikasi NZGS, 2005 core box dengan sample ini
berwarna dasar Kelabu.

Selanjutnya pada ukuran tanah yang terdapat pada tiap layers corebox mayaran I
ini berukuran lempung, yang ukurannya sekitar <1/256 mm. Pada layer ini semua
Matriks berupa lempung dengan semen nonkarbonatan, pada layer tiap layers ini
ditemukannya fragmen seperti serpihan halus andesit yang terlapukkan sehingga
membentuk butiran halus seperti pasir dan kira-kira ukuran nya 1/4mm-1/8mm,
yang artinya bahwa soil yang terdapat pada core box manyaran 1 adalah hasil
erosi dan pelapukan dari batuan berjenis batuan beku andesit, karena amsih
terlihat fragmen batuan berupa biotit, kuarsa dan plagioklas yang berwarna putih..

Untuk gradasi penyusun batuan tiap layers corebox ini memiliki ukuran
butir yang relative seragam sehingga gradasi tanah tidak mudah untuk dibedakan
ukuran butirnya karena memang ukurannya yang berupa lempung. Sehingga dapat
disimpulkan gradasi pada tiap layers corebox adalah Poorly graded yang
uniformly graded. Selanjtnya pada bentuk butir tanahnya terlihat bawah ukuran
sudah halus dengan tidak adannya butiran yang meruncing namun dominansi
berbentuk galobular yang belum membulat seutuhnya. Sehingga dalam
klasifikasi NZGS ,2005 termasuk Rounded.

Selanjutnya untuk identifikasi Kepadatan relative pada tanah tiap layers


corebox dominansi sementasinya tidak begitu baik karena pada gambar terlihat
bahwa ukuran per lognya tidak mencapai panjang 10cm karena kekuatan
semnetasi tanahnya yang belum memadat dengan baik sehingga mudah hancur,
pada saat pendeskripsian langsung praktikan dapat memetik tanah dengan tangan
meskipun tidak mudah. Sehingga disimpulkan bahwa tanah tiap layers corebox
dapat dihancurkan dengan tangan atau shovel sehingga dalam klasiikasi
kepadatan relative menurut NZGS,2005 merupakan Loose (lepas) .

Berdasarkan palstisitas berarti berkaitan dengan kekuatan asal batuan asal


yang mana tergantung terhadap kekompaksian jenis batuan asalnya, pada tiap
layers terdapat tanah yang dominansinya adalah pasir non karbonatan dari
ubahaan atau pelapukan andesit bersifat asam, sehingga dapat disimpulkan bahwa
batuan asalnya adalah jenis batuan beku non fragmental yaitu batu andesit yang
dapat menyerap air dengan baik sehingga saat batupasir mengalami pelapukan
sifat asal nya masih ada, sehingga keterkaitannya adalah kelembapan yang tinggi
yang dapat diserap oleh tanah tiap layers denagn cukup baik sehingga mudah
mengalami keretakan dan didimpulkan bahwa sifat plastisitasnya buruk pada tiap
layers .
Berdasarkan kekompasiannya pada tanah tiap layers corebox manyaran I
termasuk dalam kekuatan tanah untuk dapat memadat dengan cukup baik, hal itu
dapat dibuktikan saat melukukan pengamatan langusng bahwa tanah di layer1
cukup sulit untuk dipatahkan dengan jari dan membutuhkan tenaga karena
memang kekompaksian natar butir yang cukup seragam. namun proses
semntasinya yang kurang baik, dimana semen yang menyusun nya lebih sedikit
bahkan semen tasinya berkomposisi 30 % dari matrik pasirnya yang 70%
sehingga pada kenampakan tiap layers corebox manyaran I mengalami retakan
pada tiap layer meter yang lognya tidak mencapai 10 cm, hal itu juga
berpengaruh pada tekanan yang menyebabkan kekompaksiannya mengalami
retakan karena memang kekuatan kompasksinya yang kurang. Sehingga dapat
dsiimpulkan kekuatan tanah di tiap layers corebox manyaran I masih berkisar
25- 30kPa. Dalam klasifikasi NZGS, 2005 tanah tiap layers corebox manyaran I
adalah Firm.

Sehingga dari semua komponen pendeskripsian pada tiap layers corebox


manyaran I adalah tanah berwarna kelabu, dengan ukuran pasir halus sekitar 0,25-
0,125 mm, bentuk butir rounded, kepadatan relative loose, gradasi tanah Poorly
graded yang uniformly graded.Dengan plastisitas tanah yang cukup buruk atau
rendah dan kekompaksian sekitar 30-40 % yang termasuk Firm. Sehingga nama
tanah di tiap layers corebox manyaran I dominansi clayey sands.

1.2 CORE BOX MANYARAN II

Identifikasi terhadap layers core box manyaran II secara langsung dapat


diamati seperti pendeskripsian pada 1.1. Pada gambar dibawah yang
menunjukkan kenampakan pada core box utuh tiap layers yang berada di
lapangan yang mana tanahnya berwarna abu-abu yang mulai kecoklatan seperti
yang diperlihatkan pada gambar. Untuk identifikasi ukuran butirnya hampir sama
tiap layers hanya saja pada layer 1 - 2 terdapat ukuran yang lebih kasar berbutir
pasir dan keterdapatan fragmen tidak dijumpai seperti fragmen cagkang fosil,
sehingga dapat dsiimpulkan soil berukuran matrik dengan 0,2 – 0,06 mm,
sedangkan pada layers 3 sampe 4 dicirikan dengan ukuran butir lebih halus
dengan ukuran butir sekitar <1/256 mm. Untuk semennya sudah mulai terbentuk
lempung yang mana komposisi lempung masih 3:1 dengan pasir yang umunya
lebih dominan, lempung yang berupa soil bersifat karbonatan karena terdapat
fragmen cangkang organism yang sangat kecil dan masih dapat di rasakan dan
ketika di tetesi dengan larutan HCL soil berbuih yang menandakan bahwa soil
bersifat karbonatan.

Gambar 2.1 Core box Manyaran 2

Selanjutnya untuk bentuk butir nya masih dapat disebut rounded karena
memang ukurannya yang benar-benar sangat halus dan tidak ada bruntusan-
bruntusan tajam saat diraba, melainkan sudah sangat halus seperti ukuran lanau
hingga lempung. Untuk kepadatan relative sedikit berbeda dengan core box
manyaran 1 karena pada corebox manyaran 2 terdapat ukuran log yang lebih dari
10 cm sehingga corebox manyaran 2 yang panjang 1 meter tiap layers ini
memiliki kepadatan relative yang baik. Sehingga dalam klasifikiasi NZGS, 2005
kepadatan relative layer 2 adalah Medium dense.

Untuk deskripsi plastisitas pada corebox manyaran 2, yang mana


keterdapatan lempung yang memedat dan bersifat kering tersebut dapat membuat
elastisitas tanah bersifat baik namun keterdapatan pasir masih tinggi sehingga
keterkaitannya dengan kekompasiannya pada tanah corebox manyaran 2
termasuk dalam kekuatan tanah untuk dapat memadat dengan cukup baik, hal itu
dapat dibuktikan saat melukukan pengamatan langusng bahwa tanah di tiap layers
cukup sulit untuk dipatahkan dengan jari dan membutuhkan tenaga karena
memang kekompaksian natar butir yang cukup seragam. dengan proses
semntasinya yang baik, dimana semen yang menyusun nya sekitar 40% dari
matrik pasirnya yang 60% sehingga pada kenampakan layer 2 mengalami retakan
pada tiap layer 2 meter yang lognya dapat mencapai 10 cm bahkan lebih , hal itu
juga berpengaruh pada tekanan yang menyebabkan kekompaksiannya mengalami
retakan karena memang kekuatan kompasksinya yang baik dibadingkan
manyaran1 . Sehingga dapat dsiimpulkan kekuatan tanah di corebox manyaran 2
masih berkisar 50- 100kPa. Dalam klasifikasi NZGS, 2005 tanah corebox
manyaran 2 adalah Stiff.
Dari semua pembahasan pada corebox manyaran 2 dapat simpulkan warna
abu-abu kecoklatan, ukuran butir 0,2 -0,06 mm, bentuk butir rounded, kepadatan
relative medium danse, gradasi tanah Poorly graded yang uniformly graded.
Dengan plastisitas tanah yang cukup baik atau sedang dan kekompaksian sekitar
50- 100 % yang termasuk Stiff. Sehingga nama tanah di tiap layers corebox
manyaran 2 dominansi dan komposisi berupupa pasir 60% dan lempung 40%
yang menyementasi tanah sehingga namanya adalah clayey sands.

1.3 CORE BOX TRANGKIL I

Identifikasi terhadap layer 3 corebox T2 secara langsung dapat diamati


seperti pendeskripsian pada layer 3. Pada gambar disamping yang menunjukkan
kenampakan pada layer 3 yang mana tanahnya berwarna abu-abu yang mulai
kecoklatan seperti yang diperlihatkan pada gambar disamping yang warnanya
sama dengan layer2 .

Gambar 3.1 Core box Manyaran 3


Untuk identifikasi ukuran butirnya hampir sama dengan layer2 sehingga
dapat disimpulkan soil berukuran matrik dengan 0,2 – 0,06 mm. untuk semennya
sudah mulai terbentuk lempung yang mana komposisi lempung masih 3:1 dengan
pasir yang umunya lebih dominan, lempung yang berupa soil tidak bersifat
karbonatan. Bentuk butir rounded, kepadatan relative medium danse, gradasi
tanah Poorly graded yang uniformly graded. Untuk deskripsi plastisitas pada layer
3, yang mana keterdapatan lempung yang memedat dan bersifat kering tersebut
dapat membuat elastisitas tanah bersifat baik namun keterdapatan pasir masih
tinggi sehingga termasuk dalam kekuatan tanah untuk dapat memadat dengan
cukup baik, pada kenampakan layer 3 mengalami retakan pada tiap layer 1 meter
yang lognya dapat mencapai 10 cm bahkan lebih . Sehingga dapat dsiimpulkan
kekuatan tanah di layer2 masih berkisar 50- 100kPa. Dalam klasifikasi NZGS,
2005 tanah layer 2 corebox T2 adalah Stiff. Sehingga nama tanah di layer 2
dominansi dan komposisi berupupa pasir 60% dan lempung 40% yang
menyementasi tanah sehingga namanya adalah clayey sands.

1.4 CORE BOX TRANGKIL II

Gambar 4.1 Core box Manyaran 4


Untuk deskripsi perlayers corebox trangkil 2 seperti gambar didibawah
yang panjang nya 5 meter secara keseluruhan dan terdapat di kedalaman 5 sampai
10 meternya memiliki warna yang sama yaitu kecoklatan. sehingga dalam
klasifikasi NZGS, 2005 layer1 ini berwarna dasar coklat.

Selanjut nya pada ukuran tanah yang terdapat pada tiap layers corebox
trangkil 2 ini berukuran pasir halus, yang ukurannya sekitar kurang lebih 0,002
mm. Pada layer ini semua Matriks berupa butiran halus dan lengeket dengan
semen nonkarbonatan, pada tiap layers corebox trangkil 2 ini tidak ditemukannya
fragmen seperti cangkang fosil maupun serpihan batubara., sehingga menurut
klasifikasi NZGS,2005 tanah tiap layers corebox trangkil 2adalah clay.

Untuk gradasi penyusun batuan tiap layers corebox trangkil 2 ini memiliki
ukuran butir yang relative seragam sehingga gradasi tanah tidak mudah untuk
dibedakan ukuran butirnya karena memang ukurannya yang berupa pasir halus.
Sehingga dapat disimpulkan gradasi pada tiap layers corebox trangkil 2 adalah
Poorly graded yang uniformly graded.
Selanjtnya pada bentuk butir tanahnya terlihat bawah ukuran sudah halus
dengan tidak adannya butiran yang meruncing namun dominansi berbentuk
galobular yang belum membulat seutuhnya. Sehingga dalam klasifikasi NZGS
,2005 termasuk Rounded.

Selanjutnya untuk identifikasi Kepadatan relative pada tanah tiap layers


corebox trangkil 2 dominansi sementasinya tidak begitu baik karena pada gambar
terlihat bahwa ukuran per lognya tidak mencapai panjang 10cm karena kekuatan
semnetasi tanahnya yang belum memadat dengan baik sehingga mudah hancur,
pada saat pendeskripsian langsung praktikan dapat memetik tanah dengan tangan.
Sehingga disimpulkan bahwa tanah tiap layers corebox trangkil 2dapat
dihancurkan dengan tangan atau shovel sehingga dalam klasiikasi kepadatan
relative menurut NZGS,2005 merupakan Loose (lepas) .

Berdasarkan palstisitas berarti berkaitan dengan kekuatan asal batuan asal


yang mana tergantung terhadap kekompaksian jenis batuan asalnya, pada layer4
terdapat tanah yang dominansinya adalah pasir non karbonatan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa batuan asalnya adalah jenis batuan sedimen klastik yaitu batu
pasir yang dapat menyerap air dengan baik sehingga saat batupasir mengalami
pelapukan sifat asal nya masih ada, sehingga keterkaitannya adalah kelembapan
yang tinggi yang dapat diserap oleh tanah tiap layers corebox trangkil 2 denagn
cukup baik sehingga mudah mengalami keretakan dan didimpulkan bahwa sifat
plastisitasnya buruk pada tiap layers corebox trangkil 2.
Berdasarkan kekompasiannya pada tanah tiap layers corebox trangkil 2
termasuk dalam kekuatan tanah untuk dapat memadat dengan buruk, hal itu dapat
dibuktikan saat melukukan pengamatan langusng bahwa tanah di layer 4 sangat
mudah untuk dipatahkan dengan jari dan hal itu karena benar –benar rapuh karena
memang kekompaksian atar butir yang seragam namun sangat lemah. namun
proses semntasinya yang tidak baik, dimana semen yang menyusun nya lebih
sedikit bahkan semen tasinya berkomposisi 70 % dari matrik pasirnya yang 30%
sehingga pada kenampakan layer 1 mengalami retakan pada tiap layer 4 meter
yang lognya tidak mencapai 10 cm, hal itu juga berpengaruh pada tekanan yang
menyebabkan kekompaksiannya mengalami retakan karena memang kekuatan
kompasksinya yang sangat kurang. Sehingga dapat dsiimpulkan kekuatan tanah
di layer4 masih berkisar <12 . Dalam klasifikasi NZGS, 2005 tanah tiap layers
corebox trangkil 2 adalah Very soft.

Sehingga dari semua komponen pendeskripsian pada tiap layers corebox


trangkil 2 adalah tanah berwarna kelabu, dengan ukuran butir halus lempung
sekitar kurang dari 0,002 mm, bentuk butir rounded, kepadatan very loose,
gradasi tanah Poorly graded yang uniformly graded.Dengan plastisitas tanah yang
sangat buruk atau sanagt rendah dan kekompaksian sekitar 0-12 % yang termasuk
Very soft. Sehingga nama tanah di tiap layers corebox trangkil 2dominansi
lempung 70% dan pasir 30% sehingga nama nya adalah inorganic sandyclay.
BAB VI

PEMBAHASAN INTERPRETASI DAN REKOMENDASI

Daerah manyaran I yang termasuk dalam salah satu daerah yang dilakukan
pengeboran on shore yang di lakukan di gunung pati sehingga diketahui litologi bawah
permukaan nya yaitu terdapat soil berklasifikasi sandy clay dan claey sand yang
diinterpretasikan bahwa pada daerah tersebut berada didaerah zona transisi hingga laut
dangkal, dapat diinterpretasi bahwa daerah memiliki lapisan sedimen lempung yang
tebal. Terjadinya suatu gerakan tanah juga dipengaruhi oleh jenis litologi pada suatu
daerah. Litologi yang sifatnya kurang kompak/resisten akan mudah terjadinya suatu
gerakan tanah. Selain itu juga litologi yang memiliki sifat khusus seperti batulempung
yang memiliki sifat kembang susut tinggi akan sangat berpengaruh terhadap terjadinya
gerakan tanah. Litologi yang kompak kecil kemungkinan terjadinya suatu gerakan tanah,
litologi ini akan resisten terhadap proses- proses erosi. Pengaruh jenis litologi terhadap
gerakan tanah tetap mengacu dengan tingkat kelerengan suatu daerah. Sehingga jenis
litologi ini memiliki ranking kedua kaitannya terhadap suatu gerakan tanah. Pada musim
kemarau air yang ada pada batulempung akan hilang sehingga batulempung ini akan
menyusut, sehingga banyak menghasilkan retakan-retakan pada batuan yang akan
mempermudah terjadinya gerakan tanah. Selain itu, sifat dari batulempung ini licin
apabila terkena suatu fluida (air), sehingga litologi tersebut dapat berperan sebagai
bidang gelincir bagi batuan yang berada di atas batulempung ini, kaitannya dengan
gerakan tanah. Dimana batulempung ini merupakan litologi yang paling rentan terhadap
gerakan tanah.
Gambar 6.1 Peta penyebaran litologi di Kecamatan Pati (alfa jihan,2014)

Gambar 6.2 Grafik Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan (hari) rata-rata bulanan pada Kecamatan Gunungpati
(1998 – 2007) (Sumber : Stasiun Klimatologi Semarang dalam Sucipto)

Berdasarkan data curah hujan dari Stasiun Klimatologi Semarang pada stasiun
pengamatan Gunungpati-Kota Semarang menunjukkan bahwa hujan rata-rata (1998-
2007) setiap tahunnya rata-rata sebesar 2026 mm, sedangkan jumlah hari hujan tiap
tahunnya rata-rata 70 hari hujan atau ± 6 hari setiap bulannya. Berdasarkan datadata
tersebut terlihat bahwa hujan yang terjadi pada bulan Nopember – Maret rata-rata diatas
200 mm dan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 390 mm dengan hari hujan
sebanyak 10-15 hari hujan. Sedangkan pada bulan Juli dan Agustus hujan terjadi rata-
rata sebesar 25 mm. Hal ini berpengaruh terhadap resiko yang ditimbulkan oleh litologi
yang telah dideskripsi yaitu lempung.
Lempung tersebut dapat dinterpretasi mengalami pristiwa settling yang membuat
material lempung tersebut tertransportasi dari daerah yang terjal kemudian terendapkan
pada daerah yang disebut zona suspense yang mana karena ukuran lempung tersebut kecil
sehingga mudah melayang danri daerah tertbawa oleh air dan terendapkan material
lempung saat kuat arus airnya sudah tenaang. Keberadaan sandy clays yang memiliki
material fragmen berukuran pasir halus memiliki interptretasi bahwa material pasir
tersebut adalah fragmen batuan andesit porfir yang tererosi dan mengalami pelapukan
yang cukup lama sehngga mengalami pristiwa terendapkannya bersama material lempung
tadi. Material lempung tersebut ikut terkompoaksi dengan baik dan ada yang masih
setengah terkompaksi sehingga endapan lempung tersebut belum mengeras dan hal
tersebut menyebabkannay menjadi berbentuk yang tidak rata dan menjadi pecah-pecah.
Karena belum mengalami pristiwa sedimentasi lanjut sehingga endapan lempung tersebut
masih belum mengeras dengan baik.
Lain halnya jika dikaitkan pada asal material lempung dan lapukan andesit
porfirnya karena daerah gunung pati merupakan daerah yang sangat dekat dengan gunung
lawu sehingga kemungkinan terbesar msih terdapat fragmen dan matriks dari material
hasil dari intrusi gunung lawu, dan menurut interpretasi karena pristiwa batu beku yang
sudah tertransport jauh dan adanya dukungan erosi oleh air sehingga batuan andesit porfir
dapat membentuk matriks dan terendapkan bersama material lempung yang asalnya bisa
dari mana saja asalkan ada suplai sedimen seperti sungai, rawa, danau dan lainnya.
Berbeda dengan keberadaan lingkungan pengendapannya yang dekat dengan air laut
sehingga dapat dinterpretasikan karena pengeboran dilakukan dekat dengan laut sehingga
dari kedalaman 1-10 meter pengeboran bisa saja didapatkan material lempung semua.

Pada core box manyaran 1 dan 2 dengan elevasi 112 mdpl yang lebih rendah
dibandingkan trangkil 1 dan 2 yang berada dielevasi 154 mdpl sehingga dapat
dinterpretasikan bahwa manyaran lebih dipengaruhi oleh msuplai sedimen material
lempung sedangkan trangkil lebih dipengaruhi oleh suplai sedimen pasir halus hingga
lanau. Sedangkan jika dilihat pada refrensi karena elevasinya yang cukup landai sehingga
daerah tersebut menjelaskan bahwa terdapat zona yang buruk zika harus dilakukan
pembangunan pondasi bangunan. Untuk penjelasannya karena baseland berupa material
tanah clayey sand dan sandy clay sehingga cukup sulit dilakukan pembangunan untuk
menghindari pristiwa gerakan tanah seperti longsor dan terdapat indikasi bergelombang
landai sehingga kemungkinan besar mengalami pergerakan tanah.
Berdasarkan daerah yang direkomendasikan untuk dilakukan rekomendasi
prospek pembangunan, daerah manyaran yang dari persebaran sifat fisik berupa kekuatan
batuan, secara vertikal dan horizontal sehingga dilakukan uji SPT dan dari hasil nya
diktahui nilai SPT si manyaran jika dilihat dari kedalaman 0-10 meter dominan naik
dengan rata-rata 1,87 dan nilai kohesi batuan untuk mengalami pelapukan relative rendah
yaitu 1,1 yang masih terbilang cukup aman untuk dilakukannya pembangunan rumah dan
ruko namun tidak aman jika dilakukan pembangunan hotel maupun gedung besar. Untuk
data pendukung yaitu soail dan rocknya masih terbilang sand dan clayey sand yang cukup
aman. Jika diabandingkan dengan daerah Trangkil maka daerah ini tidak lebih baik dan
tidak lebih aman jika dilakukan pembangunan. Hal itu dikarenakan nilai SPT nya yang jia
dirata-ratakan itu adalah 1,8 namun jika dilihat dari kohesinya yang tinggi yaitu 1,5 maka
diambil kesimpulan bahwa daerah trangkil tidak layak dilakukannya pembangunan dan
tidak aman, data yang mendukung dari batuan dan soailnya yaitu batulempung dan
sandyclay dominan.

Anda mungkin juga menyukai