Pada pengamatan core box manyaran 1 , yang berisi lima layer yang
dilakukan pendeskripsian pada tiap line tanah yang mempunyai karakter sendiri
pada tiap linenya. Adapun yang diidentifikasi pada pegamatan core box tanah
Manyaran 1 yaitu memperhatikan komponen warna tanah, ukuran butir penyusun
tanah, gradasi penyusun tanah, bentuk butir, kepadatan felatif, plastisitas dan
kekompakan untuk dapat diklasifikasikan dari persentase komposisi tanah
sehingga dapat dinamakan berdasarkan klasifikasi NZGS,2005.
Pada pembahasan kali ini dilakukan berdasarkan perline core box nya
yang mana tiap 1 meter log akan dibahas perbedaan log nya. Pada kenampakan
jenis batuan batuan yang sama tiap layer pada core box, terdapat log yang
kenampakan panjang log nya tidak lebih dari 10 cm, hal itu dapat disebabkan oleh
komponen tanahnya yang benar-benar sangat rapuh sehingga saat melakukan
pengambilan hasil pengeboran hasilnya seperti yang terlihat pada gambar
disamping.
Untuk deskripsi layer 1,2 dan 3 pada corebox seperti gambar diatas yang
panjangnya 1 metern memiliki warna yang sama semua tiap layer yaitu warna
abu-abu . sehingga dalam klasifikasi NZGS, 2005 core box dengan sample ini
berwarna dasar Kelabu.
Selanjutnya pada ukuran tanah yang terdapat pada tiap layers corebox mayaran I
ini berukuran lempung, yang ukurannya sekitar <1/256 mm. Pada layer ini semua
Matriks berupa lempung dengan semen nonkarbonatan, pada layer tiap layers ini
ditemukannya fragmen seperti serpihan halus andesit yang terlapukkan sehingga
membentuk butiran halus seperti pasir dan kira-kira ukuran nya 1/4mm-1/8mm,
yang artinya bahwa soil yang terdapat pada core box manyaran 1 adalah hasil
erosi dan pelapukan dari batuan berjenis batuan beku andesit, karena amsih
terlihat fragmen batuan berupa biotit, kuarsa dan plagioklas yang berwarna putih..
Untuk gradasi penyusun batuan tiap layers corebox ini memiliki ukuran
butir yang relative seragam sehingga gradasi tanah tidak mudah untuk dibedakan
ukuran butirnya karena memang ukurannya yang berupa lempung. Sehingga dapat
disimpulkan gradasi pada tiap layers corebox adalah Poorly graded yang
uniformly graded. Selanjtnya pada bentuk butir tanahnya terlihat bawah ukuran
sudah halus dengan tidak adannya butiran yang meruncing namun dominansi
berbentuk galobular yang belum membulat seutuhnya. Sehingga dalam
klasifikasi NZGS ,2005 termasuk Rounded.
Selanjutnya untuk bentuk butir nya masih dapat disebut rounded karena
memang ukurannya yang benar-benar sangat halus dan tidak ada bruntusan-
bruntusan tajam saat diraba, melainkan sudah sangat halus seperti ukuran lanau
hingga lempung. Untuk kepadatan relative sedikit berbeda dengan core box
manyaran 1 karena pada corebox manyaran 2 terdapat ukuran log yang lebih dari
10 cm sehingga corebox manyaran 2 yang panjang 1 meter tiap layers ini
memiliki kepadatan relative yang baik. Sehingga dalam klasifikiasi NZGS, 2005
kepadatan relative layer 2 adalah Medium dense.
Selanjut nya pada ukuran tanah yang terdapat pada tiap layers corebox
trangkil 2 ini berukuran pasir halus, yang ukurannya sekitar kurang lebih 0,002
mm. Pada layer ini semua Matriks berupa butiran halus dan lengeket dengan
semen nonkarbonatan, pada tiap layers corebox trangkil 2 ini tidak ditemukannya
fragmen seperti cangkang fosil maupun serpihan batubara., sehingga menurut
klasifikasi NZGS,2005 tanah tiap layers corebox trangkil 2adalah clay.
Untuk gradasi penyusun batuan tiap layers corebox trangkil 2 ini memiliki
ukuran butir yang relative seragam sehingga gradasi tanah tidak mudah untuk
dibedakan ukuran butirnya karena memang ukurannya yang berupa pasir halus.
Sehingga dapat disimpulkan gradasi pada tiap layers corebox trangkil 2 adalah
Poorly graded yang uniformly graded.
Selanjtnya pada bentuk butir tanahnya terlihat bawah ukuran sudah halus
dengan tidak adannya butiran yang meruncing namun dominansi berbentuk
galobular yang belum membulat seutuhnya. Sehingga dalam klasifikasi NZGS
,2005 termasuk Rounded.
Daerah manyaran I yang termasuk dalam salah satu daerah yang dilakukan
pengeboran on shore yang di lakukan di gunung pati sehingga diketahui litologi bawah
permukaan nya yaitu terdapat soil berklasifikasi sandy clay dan claey sand yang
diinterpretasikan bahwa pada daerah tersebut berada didaerah zona transisi hingga laut
dangkal, dapat diinterpretasi bahwa daerah memiliki lapisan sedimen lempung yang
tebal. Terjadinya suatu gerakan tanah juga dipengaruhi oleh jenis litologi pada suatu
daerah. Litologi yang sifatnya kurang kompak/resisten akan mudah terjadinya suatu
gerakan tanah. Selain itu juga litologi yang memiliki sifat khusus seperti batulempung
yang memiliki sifat kembang susut tinggi akan sangat berpengaruh terhadap terjadinya
gerakan tanah. Litologi yang kompak kecil kemungkinan terjadinya suatu gerakan tanah,
litologi ini akan resisten terhadap proses- proses erosi. Pengaruh jenis litologi terhadap
gerakan tanah tetap mengacu dengan tingkat kelerengan suatu daerah. Sehingga jenis
litologi ini memiliki ranking kedua kaitannya terhadap suatu gerakan tanah. Pada musim
kemarau air yang ada pada batulempung akan hilang sehingga batulempung ini akan
menyusut, sehingga banyak menghasilkan retakan-retakan pada batuan yang akan
mempermudah terjadinya gerakan tanah. Selain itu, sifat dari batulempung ini licin
apabila terkena suatu fluida (air), sehingga litologi tersebut dapat berperan sebagai
bidang gelincir bagi batuan yang berada di atas batulempung ini, kaitannya dengan
gerakan tanah. Dimana batulempung ini merupakan litologi yang paling rentan terhadap
gerakan tanah.
Gambar 6.1 Peta penyebaran litologi di Kecamatan Pati (alfa jihan,2014)
Gambar 6.2 Grafik Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan (hari) rata-rata bulanan pada Kecamatan Gunungpati
(1998 – 2007) (Sumber : Stasiun Klimatologi Semarang dalam Sucipto)
Berdasarkan data curah hujan dari Stasiun Klimatologi Semarang pada stasiun
pengamatan Gunungpati-Kota Semarang menunjukkan bahwa hujan rata-rata (1998-
2007) setiap tahunnya rata-rata sebesar 2026 mm, sedangkan jumlah hari hujan tiap
tahunnya rata-rata 70 hari hujan atau ± 6 hari setiap bulannya. Berdasarkan datadata
tersebut terlihat bahwa hujan yang terjadi pada bulan Nopember – Maret rata-rata diatas
200 mm dan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 390 mm dengan hari hujan
sebanyak 10-15 hari hujan. Sedangkan pada bulan Juli dan Agustus hujan terjadi rata-
rata sebesar 25 mm. Hal ini berpengaruh terhadap resiko yang ditimbulkan oleh litologi
yang telah dideskripsi yaitu lempung.
Lempung tersebut dapat dinterpretasi mengalami pristiwa settling yang membuat
material lempung tersebut tertransportasi dari daerah yang terjal kemudian terendapkan
pada daerah yang disebut zona suspense yang mana karena ukuran lempung tersebut kecil
sehingga mudah melayang danri daerah tertbawa oleh air dan terendapkan material
lempung saat kuat arus airnya sudah tenaang. Keberadaan sandy clays yang memiliki
material fragmen berukuran pasir halus memiliki interptretasi bahwa material pasir
tersebut adalah fragmen batuan andesit porfir yang tererosi dan mengalami pelapukan
yang cukup lama sehngga mengalami pristiwa terendapkannya bersama material lempung
tadi. Material lempung tersebut ikut terkompoaksi dengan baik dan ada yang masih
setengah terkompaksi sehingga endapan lempung tersebut belum mengeras dan hal
tersebut menyebabkannay menjadi berbentuk yang tidak rata dan menjadi pecah-pecah.
Karena belum mengalami pristiwa sedimentasi lanjut sehingga endapan lempung tersebut
masih belum mengeras dengan baik.
Lain halnya jika dikaitkan pada asal material lempung dan lapukan andesit
porfirnya karena daerah gunung pati merupakan daerah yang sangat dekat dengan gunung
lawu sehingga kemungkinan terbesar msih terdapat fragmen dan matriks dari material
hasil dari intrusi gunung lawu, dan menurut interpretasi karena pristiwa batu beku yang
sudah tertransport jauh dan adanya dukungan erosi oleh air sehingga batuan andesit porfir
dapat membentuk matriks dan terendapkan bersama material lempung yang asalnya bisa
dari mana saja asalkan ada suplai sedimen seperti sungai, rawa, danau dan lainnya.
Berbeda dengan keberadaan lingkungan pengendapannya yang dekat dengan air laut
sehingga dapat dinterpretasikan karena pengeboran dilakukan dekat dengan laut sehingga
dari kedalaman 1-10 meter pengeboran bisa saja didapatkan material lempung semua.
Pada core box manyaran 1 dan 2 dengan elevasi 112 mdpl yang lebih rendah
dibandingkan trangkil 1 dan 2 yang berada dielevasi 154 mdpl sehingga dapat
dinterpretasikan bahwa manyaran lebih dipengaruhi oleh msuplai sedimen material
lempung sedangkan trangkil lebih dipengaruhi oleh suplai sedimen pasir halus hingga
lanau. Sedangkan jika dilihat pada refrensi karena elevasinya yang cukup landai sehingga
daerah tersebut menjelaskan bahwa terdapat zona yang buruk zika harus dilakukan
pembangunan pondasi bangunan. Untuk penjelasannya karena baseland berupa material
tanah clayey sand dan sandy clay sehingga cukup sulit dilakukan pembangunan untuk
menghindari pristiwa gerakan tanah seperti longsor dan terdapat indikasi bergelombang
landai sehingga kemungkinan besar mengalami pergerakan tanah.
Berdasarkan daerah yang direkomendasikan untuk dilakukan rekomendasi
prospek pembangunan, daerah manyaran yang dari persebaran sifat fisik berupa kekuatan
batuan, secara vertikal dan horizontal sehingga dilakukan uji SPT dan dari hasil nya
diktahui nilai SPT si manyaran jika dilihat dari kedalaman 0-10 meter dominan naik
dengan rata-rata 1,87 dan nilai kohesi batuan untuk mengalami pelapukan relative rendah
yaitu 1,1 yang masih terbilang cukup aman untuk dilakukannya pembangunan rumah dan
ruko namun tidak aman jika dilakukan pembangunan hotel maupun gedung besar. Untuk
data pendukung yaitu soail dan rocknya masih terbilang sand dan clayey sand yang cukup
aman. Jika diabandingkan dengan daerah Trangkil maka daerah ini tidak lebih baik dan
tidak lebih aman jika dilakukan pembangunan. Hal itu dikarenakan nilai SPT nya yang jia
dirata-ratakan itu adalah 1,8 namun jika dilihat dari kohesinya yang tinggi yaitu 1,5 maka
diambil kesimpulan bahwa daerah trangkil tidak layak dilakukannya pembangunan dan
tidak aman, data yang mendukung dari batuan dan soailnya yaitu batulempung dan
sandyclay dominan.