TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.2. Peta Fisiografi daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur (Van Bemmelen, 1949),
lokasi penelitian (kotak merah)
1.2. Kondisi Hidrogeologi Regional
Semarang-Demak Basin dibentuk oleh batuan sedimen dan alluvium
terkonsolidasi. Sistem akuifer di Semarang-Demak Basin dapat dibedakan
menjadi dua jenis yang terdiri dari unconfined upper aquifer dan confined lower
aquifer. Sistem akuifer di Semarang–Demak Basin menurut komposisi batuannya
dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu akuifer alluvium, akuifer damar
dan akuifer breksi volkanik. Akuifer alluvium terdiri 2 kelompok, yaitu akuifer
Garang dan akuifer Marin Kuarter. Sodium chloride dan sodium bicarbonate
merupakan jenis air dari akuifer Alluvium, sementara calcium dan sodium adalah
jenis air akuifer Damar & akuifer Breksi Vulkanik. Curah hujan, limpasan,
evapotranspirasi nyata dan pengisian ulang bersih dari perkotaan (net urban
recharge) merupakan parameter untuk memperkirakan resapan air tanah yaitu
sekitar 316 mm / a. Sumber-sumber air di wilayah Demak berupa sumber air di
permukaan tanah dan air tanah. Sumber air di permukaan tanah berasal dari
sungai-sungai, laut dan pantai.
1.3. Sifat Batuan Terhadap Airtanah
Menurut Krusseman (Bakri, 2003) ditinjau dari sifat dan prilaku batuan terhadap
air tanah terutama sifat fisik, struktur dan tekstur maka batuan dapat dibedakan
kedalam 4 (empat) macam :
a. Akuifer adalah lapisan batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa
sehingga dapat meyimpan dan mengalirkan air tanah yang cukup berarti
seperti batu pasir, dan batugamping
b. Akuiklud adalah lapisan batuan yang dapat meyimpan air akan tetapi tidak
dapat mengalirkan air tanah dalam jumlah yang cukup berarti seperti
lempung, shale, tuf halus
c. Akuitar adalah lapisan batuan yang dapat menyimpan air tetapi hanya dapat
mengalirkan air tanah dalam jumlah yang sangat terbatas seperti basal scoria,
serpih, napal, dan batulempung
d. Akuifug adalah lapisan batuan yang tidak dapat menyimpan dan mengalirkan
air tanah seperti batuan beku dan batuan metamorf dan kalaupun ada air pada
lapisan batuan tersebut hanya terdapat pada kekar atau rekahan batuan saja
1.4. Jenis Jenis Akuifer
Berdasarkan litologi, akuifer dibedakan menjadi 4 Jenis :
a. Akuifer Bebas (Unconfined aquifer)
Akuifer bebas atau akuifer tak tertekan merupakan akuifer jenuh air yang
hanya dibatasi oleh lapisan bawah berupa lapisan impermeable. Batas di
bagian atas merupakan muka airtanah.
b. Akuifer Tertekan (Confined aquifer)
Akuifer tertekan adalah suatu akuifer dimana airtanah terletak di bawah
lapisan kedap air (impermeable) dan mempunyai tekanan lebih besar daripada
tekanan atmosfer. Air yang mengalir pada lapisan pembatasnya, karena
confined aquifer merupakan akuifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan
atas dan bawahnya.
c. Akuifer Bocor (Leakage aquifer)
Akuifer bocor dapat didefinisikan suatu akuifer dimana airtanah terkekang di
bawah lapisan yang setengah kedap air sehingga akuifer disini terletak antara
akuifer bebas dan akuifer terkekang
d. Akuifer Menggantung/melayang (Perched aquifer)
Akuifer yang disebut akuifer melayang jika di dalam zona aerosi terbentuk
sebuah akuifer yang terbentuk di atas lapisan impermeable. Akuifer melayang
ini tidak dapat dijadikan sebagai suatu usaha pengembangan airtanah, karena
mempunyai variasi permukaan air.
1.5. Metode Geolistrik
Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang bertujuan
mengetahui sifat-sifat kelistrikan lapisan batuan dibawah permukaan tanah dengan
cara menginjeksikan arus listrik ke dalam tanah. Geolistrik merupakan salah satu
metode geofisika aktif, karena arus listrik berasal dari luar sistem. Tujuan utama
dari metode ini sebenarnya adalah mencari resistivitas atau tahanan jenis dari
batuan. Resistivitas atau tahanan jenis adalah besaran atau parameter yang
menunjukkan tingkat hambatannya terhadap arus listrik . Batuan yang memiliki
resistivitas makin besar, menunjukkan bahwa batuan tersebut sulit untuk dialiri
oleh arus listrik.
Resistivitas batuan dapat diukur dengan memasukkan arus listrik ke dalam
tanah melalui 2 titik elektroda di permukaan tanah dan 2 titik lain untuk mengukur
beda potensial di permukaan yang sama. Hasil pengukuran geolistrik dapat berupa
peta sebaran tahanan jenis baik dengan jenis mapping atau horisontal
maupun sounding atau kedalaman. Hasil pengukuran geolistrik mapping maupun
sounding disesuaikan dengan kebutuhan diadakannya akuisisi data serta jenis
konfigurasi yang digunakan.
Metode geolistrik memiliki macam-macam konfigurasi, yaitu konfigurasi
Wenner, konfigurasi Schlumberger, konfigurasi Wenner-Schlumberger,
konfigurasi Dipole-dipole, konfigurasi Pole-dipole, konfigurasi pole-pole,
konfigurasi Square.
Pada pengambilan data geolistrik ini digunakan salah satu konfigurasi,
yaitu konfigurasi Schlumberger. Konfigurasi Schlumberger merupakan
konfigurasi empat elektroda dimana terdapat sepasang elektroda arus yaitu C1-C2
atau A-B dan sepasang elektroda potensial P1-P2 atau M-N, dimana terdapat titik
tengah dimana jarak dari pusat dengan elektroda potensial disebut l, dan jarak
antara pusat dengan elektroda arus disebut L, dimana jarak antar elektroda
potensialnya 2l, dimana (l-x) > Dalam pengukurannya konfigurasi ini biasanya
sering diubah pada jarak antar elektroda arusnya, dan terkadang elektroda
potensialnya tetap. Maka untuk nilai resistivitasnya yaitu ρ=KR. Dalam
konfigurasi ini, dapat digunakan untuk resistivity mapping dan sounding,
konfigurasi ini sangat baik untuk VES (Vertikal Electrical Sounding) dan tidak
cocok untuk CST (constant separation traversing). Memiliki sensitivitas orientasi
yang baik, sensitivitas lateral yang baik dalam penentuan ketidakhomogenan.