Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Pada tanggal 18 Oktober 2017, pukul 18.30 WIB telah dilaksanakan


praktikum Geologi Batubara di ruang 103 Gedung Pertamina Sukowati,
Universitas Diponegoro, Semarang, Acara Lingkungan Pengendaan Batubara.
Praktikum kali ini menggunakan alat dan bahan seperti Kertas A0, Well Log,
gunting, penggaris, pensil warna, alat tulis, dan double tip. Pada praktikum ini
melakukan penentuan litologi dari nilai gamma ray logging dan densitynya, yang
kemudian dilakukan korelasi stratigrafi dari data-data log sumur pengeboran, dan
dilakukan interpretasi fasies dan lingkungan pengendapan batubara. Gamma Ray
Log adalah metoda untuk mengukur radiasi sinar gamma yang dihasilkan oleh
unsur-unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan di sepanjang lubang
bor. Unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan tersebut diantaranya
Uranium, Thorium, Potassium, Radium. Biasanya Unsur radioaktif banyak
terdapat dalam shale dan sedikit sekali terdapat dalam sandstone, limestone,
dolomite, coal, gypsum, dll. Oleh karena itu shale akan memberikan response
gamma ray yang sangat signifikan dibandingkan dengan batuan yang lainnya.
Terdapat tiga data log yang akan dilakukan korelasi yaitu log pertama
dengan drilling seri point/ nummber BK-202 memiliki kedalaman 155 m, log
kedua drilling seri point/ nummber BK-209 memiliki kedalaman 135 m, log
ketiga dengan drilling seri point/ nummber BK-227 memiliki kedalaman 105 m.
Dari interpretasi hasil Well Log didapat litologi berupa batulempung yang
memiliki nilai gamma ray yang tinggi, batupasir dengan nilai gamma ray nya
relatif rendah, dan batubara nilai gamma ray yang sangat rendah (mendekati 0).
Kemudian diwarnai dan dilakukan korelasi dari ketiga log tersebut dengan datum
yang sama terdapat pada kedalaman 75 m (BK-202), 65 m (K-209), dan 25 m
(BK-227). Dari stratigrafi ketiga log yang telah dikorelasikan, dapat dilihat bahwa
pola pengandapan litologinya dari paling tua (bottom/ lapisan paling bawah)
hingga paling muda (top/lapisan paling atas) pada kedalaman 155 m-145 m, BK-
202, kedalaman 135 m-130 m BK-209, kedalaman 105m-101 m, BK-227)
terdapat lapisan batulempung dan lapisan batubara tipis disertai dengan pinch out
batupasir pada batulempung dan pinch out batulempung pada lapisan batubara di
sebelah barat. Pada kedalaman 135 m – 132 m terdapat lapisan batubara tebal
pada lapisan tubuh batubara ini terdapat sisipan batulempung /clay beds sebanyak
3 lapisan. Pada kedalaman 132 m – 122 m terdapat lapisan batulempung yang
disertai dengan pinch out batubara disebelah barat. Pada kedalaman 122 m- 107 m
terdapat lapisan batupasir tebal dari barat terdapat lapisan batubara yang menipis
pada BK 209 dan tidak ditemukan pada BK 227. Pada kedalaman 107m – 93 m
terdapat perselingan batupasir dan batulempung pada lapisan atas terdapat
batubara yang memiliki clay beds/split. Pada kedalaman 93m- 87 m terdapat
lapisan batupasir yang memiliki pinch out di sebelah barat. Pada kedalaman 87m-
76 meter terdapat lapisan batubara tebal, terdapat sisipan batulempung/ split pada
lapisan ini. Pada kedalaman 76m-35 m terdapat lapisan batupasir tebal dengan
batubara yang semakin kebarat semakin menipis. Pada kedalaman 35m-0 m
terdapat lapisan batupasir daribarat ke timur semakin menipis, diatasnya terdapat
lapisan batubara dari timur ke barat menebal pada bagian tengah (BK209), diatas
lapisan ini terdapat batulempung dari barat ke timur semakin menipis, di atas
lapisan ini terdapat batupasir yang semakin ketimur semakin menipis. Lapisan
paling atas terdapat batubara yang sangat tipis.
Barat Timur

Back swamp

Back Swamp

Channel
Channel

Channel

Swamp Swamp Swamp

Levee Levee
Levee

Swamp
Swamp

Swamp
Flood plan
Flood Plan

Gambar 3.1 Korelasi Stratigrafi Log


Dari hasil korelasi yang dilakukan ditemukan 5 fasies pengendapan yang
dari lapisan paling bawah hingga ke atas. Pertama dengan litologi betulempung
tebal dan terdapat batubara dari timur ke barat semakin menebal diinterpretasikan
terendapkan pada fasies flood plan, kedua dengan litologi batulempung dan
batubara terdapat clay bed/split dari timur ke barat memiliki tebal yang sama
diinterpretasikan terendapkan pada fasies swamp, fasies ketiga dengan litologi
betupasir, batubara, perselingan betulempung dan batupasir dari timur ke barat
menunjukkan penipisan batupasir dan penebalan lapisan batubara dan penebalan
batupasir diinterpretasikan terendapkan pada fasies levee, keempat dengan litologi
batubara yang tebal dan terdapat sisipan batulempung dalam tubuh batubara (clay
bed/split) yang disebut parting, dari timur ke barat memiliki tebal yang sama
diinterpretasikan terendapkan pada fasies swamp, kelima dengan litologi betupasir
yang tebal, sedikit batulempung dan terdapat batubara dari timur ke barat
menunjukkan penebalan batupasir batu lempung, lapisan batubara berangsur-
angsur menipis dan tidak terdapat dibagian barat, diinterpretasikan terendapkan
pada fasies channel, fasies keenam yaitu dengan litologi batupasir, betulempung
dan batubara dari timur ke barat menunjukkan penebalan batupasir, batubara
semakin ke barat berangsur-angsur manipis dan menghilang yang
diinterpretasikan teredapkan pada fasies back swamp.
Dari hasil korelasi dan interpretasi fasies ketiga log yang didapat dapat
diinterpretasikan bahwa lingkungan pengendapan batubara tersebut berada pada
Upper delta plain. Ciri-ciri endapan pada lingkungan upper delta plain banyak
terendapakan litologi pasir dengan menunjukan energi besar pada channel
biasanya terdapat disekitar rawa kecil dan danau-danau. Pada lingkungan
pengendapan ini juga akan terlihat ciri-ciri batubara yang terendapkan cukup tebal
dan terdapat sisipan lapisan batulempung di dalam tubuh batubara yang disebut
clay bed/ split. Terbentuknya clay bed ini disebabkan oleh pengaruh perbedaan
material dan ukuran butir sedimen yang terendapakan sehingga energi
pengendapannya juga akan berbeda.

Gambar 3.2 Stratigrafi pada upper delta

Anda mungkin juga menyukai