Anda di halaman 1dari 18

Ringkasan Perkuliahan Mata Kuliah Tauhid

Tahun akademik 2013/2014 Ganjil

16-Dec-13

Isma Swastiningrum – 13620024 - Fisika


PENGERTIAN TAUHID: ETIMOLOGIS MAUPUN TERMINOLOGIS

Secara etimologi tauhid berasal dari kata wahhada, yuwahhidu, tauhida yang berarti menjadikan
sesuatu satu atau dengan kata lain mengesakan.
Secara terminologi tauhid adalah mengesakan Allah dalam perkara-perkara yang menjadi
kekhususanNya meliputi rububiyah, uluhiyah, asma` wa sifatNya.

TUJUAN MEMPELAJARI TAUHID

Tujuan tauhid adalah memantapkan kepercayaan-kepercayaan agama dengan jalan akal pikiran
di samping kemantapan hati orang-orang yang percaya kepadanya, dan membela kepercayaan-
kepercayaan tersebut dengan mengilangkan bermacam-macam keraguan yang boleh jadi masih
kelihatan melekat atau sengaja dilekatkan oleh lawan-lawan kepercayaan itu. Tauhdi bisa disebut
“induk ilmu-ilmu agama”. Tauhid mengangkat kepercayaan seseorang dari lembah taqlid kepada
puncak keyakinan.

MACAM-MACAM TAUHID:

1. Tauhid Uluhiyah yaitu Tuhan Allah satu-satunya Tuhan yang berhak untuk disembah dan
meniadakan sekutu bagiNya. Dasar Q.S. Al Ikhlas: 1, An Nisa: 36. Konsekuensinya:
mengesakan (taqarub), taqwa, tidak syirik.
2. Tauhid Rubiyah yaitu Allah satu-satunya tuhan yang menciptakan, mengatur, dan
memelihara alam. Maka pengabdian manusia hanya kepadaNya. Dasar Q. S. Az Zumar:
62. Konseskuensinya: menjaga sumber daya alam, mengembangkan alam, syukur, dll.
3. Tauhid Ubudiyah yaitu segala bentuk peribadatan kepada Allah.
4. Tauhid Asma Wa Sifat yaitu Allah yang maha sempurna, Allah mempunyai nama-nama
dan sifat yang kamal. Konsekuensinya: mengakuinya, menambah iman kita, dan
meneladani sifat-sifat Allah yang sempurna itu.

KONSEP ISLAM-IMAN DAN ASPEK-ASPEKNYA


Islam dalam arti umum dan luas mengandung arti bahwa manusia harus berserah diri
kepada Allah, menyerahkan segenap jiwanya kepada-Nya. Dalam arti khusus, sebagai agama,
Islam inilah risalah terakhir yang diturunkan Allah SWT kepada mereka agar berserah diri secara
paripurna kepada-Nya dan pasrah kepada kehendak-Nya dalam setiap masalah kehidupan
mereka sehari-hari sekecil apa pun.

Secara garis besar, aspek ajaran Islam terdiri atas 3 hal, yaitu:

1.Aspek Aqidah : Aqidah, diambil dari kata dasar "al-‘aqdu" yaitu ar-rabth(ikatan)
sedangkan secara istilah yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi
tenteram karenanya. Merupakan fondasi agama Islam yang sifat ajarannya pasti, mutlak
kebenarannya. Inti ajarannya adalah mengesakan Allah SWT.

2.Aspek Syariah : secara bahasa berarti “jalan yang harus dilalui” sedangkan menurut
istilah berarti “ketentuan hukum Allah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah
yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, manusia
dengan flora dan founa serta alam sekitarnya.

3.Aspek Akhlaq : menurut bahasa berarti “perbuatan”, sedangkan menurut istilah adalah
aturan tentang perilaku lahir dan batin yang dapat membedakan antara yang terpuji dan
tercela. Akhlak yang benar menurut islam adalah yang dilandasi iman yang benar.

Pengertian Iman adalah membenarkan dengan hati, diikrarkan dengan lisan dan dilakukan
dengan perbuatan. Iman secara bahasa berasal dari kata “Asman-Yu’minu-limaanan” artinya
meyakini atau mempercayai. Aspek-aspeknya: Iman kepada Allah, malaikat, kita-kitab Allah,
Rasul-rasul Allah, hari kiamat, dan qadha & qadar.

KONSEP KUFUR – SYIRIK DAN ASPEK-ASPEKNYA

Secara bahasa kufur artinya menutupi, sedangkan menurut istilah artinya ingkar terhadap Allah
SWT, atau tidak beriman kepada Allah SWT dan rasul-Nya, baik dengan mendustakannya
maupun tidak. Perbedaannya, kalau mendustakan berarti menentang dan menolak, tetapi kalau
tidak mendustakan artinya hanya sekedar tidak iman dan tidak percaya.
Kufur, ditinjau dari berat tidaknya dosa ada dua macam: Kufur besar dan kufur kecil.

Syirik menurut bahasa artinya bersekutu atau berserikat. Dalam istilah ilmu tauhid, syirik berarti
mempersekutukan tuhan dengan selain Allah SWT, baik persekutuan itu mengenai zat-Nya,
sifat-Nya, Afal-Nya, maupun mengenai ketaatan yang seharusnya ditunjukkan hanya kepada-
Nya. Syirik adalah lawan kata tauhid, yang berarti mengesakan Allah dan mensucikan-Nya dari
segala jenis persekutuan.

Syirik merupakan merupakan perbuatan dosa yang paling berat (QS.Luqman:13) yang tidak
dapat diampuni (QS.An-Nissa :48), bukan karena Allah iri hati, karena hal itu adalah mustahil
baginya, tetapi karena syirik itu merusak akhlak manusia. Syirik juga ada dua: syirik besar dan
syirik kecil.

HAL-HAL YANG MENGOTORI DAN MERUSAK AKIDAH ISLAMIYAH


Syirik menurut bahasa artinya bersekutu atau berserikat. Dalam istilah ilmu tauhid, syirik
berarti mempersekutukan tuhan dengan selain Allah SWT, baik persekutuan itu mengenai zat-
Nya, sifat-Nya, Afal-Nya, maupun mengenai ketaatan yang seharusnya ditunjukkan hanya
kepada-Nya. Syirik adalah lawan kata tauhid, yang berarti mengesakan Allah dan mensucikan-
Nya dari segala jenis persekutuan.

Syirik merupakan merupakan perbuatan dosa yang paling berat (QS.Luqman:13) yang tidak
dapat diampuni (QS.An-Nissa :48), bukan karena Allah iri hati, karena hal itu adalah mustahil
baginya, tetapi karena syirik itu merusak akhlak manusia.

Tahayul
Tahayul yaitu cerita-cerita bohong, tidak masuk akal dan dihubungkan dengan aqidah.
Cerita-cerita dan dongeng-dongeng orang-orang dahulu kala yang membuat orang menjadi
penakut dan pemalas. Ini harus dibasmi oleh setiap orang beriman.
khurafat
Kurafat adalah kepercayaan, berbeda dengan tahayul yang dalam bentuk cerita-cerita dan
dongeng, tapi berupa kepercayaan kepada yang ghoib, yang tidak bersumber pada Al-Qur’an dan
Hadits.Hal ini menyebabkan penyelewengan aqidah, oleh karena itu kepercayaan seperti ini
harus dibasmi sampai ke akar-akarnya
Kufur
Dalam bahasa arab berarti menutupi.secara terminologi kufur berarti mengingkari suatu
bagian dari ajaran islam dimana tanpa bagian itu keislaman seseorang menjadi batal atau tidak
sempurna.
Kafir
Terjemahan kafir memang memiliki banyak arti. Yang dimaksud kafir dalam
pembahasan ini adalah orang yang tidak mempercaya tau tidak beriman kepada Allah SWT. Baik
orang yang bertuhan selain Allah SWT maupun tidak bertuhan sama sekali (atheis).
Murtad
Murtad adalah sebutan untuk menyebut orang yang keluar dari islam. Pada mulanya
orang seperti ini beriman kepada Allah SWT dan ia seorang muslim, kemudian ia meninggalkan
keimananya itu untuk selanjutnya beriman kepada yang lain atau tidak beriman sama sekali
(atheis).
Munafik
Munafik adalah sebutan bagi orang yang secara lahiriah beragama islam, tetapi jiwa atau
batinnya tidak beriman. Secara lahir ia mengaku beriman kepada Allah, mengaku beragama
islam, bahkan dalam hal tertentu nampak seperti berbuat dan bertindak untuk kepentingan agama
islam. Tetapi hatinya tidak beriman.
Ria
Ria adalah sikap ingin dipuji orang lain. Ria merupakan putik dari sikap yang namanya
Ujub ( heran/kagum pada kemampuan dirinya ), jika bunga (ujub) ini terus dibiarkan akan
menjadi ria dan jika ria dibiarkan akan berbuah menjadi Takabur(sombong ). Rosulullah pernah
memperingatkan bahwasanya ria adalah syirik khafi ( syirik kecil)
Ananiah
Ananiah adalah sikap egoisme ( mementingkan diri sendiri ). Sebenarnya sikap
mendahului diri sendiri dibenarkan oleh Allah SWT namun ada tempat dan batasnya ,misal hak-
hak pribadi dan manusia boleh mendahulukan dirinya dalam bidang mendekekatkan diri kepada
Allh swt ( taqarrub ila Allah ) dengan ibadah yang ikhlas dan khusu’. Manusia adalah sosial
maka dibutuhkan aturan-aturan yang mengikat mereka, nah ketika manusia terlalu
mengedepankan dirinya maka ia akan terjatuh dalam sikap ananiah dan sikap ini akan
mendorong dia mempertuhankan dirinya sendiri maka hancurlah tawhidnya.
Takut dan Bimbang
Penyakit ini timbul karena kurang yakinnya kita terhadap kemutlakan kekuasaan Allah
SWT dan kurangnya tawakal sehingga menyebabkan orang tergantung terhadap orang lain.
Orang yang takut dan bimbang akan mudah berfikir yang tidak rasional. Penyakit initergolong
pertanda syirik
Zhalim
Zhalim dan kufur hanya berbeda di i’tiqadnya saja. Zhalim ialah meletakan sesuatu yang
tidak pada tempatnya atau melakukan sesuatu yang berlawanan dengan hukum atau sunnah.
Perbuatan zhalim berlawanan dengan tawhid dan mendekatkan kepada syirik.
Dengki ( Hasad)
Dengki adalah sifat yang merasa tidak senang atas keberhasilan orang lain dan
menganggap dirinya paling hebat, padahal Allah SWT menilai seseorang dari taqwanya bukan
prestasi yang bersifat lahiriah.
AKAL DAN WAHYU: KONSEP DAN HUBUNGAN KEDUANYA DALAM ISLAM
Akal merupakan potensi manusia, pembeda manusia dengan makhluk lain, dan berupa potensi
dan kehendak. Sedangkan wahyu merupakan pesan Allah kepada manusia, pembeda rasul
dengan manusia biasa, dan berupa al kitab. Hubungannya, akal dan wahyu sama-sama berasal
dari Allah. Otoritas akal dan wahyu sama yaitu mampu mengetahui tuhan, megetahui baik dan
buruk, mengetahui aturan dan mengetahui konsekuensi amal. Kebenaran akal bersifat relative,
sedangkan wahyu mutlak.
SEJARAH TIMBULNYA ALIRAN PEMIKIRAN KALAM ERA KLASIK
Ilmu kalam sebagai ilmu yang berdiri sendiri belum dikenal pada masa Nabi Muhammad saw.,
maupun pada masa sahabat-sahabatnya. Akan tetapi baru dikenal pada masa berikutnya, setelah
ilmu-ilmu keislaman yang lain satu persatu muncul dan setelah orang banyak membicarakan
tentang kepercayaan gaib (metafisika). Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya ilmu kalam
dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor-faktor yang datang dari dalam Islam dan
kaum Muslimin sendiri dan faktor-faktor dari lauar mereka, karena danya kebudayaan lain dan
agama yang bukan Islam.
1. Faktor-faktor dari dalam
a. Qur’an sendiri disamping ajakannya kepada tauhid dan mempercayai kenabian dan hal-hal yang
berhubungan dengan itu, menyingggung pula golongan-golongan dan agama pada masa Nabi
Muhammad saw., yang mempunyai kepercayaan-kepercayaan yang tidak benar.
b. Ketika kaum Muslimin selesai membuka negeri-negeri baru untuk Islam, mereka mulai
tenteram dan tenang pikirannya, di sampaing melimpah-limpahny rezeki. Di sinilah mulai
mengemukakan persoalan agama dan berusaha mempertemukan nas-nas agama yang
kelihatannya saling bertentangan.
c. Sebab yang ketiga ialah soal-soal politik. Contoh yang tepat untuk soal ini khilafat (pimpinan
pemerintahan negara). Ketika Rasulullah meninggal dunia, beliau tidak mengangkat seorang
pengganti, tidak pula menentukan pilihan penggantinya. Karena itu antara sahabat Muhajirin dan
Ansar terdapat perselisihan, masing-masing menghendaki supaya pengganti Rasul dari pihaknya.
2. Faktor-faktor dari luar
a. Banyak diantara pemeluk-pemeluk Islam yang mula-mula beragama Yahudi, Masehi, dan lain-
lain, bahkan diantara mereka ada yang sudah menjadi ulamanya. Setelah pikiran mereka tenang
dan sudah memegang teguh agama baru, yaitu Islam, mereka mulai mengingat-ingat kembali
ajaran agamanya yang dulu, dan dimasukkannya ke dalam ajaran-ajaran Islam.
b. Golongan Islam yang dulu, terutama golongan Muktazilah, memusatkan perhatiaannya untuk
penyiaran Islam dan membantah alasan-alasan mereka memusuhi Islam. Dengan demikian,
mereka harus menyelami pendapat-pendapat tersebut dan akhirnya negeri Islam menjadi arena
perdebatan bermacam-macam pendapat dan bermacam-macam agama, hal mana bisa
mempengaruhi masing-masing pihak yang bersangkutan.
c. Sebagai kelanjutan dari sebab-sebab tersebut, para mutakalimin hendak mengimbangi lawan-
lawannya yang menggunakan filsafat, maka mereka terpaksa mempelajari logika dan filsafat,
terutama segi ketuhanan. (Hanafi, 1974 :7)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA PERBEDAAN ALIRAN


KALAM
a. Faktor Politik
Tepatnya berawal pada saat kepemimpinan ali bin abi thalib, yang mengacu pada peristiwa
terbunuhnya khalifah sebelumnya Utsman Bin Affan . Pasalnya, pembaiatan Ali bin Abi Thalib
sebagai khalifah dipandang tidak sah atau tidak sempurna atau cacat . hal ini di karenakan yang
mendesak Ali bin Abi Thalib agar bersedia menjadi khalifah adalah para pemberontak yang telah
membunuh Utsman bin Affan .
b. Faktor teologi
Detidakngan adanya perbedaan pemikiran umat Islam dalam memahami dan menafsirkan ayat-
ayat Al-Qur’an maka sudah pasti akan berbeda pendapat-pendapatnya sehingga melahirkan
aliran teologi dalam Islam
Aliran-aliran dalam Islam yang lahir karena perbedaan penafsiaran Al-Qur’an diantaranya
adalah Qadariyah, Jabbariyah, Mu’tazilah danahlu al-Sunnah wa al-jamaah

KHAWARIJ-SYIAH-MURJIAH
1. Khawarij

Secara umum ajaran-ajaran pokok Khawarij adalah orang Islam yang melakukan dosa besar
adalah kafir, orang-orang yang terlibat pada perang Jamal (perang antara Aisyah, Thalhah dan
Zubair dengan Ali bin Abi Thalib) dan para pelaku tahkim (termasuk yang menerima dan
membenarkannya) dihukumkan kafir dan khalifah harus dipilih langsung oleh rakyat.

Begitu pula dengan doktrin-doktrin pokok yang ditanamkan antara lain: [9]

1) Khalifah atau Imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh ummat Islam.

2) Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab, setiap orang muslim berhak menjadi
khalifah bila memenuhi syarat.

3) seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng.


4) Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga harus dibunuh.
5) Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka bila tidak maka ia
wajib di bunuh.
6) Adanya wa’ad dan wa’id.
7) Amar makruf nahi munkar.
8) Memalingkan ayat-ayat Al-qur’an yang mutasyabihat.
9) Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan

Dari doktrin di atas dapat kita simpulkan bahwa doktrin kaum Khawarij dapat dikategorikan
dalam tiga kategori yaitu :

a. Doktrin politik, dimana membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan kenegaraan


khususnya tentang kepala negara atau khalifah.

b. Doktrin teologi, dimana membicarakan tentang dosa besar. Doktrin teologi Khawarij yang
radikal pada dasarnya merupakan imbas dari doktrin sentralnya yaitu doktrin politik. Radikalitas
itu sangat dipengaruhi oleh sisi budaya mereka yang juga radikal serta asal usul mereka yang
berasal dari masyarakat badawi dan pengembara padang pasir yang tandus.

c. Doktrin sosial, dimana doktrin ini memperlihatkan kesalehan asli kelompok Khawarij.

2. Syi’ah

Sementara kaum Syi’ah mempunyai 5 (lima ) prinsip utama dalam pemikirannya yaitu : Al
Tauhid (ke Esaan Tuhan), Al ‘adl (keadilan), Nubuwwah (Kenabian), Imamah (Kepemimpinan)
dan Ma’ad (Kiamat).

1) Al Tauhid

Kaum Syi’ah, khususnya aliran Istna Asyariyyah yang dipelopori Hisyam bin al Hakam
memandang bahwa eksistensi Allah dapat dijelaskan melalui keberadaan manusia beserta sifat
yang ada dalam diri manusia itu, pandangan ini dikenal dengan paham al Tajsim dan Tasybih (
meng antromorfis kan Allah ), namun pada generasi berikutnya paham tersebut ditinggalkan dan
menganut paham al Tanzih wa al Tajrid yaitu me Maha suci-kan dan me Maha abstrakkan Allah,
paham dari generasi ini dipelopori al Syeikh al Mufid. Paham yang pertama yaitu al Tajsim wa
Tasybih digunakan kaum Syi’ah untuk menentang kaum Mu’tazilah yang menentang dan
menolak teori imamah versi Syi’ah, namun akhirnya atas prakarsa Bani Buwaihi, kedua kaum ini
dipersatukan dengan menganut paham kedua yaitu al Tanzih dan al Tajrid.

Berbeda dengan aliran Istna Asyariyyah, aliran Ismailiyyah, filsafat ketuhanannya berlandaskan
pada prinsip bahwa akal manusia tidak mampu mempersepsi zat ilahi, zat ini mempunyai sifat-
sifat dan sifat-sifat itu hanya dituangkan pada akal pertama yang diciptakan Allah. Artinya kita
hanya mengetahui al aql al-mubtada’ (akal yang dicipta) tetapi tidak bisa mengetahui al Bari al
Mubdi (pencipta yaitu Allah). Dalam teori emanasi (al Faid wa al Sudur), kaum ini menjelaskan
bahwa bermula dari akal beremanasi al Nafs al kulliyyah (jiwa universal), dari jiwa itu
beremanasilah materi ini. Dari persatuan akal, jiwa materi, waktu dan ruang beremanasilah
gerakan segala falak dan alam. Begitu pun dengan wahyu, bahwa ia tidak terputus karena wahyu
merupakan pancaran dari al Natiq kepada al Was-yu dan para imam.

Mengenai masalah yang berhubungan dengan ketuhanan, kaum Zaidiyah pada awalnya lebih
dekat kepada kaum salaf, walaupun imam mereka berguru pada washil bin Atha’. Mereka
berpandangan bahwa Allah SWT adalah sesuatu yang tidak seperti sesuatu yang lain, tidak
serupa dengan segala sesuatu yang ada. Ia Maha mengetahui, Maha kuasa, karena sifat Maha
mengetahui dan Maha Kuasa bukanlah ia juga bukan selain ia.

2) Al Adl

Al Adl maksudnya adalah bahwa Allah tidak berbuat dzalim kepada seseorang dan tidak
melakukan sesuatu yang buruk menurut akal sehat. Akal yang mengatakan bahwa buruk bagi
Allah itu mustahil maka kaum Syi’ah menetapkan sifat Al adl hanya pantas dipunyai atau bagi
Allah sedangkan Syara’ hanya memperkuat dan memberi tanda-tandanya saja, bahkan akal tanpa
bantuan syara’ tidak dapat menentukan baik buruk.

3) Nubuwwah

Kaum Syi’ah meyakini bahwa semua Nabi yang disebutkan dalam Al Qur’an adalah utusan
Allah dan hamba-hambaNya yang mulia. Mereka ditugaskan untuk mengajak manusia kepada
yang Al Haq atau Allah. Nabi Muhammad SAW adalah Nabi terakhir dan pemimpin para rasul.
Hal terpenting dalam keyakinan mereka tentang kenabian adalah permasalahan ‘Ishamah
(ma’shum). Mereka meyakini tentang kesempurnaan sifat-sifat Nabi. Kitab-kitab Allah yang
diturunkan kepada Nabi adalah mukjizat, begitupun juga dengan hal-hal yang berkaitan dengan
kenabian dan al Qur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad dan kitab suci umat Islam.

4) Imamah

Mengenai masalah ini, kaum Syi’ah berpandangan bahwa imamah bukanlah masalah
kemaslahatan umum, melainkan merupakan suatu rukun agama dan pokok agama Islam yang
tidak boleh dilalaikan oleh Nabi atau diserahkan oleh rakyat, artinya rakyat tidak mempunyai hak
untuk memberikan pertimbangan dan menunjuk seorang imam melainkan hanya Nabi yang
berkewajiban menunjuk imam yang akan memimpin rakyat sepeninggal beliau. Dan setiap imam
wajib pula menunjuk imam yang akan menggantikannya. Kaum Syi’ah berpandangan bahwa
dalam agama Islam tidak ada sesuatu yang lebih penting dari pada masalah penunjukan imam,
apabila imam tersebut telah menunjuk penggantinya maka ia akan dapat meninggal dunia dengan
perasaan lega dan tidak merasa kuatir atas kepentingan rakyat.

Oleh karena Nabi mempunyai kewajiban untuk menunjuk imam yang akan mengurus
kepentingan kaum muslimin sesudah beliau wafat, maka beliau telah melaksanakan kewajiban
itu yaitu telah menunjuk Ali, dan penunjukannya dilakukan dengan nash yang jelas bukan secara
sindiran. Peristiwa ini terjadi di suatu tempat yang disebut ghadir kham. Sabda Nabi yang
dimaksud berbunyi : “ Ali adalah teman bagi orang yang saya menjadi temannya. Ya Allah
tolonglah siapa yang menolongnya, dan musuhilah siapa yang memusuhi, menangkanlah siapa
yang memenangkannya, dan kalahkanlah siapa yang megalahkannya. Jadikanlah kebenaran itu
besertanya selama-lamanya semoga aku telah menyampaikan apa yang wajib kusampaikan” Dan
penunjukan itu terjadi setelah turunnya firman Allah:

‫ فما بلغت رسالته وهللا يعصمك من الناس‬.‫ وان لم تفعل‬،‫ياايها الرسو ل بلغ ما انزل اليك من ربك‬. Hai Rasul
sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepada mu dari Tuhanmu, dan jika engkau belum
melakukannya berarti engkau tidak menyampaikan pesanNya, dan Allah akan melindungimu
dari kejahatan manusia”(Q.S. Al Maidah: 67).

Yang disuruh menyampaikannya dalam ayat itu, menurut tafsiran kaum Syi’ah adalah
penunjukan Ali sebagai imam. Oleh sebab itu setelah penunjukan itu selesai turunlah firman
Allah :

‫اليوم اكملت لكم دينكم واتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم االسالم دينا‬

Pada hari ini telah Ku sempurnakan agamamu dan telah Ku lengkapkan nikmat Ku untukmu, dan
aku telah rela agama Islam menjadi agamamu”(Q.S. Al Maidah: 3)

Bahwa imamah itu adalah khusus untuk Ali dan anak cucunya dari isterinya yaitu Fatimah.
Mereka adalah ahlulbait, dan pohon rindang yang beroleh berkah, yang karenanya Allah senang
kepada seluruh manusia. Orang selain mereka tidak berhak untuk menduduki jabatan imamah itu
sampai Allah mewarisi bumi ini dan semua orang yang berada diatasnya. Dan selain itu, mereka
itu adalah ma’shum yakni terhindar dari perbuatan dosa dan tidak pernah salah ataupun lupa.

5) Ma’ad

Dalam pandangan kaum Syi’ah, Ma’ad yang dimaksud setara dengan doktrin Raj’ah yaitu
keyakinan akan dihidupkannya kembali sejumlah hamba Allah yang paling saleh dan sejumlah
hamba Allah yang paling durhaka untuk membuktikan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT di
muka bumi bersamaan dengan munculnya Imam Mahdi.

Keyakinan itu didasarkan pada al Qur’an surat al Mukmin ayat 11:

“Mereka menjawab, Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah
menghidupkan kami dua kali pula, lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adalah suatu jalan
bagi kami untuk keluar “
3. Murjiah

Faham aliran Murjiah bisa diketahui dari makna yang terkandung dalam “Murjiah” dan dalam
sikap netralnya. Pandangan “netral” tersebut, nampak pada penamaan aliran ini yang berasal dari
kata “arja’a”, yang berarti “orang yang menangguhkan”, mengakhirkan dan “memberi
pengharapan”. Menangguhkan berarti “menunda soal siksaan seseorang ditangan Tuhan, yakni
jika Tuhan mau memaafkan, dia akan langsung masuk surga. Jika sebaliknya, maka akan disiksa
sesuai dengan dosanya. Istilah “memberi harapan” mengandung arti bahwa, orang yang
melakukan maksiat padahal ia seorang mukmin, imannya masih tetap sempurna. Sebab,
perbuatan maksiat tidak mendatangkan pengaruh buruk terhadap keimanannya, sebagaimana
halnya perbuatan taat atau baik yang dilakukan oleh orang kafir, tidak akan mendatangkan
faedah terhadap kekufurannya. Mereka “berharap” bahwa seorang mukmin yang melakukan
maksiat, ia masih dikatakan mukmin.

Berdasarkan itu, maka inti faham Murjiah adalah Iman ialah mengenal Allah dan Rasulnya,
barangsiapa yang tidak mengenal bahwa “tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad sebagai
Rasul-Nya”, ia mukmin sekalipun melakukan dosa. Amal perbuatan bukan merupakan bagian
dari iman, sebab iman adanya dalam hati. Sekalipun melakukan dosa besar, tidaklah akan
menghapus iman seseorang, tetapi terserah Allah untuk menentukan hukumnya.

Faham ini menurut al-Asy’ari identik dengan faham golongan moderat. Faham yang sama juga
diberikan oleh al-Baghdadi ketika ia menerangkan bahwa ada tiga macam iman:

a. Iman yang membuat orang keluar dari golongan kafir dan tidak kekal dalam neraka, yaitu
mengakui Tuhan, Kitab, Rasul-rasul, kadar baik dan buruk serta sifat-sifat Tuhan

b. Iman yang mewajibkan adanya keadilan dan melenyapkan nama fasik dari seseorang serta
yang melepaskannya dari neraka, yaitu mengerjakan segala yang wajib dan menjauhi segala dosa
besar
c. Iman yang membuat seseorang memperoleh prioritas untuk langsung masuk surga tanpa
perhitungan, yaitu mengerjakan yang wajib serta sunnah dan menjauhi segala dosa.

QADARIAH-JABARIAH-MU’TAZILAH-ASYARIYAH
1. Qadariyah
pendapat golongan Qadariyah yaitu manusia mempunyai kebebasan dan kemerdekaan dalam
menentukan perjalanan hidupnya . Atau dengan kata lain manusia mempunyai kebebasan dan
kekuatan sendiri untuk mewujudkan tindakan-tindakan yang dilakukan .
Menurut Ibnu Nabatah, seperti yang dikutip Harun Nasution, Ma’bad al-Jauhani dan Ghailan al-
Damsyqi yang berpaham Qadariyah mengambil paham ini dari seorang Kristen di Iraq yang
masuk Islam .
Iraq awalnya merupakan daerah yang lengkap dengan berbagai teori-teori dari berbagai substansi
seperti agama Kristen , budaya Yunani, dan budaya Persia . hal ini terjadi karena Iraq pernah
dipimpin oleh Iskandar agung dari Yunani .
Dengan latar belakang kebudayaan seperti yang disebutkan tadi tidak mengherankan kalau
Ma’bad al-Jauhani dan Ghailan al-Damsyqi mempunyai paham Qadariyah yang berpendapat
bahwa manusia itu mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-
perbuatannya .
2. Jabbariyah
Paham ini pertama kali diperkenalkan oleh Ja’d bin Dirham yang kemudian diteruskan dan
disebarkan oleh Jahm bin Safwan dari Khurasan. Menurut Ahmad Amin, bahwa kehidupan
bangsa Arab yang tinggal ditengah-tengah gurun sahara memberikan kontribusi terhadap cara
pandang dan cara hidup mereka .
Harun Nasution sendiri menjelaskan bahwa dalam situasi demikian masyarakat arab tidak
melihat jalan lain untuk merubah keadaan mereka sesuai dengan keinginannya sendiri. Sehingga
mereka banyak bergantung pada kehendak alam.
Golongan ini berpandangan bahwa manusia tidak berdaya menghaapi ketentuan Tuhan dan
kehendak-Nya . kebahagiaan atau kesengsaraan hanyalah takdir dari Tuhan semata.
3. Mu’tazilah
Sebenarnya golongan ini lahir pada era daulah Bani Umayyah, namun baru
menggemparkan pemikiran KeIslaman pada masa daulah Bani Abbas dalam massa yang cukup
panjang .
Abu al-Hasan al-Thara’ifi didalam karyanya menyebutkan “ mereka menamakan diri dengan
Mu’tazilah ketika Hasan ibn ‘Ali membai’at Mu’awiyah dan menyerahkan jabatan Khalifah
kepadanya . Mereka mengasingkan diri dari Hasan, Mu’awiyah dan semua orang lain . Mereka
menetap di rumah-rumah dan masjid-masjid .Mereka berkata ‘kami bergelut dengan ilmu dan
ibadah’
Paham ini melihat pelaku dosa besar seperti halnya paham Qadariyah . Bahwa pelaku dosa
besar adalah Munafik, bahwa orang munafik kekal didalam neraka, dan termasuk kedalam
kelompok orang beriman .
Seperti yang terkutip dalam al-Intishar Abu al-Khayyath berkata,” tidak seorang pun berhak
mengaku sebagai penganut Mu’tazilah sebelum ia mengakui a-Ushul al-Khomsah (lima dasar),
yaitu al-tauhid, al-‘adl, al-wa’d wa al wa’id,al-manzilah bain al-manzilatain danal-amr bi al-
ma’ruf wa al-nahy ‘an al-munkar . jika telah mengakui semuanya, ia baru dapat disebut
penganut Mu’tazilah .
4. Ahlu Al-Sunnah wa al-Jamaah
Aliran ini muncul sebagai reaksi penolakan paham Mu’tazilah yang didirikan oleh Abu al-Hasan
Al-Asy’ari (942 M) yang sebenarnya murid dari –Jubbay yang beraliran Mu’tazilah. Yang
intinya ingin mempertahankan pendapatnya bahwa keadilan Tuhan tak dapat ditentukan dalam
batasan-batasan manusia.
Al-Asy’ari berkata “ pendapat yang kami percayai ialah berpegang kepada kitab Allah dan
Sunnah Nabi serta riwayat apa saja yang diriwayatkan para sahabat tabi’in dan para imam hadits
. kami berpegang kepada itu semua dan dan pendapat yang dipedomani oleh imam hanbal, serta
menjauhi orang-orang yang menentang pendapatnya.”
Golongan ini berpendapat bahwa perbuatan Tuhan tidak mempunyai tujuan. Yang mendorong
Tuhan untuk berbuat sesuatu semata-mataadalah kekuasaan dan kehendak mutlak-Nya dan
bukan karena kepentingan manusia atau tujuan yang lain .
FUNGSI SOSIAL TAUHID DI ERA MODERN DAN GLOBALISASI

tauhid mempunyai berbagai macam fungsi yang dapat memberikan dampak positif bagi
kehidupan manusia, khususnya umat islam dalam berbagai hal. Dengan menanjapkan kalimat
Lailahaillallah dalam hati maka akan diketahui bahwa segala hal bentuk penyembahan terhadap
sesame manusia merupakan suatu perbuatan yang bisa menduakan Allah SWT serta mengingkari
kekuasaan-Nya, karena Dia lah yang menciptakan segala sesuatunya di alam ini baik yang ada
dilangit maupun yang ada di bumi. Dan apabila itu semua dapat direalisasikan dalam kehidupan
secara konsisten maka akan tercipta kehidupan yang bahagia tidak hanya di dunia melainkan
juga di akhirat. Sayangnya, idealitas tauhid di atas sesuai dengan realitas yang sebenarnya.
Tauhid Islam mengalami stagnasi dalam pengertian tidak mampu lagi memberikan apa yang di
istilahkan Nurcholish Madjid (Alm) dengan daya tonjok Psikologis.
Formulasi tauhid Islam yang di ungkap dalam kalimat la ilaha illa Allah mengindikasikan bahwa
problem ketuhanan manusia adalah politiesme bukan atiesme. Umat Islam hari ini selalu
mengaku muslim dan mengklaim diri sebagai pejuang-pejuang Islam. Untuk terlaksananya
ajaran Islam, sekarang perlu melihat sendiri bagaimana wujud Islam dalam praktik.
Teknologi sebagai kreativitas akal budi manusia untuk mengenal dan memanfaatkan sumber
daya alam sebagai usaha memenuhi kebutuhan hidupnya di dunia ini merupakan sesuatu yang
mengangkat harkat kemanusiaan. Pengalaman menunjukan bahwa kemajuan dan perkembangan
di era globalisasi ini yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, tidak dengan
sendirinya bersifat mengangkat harkat kemanusiaan jika perkembangan ini tidak disertai dengan
kebijaksanaan dan sikap tanggung jawab.
KONSEP TAKDIR – IKTIAR DAN PENINGKATAN MUTU SDM
Kata takdir (taqdir) berasal dari akar kata qadara yang antara lain berarti mengukur, memberi kadar
atau ukuran, sehingga jika kita berkata, "Allah telah menakdirkan demikian," maka itu berarti,
"Allah telah memberi kadar/ukuran/batas tertentu dalam diri, sifat, atau kemampuan maksimal
makhluk-Nya."
ْ yang berarti mencari hasil yang lebih baik.
Ikhtiar berasal dari bahasa Arab (‫)إختِ َيار‬
Adapun secara istilah, pengertian ikhtiar yaitu usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam
hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar tujuan hidupnya selamat
sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi. Maka, segala sesuatu baru bisa dipandang
sebagai ikhtiar yang benar jika di dalamnya mengandung unsur kebaikan. Tentu saja, yang
dimaksud kebaikan adalah menurut syari’at Islam, bukan semata akal, adat, atau pendapat
umum. Dengan sendirinya, ikhtiar lebih tepat diartikan sebagai “memilih yang baik-baik”, yakni
segala sesuatu yang selaras tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM potensi yang terkandung dalam
diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif
yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju
tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam
pengertian praktis sehari-hari, SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang
membentuk.
Sebagai umat islam maka dituntut untuk mengimani adanya Qadla dan Qadar Alloh. yang
mana telah di sedikit dijelaskan tentang hubungan takdir dan ikhtiar, umat islam harus berusaha
dalam menumbuhkan sikap tidak pantang menyerah untuk menggali potensi yang di miliki
dengan bekal keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT sebagai pemberi potensi dan yang
Maha Mengetahui apa yang terbaik buat hamba-Nya yang telah berusaha.
TOKOH PEMIKIRAN KALAM MODERN
Sayyid ahmad Khan

Pemikiran Sayyid Ahmad Khan mempunyai kesamaan dengan Muhammad Abduh di mesir ,
setelah Abduh berpisah dengan Jamaluddin Al- Afghani dan setelah sekembalinya dari
pengasingan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa ide yang dikemukakannya, terutama akal yang
mendapat penghargaan tinggi dalam pandangannya. Meskipun dia sebagai penganut ajaran Islam
yang taat dan mempercayai adanya kebenaran dari Tuhan adalah wahyu, tetapi di berpendapat
bahwa akal bukan segalanya bagi manusia dan kekuatan akal hanyalah terbatas yang sifatnya
relative.

Dan menurut Ahmad Khan bahwasannya keyakinan, kekuatan dan kebebasan akal yang
menjadikan manusia menjadi bebas untuk menentukan kehendak dan melakukan perbuatab
sesuai yang dia inginkan. Jadi pemikirannya itu mempunyai kesamaan dengan pemikiran
Qodariyah, Contohnya manusia telah di anugrai oleh Allah berbagai macam daya, di antaranya
adalah daya fakir yang berupa akal, dan daya fikir untuk merealisasikan kehendak yang di
inginkannya. Dan barang siapa yang percaya terhadap hukum alam dan kuatnya
mempertahankan konsep hukum alam ia di anggap sebagai orang yang kafir.

Muhammad Abduh
Ada dua persoalan pokok yang menjadi fokus utama pemikiran Abduh, sebagaimana
diakuinya sendiri, yaitu:
1. Membebaskan akal pemikiran dari belenggu-belenggu taqlid yang menghambat perkembangan
pengetahuan agama sebagai mana haknya salaf al-ummah (ulama sebelum abad ke-3 Hijriah),
sebelum timbulnya perpecahan yakni memahami langsung dari sumber pokoknya, Al-Qur’an.
2. Memperbaiki gaya bahasa Arab, baik yang digunakan dalam percakapan resmi di kantor-
kantor pemerintahan maupun dalam tulisan-tulisan media massa.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, A. 1995. Pengantar Theology Islam. Jakarta: PT Al Husna Zikra
Hand Out perkuliahan tauhid
Blogspot.com
Wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai