Abstract. Geophysical methods play an important role in the field of earth science, especially in
determining the structure of the earth. In the world of exploration, geophysical methods are used to
estimate the distribution of the physical properties of the constituent materials of the earth, including the
geoelectric method. Generally, the geoelectric method is carried out to estimate the structure of the earth
in 1D and 2D. Over time, the need for data on subsurface conditions that are more detailed and
continuously characterized increases. Meanwhile, high prices when conducting 3D geoelectric acquisitions
sometimes become obstacles in exploration. Therefore, a cross section is needed that approaches its real
condition, namely modeling in 3D based on 2D data. To be able to predict the pattern of data distribution
between measuring points or between cross sections, the application of a geostatistical method is
required. The Geostatistical method used is kriging. Data is then interpreted qualitatively by integrating
with the geological conditions. The purpose of this research is to find out the pseudo 3D resis that can
describe the subsurface in 3D from 2D data. The combination of the results of the geophysical and
geological surveys can produce a distribution of the carbonate distribution in the study area, namely Tuban
Regency, Kec. Jenu. Then, based on the carbonate distribution model, it indicates that the research
environment has reefal carbonate with a combination of limestone and dolomite.
Keywords: Geostatistics; 2D Resistivity; Pseudo 3D.
Artikel diterima 22 Oktober 2018, Revisi 19 November 2018. Online 30 November 2018
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v4i3.4522 95
Jurnal Geosaintek, Vol. 4 No. 3 Tahun 2018. 95-102. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN: 2502-3659
permukaan secara 3 dimensi. Karena analisa Secara geografis daerah Tuban terletak pada
geologi, merupakan suatu analisa yang didasarkan 111°30’ - 112°35’ BT 6°40’ - 7°18’ LS memiliki luas
pada observasi serta geoteknik dan geofisika yang daratan seluas 183.994.562 Ha ( 3,8% dari luas
hanya dilakukan pada area tertentu saja, tentunya Wilayah Profinsi Jawa Timur). Adapun kondisi geologi
data ini pun tidak dapat dilakukan di setiap titik pada Tuban jika ditinjau dari komposisi tanahnya ialah:
area penelitian. Sehingga diperlukannya Mediteran merah kuning, berasal dari endapan batu
penghubung antar titik-titik sampel data suatu survei kapur di daerah bukit sampai gunung ( 38% ) dari luas
yakni menggunakan geostatistika (Guo dkk., 2014). wilayah, terdapat di Kecamatan Semanding,
Kabupaten Tuban merupakan salah satu Montong , Kerek, Palang, Jenu, sebagian
Kabupaten yang berada dipesisir pantai utara Pulau Tambakboyo, Widang, Plumpang dan Merakurak;
Jawa. Sebagai daerah yang berada dalam cekungan Alluvial, berasal dari endapan didaerah daratan dan
Jawa Timur bagian utara dan dimungkinkan sebagai cekungan ( 34% dari luas wilayah, terdapat di
wilayah potensial terdapatnya berbagai sumberdaya Kecamatan Tambakboyo, Bancar, Tuban, Palang,
mineral. Sementara itu, lajur pada daerah Tuban ini Rengel, Soko, Parengan, singgahan, Senori dan
pada umumnya merupakan endapan paparan yang Bangilan; Grumusol, Berasal dari endapan batuan di
kaya akan batuan karbonat dan jarang dijumpai daerah yang bergelombang ( 5% dari luas wilayah )
endapan piroklastik. Lipatan dan sesar dapat diamati terdapat dikecamatan Bancar, jatirogo, dan Senori.
pada batuan Oligo-Miosen sampai Pliosen. Sejarah Sejarah geologi daerah pemetaan diperkirakan mulai
geologi daerah pemetaan diperkirakan mulai pada pada kala Oligo-Miosen dimana pada kala tersebut
kala Oligo-Miosen dimana pada kala tersebut daerah daerah ini merupakan suatu cekungan. Kemudian
ini merupakan suatu cekungan. Kemudian formasi formasi Kujung diendapkan yang kaya akan batuan
Kujung diendapkan yang kaya akan batuan karbonat karbonat dengan lingkungan pengendapan laut
dengan lingkungan pengendapan laut dangkal dangkal sampai dalam. Pada kala Miosen Tengah
sampai dalam (Hartono dan Suharsono, 1997). mulai terjadi fase regresi yang disebabkan aktifitas
Dengan berbagai kejadian geologi seperti diatas tektonik intra-Miosen, didaerah ini berkaitan dengan
maka daerah tuban menjadi daerah yang menarik pengendapan batupasir kuarsa anggota Ngrayong
untuk dlakukan penelitian distribusi karbonat formasi Tuban dengan lingkungan pengendapan
sehingga dapat dilakukan rekonstruksi kejadian litoral atau dekat pantai. Kemudian suatu fase
geologi pada daerah Kabupaten Tuban, khususnya transgresi terjadi lagi pada kala Pliosen dimana
Kecamatan Jenu. diendapkan formasi Paciran yang terletak tak selaras
Sehingga berangkat dari 2 permasalahan diatas formasi Tuban. Formasi ini tersebar cukup luas
tersebut dilakukan penelitian ini dengan harapan dan didominasi oleh batugamping dengan
dapat memodelkan persebaran resistivitas 3 lingkungan laut dangkal. Pada kala Plistosen terjadi
dimensi dengan menggunakan data resistivitas 2 fase regresi yang disebabkan orogenesa Plio-
dimensi dan dapat menganalisa persebaran Plistosen. Formasi Kabuh diendapkan yang terdiri
karbonat pada daerah Tuban kecamatan Jenu dari batupasir vulkanik dan konglomerat yang
dengan menggunakan dara persebaran resistivitas 3 berlingkungan darat dan terletak tidak selaras di atas
dimensi,data N-SPT dan geologi regional. formasi Paciran (Hartono dan Suharsono, 1997).
96 Artikel diterima 22 Oktober 2018, Revisi 1 November 2018. Online 30 November 2018
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v4i3.4522
Jurnal Geosaintek, Vol. 4 No. 3 Tahun 2018. 95-102. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN: 2502-3659
Artikel diterima 22 Oktober 2018, Revisi 19 November 2018. Online 30 November 2018
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v4i3.4522 97
Jurnal Geosaintek, Vol. 4 No. 3 Tahun 2018. 95-102. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN: 2502-3659
Jika fungsi X berasal dari data kontinu dengan Gambar 3. Grafik variogram eksperimental
probability density function f(x), maka: (Wibowo,2009)
𝑉𝑎𝑟(𝑋) = ∫(𝑋 − 𝜇)2 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 (3)
Persamaan ini mendeskripsikan varians antara
titik-titik data sebagai sebuah fungsi jarak antara
Dengan 𝜇 dicari menggunakan persamaan sebagai titik-titik data (Lag) h. Perhitungan ini dilakukan
berikut : untuk setiap jarak lag yang dikehendaki. Jika
𝜇 = ∫ 𝑥𝑓(𝑥)𝑑𝑥 (4) direpresentasikan dalam bentuk grafik secara umum
Jika fungsi berasal dari data diskrit dengan akan tergambar seperti pada gambar 3. Lag
probability mass function (𝑋1 ⟼ 𝑝1 … . . , 𝑋𝑛 ⟼ 𝑝𝑛 , didefinisikan sebagai sebuah rentang jarak yang
maka : diberikan oleh jarak minimum dan jarak maksimum.
𝑛 Jumlah titik-titik data dalam sbuah Lag memberikan
𝑉𝑎𝑟(𝑋) = ∑ 𝑝𝑖 (𝑋𝑖 − 𝜇)2 (5) nilai N dalam formula diatas. Varians sebuah lag
𝑖=1 adalah rata-rata varians semua titik data yang
Dan 𝜇 dicari menggunakan persamaan : terpisahkan oleh lag ini. Variogram eksperimental
𝑛
dihitung untuk arah yang kita definisikan
𝜇 = ∑(𝑝𝑖 − 𝑋𝑖 ) (6) sebelumnya. Arah dari perhitungan variogram
𝑖=1 sangat menentukan sifat isotropi dan anisotropi
data.
2. Variogram
b) Variogram teoritis
Analisis variogram merupakan satu tahapan
Untuk keperluan analisis, variogram
dalam geostatistik yang mendeskripsikan variasi
experimental ini harus diganti dengan variogram
dalam sebuah parameter sebagai sebuah fungsi jarak
teoritis, yang kurvanya paling mendekati variogram
pisah. Analisa ini didasarkan pada suatu prinsip
eksperimentalnya. Dalam geostatistik, pencocokan
bahwa dua titik yang berdekatan akan lebih memiliki
98 Artikel diterima 22 Oktober 2018, Revisi 1 November 2018. Online 30 November 2018
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v4i3.4522
Jurnal Geosaintek, Vol. 4 No. 3 Tahun 2018. 95-102. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN: 2502-3659
antara variogram experimental dan teoritis disebut definisi Reijers &Hsu adalah batuan yang
analisis struktur (structural analysis). mengandung kalsium karbonat hingga 95 %.
Sehingga tidak semua batuan karbonat
Kriging adalahbatugamping. Sementara itu, komponen
Secara garis besar Kriging dapat dibagi penyusun batugamping dibedakan atas nonskeletal
menjadi dua bagian besar, yaitu Linear Kriging dan grain, skeletal grain, matrix dan semen.
Nonlinear Kriging. Linear Kriging mengacu pada
teknik Kriging yang didasarkan pada asumsi bahwa N-Standard Penetration Test
nilai variabel pada suatu titik memiliki hubungan Uji SPT (Standard penetration test) adalah uji
korelasi spasial secara linear dengan titik-titik yang yang dilakukan dengan cara pengeboran untuk
ada di dekatnya. Nonlinear Kriging sebenarnya mengetahui baik perlawanan dinamik tanah maupun
merupakan estimasi linear, namun dilakukan pada pengambilan contoh terganggu dengan teknik
variabel yang telah ditransformasikan secara noinear penumbukan. Uji SPT terdiriatas uji pemukulan
menjadi suatu variabel baru, oleh sebab itu tabung belah dinding tebal ke dalam tanah dan
dinamakan Nonlinear Kriging. Linear Kriging terbagi disertai pengukuran jumlah pukulan untuk
menjadi empat metode, yaitu: memasukkan tabung belah sedalam 300 mm (1 ft)
1. Simple Kriging Simple Kriging adalah prosedur vertikal. Dengan referensi di atas, dapat ditentukan
estimasi Kriging yang paling simpel diantara yang jenis tanah mana yang dapat direkomendasikan
lain. Prosedur ini memerlukan mean populasi, untuk dapat dijadikan tanah dasar atau pondasi dari
yang sangat mungkin tidak tersedia pada praktek bangunan teknik yang akan dibangun. Oleh karena
di lapangan tanpa pra-asumsi. Karena itu, itu rekomendasi lokasi yang memiliki lapisan tanah
prosedur Simple Kriging ini tidak terlalu populer. yang layak untuk dibangun property di atasnya
2. Ordinary Kriging Ordinary Kriging adalah sangat penting. Secara spesifik dapat dilihat pada
prosedur Kriging yang paling populer. Prosedur tabel di atas, jenis tanah dengan butiran pasir atau
ini mengeliminasi kebutuhan untuk mengetahui lebih kasar, merupakan tanah yang cocok untuk
mean populasi. Prosedur ini juga lebih mudah dijadikan tanah dasar atau pondasi.
mengadaptasi variasi lokal. Prosedur ini adalah
prosedur Kriging yang paling banyak
diaplikasikan.
3. Co-Kriging Jika kita ingin mengestimasi nilai suatu METODOLOGI
variabel tertentu dengan menggunakan variabel Pada penelitian ini digunakan data
lainyang tersedia di sekitar lokasi titik itu, maka pengukuran geolistrik pada Kabupaten Tuban lebih
prosedur Co-Kriging dapat mengakomodasi hal tepatnya pada Kecamatan Jenu. Dengan jumlah
ini. Misalnya, dengan data permeabilitas kita lintasan sebanyak 43 line,panjang lintasan 705
dapat mengestimasi nilai porositas di suatu titik. m,jumlah elektroda 48,dan spasi elektroda 15 m
serta konfigurasi yang digunakan adalah konfigurasi
Batuan Karbonat wenner. lokasi penelitian dan desain akusisi dapat
Batuan karbonat adalah batuan dengan dilihat pada gambar 4.
kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang
tersusun atas partikelkarbonat klastik yang
tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi
langsung. Bates &Jackson mendefinisikan batuan
karbonat sebagai batuan yang komponen utamanya
adalah mineral karbonatdengan berat keseluruhan
lebih dari 50 %. Sedangkan batu gamping menurut
Artikel diterima 22 Oktober 2018, Revisi 19 November 2018. Online 30 November 2018
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v4i3.4522 99
Jurnal Geosaintek, Vol. 4 No. 3 Tahun 2018. 95-102. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN: 2502-3659
Analisa Variogram
Analisis variogram merupakan satu tahapan
dalam geostatistik yang mendeskripsikan variasi
dalam sebuah parameter sebagai sebuah fungsi
jarak pisah. Analisa ini didasarkan pada suatu prinsip
bahwa dua titik yang berdekatan akan lebih memiliki
kemungkinan untuk mempunyai nilai parameter
yang mirip dibandingkan dengan dua titik yang
berjauhan. Arah dari perhitungan variogram sangat
menentukan sifat isotropi dan anisotropi data.
Untuk variogram spherical merupakan jenis
Gambar 5. Diagram alir penelitian variogram yang umum untuk digunakan karena
merupakan pengaturan umum untuk beberapa
Analisa Hasil Inversi 2D metode geostatistik. Pada penelitian ini digunakan
Berdasarkan hasil inversi yang kemudian di variogram spherical. Tipe tersebut juga digunakan
korelasikan dengan data geologi. Data geologi yang untuk simulasi beberapa variasi jumlah lintasan yang
digunakan merupakan informasi peta geologi lain yakni 21 lintasan dan 11 lintasan. Setelah itu
daerah penelitian yang merupakan formasi paciran properti resistivitas yang telah dianalisis kemudian
dan alluvial. Pada lintasan 6 dan 9 ini menghasilkan dilakukan simulasi kemudian menghasilkan model
4 macam dugaan litologi dengan total kedalaman volumetric 3D.
120m. Berikut merupakan tabel interpretasi hasil
inversi 2D.
100 Artikel diterima 22 Oktober 2018, Revisi 1 November 2018. Online 30 November 2018
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v4i3.4522
Jurnal Geosaintek, Vol. 4 No. 3 Tahun 2018. 95-102. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN: 2502-3659
Artikel diterima 22 Oktober 2018, Revisi 19 November 2018. Online 30 November 2018
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v4i3.4522 101
Jurnal Geosaintek, Vol. 4 No. 3 Tahun 2018. 95-102. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN: 2502-3659