Anda di halaman 1dari 14

Dalam kuliah ini, Pak Aris mengawali dengan beberapa pengkoreksian

untuk dalam pembuatan resume agar diberi halaman, sitasi, dan pemberian nama
file yang unik. Kalau menghadirkan tuliskan harus mudah dipahami, mudah
dibaca, mudah dimengerti, mudah didiskusikan, memberi inspirasi, dan
menimbulkan kompetensi sehingga menghasilkan apresiasi. Apresiasi sesuatu
yang diperoleh setelah kompetensi, seperti uang, jabatan, dan lain-lain. Dalam hal
ini, mahasiswa mendapat apresiasi berupa nilai.

Perbedaaan satelit orbital normal dan perturbasi di antaranya sebagai berikut.

No Pembeda Orbit Normal Orbit Perturbasi


.
1. Pengaruh hukum fisika Belum terpengaruh Sudah terpengaruh
2. Bentuk orbit Elips sempurna Elips dengan ½ sumbu
panjangnya yang tidak
sempurna
3. Elemen Kepler Tidak memiliki Memiliki
Tabel 1. Perbedaan orbit normal dan orbit perturbasi.

SKL (sistem koordinat langit) adalah sisitem koordinat tetap yang


diikatkan dengan benda-benda langit, baik buatan maupun ilmiah seperti seperti
bintang, quasar (sumber radio ekstragalaktik), planet, atau Bulan. Sistem
kooridnat harus menggunakan konvensi (aturan dasar), yaitu CIS (Coordinat
Inertial System), sehingga baik sekarang maupun masa depan sistem koordinatnya
akan sama.

SKT (sistem koordinat terestrial) adalah sistem referensi yang diikatkan


dengan bumi. Bumi harus dimodelkan dengan model salib sumbu. Bumi
mengalami rotasi dan revolusi. Ada dua buah kutub. Saat Bumi melakukan
evolusi, letak kutubnya selalu berbeda sehingga pelu dilakukan rerata yang
diawasi oleh BIH. Sebelah kanan merupakan gambar kedudukan kutub utara
dproyeksikan di ekuator bumi. Kedudukan ekuator hari ini tidak sama dengan hari
besok.

1
Kutub utara ekliptik

Sumbu Rotasi bumi utara

Pergerakan kutub akibat presesi & nutasi

Sumbu rotasi bumi selatan


Kutub selatan ekliptik

Gambar 1. Pergerakan presesi dan nutasi Bumi.

Sumbu bumi selama setahun miring dari -23,5⁰ sampai 23,5⁰, sehingga
memunculkan iklim. Di katulistiwa tidak terdapat musim dingin dan panas. Saat
bulan Desember, Australia akan terasa lebih panas karena matahari terletak di
bumi belahan selatan, sedangkan di Eropa akan terasa lebih dingin hingga
mencapai 23,5⁰ C. Hal itu tetap berdampak pada Indonesia dimana angin akan
bertiup saat matahari berada di belahan bumi selatan dan berakibat pada tekanan
minimum dan benua Asia lebih dingin, berakibat memiliki tekanan maksimum
dan bersifat basah sehingga membawa musim hujan/penghujan. Pada periode ini,
Indonesia akan mengalami musim hujan akibat adanya massa uap air yang dibawa
oleh angin ini.

Pergerakan kutub bumi

Gambar 2. Kutub utara yang mengalamai presesi dan nutasi.

Untuk mengatahui posisi kedudukan kutub rata-rata oleh ITRF, baik


menggunakan GPS, Dopler maupun VLBI, yang kemudian hasil pengamatan
tersebut disetorkan ke BIH untuk dipublikasikan. Ketika ingin menghitung
koordinat yang teliti, maka libatkanlah data dari ITRF yang dapat diunduh dengan
gratis.

Abidin (2001) menerangkan bahwa gerakan presesi dari sumbu rotasi


Bumi, seperti pada gambar 1 dan 2, disebabkan oleh gaya gravitasi benda-benda

2
langit pada tonjolan ekuator Bumi, terutama Matahari dan Bulan. Karena dalam
pergerakannya mengelilingi Matahari bidang ekuator Bumi membentuk sudut
sebesar 23,5⁰ terhadap bidang ekliptika (bidang edar Bumi mengelilingi
Matahari), maka gerakan presesi ini mempunyai amplitudo sudut sebesar 23,5⁰.
Presesi mempunyai periode yang relatif sangat panjang, yaitu sekitar 25800 tahun.
Akibat adanya presesi, titik semi (vernal equinox) yang merupakan titik potong
antara bidang ekuator dan bidang ekliptika bergerak sepanjang ekliptika dengan
laju sekitar 50,4" per tahun.
Komponen pergerakan sumbu rotasi Bumi yang bersifat periodik, yaitu
nutasi, mempunyai beberapa periode, mulai dari 4 hari, setengah bulan, satu
bulan, setengah tahun, satu tahun, sampai 18,6 tahun. Periode utama dari nutasi
adalah 18,6 tahun dengan amplitudo sudut sekitar 9,2". Dalam pergerakannya
mengelilingi Bumi, bidang orbit Bulan membentuk sudut sebesar 5⁰11' terhadap
bidang ekliptika (bidang orbit Bumi dalam mengelilingi Matahari). Perpotongan
antara bidang orbit Bulan dengan bidang ekliptika dinamakan garis nodal. Karena
gaya tarik Matahari mempengaruhi orbit Bulan, garis nodal ini berputar dalam
ruang inersia dengan periode sekitar 18,6 tahun. Adanya inklinasi orbit Bulan dan
perputaran garis nodal ini akan menyebabkan terjadinya variasi gaya tarik antara
Bumi dan Bulan, dan juga dengan Matahari, yang bersifat periodik. Variasi ini
selanjutnya mempengaruhi gerakan total dari sumbu rotasi Bumi dalam ruang,
dan menyebabkan gerakan periodik tambahan yang dinamakan nutasi. Selama
periode nodal Bulan, yaitu sekitar 18,6 tahun, yang menyebabkan pergeseran
periodik dari titik semi sebesar.
∆ψ ≈ -17,2” . sin(Ωm)
serta perubahan dari kemiringan bidang ekliptika terhadap ekuator Bumi sebesar:
∆ε ≈ 9,203” . cos(Ωm)
dimana Ωm adalah bujur' dari titik naik Bulan (Abidin, 2001).
Gambar 3 menggambarkan bagaimana kedudukan sistem referensial
terestrial bumi akibat presesi dan nutasi. Sistem referensi terestrial memerlukan
tiga parameter, yaitu Earth Rotation Parameters (ERP) atau Parameter Orientasi
Bumi (EOP), yaitu GAST (Greenwich Apparent Sidereal Time) beserta koordinat

3
polar (xp, yp). GAST juga dinyatakan sebagai perbedaan UT1-UTC. Berbeda
dengan presesi dan nutation, parameter rotasi bumi tidak dapat dijelaskan dengan
teori tetapi harus ditentukan melalui pengamatan baik menggunakan GPS, Dopler
maupun VLBI (Seeber, 2003).

Gambar 3. Sistem terestrial konvensional sesaat dan rata-rata.

Radius of Prime Vertical

Gambar 4. Sistem koordinat global dan ellipsoid.

Gambar diatas kekurangan orientasi. SKT berarti menggunakan sistem


XYZ rata-rata. Jadi, ketika sumbu Z rata-rata pada SKT, maka ekuatornya rata-
rata. Digambar SKT terdapat dua buah tanda yaitu gambar bujur (λ) dan lintang
(φ) geodetik. SKT terdapat salib sumbu bumi originnya ada dipusat massa bumi
yang menggunakan orientasi tangan kanan. Sumbu z merupakan rerata untuk
kutub, sehingga menimbulkan satu buah ekuator rata-rata. Untuk mengamati
satelit di elipsoid bisa yang diletakkan di permukaan bumi. Ketinggian permukaan
terhadap elipsoid disebut ketinggian geometrik. Jadi, ketika bicara tentang SKT

4
menggunakan kartesi 3D atau geodetik. Instrumen diatas permukaan bumi pada
titik P1 dan mengamat satelit seperti yang dilustrasikan pada gambar 5.

Perbedaan vertikal antara geoid dan ellipsoid referensi tertentu disebut


unduhan geoid (N) yang diperoleh dari pengamatan satelit. Hubungan geometris
antara undulasi geoid, ellipsoidal tinggi (h), dan tinggi ortometrik (H) yang
diperoleh dari leveling adalah h = N + H (Seeber, 2003).

Titik GPS di permukaan bumi

Gambar 5. Hubungan antara tinggi geoid (N), tinggi ortometrik (H), dan tinggi ellipsoidal (h)
(Seeber, 2003).

Sistem koordinat TS menggunakan sistem koordinat toposentris. Nilai


yang diperoleh dari Pi adalah azimut dan zenit atau healing jika dari bidang
horizon. SKL membicarakan sistem koordinat orbit yang dinyatakan elemen
kepler, koordinat kartesi 3D, dan sistem koordinat toposentrik. Sistem koordinat
3D dapat diperoleh dengan perhitungan rumus sebagai berikut.

X = (N + h) cos φ cos λ

Y = (N + h) cos φ sin λ

Z = ((1-e2)N + h) sin φ

N adalah jari-jari kelengkungan prime vertical:

a a
N= =
√ 1−e sin φ √1−f (2−f )sin2 φ
2 2

Inverse dari persamaan diatas sebagai berikut

X 2+Y 2
h= √ -N
cos φ

5
−1
Z 2 N
N= (1−e )
√ X 2−Y 2 N +h

Y
λ=arctan
X

Dalam Seeber (2003) diterangkan bahwa lokasi titik Pi dalam sistem ellipsoidal
lokal, dapat ditentukan melalui jumlah berikut (koordinat kutub):

a. jarak miring s,
b. azimut ellipsoidal α,
c. Arah ellipsoidal atau sudut horizontal, α, dan
d. sudut zenith ellipsoidal ζ.

Koordinat bola lokal s, α, ζ memiliki hubungan dengan koordinat Kartesius lokal


sebagai berikut.

x e =s (cos α sinζ )

y e =s(sin α cosζ )

z e =s (cos ζ)

Bagian terlihat pengamat

Bidang
Bagian tidak terlihat
pengamat orbit &
nodal
bergerak ke
Barat
(untuk orbit
prograde)
dan ke
Timur
(untuk obit
retrograde)

Gambar 6. Efek ketidaksimetrisan Bumi terhadap orbit satelit (Abidin, 2001).

Gambar di atas dipakai untuk melihat gambar di bawah ini. ketika bicara
pengamatan satelit hanya separuh belahan bumi saja. Untuk mengamati satelit

6
diperlukan formulir yang berisi kolom, seperti No._Urut, No._satelit,
No._bidang_orbit, azimut_satelit, Zenit/Elevasi_satelit, Stasiun_Satelit,
Ketinggian, dan Waktu. Azimut adalah sudut horizontal yang dimulai dari arah
utara searah putaran jarum jam dari 0⁰ sampai 360⁰. Contoh tabel hasil
pengamatan satelit sebagai berikut.

No Nama Satelit Azimuth Helling Waktu


.
1 SV1(t1) 30 72 09:00:01
2 SV1(t2) 45 65 09:00:05
3 SV1(t3) 53 60 09:00:10
4 SV1(t4) 60 62 09:00:15
Tabel 2. Contoh data pengamatan satelit.

Sedangkan contoh skyplot sebagai berikut.

Gambar 7. Skyplot (Bellad & Mark, 2013).

Skyplot membantu mengidentifikasi posisi satelit. Jika ada terlalu sedikit


satelit yang ada, penerima tidak akan dapat menyelesaikan posisinya. Biasanya
lima satelit diperlukan untuk menyelesaikan posisi dan empat dibutuhkan untuk
menghasilkan solusi suatu posisi. Satellite Skyplot dapat menjadi alat yang sangat
berharga untuk membantu Anda memantau konfigurasi satelit saat ini. Skyplot
akan menyorot satelit yang merupakan bagian dari perhitungan. Sistem koordinat
kartesi 4D saat elemen orbit saat yang terdapat elemen orbit perturbasi sehingga
dapat dengan mudah mengamat satelit, baik berupa azimut maupun elevasi. Di

7
berbagai titik di sepanjang setiap trek, seseorang dapat memperoleh jam sehari
(dalam waktu militer). Setiap trek juga diberi label dengan satelit yang sesuai
(Carlson, 2019).

Dalam Seeber (2003) diterangkan hubungan antara panjang gelombang


(λ), frekuensi (f), dan kecepatan rambat (v), adalah

v = λ · f.

λ memiliki satuan meter (m), f memiliki satuan Hertz (Hz), dan v memiliki satuan
meter per detik. Dalam metode observasi satelit hanya gelombang
elektromagnetik yang dipertimbangkan di sini. Gelombang elektromagnetik
adalah komponen medan listrik dan magnet yang dihasilkan oleh osilasi partikel
bermuatan. Untuk gelombang periodik gangguannya adalah diulang pada titik
tetap setelah selang waktu yang dikenal sebagai periode (P). Hubungan antara
frekuensi dan periode adalah

f = 1/P

Fase (Φ) dari gelombang periodik adalah bagian fraksional t/ T periode, P, sampai
dimana waktu t telah maju sehubungan dengan asal waktu sewenang-wenang t 0.
Selanjutnya

ω = 2πf

frekuensi sudut, dan

k = 2π/λ

konstanta fase atau nomor gelombang. Ini mengikuti untuk kecepatan rambat v,
adalah

v = λf = λ/P= ω/k

Gelombang periodik yang dapat dimodelkan oleh fungsi sinusoidal


dalam ruang dan waktu adalah gelombang sinusoidal. Fungsi periodik gelombang
dalam waktu dengan persamaan berikut.

8
y = Asin 2π(t/P+ Φ0)

Gambar 8. Gelombang sinusoidal.

Gambar 8 merupakan gambar gelombang sinyal satelit. Gelombang


tersebut menjalar berupa gelombang sinusoidal di atmosfer dari satelit samapi
antena. Dalam gambar tersebut terdapat 1 gelombang yang terdiri dari satu
lembah dan satu bukit. Harus bicara dengan amplitudo. Frekuensi bisa
digambarkan dengan lingkaran jumlah putaran per satuan waktu pakai gambar kiri
atau kiri. Satu gelombang adalah jarak yang ditempuh gelombang satu kali
amplitudo maksimum (90⁰) dan amplitudo minimum (270⁰) sampai 360⁰.

Adapun parameter utama ellipsoid WGS72 dan WGS84 sebagai berikut.

Parameter Notasi WGS72 WGS84


Sumbu panjang a 6378135 m 6378137 m
Penggepengan f 1/298.26 1/298.257223563
Kecepatan Sudut ω 7.292115147×10−5 rad s−1 7.292115×10−5 rad s−1
Bumi
Konstanta GM 3986008 km3 s−2 3986004418 km3 s−2
Gravitasi Bumi
Zonal Harmonik C2,0 −484.1605×10−6 −484.16685 ×10−6
ke-2

9
Gambar 9. Gambaran posisi parameter WGS72 dan WGS84 (Geravand dkk., 2018).

Dalam Seeber (2003) dijelaskan bahwa organisasi yang bertanggung jawab untuk
pendirian dan pemeliharaan WGS84 adalah National Imagery and Mapping
Agency (NIMA). Laporan komprehensif yang berisi semua informasi yang
diperlukan pada WGS 84, termasuk definisi dan hubungannya dengan geodetik
lokal sistem, tersedia secara grastis. Untuk mengoordinasikan transformasi antara
WGS 72 danWGS 84, persamaan berikut dapat digunakan .

φ φ ∆φ
() () ( )
λ
h WGS 84
= λ
h WGS 72
+ ∆λ
∆h

∆φ[“]= (4.5 cos φ) (a sin 1”) + (∆f sin 1”) + (∆f sin 2φ/ sin 1”)

∆λ[“] = 0.554

∆h [m] = 4.5 sin φ + a∆f sin2φ − ∆a + ∆r

Dengan

∆f = 0.3121057 × 10−7, a= 6378135 m, ∆a = 2.0 m, ∆r = 1.4 m.

10
Struktur atmosfer dapat digambarkan, sebagai satu set bola konsentris
dengan sifat fisik dan kimia yang berbeda. Gambar di bawah ini merupakan
gambaran hubungan antara propagasi sinyal dengan troposfer dan ionosfer
disarankan.

a. Troposfer adalah bagian bawah atmosfer Bumi yang memanjang dari


permukaan sampai sekitar 40 km. Perambatan sinyal tergantung terutama
pada muatan uap air dan suhu.
b. Ionosfer adalah bagian atas atmosfer Bumi antara 70 dan 1000 km.
Perambatan sinyal dipengaruhi oleh partikel yang tidak bermuatan
(Seeber, 2003).

Gambar 10. Klasifikasi atmosfer Bumi.

Troposfer adalah gas atmosfer di mana cuaca terjadi. Suhu akan menurun
dengan suhu 6,5⁰ C / km. Gradien suhu horisontal hanya beberapa derajat /100
km. Partikel bermuatan hampir tidak ada. Antar atom-atom dan molekul-
molekulnya yang tidak bermuatan bercampur dengan baik, sehingga troposfer
merupakan gas netral. Indeks refraksi sedikit lebih besar dari 1 yang akan
berkurang dengan meningkatnya tinggi dan menjadi hampir 1 pada batas atas
troposfer, dan akan menurun seiring dengan menurunnya kepadatan medium.
Hampir 90% dari massa atmosfer berada di bawah ketinggian 16 km, dan hampir
99% (Seeber, 2003).

11
Ionosfer adalah bagian dari lapisan atas atmosfer yang karena adanya
radiasi Matahari mempunyai sejumlah elektron dan ion bebas. Lapisan ionosfer
ini mempunyai batas bawah pada ketinggian sekitar 50 sampai 70 km; dengan
ketinggian batas atas yang tidak terlalu jelas, meskipun untuk banyak aplikasi
ketinggian 2000 km digunakan sebagai batas atas. Jumlah (densitas) elektron dan
ion bebas pada lapisan ionosfer ini bergantung pada besarnya intensitas radiasi
matahari serta densitas gas pada lapisan tersebut. Disamping itu struktur vertikal
densitas eletron dalam ionosfer juga berubah secara kontinyu. Struktur ini juga
variatif terhadap waktu, musim, dan lintang setempat. ensitas elektron, lapisan
ionosfer dapat dikategorisasikan menjadi lapisan-lapisan D, E, F1, dan F2, seperti
yang diilustrasikan pada Gambar 5.6 berikut. Ketinggian lapisan-lapisan ini dari
pemukaan Bumi adalah berkisar sekitar 60 – 90 km untuk lapisan D, 85 – 140 km
untuk lapisan E, 140 - 200 km untuk lapisan F1, dan 200 - 1000 km untuk lapisan
F2 (Abidin, 2001).

Gambar 11. Komposisi gas atmosfer Bumi (Abidin, 2001).

Lapisan D adalah lapisan ionosfer yang paling bawah, dan karenanya


jaraknya relatif yang paling jauh dari matahari, maka iotrisasi pada lapisan ini
adalah yang terkecil dibandingkan lapisan-lapisan lainnya. Lapisan yang
menghilang pada malam hari ini, memantulkan gelombang VLF dan LF serta
menyerap gelombang MF dan HF. Lapisan E, yang kadang dinamakan lapisan
Kennelg-Heauiside, membantu propagasi gelombang permukaan MF dan pada
siang hari memantulkan gelombang HF. Pada malam hari, lapisan E ini juga

12
secara praktis hampir seluruhnya menghilang. Lapisan paling atas atrnosfer, yang
dinamakan lapisan F, umumnya dibagi menjadi lapisan F1, dan F2. Lapisan F1,
menyerap dan memperlemah sebagian gelombang HF. Pada malam hari lapisan
F1, bergabung dengan lapisan F2, membentuk hanya satu lapisan (Abidin, 2001).

Dari Gambar 11, yang merupakan contoh profil untuk lintang menengah,
terlihat bahwa secara umum karena terkait dengan intensitas radiasi matahari,
maka densitas elektron dalam lapisan ionosfer lebih besar pada siang hari
ketimbang malam hari. Densitas elektron juga membesar dengan meningkatnya
tingkat aktivitas matahari, yang dikarakterisasi dengan meningkatnya jumlah
sunspot yang teramati di permukaan matahari. Disamping itu profil densitas
elektron ini juga akan berubah untuk daerah kutub dan ekuator. Adanya lapisan-
lapisan ionosfer yang diilustrasikan pada gambar 11 terjadi karena beberapa
faktor, yaitu:

1. sepektrum radiasi matahari menyimpan energinya pada beberapa


ketinggian bergantung pada karakteristik penyerapan (absorption) dari
lapisan atmosfer;
2. proses fisika dari rekombinasi ion bergantung pada densitas atmosfer yang
bervariasi dengan ketinggian; dan
3. komposisi dari atmosfer berubah dengan ketinggian (Abidin, 2001).

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, H.Z. 2001. Geodesi Satelit. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Bellad , V. & Mark G.P. 2013. Indoor Multipath Characterization and Separation
Using Distortions in GPS Receiver Correlation Peak. Proceedings of the
26th International Technical Meeting of the Satellite Division of The
Institute of Navigation (ION GNSS+ 2013), Nashville, TN,

Carlson. 2019. Satellite SkyPlot.


http://files.carlsonsw.com/mirror/manuals/Carlson_2019/source/Field/Fie
ld/Satellite_SkyPlot/Satellite_SkyPlot.htm (diakses 11 Mei 2020).

13
Geravand, A.S, Mohsen G., Saber K., Erfan C., dan Sahafi M.H. 2018. Design Of
Global Coordinate Systems For Identifying Ballistic Missiles.
International Conress on Sciences, Engineering adn Technology
Development.

Seeber, G. 2003. Satellite Geodesy. Berlin: Walter de Gruyter.

TANDA TANGAN

Labisa Wafdan

14

Anda mungkin juga menyukai