Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

SURVEI HIDROGRAFI I

PENGOLAHAN DATA PASUT

Oleh:
Labisa Wafdan
18/431137/TK/47730

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK GEODESI


DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH
MADA YOGYAKARTA
2020
A. MATA ACARA PRAKTIKUM
Pengolahan data pasut
B. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengolah data pasang surut dari laman
http://www.ioc-sealevelmonitoring.org
2. Mahasiswa dapat menghitung nilai MSL, HWL dan LWL pada data
pasang surut.
C. WAKTU DAN TEMPAT
Hari/Tanggal : Selasa, 19 Mei 2020
Waktu : 12.30 – 14.00 WIB
Tempat : Jl. Raya Bojong, Dusun III, Toyareka RT01/RW11,
Kemangkon, Purbalingga, Jawa Tengah
D. ALAT DAN BAHAN
1. Laptop
2. Tetikus
3. Microsoft Excel 2010
4. Microsoft Word 2010
5. Data pasang surut IOC dari stasiun pengamatan di Cilacap
E. LANDASAN TEORI
Pasang surut atau pasut merupakan suatu fenomena pergerakan
naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh
kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda
astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda
angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau
ukurannya lebih kecil. Faktor non-astronomi yang mempengaruhi pasut
terutama di perairan semi tertutup (teluk) antara lain adalah bentuk garis
pantai dan topografi dasar perairan.
Dari semua benda angkasa yang mempengaruhi proses
pembentukan pasang surut air laut, matahari dan bulan yang sangat
berpengaruh melalui tiga gerakan utama yang menentukan keadaan paras
laut di bumi ini. Ketiga gerakan itu adalah :
1. Revolusi bulan terhadap bumi, dimana orbitnya berbentuk elips
dan periode yang diperlukan untuk menyelesaikan revolusi itu
adalah 29,5 hari untuk menyelesaikan revolusinya.
2. Revolusi bumi terhadap matahari dengan orbitnya berbentuk elips
dan periode yang diperlukan untuk itu adalah 365,25 hari.
3. Perputaran bumi terhadap sumbunya sendiri dan waktu yang
diperlukan untuk gerakan ini adalah 24 jam.
Secara umum pasang surut di berbagai daerah dapat dibedakan menjadi
empat tipe yaitu :
1. Tipe pasang surut tunggal (diurnal tide)
2. Tipe pasang surut campuran dominan tunggal
3. Tipe Pasang surut campuran dominan ganda
4. Tipe Pasang surut ganda
F. LANGKAH KERJA
1. Kunjungi laman http://www.ioc-sealevelmonitoring.org
2. Untuk mengambil data pasut dari suatu stasiun, klik pada Station
details dan cari stasiun.

3. Pilih periode pengamatan selama 30 hari

4. Klik Show Data


5. Akan muncul tab baru yang berisikan data pengamatan pasut.

6. Salin data tersebut ke dalam Microsoft Excel

7. Klik pada salah satu kolom


8. Buat atribut TANGGAL dan WAKTU untuk memisahkan tanggal dan
waktu dari atribut Time (UTC).

9. Pada atribut TANGGAL buat formula =int(Time_(UTC)) dan pada


atribut WAKTU buat formula =(Time_(UTC))- int(Time_(UTC).

10. Ubah format pada TANGGAL menjadi Short Date dan WAKTU
menjadi Time.

Salin baris tersebut untuk semua baris di bawah kedua atribut tersebut
11. Akan menghasilkan tabel sebagai berikut.
12. Klik pada salah satu atribut tabel.

13. Pada menu Home dan tab Editing, klik Sort & Filter dan klik Filter

14. Tampilan atribut akan berubah seperti berikut.

15. Untuk memfilter data data pengamatan pasut per jam selama 30 hari,
klik ikon pada atribut WAKTU.
16. Akan keluar jendela sebagai berikut, uncheck pada (Select All), pilih
waktu data pengamatan menit ke-2, dan tekan OK.
17. Akan tampak data pengamatan pasut hasil filter.

18. Interpolasi data yang kosong dengan ketentuan:

a. Ada satu epok data kosong

Selisih = (h_sesudah - h_sebelum)/2

h (data kosong) = h_sebelum + selisih

b. Ada dua atau lebih epok data kosong


Selisih = (h_sebelum – h_setelah)/(n+1)
h(data kosong) = h_sebelum + selisih
n = jumlah epok kosong.
19. Setelah tidak ada data yang kosong, salin kolom tabel yang telah
difilter dan sekiranya penting untuk analisa pada lembar kerja baru
agar data yang telah difilter tidak tercampur dengan data sebelum
difilter dan menghasilkan perhitungan data MSL, HWL, dan LWL
yang benar.
20. Untuk membuat grafik dari tabel di atas, klik seluruh kolom enc(m),
prs(m), dan rad(m).

21. Pada menu Insert dan tab Chart, klik Line dan salah satu bentuk
grafik.
22. Akan keluar tampilan sebagai berikut. Ubah tampilan chart berikut
pada menu Chart Tools.

6
enc(m)
4 prs(m)
rad(m)
2
0

67 1
-2

23. Pada axis grafik tersebut masih belum menampilkan waktu data
pengamatan. Untuk mengubahnya, klik kanan pada data sumbu axis
tersebut dan klik Select Data.

24. Akan keluar jendela Select Data Source dan klik Edit.

25. Akan muncul jendela Axis Labels, pilih data waktu pengamatan pada
kolom Axis label range, dan klik OK
26. Pada jendela Select Data Source akan berubah menjadi berikut dan
klik OK.

27. Gambar grafik akan berubah menjadi berikut.

6
enc(m)
4 prs(m)
rad(m)
2

-2 3/1 3/8 3/15 3/22 3/29

28. Klik kanan pada sumbu axis tersebut dan klik Format Axis...
29. Akan keluar jendela Format Axis dan pilih Text Axis pada Axis
Type:, dan klik Close.

30. Ubah tampilan grafik sesuai keinginan pada menu Chart Tools.

31. Hitung nilai MSL (Mean Sea Level), HWL (High Water Level), dan
LWL (Low Water Level).
a. MSL = Average (prs)
b. HWL = Max (prs)
c. LWL = Min (prs)
G. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data pasang surut yang digunakan pengolahan data IOC yang
diamat setiap menit. Agar tidak terlalu berat dalam pengolahan dan
mengurangi kerapatan data, maka hasil data pengamatan diubah menjadi
per jam. Adapun grafik yang diperoleh dari data pengamatan pasut stasiun
Cilacap pada tanggal 1-31 Maret 2020 sebagai berikut.
Sedangkan data MSL, HWL, dan LWL sebagai berikut:

High Water Level (HWL) terjadi pada tanggal 14 Maret 2020 pukul 04:02
UTC, sedangkan Low Water Level (LWL) terjadi pada tanggal 11 Maret
2020 pukul 21:02 UTC. Adapun pengertian masing-masing dari ketiga
istilah tersebut sebagai berikut.
a. High Water Level (HWL) adalah muka air tertinggi yang dicapai pada
saat air pasang dalam satu siklus pasang surut.
b. Mean Sea Level (MSL) adalah muka laut rata-rata pada suatu periode
pengamatan yang panjang, sebaiknya selama 18,6 tahun.
c. Low Water Level (LWL) adalah kedudukan air terendah yang dicapai
pada saat air surut dalam satu siklus pasang surut
Data pasut IOC direkam menggunakan floating encoder (enc),
pressure gauge (prs), dan radar (rad). Data pasut yang direkam melalui
sensor floating encoder telah melalui proses filtering dari riak gelombang
air laut. Filtering dilakukan dengan tabung (tube) tempat floating encoder
dipasang. Grafik sensor enc dan rad terlihat sangat berimpit bahkan sama,
sedangkan sensor pressure tampak sangat berbeda. Namun, pada dasarnya
antara sensor enc, prs, dan rad menghasilkan periode osilasi gelombang
yang sama. Yang membedakannya hanya awal bacaan penanda
ketinggiannya, yaitu awal bacaan penanda ketinggian antara sensor prs dan
rad yang sama, sedangkan bacaan awal penanda ketinggian sensor prs
berbeda dengan sensor enc dan rad. Untuk membandingkan hasil plotting
data pasut sensor prs dengan sensor rad dan enc, dapat dengan
menormalkannya melalui data pasut sensor enc dikurangi data pasut rata-
ratanya.
Sistem pressure gauge mengukur tekanan di bawah laut menurut
persamaan:

di mana, h = ketinggian permukaan laut di atas pressure gauge, p = diukur


sub-permukaan tekanan, pa= tekanan atmosfer, ρ = massa jenis air dan g =
percepatan gravitasi.
Jenis yang paling umum digunakan adalah Pneumatic Bubbler
Gauges dan Pressure Sensor Gauges yang dipasang langsung di laut.
Pengukuran pressure gauge pada (p - p a) atau tekanannya berbanding lurus
dengan keadaan permukaan laut. Namun, transduser absolut menyediakan
tekanan total termasuk tekanan permukaan laut dan atmosfer. Data
tersebut diperlukan barometer untuk memantau tekanan atmosfer, yang
juga parameter berharga untuk studi oseanografi, sehingga dua transduser
juga dipasang pada pressure gauge pula. Semua transduser tekanan peka
terhadap suhu untuk melalukan koreksi perhitungan akibat drift termal.
Kerapatan air 'ρ' penting untuk mengetahui perubahannya selama siklus
pasang surut atau musiman untuk keperluan koreksi dalam perhitungan.
Namun, pada lokasi di mana air tercampur dengan baik, kerapatannya
dapat dianggap konstan.
Sensor radar diposisikan jauh di atas permukaan laut dan posisi
gelombang tertinggi untuk menghindari kerusakan pada alat. Alat ini
melakukan pengukuran jarak dari titik alat dipasang ke permukaan laut.
Radar gauge terbagi dalam dua jenis. (1) mengukur ketinggian permukaan
air laut dengan memantau time-of-flight dari pulsa radar dari sensor ke
permukaan laut dan kembali ke unit. (2) mentransmisikan 'Frekuensi
Modulated Continuous Wave' (FMCW), yang akan ‘mixed’ dengan
gelombang pantulan dari permukaan laut dan digunakan untuk
menentukan perbedaan fase antara dua gelombang. Radar gauge memiliki
banyak keunggulan dibandingkan sistem tradisional tanpa membutuhkan
koreksi akibat efek variasi densitas, suhu, dan tekanan atmosfer.
H. KESIMPULAN
Pasang surut air laut mempengaruhi banyak hal, salah satunya
adalah muka rata-rata air laut. Banyak hal yang berkaitan erat dengan
muka air laut rata-rata. Data pasang surut dapat diakses dan diunduh
secara gratis melalui web IOC. Dalam mengolah data pasang surut,
pastikan tidak ada data yang kosong. Apabila ada data kosong, maka data
pasut kosong tersebut perlu diinterpolasi terelebih dahulu sebelum
dilakukan perhitungan. Berdasarkan data pengamatan pasut IOC di stasiun
Cilacap pada tanggal 1- 31 Maret 2020, nilai masing-masing MSL, HWL,
dan LWL sebesar 0.266683 m, 1.014 m, dan -0.395 m.
I. DAFTAR PUSTAKA

Hidayat A., Sudarsono B., & Sasmito B. 2014. Survei Bathimetri untuk
Pengecekan Kedalaman Perairan Wilayah Pelabuhan Kendal.
Jurnal Geodesi Undip. 3(2).

Mehra, P. dkk. 2009. A One Year Comparison of Radar and Pressure Tide
Gauge at Goa, West Coast of India. Proceedings of the International
Symposium on Ocean Electronics (SYMPOL).

Pradipta, N.D, Yudo P., & Arwan W. 2015. Analisis Pasang Surut Air
Laut Menggunakan Data IOC (Intergovermental Oceanographic
Comission) untuk Menentukan Chart Datum di Perairan Cilacap.
Jurnal Geodesi Undip. 4(2).

Anda mungkin juga menyukai