Anda di halaman 1dari 16

A.

DEFINISI PROSEDUR & INSTRUKSI


MGS-OPR/QHSE-2/005 (General Bathymetric Survey – Nearshore)
Prosedur ini untuk memberikan arahan secara umum bagaimana melakukan
survey batimetri di area nearshore menggunakan Single beam echo sounder
(SBES). SBES mengukur kedalaman dengan mengirimkan sinyal akustik dan
mengukur waktu yang diperlukan sinyal tersebut untuk memantul dari dasar
laut dan kembali ke transducer. SBES dalam survei batimetri digunakan untuk
membuat kontur kedalaman dan chart batimetri untuk konstruksi.
MGS-OPR/QHSE-2/006 (Bathymetric Survey With Multibeam – Nearshore)
Prosedur ini untuk memberikan arahan secara umum bagaimana melakukan
survey batimetri di area nearshore menggunakan Multi beam echo sounder
(MBES). Kedalaman yang terukur sepanjang sapuan menyebar keluar dari
susunan transduser. Umumnya, MBES digunakan untuk membuat digital terrain
model (DTM) dengan resolusi tinggi. Di Dekat pantai, survei batimetri dengan
MBES digunakan untuk survei pra desain jalur pipa dan kabel.
MGS-OPR/QHSE-2/007 (General Bathymetric Survey-Offshore)
Prosedur ini untuk memberikan arahan secara umum bagaimana melakukan
survey batimetri di area offshore menggunakan SBES. Dalam operasi Offshore,
survey batimetri ini harus menggunakan heave compensator.
MGS-OPR/QHSE-2/008 (General Bathymetric Survey With Multibeam –
Offshore Survey Service)
Prosedur ini untuk memberikan arahan secara umum bagaimana melakukan
survey batimetri di area offshore menggunakan MBES. Di offshore, survei
batimetri dengan MBES digunakan untuk inspeksi jaringan pipa, dan inspeksi
struktur dengan ROV.
MGS-OPR/QHSE-3/025 (Gyro Calibration)
Sistem Gyro yang dipasang di kapal survey merupakan sumber data heading
kapal. Oleh karena itu, prosedur ini dibutuhkan untuk kalibrasi sistem gyro agar
menampilkan presisi terbaik dan pembacaan kesalahan indeks deviasi
dihilangkan.
MGS-HSV/QHSE-3/111 (Single DGPS Verification)
Prosedur ini untuk membuktikan bahwa sistem penentuan posisi DGPS yang
digunakan di atas kapal sudah sesuai dan memenuhi spesifikasi teknis akurasi
penentuan posisi yang dibutuhkan oleh klien. Verifikasi DGPS harus dilakukan
sebelum dimulainya operasi survei.
MGS-HSV/QHSE-3/107 (Use of Sound Velocity Profiler)
Prosedur kerja ini menjelaskan metode pengumpulan data lingkungan yang
benar dengan menggunakan sistem profil salinitas/suhu dan menjelaskan siapa
yang bertanggung jawab atas pengoperasian dan pengendalian sistem serta data
yang direkam. Prosedur ini juga mencakup pengoperasian instrumen, penurunan
probe, pemulihan dan pemrosesan data.
MGS-SOP/QMS-3/-001 (Mobilitations)
Tujuan dari prosedur ini adalah untuk menjelaskan metode yang tepat untuk
mempersiapkan, memobilisasi pengujian, kalibrasi dan demobilisasi peralatan,
dan sistem dari kapal survei dan tongkang. Prosedur ini juga menjelaskan siapa
yang bertanggung jawab selama berbagai tahapan pekerjaan dan formulir
relevan yang harus diselesaikan.
MGS-HSV/QHSE-3/141 (Tide Level Measurement)
Tujuan dari prosedur ini adalah untuk menjelaskan langkah-langkah
pemasangan dan pengoperasian peralatan survei di lokasi untuk mengukur
tingkat pasut.
MGS-HSV/QHSE-3/101 (DGPS Positioning System)
Prosedur ini menjelaskan pengujian, pemasangan, dan pemeriksaan yang harus
dilakukan saat memobilisasi sistem ke kapal.
MGS-HSV/QHSE-3/112 (Dual DGPS Verification)
Verifikasi Dual DGPS dilakukan untuk memverifikasi sistem dual DGPS
positioning yang digunakan kapal sudah baik dan memenuhi spesifikasi teknis
akurasi positioning yang disyaratkan oleh klien. Verifikasi DGPS harus dilakukan
sebelum dimulainya operasi survei.
MGS-HSV/QHSE-3/105 (Use of Single Beam Echo Sounder)
Prosedur ini berlaku untuk penggunaan SBES oleh surveyor. Prosedur ini
mencakup pengoperasian sistem, kalibrasi dan kontrol kualitas data.
MGS-HSV/QHSE-3/106 (Use of Multi Beam Echo Sounder)
Prosedur ini berlaku untuk penggunaan MBES oleh surveyor. Prosedur ini
mencakup pengoperasian sistem, kalibrasi dan kontrol kualitas data.
MGS-OPR/QHSE-3/033 (Multibeam Calibration)
Prosedur ini berlaku untuk penggunaan akuisisi navigasi akustik dan sistem data
logging seperti yang digunakan oleh personel survei MBES. Prosedur ini akan
mencakup pengoperasian pengaturan sistem, kalibrasi unit, entri parameter
survei, pencatatan dan pengecekan data yang diperoleh. MGS menggunakan
beberapa merek MBES, instruksi pengoperasian individual tidak termasuk dalam
instruksi kerja ini, sehingga panduan setiap alat MBES akan dibuat sesuai
mereknya. Beberapa kapal survei memiliki sistem MBES yang dipasang secara
permanen dengan transduser karena proyek lain memerlukan sistem portabel
untuk dipasang selama proyek berlangsung.
MGS-OPP/QHSE-2/041 (Gyro Calibration Using GPS Heading Observation
Procedur)
Tujuan utama survei Observasi Bearing adalah menghitung arah dengan
menggunakan 2 titik yang diketahui. Prosedur ini juga menjelaskan cara
menjalankan Survei Statis GPS termasuk persiapan, pemasangan, verifikasi, dan
pengoperasian sistem GPS.
MGS-HSV/QHSE-3/103 (Install and Operate Gyrocompass)
Prosedur ini berlaku untuk penggunaan gyrocompass seperti yang digunakan
surveyot. Saat peralatan survei dipasang di kapal, informasi heading yang akurat
diperlukan agar posisi offset sensor dapat dihitung. Oleh karena itu, kompas
gyrocompass presisi tinggi diperlukan untuk mendapatkan informasi tajuk ini.
Prosedur ini menjelaskan metode pemasangan, pengujian, dan pengoperasian
kompas giro yang benar pada kapal survei dan mencakup metode kalibrasi unit
yang benar.
MGS-OPR/QHSE-2/001 (Survey Data Acquisition and QC)
Prosedur ini menguraikan kegiatan selama pengumpulan data survei dan kontrol
kualitas data survei tersebut. Perolehan data berkualitas tinggi dimulai dengan
mobilisasi dan kalibrasi sistem survey, pengumpulan data, dan pemeriksaan
yang dapat melalui pengolahan data. Data dapat dianggap tidak dapat diterima
akibat beberapa hal:
- Kegagalan peralatan yang menyebabkan hilangnya data
- Data di luar toleransi yang ditetapkan oleh klien atau MGS
- Datanya berkualitas buruk
Dari ketiga sebab tersebut, yang terakhir adalah hal yang paling subyektif dan
biasanya melibatkan pendapat perwakilan klien yang mungkin bertentangan
dengan Party Chief MGS. Kegagalan pertama solusinya adalah peralatan
diperbaiki/diganti dan area dengan data yang buruk disurvei ulang. Kegagalan
kedua solusinya adalah survey ulang area atau pemrosesan ulang data
menggunakan parameter lain atau kumpulan data yang berbeda yang dapat
memberikan solusi. Untuk faktor ketiga, solusi harus diputuskan di lapangan
dengan semua pihak dan mungkin melibatkan pemrosesan ulang atau survey
ulang.
MGS-OPP/QHSE-2/033 (CTD Deployment Procedure)
Prosedur kerja ini menjelaskan metode yang benar untuk penerapan CTD
(profiling maupun moored) dan menjelaskan siapa yang bertanggung jawab atas
pengoperasian dan kontrol sistem serta data yang direkam. Prosedur ini
mencakup kalibrasi, persiapan, dan penerapan CTD. Prosedur ini berlaku untuk
pengumpulan data oleh party chief, engineer dan oseanografer.
B. RINGKASAN PROSEDUR & INSTRUKSI
Perwakilan Klien, Manajer Proyek, atau surveyor hidrografi harus membaca
spesifikasi kontrak untuk menilai persyaratan survey batimetri dan menyiapkan
daftar peralatan yang diperlukan, misalkan memutuskan apakah menggunakan
dual frequency atau single frequency, untuk dilaporkan pula kepada perwakilan
party chief. Manajer proyek atau perwakilannya harus memasukkan peralatan
ini ke dalam daftar yang diserahkan kepada Departemen Teknis sebelum
mobilisasi.
Sebelum mobilisasi perlu untuk melakukan persiapan berupa: workshop
pengetesan alat, persiapan file data survey, daftar periksa peralatan, dan
personal yang diusulkan untuk proyek harus memiliki pakaian pelindung
bersertifikat. Sertifikat kalibrasi WADGPS, Gyro Compass, SVP, Heave
compensator, Echosounder, dan lain-lain juga dipersiapkan. Peralatan yang
digunakan dalam survey sebagai berikut.
Saat mobilisasi, sistem batimetri harus dipasang di kapal survei sesuai
dengan perintah dari perwakilan klien/party chief sebelum dimulainya
pekerjaan survey, termasuk penentuan lokasi pemasangan antarmuka digital ke
peralatan survei lainnya seperti sistem navigasi, annotator, dan heave
compensator. Peralatan harus ditempatkan dengan hati-hati di posisi yang aman
untuk menghindari peralatan elektronik terkena air laut. Lokasi transduser
echosounder harus dipasang pada Offset Vessel. Pengukur pasang surut (pasut)
atau tekanan pasut harus diperiksa sebelum dimulainya survei dan pada interval
yang ditentukan dalam kontrak.
Positioning survei menggunakan SBES bisa menggunakan DGPS. Koreksi GPS
menggunakan transmisi koreksi dari stasiun base yang dikenal melalui satelit
komunikasi regional. Posisi GPS kemudian menerapkan koreksi Diferensial
untuk menghasilkan posisi DGPS yang biasanya akurat dalam jarak 2-4 meter.
Instalasi DGPS harus dikoordinasikan dengan pihak kapal. Tim survei harus
mengukur offset antena GPS ke Central Reference Point (CRP) yang telah
disepakati dengan dua kali pengukuran. Perangkat lunak QC DGPS akan tersedia
di kapal survei untuk memantau kualitas, antara lain: Periksa elevasi mask
diatur 10 derajat, satelit yang tidak dipilih, stasiun referensi diferensial yang
digunakan, rincian Datum dan Proyeksi, jumlah satelit yang digunakan untuk
perhitungan posisi, kualitas posisi (RMS dan lain-lain), jumlah minimum satelit
yang akan digunakan 5, dan PDOP harus kurang dari 4.
Pasang gyrocompass bila perlu. Sebelum memasang gyrocompass, lokasi
harus dipilih yang akan melindungi unit dari getaran dan kerusakan fisik.
Gyrocompass juga harus dipasang sedemikian rupa sehingga sumbu utamanya
sejajar dengan garis tengah kapal yaitu segaris dengan sumbu haluan/buritan.
Tanda nol garis lubber harus menghadap ke depan yaitu arah pelayaran. Gyro
kemudian dapat dihubungkan ke repeater yang diperlukan atau langsung ke
sistem komputer navigasi.

Kalibrasi gyro dilakukan menggunakan total station. Kapal survei harus


dilabuhkan di dermaga dengan bagian haluan dan buritan berada di sekitar BM
tempat pemasangan Total Station. Jam waktu antara surveyor dan gyro logger
harus disinkronkan sebelum survey dimulai dan pastikan gyro logging aktif
untuk setiap detik oleh PC, atau setiap menit dengan pembacaan manual. Dua
reflector dipasang di Haluan dan buritan. Tandai waktu pengukuran sudut
horizontal dan jarak dari BM menuju reflektor Haluan dan buritan sebanyak 20
seri. Waktu pengukuran TS dan log waktu di PC dipastikan sama. Bacaan seri
tersebut disebut sebagai Heading-1. Putar kapal dengan arah buritan ke haluan
dan haluan ke posisi buritan, dan kencangkan kapal ke posisi pendaratan yang
sama, dan sesuaikan reflektor target untuk menghadap ke Total Station. Kapal
yang menuju posisi ini kita sebut sebagai heading-2. Lakukan langkah
pengukuran yang sama. Hitung nilai lintang dan bujur dari bacaan heading-1 dan
heading-2 dan reratakan masing-masing nilainya. Hitung selisih antara hitungan
gyro yang terbaca di PC dengan bacaan heading-1 dan heading-2. Nilai selisih
tersebut sebagai nilai koreksi. Nilai selisih yang masuk toleransi dapat digunakan
sebagai koreksi akhir dalam navigasi gyro, sedangkan bila tidak masuk toleransi
maka ada sesuatu hal yang perlu diselesaikan. Buat laporan kalibrasi gyro jika
sudah selesai.

Kalibrasi gyro juga dapat menggunakan prosedur GPS Heading Observation.


Dua receiver GPS digunakan untuk mengukur baseline GPS. Baseline antara
sepasang receiver GPS yang telah diakuisisi dalam model ellipsoid geosentris
WGS 84 kemudian ditransformasikan dengan sistem koordinat proyek lokal.
Proses ini dilakukan pada bagian post-processing. Triangulasi dapat digunakan
dengan membangun triangulasi antara 3 receiver GPS yang merupakan salah
satu receiver GPS yang berfungsi sebagai rover dan 2 lainnya di BM. Hasil dari
metode triangulasi akan menjadi jaringan pergeseran GPS yang akan diolah
menjadi perangkat lunak pengolah data GPS Ilmiah. Rover diletakkan pada gyro
dan base diletakkan pada BM yang telah diketahui atau dibuat sendiri. Setelah
pekerjaan dinilai selesai, unduh data pengamatan serta kalibrasi dalam bentuk
softcopy dan hardcopy serta buat report dari kegiatan tersebut.

Setelah dilakukan kalibrasi gyro, lakukanlah kalibrasi DGPS. Posisi CRP yang
diperoleh GPS-1 (Primer) dan GPS-2(sekunder) harus berada dalam radius 1 m.
Caranya sama seperti kalibrasi gyro dengan menandai waktu pengukuran sudut
horizontal dan jarak dari stasiun referensi menuju sebuah reflektor di bawah
Antena GPS sebanyak 20 seri. Bandingkan rerata koordinat reflektor terukur
dan antena GPS yang tercatat. Penyimpangan antara kedua koordinat tersebut
harus kurang dari 2 m atau ada faktor blunder yang harus ditelusuri dan
diselesaikan. Buat laporan yang ditandatangani oleh Surveyor dan Client.

Pasang peralatan survey yang telah disediakan. Tempat pemasangan alat


harus terletak dilokasi yang aman, mudah diakses dan dioperasikan, terletak di
dalam toleransi lingkungannya mis. di dalam ruangan ber-AC, sesuai dengan
keinginan yaitu Nakhoda, Chief Engineer dan segala peraturan yang berlaku.
Setelah peralatan terpasang, uji sistem harus dilakukan untuk mengonfirmasi
bahwa setiap peralatan dapat bekerja dan berkomunikasi dengan semua
perangkat yang terhubung.

Setelah memasang peralatan, setiap sensor survei yang terpasang di kapal,


misalnya, transduser echosounder, antena GPS, harus diukur terhadap titik fix
yang diketahui pada kapal. Titik fix ini bisa menjadi pusat gaya berat kapal yang
tergambar sebagai berikut:
Offset harus terukur dengan baik dan jika memungkinkan lakukan set ulang oleh
anggota tim lain. Semua file pengukuran offset harus disimpan dalam sistem
komputer navigasi.
Peralatan survei juga dapat dikalibrasi di darat. Perwakilan klien harus
selalu diberi informasi tentang urutan pengamatan dan menyaksikan
pemeriksaan dan kalibrasi ini. Laporan singkat termasuk hasil harus dibuat
setelah setiap kalibrasi selesai dan harus ditandatangani oleh PC atau SS dan
salinannya tersedia untuk klien. Catatan yang menunjukkan mobilisasi telah
diselesaikan, meliputi: Navigation Installation Check List, Analogue Check List,
Gyro Calibration & DGPS Verification Checklist, On-line Logbook, Results of
calibrations, Vessel Offset Measurement, dan Tide Gauge Installation.
Lanjutkan dengan pemasangan CTD untuk memperoleh nilai kecepatan
suara. Pihak yang bertanggung jawab, yaitu:
1. Manajer Teknis untuk memastikan sistem telah disiapkan, diuji dan terbukti
beroperasi sebelum dimobilisasi ke kapal survei.
2. Party chief untuk memastikan bahwa semua personel yang menggunakan
instrumen sudah terbiasa dengan penggunaan dan penerapannya,
memeriksa kualitas data yang dikumpulkan dan setiap hasil yang dihitung.
3. Surveyor online atau Survey Engineer bertanggungjawab untuk mengatur
penggunaan peralatan serta pencatatan, pemrosesan data, dan memastikan
hasilnya dimasukkan ke dalam sistem survei lain.
Metode CTD melibatkan pengukuran kecepatan suara melalui suhu dan salinitas
atau pengukur kecepatan. Pengamatan akan dilakukan pada interval 5 meter
atau 10 meter dari permukaan ke dasar laut dan sebaliknya. Kecepatan suara
akan dihitung dari pengukuran ini dengan merata-ratakan semua nilai yang
terukur di setiap interval kedalaman.
Semua peralatan dan alat pendukung untuk CTD sebelum penerapan harus
dipersiapkan, yaitu winch, shackel, pemberat tambahan, frame, laptop khusus.
CTD head, baterai, dan instrumen lainnya harus dipasang. CTD profiling
mengukur parameter air saat bergerak secara vertikal melalui air, biasanya
diturunkan dari sisi kapal dengan winch atau dengan tangan untuk melakukan
pengukuran kolom air. Paket CTD profil sering ditempatkan di dalam frame
untuk melindunginya dari benturan dengan sisi kapal.
Pastikan CTD diikat ke winch atau tali dan jika perlu pasang pemberat
tambahan di ujung bawah CTD dalam kondisi arus laut yang kuat. CTD
diturunkan dan dinaikkan dengan kecepatan tidak lebih dari 1 m/s. CTD yang
ditambatkan akan mengukur parameter air di satu lokasi, selama periode waktu
yang lama, dan memberikan serangkaian data informasi variasi musiman di
dalam air, masuknya polutan ke area tersebut, seperti tumpahan minyak, dan
lain-lain. CTD yang digunakan harus menggunakan perangkat anti-foulan untuk
menjaga bagian dalam sensor tetap bersih, sehingga pengotoran tidak akan
mempengaruhi pengukuran. Instalasi harus di bawah pengawasan surveyor
hidrografi, oseanografer atau engineer, dengan bantuan dari tim penyelam.
Orang yang mengawasi instalasi harus bertanggung jawab untuk merekam file
pengaturan layar cetak. Screen capture dari pre-deployment untuk membantu
QC data Final ke departemen Data Center.
Perhitungan kecepatan suara juga dapat menggunakan SV profiler. Probe SV
profiler diletakkan di lokasi yang tepat di tempat yang terbuka di sekitar
tongkang, tidak ada sesuatu yang dapat mengganggu probe saat turun, dan tidak
di dekat kabel jangkar yang dapat mengganggu probe. Probe tidak boleh
dibiarkan di dalam air tanpa pengawasan dan harus diturunkan saat kapal
sedang berhenti. Probe dapat mengumpulkan data secara otomatis atau manual.
Pembacaan manual dicatat oleh operator dari tampilan permukaan. Probe
otomatis unit dapat mengumpulkan data secara otomatis dan untuk mengakses
datanya tinggal hanya diunduh. Data dicatat melalui Log SVP harus dilengkapi
sebelum dan setelah penurunan probe hingga 100 m. Pembacaan harus
dilakukan setiap 5 m atau 10 m+ pembacaan di draft kapal. Probe yang sudah
dipakai lalu dicuci menggunakan air tawar dan disimpan kembali ke tempatnya.
Formula untuk kecepatan suara harus disetujui oleh perwakilan klien sebelum
proyek dimulai. Kecepatan suara ini akan dihitung secara berkala selama periode
survei.
SBES kemudian dikalibrasi untuk mengetahui indeks kesalahan draft echo
sounder, baik menggunakan barcheck atau pembacaan langsung yang dilakukan
pada awal dan akhir survei atau pada interval lain yang ditentukan dalam
kontrak. Setelah itu, akuisisi data bisa dilakukan.
Jika compensator heave akan digunakan maka harus dinyalakan setidaknya
dua jam sebelum berlayar dan tidak boleh dimatikan saat kapal berada di lepas
pantai. Pembacaan digital dari echosounder harus dibandingkan dengan
rekaman analog untuk mengonfirmasi apakah pembacaannya identik.
Pemeriksaan ini tidak diperlukan untuk kompensator heave seperti TSS 320,
karena sinyal kompensasi heave ditampilkan pada rekaman analog.
Rekaman echosounder dijelaskan beserta informasi berikut: Nama proyek
dan informasi pengenal lainnya, Date/time, Line number(s), Fix number: from to,
Range settings, Vessel name, dan fitur khusus (dump, wreck, wellhead, trench,
dan lain-lain). Informasi ini harus dijelaskan pada kedua ujung setiap gulungan
kertas.
Karena ketinggian pasut berubah sepanjang periode survei, kedalaman
sounding harus direduksi terhadap perbedaan pasut untuk nilai memperoleh
soundings ke datum tertentu. Tahap ini dilakukan saat processing menggunakan
perkiraan pasut lokasi survei. Perhitungan perkiraan pasut dihitung berdasarkan
tabel admiralty atau perangkat lunak yang disetujui, misalnya “Admiralty Tidal
Prediction by the Simplified Harmonic Method – NP 159A”.
Pengukuran tinggi pasut juga diperlukan. Pihak-pihak yang bertanggung
jawab adalah:
1. Manajer Teknis bertanggungjawab untuk memastikan sistem disiapkan, diuji,
dan terkalibrasi sebelum dimobilisasi ke kapal survei.
2. Party chief bertanggungjawab untuk melakukan survei, memastikan semua
personel mengetahui penggunaan, dan menentukan lokasi stasiun pasang
surut sebagaimana tercantum dalam kontrak.
3. Surveyor On-line atau Survey Engineer bertanggungjawab untuk
mengatur/menggunakan instrumen dengan benar serta mencatat,
memproses dan mengarsipkan hasil data dengan benar.
4. Oseanografer bertanggungjawab untuk menghitung konstituen, representasi,
dan prediksi pasut
Ada dua jenis pemasangan tide gauge yaitu tide gauge yang dipasang di pole
yang umumnya untuk pengukuran tingkat pasang surut di zona transisi dan tide
gauge yang dipasang di dasar laut untuk pengukuran pasut offshore. Tide gauge
yang dipasang di pole harus memperhatikan:
1. Posisi yang memungkinkan kisaran pasut penuh diukur, yakni yang tidak
akan kering saat air rendah atau banjir saat air tinggi). Ini biasanya dinding
laut vertikal atau dermaga
2. Lokasi aman untuk diakses dan relatif tidak terlalu jauh terhadap pekerjaan
survei
3. Lama waktu pengukuran yang akan dilakukan
4. Ketersediaan benchmark terdekat

Sementara itu, tide gauge yang dipasang di dasar laut harus memperhatikan:

1. Metode pemasangan dan demobilisasi


2. Area “aman” yang jauh dari aktivitas penangkapan ikan dan pelayaran aktif
3. Lokasi relatif terhadap pekerjaan survei lain yang akan dilakukan
berdasarkan kontrak
4. Lama waktu pengukuran yang akan dilakukan

Sebelum memasang tide gauge di dasar laut, tes pre-deployment harus


dilakukan. Pasang sensor di bawah air dan ukur kedalamannya dengan meteran.
Catat waktu mulai dan berhenti pengamatan. Periksa data pasang surut dengan
mengunduh data tersebut. Pemberat yang sesuai harus disiapkan dengan
mempertimbangkan kekuatan arus. Pelampung apung dan tali pengaman juga
harus dipasang. Bersihkan tide gauge dengan air tawar sebelum dimasukkan
kembali ke dalam kotak dan gudang.

Perhitungan tinggi pasut dapat digunakan untuk menghitung amplitudo dan


fase konstituen harmonik pasut serta memprediksi tinggi pasut di masa depan.
Perhitungan harus dilakukan oleh oseanografer menggunakan prosedur statistik
yang disebut metode kuadrat terkecil. Nilai datum, seperti MSL, LWS, LAT, juga
dapat dihitung jika tersedia data yang memadai dan diperlukan dalam kontrak.
Jumlah konstituen dan jenis nilai datum yang dapat dihitung tergantung pada
durasi dan kualitas data tinggi pasang surut, sebagaimana ditentukan oleh
oseanografer. Nilai untuk konstituen dan datum yang diturunkan harus
dilaporkan dengan ukuran statistik akurasi. Informasi dari konstituen pasut
harus digunakan untuk memperkirakan tinggi pasut jika disyaratkan dalam
kontrak
Pengecekan rutin harus dilakukan pada data yang terekam terhadap hasil
yang dicatat sebelumnya atau terhadap data survei sebelumnya di area tersebut
untuk menghindari kesalahan dalam pengumpulan informasi. Semua data
Batimetri Digital disimpan dalam Hard Drive PC dan harddisk eksternal,
sedangkan Data Batimetri Analog direkam (dicetak) dalam roll echosounder.
Unduh dan back-up semua data batimetri dalam bentuk softcopy dan hardcopy,
lakukan post processing dan pelaporan terhadap data batimetri dan kontur.
Survei batimetri di area nearshore juga dapat menggunakan MBES. Alat yang
dibutuhkan antara lain sebagai berikut.

Prosedur mobilisasi MBES hampir sama seperti proses mobilisasi SBES, seperti
yang telah disebutkan sebelumnya. Setelah dilakukan kalibrasi sound velocity,
lakukan patch test atau multibeam calibration. Kalibrasi multibeam dilakukan
untuk menemukan kesalahan sudut pemasangan (roll, pitch dan heading) dari
transduser MBES. Kesalahan ini harus diperiksa setelah instalasi. Bias rerata
maksimum yang dihitung antara dua set data tidak boleh melebihi toleransi yang
ditunjukkan.
Parameter berikut dapat ditentukan menggunakan patch test: latency antara
positioning system dan swath sounder, Roll offset sounder, Offset pitch dari
sounder, dan Yaw offset sounder. Untuk menentukan keempat parameter
tersebut, minimal ada empat jalur survey pada seabed yang miring dan datar,
dengan kombinasi:

1. Roll: dua jalur survey di atas seabed datar dalam arah yang berlawanan
dengan kecepatan yang sama (track transduser di atas satu sama lain)
2. Pitch: dua jalur survey di atas seabed miring dalam arah yang berlawanan
dengan kecepatan yang sama (track transduser di atas satu sama lain)
3. Yaw: dua jalur survey di atas seabed miring, jalur harus saling tumpang
tindih sebesar setengah lebar swath dalam arah yang sama dengan
kecepatan yang sama.
4. Latency: Dua profil harus diperoleh dengan melakukan dua garis survei
collinear dan codirectional (satu dengan kecepatan lambat dan satu dengan
kecepatan tinggi) langsung di atas seabed yang curam

Semua hasil data kalibrasi disimpan dalam hardrive PC sebelum untuk diproses.
Jika hasil kalibrasi sudah disetujui klien, buat report kalibrasi multibeam.
Setelah itu MBES sudah siap digunakan.

Peralatan SBES Offshore sebagai berikut.


Peralatan MBES Offshore sebagai berikut.

Untuk memastikan bahwa data echosounder telah diakuisisi dan


diproses dengan benar, siapkan detail instrumen; line-keeping details, harus
dicatat ke dalam ‘Analogue Log Sheet’ (ALS01). Informasi tambahan yang
dikumpulkan selama survei akan dicatat dalam ‘On-Line Survey Log Book’
dan referensi dapat dibuat untuk dokumen ini selama pemrosesan data yang
dikumpulkan.
Karena projek berdurasi pendek, kualitas data harus diperiksa dan
dipastikan dapat diterima selama tahap akuisisi data. Hal itu dilakukan untuk
membuktikan bahwa data sudah sesuai KAK dan pekerjaan survey telah
benar dilakukan. Post processor harus bertanggungjawab dalam mengoreksi
pemrosesan data dan mengetahui bias data. PC harus memastikan data sudah
terkumpul sebelum meninggalkan lokasi survey. Jika ada data yang ternyata
tidak dapat diterima, ada dua opsi, salah satunya adalah data dapat diproses
ulang,
Jika data sama sekali tidak memenuhi toleransi, maka lakukan survey
ulang. Pada projek fotogrametri, misalnya, bisa dilakukan alignment foto dan
pembuatan foto dengan kualitas yang rendah. Jika ditemukan data yang
kosong maka bisa dilakukan penggantian parameter alignment foto atau
dilakukan reflight. Pada projek topografi, bisa dilakukan survey ulang apabila
data yang didapat tidak rapat atau akurasi kesalahan sudut penutup kurang
bisa diperoleh.
Pastikan data yang dikumpulkan konsisten dan berkualitas tinggi agar
persiapan proyek dilakukan secara profesional dan didokumentasikan
dengan baik. Sistem filing data dilakukan sebagai berikut.
Survey Data File (SDF)
OS harus bertanggungjawab menjaga file data survey, melalui komunikasi,
faxes, komunikasi di lapangan, transmittal, mobilisasi, kalibrasi, diagram
offset, Mobilisation Check List/Report, Field Calibration data/reports,
Temp/salinity profile sheets, Online Information, Quality Control Forms/log
sheets
Party Chief File (PCF)
PCF harus berisi semua salinan dokumen yang berkaitan dengan
administrasi: Korespondensi, Faks Diterima / Dikirim, Komunikasi lapangan
yang disampaikan ke dan dari klien, Aspek Keamanan, Laporan Kemajuan
Harian (DPR), Detail personel, Peralatan (inventaris dan Faktur Pengiriman),
Biaya Terkait Proyek, Perbekalan/stempel, Log Telepon
On-line Log Book (OLB)
OS harus menyimpan log harian yang mencakup perincian semua
pekerjaan yang dilakukan selama proyek dengan penjelasan, seperti
pekerjaan yang dilakukan, pekerjaan sedang berlangsung pada perubahan
shift dan lokasi, kegagalan/malfungsi peralatan, tindakan yang diambil,
pergerakan personel/peralatan, perubahan data terkait posisi, modifikasi
peralatan, modifikasi perangkat lunak, disk data yang digunakan dan saat
diubah, disk data yang disiapkan dan nomor tersedia (diinisialisasi), serta
informasi lain seperti klien atau komentar PC. Semua entri harus rapi,
terbaca dan sedetil yang diperlukan dan harus disertai dengan waktu.
Halaman baru dimulai untuk setiap hari.
Standar pelaporan untuk survey bisa berupa data hardcopy yang dapat
didefinisikan sebagai hasil cetak komputer dari sistem digital. Data
elektronik biasanya digunakan pula selama tahap akuisisi data, data
elektronik yang dihasilkan dari sistem online dicatat ke hard drive computer.
Tahapan penerimaan data dirangkum sebagai berikut:
 Selama tahap akuisisi data dimonitor dan awalnya diterima oleh OS, SE
atau GE.
 Pengecekan Konfirmasi dilakukan oleh PC atau GE.
 Penerimaan akhir data ke CR di kapal.
OLB dan lembar log harus dilengkapi untuk menyortir data jelek atau
ditolak.
Setelah menyelesaikan semua pekerjaan dan sebelum mengirimkan data
ke darat, perwakilan klien akan diminta untuk meninjau data yang
dikumpulkan dan memastikan bahwa data tersebut telah memenuhi ruang
lingkup pekerjaan dan memenuhi KAK. Kemudian akan diminta untuk
menandatangani sertifikat penyelesaian. Salinan sertifikat yang
ditandatangani harus dikirim melalui faks ke Manajer Proyek.
Data dikirimkan dari lapangan ke Pusat Data. Pada tahap ini, data diyakini
sudah memiliki standar setinggi mungkin, yang dapat diterima oleh klien
pada saat pengumpulan data. Data kemudian dapat disiapkan untuk dikirim
ke Pusat Data.
OS atau PP bertanggung jawab untuk mengemas data dengan salinan
cetak dan salinan elektronik yang dikemas secara terpisah dan jika
memungkinkan diangkut dengan cara yang berbeda, dengan data elektronik
(file mentah dan file yang diproses) disalin untuk membuat salinan
'cadangan'.
Semua paket data harus menyertakan file terkait proyek (SDF, PCF, dan
OLB) dan paket tersebut harus diberi label yang jelas baik dengan isi paket,
No. Proyek, dan tujuannya, mengacu pada MGS-HDC/QHSE-2/002. PC
bertanggung jawab atas pengiriman data yang benar ke kantor Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai