Oleh
MISFALLAH NURHAYATI
15114084
1 Pendahuluan
1.1 Tujuan
Sistem referensi koordinat adalah sistem termasuk teori, konsep, deskripsi fisis
serta standar dan parameter yang digunakan dalam pendefinisian koordinat dari suatu
atau beberapa titik dalam ruang (Abidin, HA 2001). Sistem referensi koordinat
merupakan konsep aktualisasi untuk menyatakan posisi. Sistem referensi koordinat
digunakan untuk menjamin adanya konsistensi dan standarisasi dalam menyatakan
suatu koordinat sehingga koordinat yang dipakai dapat mengacu pada sistem referensi
tertentu.
Sistem referensi koordinat yang sering digunakan pada bidang geodesi adalah
sistem koordinat geografik dan sistem koordinat kartesian. Sistem koordinat geografik
biasa dinyatakan dalam satuan lintang, bujur, dan tinggi dari ellipsoid. Sedangkan
sistem koordinat kartesian biasa dikatakan dalam bentuk x, y, dan z.
Konsep sistem ini dapat direncanakan sesuai dengan yang diinginkan. Namun,
karena sistem adalah sebuah konsep maka diperlukan suatu wadah untuk
merealisasikannya. Bentuk realisasi dari sistem referensi tersebut adalah kerangka
referensi koordinat.
Berdasarkan cakupan wilayahnya, datum dibagi menjadi tiga yaitu datum lokal,
regional, dan global. Datum lokal adalah datum geodesi yang disesuaikan dengan
bentuk geoid yang tidak terlalu luas. Contoh datum tersebut adalah Datum Indonesia.
Datum regional adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoida referensi yang
bentuknya paling sesuai dengan bentuk permukaan geoid untuk area yang lebih luas
dari datum lokal. Contoh datum tersebut adalah datum NAD (North American Datum)
1983 untuk negara yang ada di benua Amerika bagian utara.
Datum global adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi
sesuai dengan bentuk geoid seluruh permukaan bumi. WGS 60, WGS 66, dan WGS 72
adalah datum geoedetik gobal yang pertama kali ditemukan hingga di awal tahun 1984
muncul datum baru yaitu WGS 1984. World Geodetic System 1984 (WGS 1984) adalah
datum yang hingga sekarang masih dipakai oleh dunia. Datum ini dianggap sebagai
datum yang paling mirip dengan kondisi bumi sebenarnya. Sistem koordinat WGS 84
mengacu pada Conventional Terrestial Reference System (CTRS) yang didefinisikan
sebagai :
1. Datum geosentrik dimana pusat massa ellipsoida berimpit dengan pusat massa
bumi.
2. Sumber x adalah perpotongan bidang meridian yang ditetapkan yaitu IER
Reference meridian dan bidang ekuator.
3. Sumbu z arah dari IERS reference pole. Arah ini sejajar dengan arah conventional
terrestial pole (CTP) yang ditetapkan BIH.
4. Sumbu y merupakan tegak lurus dari sumbu x dan z yang mengikuti kaidah tangan
kanan.
Dalam melakukan proyeksi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Meridian dan meridian utama
2. Pararel dan pararel nol utama
3. Bujur
4. Lintang
1. Proyeksi azimuthal, pada proyeksi ini digunakan bidang datar sebagai bidang
proyeksi
2. Proyeksi kerucut, pada proyeksi ini bidang yang digunakan adalah kerucut
3. Proyeksi silinder, pada proyeksi ini bidang yang digunakan adalah silinder
1. Proyeksi konform, proyeksi ini memertahankan sudut dan bentuk sesuai dengan
kenampakan asli bumi
2. Proyeksi equidistant, proyeksi yang memertahankan jarak sehingga jarak di atas
muka bumi sama dengan yang ada di peta
3. Proyeksi ekuivalen, proyeksi yang memertahankan luas daerah. Artinya luas daerah
sebenarnya sama dengan luas yang ada di peta jika dihitung
Menurut karakteristik singgungan antara bidang proyeksi dengan bidang datum, yaitu :
1. Proyeksi menyinggung
2. Proyeksi memotong
3. Proyeksi tidak menyinggung/tidak memotong
Berdasarkan jenis-jenis proyeksi tersebut maka pada saat akan melakukan proyeksi, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan seperti :
2 Pembahasan
2.1 Hasil
Berikut merupakan hasil dari proses sistem proyeksi dan transformasi datum yang diolah
dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS. Proyeksi dan transformasi dilakukan pada data
4 pulau di Indonesia. Data ini mengacu pada sistem ellipsoida referensi WGS 1984.
Gambar 1Visualisasi overlay data 4 pulau dengan ellipsodia referensi WGS 1984
2. Datum Indonesia 74
Berikut adalah hasil visualisasi dari sistem koordinat dengan menggunakan datum
Indonesia 74. Dari datum ini, kemudian dilakukan proyeksi juga ke sistem koordinat
proyeksi berdasarkan distorsi yaitu: transverse mercator, equal distant, dan equal-area.
10 | T u g a s 1 – S i s t e m P r o y e k s i d a n T r a n s f o r m a s i D a t u m
MISFALLAH NURHAYATI (15114084) SISTEM REFERENSI GEOGRAFI TUGAS 01
11 | T u g a s 1 – S i s t e m P r o y e k s i d a n T r a n s f o r m a s i D a t u m
MISFALLAH NURHAYATI (15114084) SISTEM REFERENSI GEOGRAFI TUGAS 01
12 | T u g a s 1 – S i s t e m P r o y e k s i d a n T r a n s f o r m a s i D a t u m
MISFALLAH NURHAYATI (15114084) SISTEM REFERENSI GEOGRAFI TUGAS 01
2.2 Analisis
Hasil proyeksi dari sistem koordinat geografik menjadi sistem koordinat proyeksi pada
data 4 pulau di Indonesia dengan menggunakan proyeksi berdasarkan distorsi yaitu transverse
mercator, equaldistant, dan equal-area menunjukan hasil bentukan yang berbeda. Proyeksi
dengan menggunakan jenis proyeksi Transverse Mercator yang diatur meridian sentralnya
adalah hasil proyeksi yang paling dekat dengan sistem referensi sebelumnya, yaitu WGS 1984.
Hal ini dikarenakan proyeksi Transverse Mercator memiliki sifat konform. Sifat konform ini
mempertahankan arah dan bentuk. Oleh karena itu saat melakukan proyeksi dengan
menggunakan proyeksi Transverse Mercator bentuk hasil yang diperoleh tidak berbeda dengan
sistem koordinat geografis ellipsoida WGS 1984.
Perbedaan meridian sentral pada setiap proyeksi Transverse Mercator akan memengaruhi
nilai distorsi. Ketika meridian sentral disimpan di bujur tertentu artinya faktor skala yang
dimiliki oleh wilayah tersebut adalah 1, dimana bentuk objek antara bidang proyeksi dan di
bidang yang sebenarnya akan sama persis pada titik meridian sentral saja. Sedangkan untuk
wilayah yang semakin jauh dari titik meridian sentral akan mengalami distorsi yang semakin
besar. Pada meridian sentral di bujur 450, secara umum bentuk dari 4 pulau di Indonesia masih
sama dengan sistem koordinat geodetik ellipsoida WGS 1984. Namun, proses perhitungan
yang harus dilakukan tergolong kompleks karena bujur 450 berada jauh dengan keadaan
atronomi Indonesia yang terletak pada 950 BT – 1410 BT. Ketika meridian sentral disimpan di
bujur yang letaknya jauh dari Indonesia maka wilayah Indonesia akan mengalami distorsi yang
besar. Oleh karena itu, khusus proyeksi Transverse Mercator di meridian sentral 450, digunakan
tools proyeksi Transverse Mercator Complex pada ArcGIS. Sedangkan untuk proyeksi
Transverse Mercator (TM) di meridan 900 dan 1100 bisa dilakukan secara biasa dengan
menggunakan tools proyeksi Transverse Mercator karena nilai meridian sentral masih berada
pada rentang bujur astronomi Indonesia.
Hasil proyeksi TM di meridian 900 dan 1100 masih menunjukan bentuk yang sama
namun lokasi yang mengalami distorsinya berbeda. Jika menggunakan meridian sentral 900,
maka daerah atau lokasi yang tidak mengalami distorsi adalah di bujur 900. Sedangkan di
meridian sentral 1100 daerah yang tidak mengalami distorsi adalah meridian sentral itu sendiri.
13 | T u g a s 1 – S i s t e m P r o y e k s i d a n T r a n s f o r m a s i D a t u m
MISFALLAH NURHAYATI (15114084) SISTEM REFERENSI GEOGRAFI TUGAS 01
penggepengan. Hal ini terjadi karena proyeksi equidistant akan memertahankan nilai jarak dan
tidak memedulikan bentuknya. Sehingga jarak yang dimiliki pada proyeksi equidistant adalah
nilai yang benar meskipun bentuknya menjadi tidak sama dengan bidang refensi Ellipsoida
WGS 1984. Proyeksi ini sesuai digunakan untuk keperluan menghitung keliling dari suatu
wilayah karena proyeksi ini akan memertahankan nilai jaraknya.
Pada proyeksi equal-area, bentuk 4 Pulau Indonesia pun mengalami perubahan bahkan
menjadi lebih gepeng. Hal ini terjadi karena pada proyeksi equal-area tidak memertahankan
bentuk melainkan luas. Sehingga untuk memertahankan luas tersebut parameter seperti bentuk
dan keliling tidak dihiraukan yang menyebabkan bentuknya berubah.
Transformasi datum adalah proses pemindahan dari datum yang satu ke datum yang
diinginkan. Datum dapat diibaratkan sebagai pondasi pada sistem koordinat yang digunakan
sebagai acuan untuk mendefinisikan geometri ellipsoid bumi. Pada tugas ini, transformasi
dilakukan dengan mengubah datum ellipsoid WGS 1984 menjadi datum Indonesia 1974.
Dengan adanya transformasi datum, tandanya ada perubahan ellipsoida yang dipakai.
Perubahan ellipsoida ini menunjukan nilai parameter-parameter yang dimiliki setiap ellipsoida.
Datum WGS 1984 ini memiliki parameter yang sama dengan parameter GRS 1980. Sedangkan
datum Indonesia 1974 memiliki parameter yang sama dengan GRS 1984 namun dalam sistem
koordinat toposentrik.
Proyeksi kembali dilakukan setelah berada dalam datum Indonesia 1974. Jenis proyeksi
yang dipakai sama seperti yang dilakukan saat menggunakan datum WGS 1984. Hasil yang
ditunjukan pada proyeksi di datum yang berbeda menunjukan hasil yang sama secara visual.
Dimana perbedaan bentuk terlihat jelas pada proyeksi equidistant dan equal-area yang
mengalami penggepengan. Sedangkan pada proyeksi konform bentuknya masih sama dengan
bidang referensi ellipsoida WGS 1984. Perbedaan hasil proyeksi di datum WGS 1984 dan
datum Indonesia 1974 secara tidak langsung terlihat pada koordinat, bentuk ellipsoid, dan
parameter yang dipakai. Namun secara visual hasil proyeksi yang dilakukan pada dua datum
berbeda memiliki hasil yang sama.
Pada sistem koordinat proyeks, perhitungan luas dan keliling dapat dilakukan. Hal ini
dikarenakan pada sistem koordinat proyeksi jenis sistem koordinat yang dipakai sudah dalam
kartesian. Nilai keliling dan luas setiap pulau pada tiap proyeksi memiliki nilai yang berbeda.
14 | T u g a s 1 – S i s t e m P r o y e k s i d a n T r a n s f o r m a s i D a t u m
MISFALLAH NURHAYATI (15114084) SISTEM REFERENSI GEOGRAFI TUGAS 01
Hal ini dikarenakan setiap sistem proyeksi memiliki distorsi masing-masing. Oleh karena itu,
untuk mendapatkan nilai luas dan keliling yang benar sesuaikan dengan jenis proyeksinya.
15 | T u g a s 1 – S i s t e m P r o y e k s i d a n T r a n s f o r m a s i D a t u m
MISFALLAH NURHAYATI (15114084) SISTEM REFERENSI GEOGRAFI TUGAS 01
3 Penutup
3.1 Kesimpulan
1. Hasil proyeksi Transverse Mercator, Equal Area, dan Equidistant memiliki hasil
yang berbeda pada datum WGS 1984 memiliki hasil yang berbeda. Proyeksi
transverse Mercator memiliki bentuk yang sama karena proyeksi TM
memertahankan bentuk. Sedangkan proyeksi equidistant memertahankan jarak dan
equal area memertahankan luas.
2. Hasil proyeksi Transverse Mercator, Equal Area, dan Equidistant memiliki hasil
yang berbeda pada datum WGS 1984 dan Datum Indonesia 1974. Perbedaan tersebut
dapat dilihat dari parameter ellipsoida referensi yang digunakan pada proyeksi
tersebut. Namun, hasil proyeksinya secara visual masih sama seperti saat
menggunakan datum WGS 1984. Proyeksi yang mengalami perubahan bentuk adalah
di proyeksi Equal area dan equidistant.
3. Luas dan keliling dari hasil proyeksi memiliki nilai yang berbeda. Masing-masing
nilai luas dan keliling di setiap proyeksi memiliki perbedaan yang bervariasi. Untuk
mendapatkan nilai luas dan keliling yang paling sesuai maka dapat disesuaikan
dengan janis distorsi yang dipakai untuk meminimalisasi distorsi yang dihasilkan.
Untuk keperluan perhitungan luas maka dapat digunakan proyeksi equal-area dan
untuk perhitungan keliling dapat menggunakan proyeksi equidistant.
16 | T u g a s 1 – S i s t e m P r o y e k s i d a n T r a n s f o r m a s i D a t u m
MISFALLAH NURHAYATI (15114084) SISTEM REFERENSI GEOGRAFI TUGAS 01
4 Daftar Pustaka
Fata, I. (t.thn.). Diambil kembali dari Mission Impossible:
http://ismailfata.blogspot.co.id/2013/04/datum-geodetik_28.html
Handoko, E. Y. (t.thn.). Analisis Transformasi Datum dari Datum Indonesia 1974 ke Datum
Geodesi Nasional 1995 .
Heri Andreas, D. S. (2013 ). Tinjauan Sistem Referensi Geodesi di Beberapa Negara .
Indonesian Journal Of Geospatial , 30-41.
Prahasta, E. (2002 ). Sistem Informasi Geografis . Bandung : Informatika .
17 | T u g a s 1 – S i s t e m P r o y e k s i d a n T r a n s f o r m a s i D a t u m