Anda di halaman 1dari 62

DAFTAR ISI

BAB I. SISTEM KOORDINAT DAN PROYEKSI PETA ................................. 3

1.1. Sistem Koordinat ......................................................................................... 3

1.2. Proyeksi Peta ................................................................................................ 5

1.2.1. Definisi dan Prinsip Proyeksi Peta .................................................... 5

1.2.2. Letak dan Bidang Proyeksi Bumi ...................................................... 6

1.3. Sistem Proyeksi yang Banyak dikenal ...................................................... 7

1.3.1. Karakteristik Proyeksi ....................................................................... 13

1.3.2. Cakupan Daerah Pemetaan .............................................................. 13

BAB II. TRANSFORMASI KOORDINAT ........................................................ 14

2.1. Sistem Transformasi Koordinat ............................................................... 14

2.2. Transformasi Koordinat 2 Dimensi......................................................... 15

2.2.1. Transformasi Metode Helmert ......................................................... 15

2.2.2. Metode Affine ..................................................................................... 20

2.2.3. Metode Lauf ........................................................................................ 24

BAB III. Sistem Koordinat 3 Dimensi ................................................................. 28

3.1. Sistem Koordinat Geodetik ...................................................................... 28

3.2. Sistem Koordinat Geosentrik ................................................................... 30

3.3. Sistem Koordinat Toposentrik ................................................................. 31

BAB IV. KONVERSI KOORDINAT ................................................................... 32

4.1. Konversi Koordinat Geodetik ke Koordinat Proyeksi ......................... 32

4.2. Konversi Koordinat Proyeksi ke Koordinat Geodetik ......................... 33

4.3. Konversi Koordinat Geodetik ke Koordinat Geosentrik ..................... 34

1 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


4.4. Konversi Koordinat Geosentrik ke Koordinat Geodetik ..................... 35

4.5. Konversi Koordinat Toposentrik ke Koordinat Geosentrik ................ 36

4.6. Konversi Koordinat Geosentrik ke Koordinat Toposentrik ................ 38

BAB V. DATUM SHIFT ...................................................................................... 39

5.1. Pengertian Datum...................................................................................... 39

BAB VI. TRANSFORMASI ANTAR ZONA ..................................................... 43

2 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


BAB I. SISTEM KOORDINAT DAN PROYEKSI PETA

1.1. Sistem Koordinat

Koordinat adalah pernyataan besaran geometrik yang menentukan posisi satu


titik dengan mengukur besar vektor terhadap satu Posisi Acuan yang telah
didefinisikan.

Pengenalan tentang sistem koordinat sangat penting agar dapat


menggunakan peta secara optimum. Setidaknya ada dua klasifikasi tentang
sistem koordinat yang dipakai dalam pemetaan yaitu :

1. Sistem koordinat global yang biasa disebut sebagai koordinat Geografi


2. Sistem koordinat didalam bidang Proyeksi.

Koordinat GEOGRAFI :
Pernyataan Koordinat Spheroid Bumi (3D) dengan Komponen :
 Bujur (Longitude), dimana Bujur 0º terletak di GREENWICH di negara
Inggris (sekitar kota London) dihitung ke barat (BUJUR Barat) dan ke
timur (BUJUR Timur)
 Lintang (Latitude), dimana diawali pada Lintang 0º yang merupakan
lingkaran Equator dihitung ke Utara (Lintang Utara) dan ke Selatan
(Lintang Selatan) Posisi Geografi adalah titik potong garis Bujur dan
Lintang yang melalui titik tersebut.

Beberapa Sistem Proyeksi yang lazim digunakan di Indonesia


adalah: Proyeksi Marcator, Tranverse Mercator, Universal Tranverse Mercator
(UTM) serta Kerucut Konformal. Masing-masing sistem tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangan, dan pemilihan proyeksi umumnya didasarkan
pada tujuan peta yang akan dibuat. Peta-peta produksi Dinas Hydro
Oseanografi (dishidros) umumnya menggunakan proyeksi Tranverse
Mercator dengan sistem koordinat Geografi atau UTM. Sedangkan peta-peta
produksi Bakosurtanal umumnya menggunakan proyeksi UTM.

Sistem koordinat dalam bidang proyeksi tidak dapat dipisahkan dari datum
yang digunakan. Ada dua macam datum yang umum digunakan dalam
perpetaan yaitu datum horizontal dan datum vertikal. Datum horizontal
digunakan untuk menentukan koordinat peta (X.Y), sedangkan datum
vertikal untuk penentuan elevasi (peta topografi) ataupun kedalaman (peta
bathimetri). Perhitungan dilakukan dengan transformasi tertentu, dengan
demikian transformasi antar datum, antar sistem proyeksi, dan antar sistem

3 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


koordinat dapat dilakukan. Untuk datum horizontal, peta-peta Bakosurtanal
umumnya menggunakan datum Padang (ID-47), sedangkan peta-peta
Dishidros menggunakan datum Batavia.

Jika membicarakan proyeksi kita sering membicarakan Sistem Koordinat.


Sistem koordinat merupakan suatu parameter yang menunjukkan bagaimana
suatu objek diletakkan dalam koordinat. Ada tiga sistem koordinat yang
digunakan pada pemetaan yakni :

1. Sistem Koordinat 1 Dimensi : satu sumbu koordinat

Gambar I-1 Koordinat 1 Dimensi

2. Sistem Koordinat 2 Dimensi.

Gambar I-2 Koordinat 2 Dimensi

3. Sistem Koordinat 3 Dimensi.

4 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Gambar I-3 Koordinat 3 Dimensi

1.2. Proyeksi Peta

1.2.1. Definisi dan Prinsip Proyeksi Peta

Proyeksi Peta adalah sebuah representasi secara sistematik untuk seluruh atau
sebagian permukaan bumi pada sebuah bidang datar. Ada dua proses
transfromasi dalam proyeksi peta:

 Transformasi dari permukaan bumi ke bidang elipsoid.


 Transformasi dari bidang elipsoid ke bidang datar.

5 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Gambar I-4 Proses Proyeksi Peta

1.2.2. Letak dan Bidang Proyeksi Bumi

Letak proyeksi bumi antara lain, Normal, Transversal, dan Oblique.


Sedangkan untuk Bidang Proyeksi Bumi terdiri dari Bidang Datar (Azimutal),
Silinder, dan Kerucut. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar I-5.

6 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Gambar I-5 Letak dan Bentuk Proyeksi Bumi

1.3. Sistem Proyeksi yang Banyak dikenal

Proyeksi Lambert : Proyeksi ini menggunakan bidang kerucut normal


konform. Proyeksi ini dapat digunakan untuk memetakan daerah kutub
dengan menmepatkan 2 kerucut, yaitu belahan bumi selatan dan belahan
bumi utara, walaupun masih terdapat kesulitan untuk memetakan seluruh
bumi dan juga distrosi jarak masih cukup besar untuk pemetaan skala sedang.

7 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Gambar I-6 Proyeksi Lambert

Proyeksi Polyeder : merupakan kelanjutan dari proyeksi lambert, dimana


proyeksi ini menerapkan kerusut sebagai bidang proyeksi. Untuk mengatasi
distorsi besar, maka diterapkan kerucut yang banyak yaitu dengan cara
menyinggung kerucut-kerucut tersebut pada garis paralel (garis sejajar
ekuator) bumi yang berbeda-beda. Besar daerah yang dipetakan adalah
sebesar 20’ x 20‘ (lebar meridian dan lebar paralel) yang disebut dengan zona
proyeksi. Untuk daerah di luar kawasan tersebut, digunakan kerucut lain
yang disinggungkan pada paralel yang berbeda.

Gambar I-7 Proyeksi Polyeder

Proyeksi Mercator : Proyeksi ini menggunakan bidang silinder normal


konform dimana ekuator dinyatakan sebagai garis equidistance. Oleh karena
itu karena itu daerah yang diproyeksikan semakin jauh dari ekuator, baik itu
ke arah kutub utara maupun selatan, semakin besar pengaruh distorsinya.
Oleh karena itu sistem proyeksi ini tidak cocok untuk negara di daerah kutub,
namun lebih cocok di negara yang di daerah ekuator.

8 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Gambar I-8 Proyeksi Mercator

Proyeksi Transverse Mercator (TM) : Proyeksi ini menggunakan bidang


silinder transversal konform yang memanjang kearah Barat – Utara (diputar
90o dari posisi bidang pada proyeksi mercator). Sayangnya, sistem proyeksi ini
tidak membatasi zona proyeksi, sehingga untuk beberapa daerah walaupun
sepajang ekuator, distori geometriknya masih dirasakan besar.

Gambar I-9 Proyeksi Transverse Mercator

Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) : Proyeksi ini merupakan


pengembangan baru dari proyeksi Transverse Mercator (TM) yang berusaha
membuat seluas mungkin daerah dalam satu peta dengan distori sekecil
mungkin. Proyeksi ini sangat populer dan umum digunakan hampir di
seluruh negara, termasuk Indonesia. Untuk tujuan itu, UTM menerapkan
beberapa aturan / prinsip sbb :

 Silinder di “tembuskan” ke bumi, dengan meridian potong tertentu


(simetrik terhadap merdian sentral).
 Silinder ini menembus juga bumi pada paralel tertentu, baik di utara
maupun di selatan.
 Lebar zona proyeksi sebesar 6o meridian.
 Faktor skala pada meridian sentral = 0,9996
 Faktor skala pada meridian batas zona = 1,00158
 Meliputi permukaan bumi antara lintang 84N s/d 80S, terbagi atas 60
zone yang tiap zone memiliki lebar 6 derajat bujur.
 Faktor skala pada Meridian Central = 0,99960 dan pada batas zone
sebesar 1,00158 (sekitar 363 km dari meridian central).

9 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Gambar I-10 Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)

Gambar I-11 Sistem Koordinat Proyeksi UTM

10 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Gambar I-12 Pembagian Zona Proyeksi UTM

Proyeksi Transverse Mercator 3o (TM 3o ) :

Pengembangan selanjutnya dari proyeksi TM dan UTM adalah proyeksi TM


3o, Sistem ini diterapkan di Indonesia oleh Badan Pertanahan Nasional.
Sistem ini memberikan ketelitian yang lebih tinggi, karena ditujukan untuk
pemetaan BPN dalam skala besar. Untuk tujuan itu, proyeksi ini menerapkan
beberapa aturan / prinsip sbb :

 Silinder di “tembuskan” ke bumi, dengan meridian potong tertentu


(simetrik terhadap merdian sentral).

 Lebar zona proyeksi sebesar 3o meridian.

 Faktor skala pada meridian sentral = 0,9999

 Faktor skala pada meridian batas zona = 1,0001

11 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Gambar I-13 Pengaruh Distorsi pada posisi silinder ditembuskan dan
disinggungkan

12 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


1.3.1. Karakteristik Proyeksi

Equidistance Projections : yaitu jarak pada muka bumi dijaga sama dengan
jarak pada proyeksi. Pengertian ini hanya berlaku pada garis singgung bidang
proyeksi dengan bumi, artinya faktor skala sepanjang garis singgung pada
bidang proyeksi sebesar (1) satu.

Equal-Area Projections (Equivalent) : yatu luas suatu daerah di muka bumi


dijaga tetap pada bidang proyeksi, untuk itu dapat terjadi prubahan bentuk
maupun perubahan panjang.

Conformal Projections (Konform) : yaitu besarnya sudut yang dibentuk


antar dua arah dipertahankan sama besar baik pada muka bumi maupun
pada bidang proyeksi. Pengertian lain konform ini adalah bentuk suatu daerah
dipertahankan sama, walaupun besarnya (luas) mungkin berbeda.

Dalam proyeksi peta suatu daerah, ketiga masalah tersebut di atas


tidak dapat secara bersamaan dipertahankan tetap. Hal ini
merupakan karakteristik proyeksi yang dapat mengakibatkan
distori geometri yaitu perbedaan besaran di muka bumi dengan di
bidang proyeksi akibat dari persamaan matematika yang
diterapkan untuk memproyeksikan unsur bumi (titik, garis, luas)

1.3.2. Cakupan Daerah Pemetaan

Cakupan daerah pemetaan dapat dianggap sebagai bidang datar jika suatu
daerah dengan jarak terpanjang lebih kecil dari 55 km ( < 55 km). Perbedaan
jarak di muka bumi dengan proyeksinya pada bidang datar diabaikan,
sehingga muka bumi dapat dianggap sebagai bidang datar.

Cakupan daerah pemetaan dapat dianggap sebagai bidang bola jika suatu
daerah dengan jarak terpanjang antara 55 km s/d 110 km, dimana jari-jari
bumi dianggap sama dengan di semua tempat dan hitungan yang digunakan
disini merupakan hitungan matematik bidang lengkung bola degan besaran
dasarnya adalah besaran sudut.

Cakupan daerah pemetaan dapat dianggap sebagai bidang ellipsoida jika suatu
daerah dengan jarak terpanjang lebih besar dari 110 km (>110 km), dimana
jari-jari bumi di equator tidak sama dengan jari-jari bumi di kutub.

13 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


BAB II. TRANSFORMASI KOORDINAT

2.1. Sistem Transformasi Koordinat

Transformasi secara umum adalah perubahan suatu bentuk dan ukuran ke


bentuk dan ukuran lain, baik secara fisik maupun non-fisik. Mengingat
koordinat merupakan nilai posisi dari suatu titik yang diproyeksikan dalam
suatu sistem proyeksi tertentu, maka tranformasi koordinat secara umum
adalah perubahan koordinat objek dari suatu sistem koordinat ke sistem
koordinat lain. Mengingat titik merupakan unsur terkecil pembentuk objek,
maka mungkin saja terjadi perubahan bentuk dan ukuran objek sebagai hasil
dari tranformasi, tergantung dari metode transformasi yang digunakan.

Gambar II-1 Prinsip Transformasi Koordinat

Pada tranformasi koordinat terdapat tiga parameter yang berlaku, yaitu:

1. Translasi
Translasi koordinat merupakan besarnya pergeseran yag terjadi pada semua
titik yang dinyatakan dalam sistem koordinat tersebut. Translasi juga dapat
diartikan sebagai besarnya pergeseran titik pusat koordinat sistem lama ke
sistem baru.

2. Rotasi
Rotasi merupakan parameter perputaran salib sumbu lama terhadap salib
sumbu baru

3. Skala
Suatu sistem koordinat, titik mungkin terlepas dari besarnya selang/rentang
skala yang digunakan, mengingat sistem koordiant harus mengandung skala.

14 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


2.2. Transformasi Koordinat 2 Dimensi

Pada dasarnya terdapat berbagai macam metode transformasi koordinat


bidang datar 2D seperti, metode helmert, lauf, affine, dan sebagainya.

2.2.1. Transformasi Metode Helmert

Metode helmert ditujukan untuk transformasi koordinat titik dengan asumsi:

 Paramaeter transformasinya adalah translasi dan rotasi


 Parameter perbesaran skala tidak ada atau faktor perbesaran skala
tetap antar sistem koordinat baru dengan sistem koordinat lama
 Transformasi dilakukan pada bidang datar antara titik-titik berupa
garis lurus

Sebagai akibat dari anggapan di atas maka metoda ini hanya berlaku untuk
transformasi:

 Bentuk Konform
 Berlaku untuk daerah relative sempit (keliling daerah <50 km dan jarak
terjauh antar titik < 15 km)

Persamaan matematis helmert dengan menggunakan Least square dengan titik


sekutu >2

Rumus dasar transformasi Helmert :

X’= a . X – b . Y + C1
Y’= b . X + a . Y + C2
Dimana:
a = s cos ω
b = s sin ω
s = faktor skala
ω = faktor rotasi
C1 , C2 = faktor translasi

Dari persamaan diatas terdapat 4 parameter transformasi antara lain a,b,c1,c2.


Untuk sebuah titik sekutu yang diketahui koordinatnya pada kedua sistem
koordinat, dapat membentuk 2 persamaan. Sehingga untuk menyelesaikan 4
parameter minimum diperlukan 4 persamaan menggunakan 2 buah titik
sekutu.

15 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Bentuk rumus diatas dapat dinyatakan dalam bentuk matriks dan
perhitungan parameter diatas dipecahkan dengan least square
𝑥1−𝑦1 1 0
𝑦1 𝑥1 0 1
Bentuk matriks desain 𝐴 = … … ……
𝑥𝑛 −𝑦𝑛1 0
[𝑦𝑛 𝑥𝑛 0 1]

𝑎 𝑋′1
𝑏 𝑌′1
Matriks parameter 𝑥 = [ ]; Matriks Residu𝐿 = …
𝑐1
𝑐2 𝑋′𝑛
[ 𝑌′𝑛 ]

Sehingga didapatkan persamaan umum A.X=L; dengan jumlah persamaan


yang banyak maka perhitungan dapat mudah diselesaikan menggunakan
matriks dan dengan penyelesaian least square parameter X=(AT A)-1(AT L).

16 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Contoh Soal

Diketahui titik sekutu A dan B pada koordinat (X,Y) dan koordinat (X’,Y’).
Titik 1 dan 2 pada koordinat (X,Y) akan dicari koordinat (X’,Y’)

X Y X' Y'
A 121.622 -128.066 1049422.4 51089.2
B 141.228 187.718 1049413.95 49659.3
1 174.148 -120.262 ? ?
2 513.52 -192.13 ? ?

Jawab:

Matriks Desain (A): 121.622 128.066 1 0


-128.066 121.622 0 1
141.228 -187.718 1 0
187.718 141.228 0 1

Matriks Residu (L): 1049422.4


51089.2
1049413.95
49659.3

AT : 121.622 -128.066 141.228 187.718


128.066 121.622 -187.718 141.228
1 0 1 0
0 1 0 1

(ATA) : 86376.20675 0 262.85 59.652


0 86376.21 -59.652 262.85
262.85 -59.652 2 0
59.652 262.85 0 2

inverse(ATA): 1.99792E-05 0 -0.0026258 -0.0006


0 2E-05 0.0005959 -0.00263
-0.002625771 0.000596 0.86286529 0
-0.000595901 -0.00263 4.133E-17 0.862865

17 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


(AT L): 278618639.5
-49371704.48
2098836.35
100748.5

X=inverse(ATA)(AT L): -4.51236243


-0.253399089
1050003.654
50542.1387

Koreksi (V) -2.32831E-10


(A.x-L=V) -6.54836E-11
0
-2.18279E-11

Matriks 1049422 1049422 Koreksi/ 0


Matriks
Residu (L) 51089.2 51089.2 Selisih -6.5E-11
Residu
Hasil 1049414 1049414 0
(L) Dari
Perhitungan 49659.3 49659.3 0
Data
L=A.x

Titik yang akan dihitung

No X Y
1 174.148 -120.262
2 513.52 -192.13

Matriks Desain (A) 174.148 120.262 1 0


-120.262 174.148 0 1
513.52 192.13 1 0
-192.13 513.52 0 1

Parameter (x) -4.51236243


-0.253399089
1050003.654
50542.1387

18 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


L=A.x 1049187.361 X'1
51040.67548 Y'1
1047637.78 X'2
51278.97339 Y'2

19 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


2.2.2. Metode Affine

Metode affine merupakan metode transformasi dengan memasukkan ketiga


unsur transformasi yaitu translasi, rotasi dan faktor perbesaran. Pada metode
affine faktor perbesaran yang diterapkan bersifat umum, yaitu faktor
perbesaran sepanjang sumbu X ≠ faktor perbesaran sepanjang sumbu Y.
Akibat dari faktor perbesaran tersebut makan bentuk titik-titik yang
ditransformasikan dengan affine dapat berbeda antara sebelum dan sesudah
transformasi, hal ini berarti transformasi affine tidak memenuhi syarat
conform.

Rumus dasar transformasi Affine :

X’ = a.X + b.Y + Tx

Y’ = c.X + d.Y + TY

Dari persamaan diatas terdapat 6 parameter transformasi antara lain


a,b,c,d,Tx,Ty. Untuk sebuah titik sekutu yang diketahui koordinatnya pada
kedua sistem koordinat, dapat membentuk 2 persamaan. Sehingga untuk
menyelesaikan 6 parameter minimum diperlukan 6 persamaan menggunakan
3 buah titik sekutu.

Apabila rumus diatas dinyatakan dalam matiks


𝑋1 𝑌1 0 01 0
0… … 0… … 0 …1
𝑋2 …𝑌2
Matriks desain 𝐴 = … …… …… …
𝑋𝑛 𝑌𝑛 0 01 0
[0 0 𝑋𝑛 𝑌𝑛0 1]
𝑎
𝑏 𝑋′1
𝑐 𝑌′1
Matriks parameter 𝑥 = 𝑑 ; Matriks Residu 𝐿 = …
𝑇𝑥 𝑋′𝑛
[ 𝑌′𝑛 ]
[𝑇𝑦]

Dengan bentuk umum matriks A.x=L, rumus dasar transformasi dapat


diselesaikan dengan least square. Parameter transformasi didapat dari
hitungan X=(AT A)-1(AT L).

20 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Contoh Soal

Diketahui posisi fiducial A, B,C,D pada foto citra dengan koordinat(X,Y) dan
koordinat (X’,Y’).Titik 1,2,dan 3 yang ingin dihitung koordinatnya

X Y X' Y'
A 228.17 129.73 112.995 0.034
B 2.1 129.52 -113.006 0.005
C 115.005 242.625 0.003 112.993
D 115.274 16.574 -0.012 -113
1 206.674 123.794 ? ?
2 198.365 132.856 ? ?
3 91.505 18.956 ? ?

Jawab :

Matriks Desain (A) 228.17 129.73 0 0 1 0


0 0 228.17 129.73 0 1
2.1 129.52 0 0 1 0
0 0 2.1 129.52 0 1
115.005 242.625 0 0 1 0
0 0 115.005 242.625 0 1
115.274 16.574 0 0 1 0
0 0 115.274 16.574 0 1

Matriks Residu (L) 112.995


0.034
-113.006
0.005
0.003
112.993
-0.012
-113

(ATA): 78580.204 59686.1255 0 0 460.549 0


59686.1255 92746.8914 0 0 518.449 0
0 0 78580.204 59686.1255 0 460.549
0 0 59686.1255 92746.8914 0 518.449
460.549 518.449 0 0 4 0
0 0 460.549 518.449 0 4

21 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


(A' L): 25543.71828
22.833217
-23.433755
25547.12305
-0.02
0.032

0.999693617
x= INV(A' A) *(A' L)
0.001255993
-0.000800397
0.999742466
-115.269766
-129.4787149

Matriks Koreksi -0.001733365


V= (A.x)-L 0.001248567
-0.001733228
0.001248468
0.001733688
-0.001248799
0.001732906
-0.001248236

112.9932666 112.995 Selisih/ -0.00173


Matriks
0.035248567 Matriks 0.034 Koreksi 0.00125
Residu (L)
-113.0077332 Residu (L) -113.006 -0.00173
Hasil
0.006248468 Dari data 0.005 0.00125
Perhitungan
0.004733688 0.003 0.00173
L=A.x 112.9917512 112.993 -0.00125
-0.010267094 -0.012 0.00173
-113.0012482 -113 -0.00125

Titik yang akan dihitung

22 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


No X Y
1 206.674 123.794
2 198.365 132.856
3 91.505 18.956

Matriks Desain (A) 206.674 123.794 0 0 1 0


0 0 206.674 123.794 0 1
198.365 132.856 0 0 1 0
0 0 198.365 132.856 0 1
91.505 18.956 0 0 1 0
0 0 91.505 18.956 0 1

L= A.x 91.49639706 X'1


-5.88201737 Y'1
83.2013246 X'2
3.184299356 Y'2
-23.76899291 X'3
-110.600837 Y'3

23 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


2.2.3. Metode Lauf

Metode lauf ditujukan untuk transformasi titik-titik objek, dengan titik sekutu
yang berjauhan jaraknya (dapat mencapai ± 80 km). Transformasi untuk titik
yang berjarak jauh, dimana harus diperhitungkan faktor kelengkungan bumi
yang akan berpengaruh besar pada hasil transformasi tersebut, maka
diperlukan faktor tambahan dalam persamaannya sebagai faktor koreksi.

Pada dasarnya metode ini memberikan koreksi pada jarak dalam bentuk
penambahan suku persaman sebagai suku koreksi. Semakin banyak suku
persamaan diperhitungkan, maka semakin jauh jarak antar titik sekutu
dengan akibat bahwa semakin banyak pula titik sekutu yang harus ada
sebagai pemenuhan syarat minimal.

Rumus dasar transformasi Lauf :

X’ = a.X - b.Y + c (X2 – Y2) – 2d .X.Y + TX

Y’ = b.X + a.Y + d (X2 – Y2) + 2C .X.Y + TY

Serupa dengan metode Affine, dari persamaan diatas terdapat 6 parameter


transformasi antara lain a,b,c,d,Tx,Ty. Untuk sebuah titik sekutu yang
diketahui koordinatnya pada kedua sistem koordinat, dapat membentuk 2
persamaan. Sehingga untuk menyelesaikan 6 parameter minimum diperlukan
6 persamaan menggunakan 3 buah titik sekutu.

Apabila rumus diatas dinyatakan dalam matiks

𝑋1 −𝑌1(X12 – Y12 ) −2𝑋1. 𝑌1 1 0


𝑌1 𝑋1 −2𝑋1. 𝑌1 (X12 – Y12 )0 1
………………
Matriks desain 𝐴 = ………………
𝑋𝑛 −𝑌𝑛(Xn – Yn2 ) −2𝑋𝑛. 𝑌𝑛 1 0
2

[𝑌𝑛 𝑋𝑛 −2𝑋𝑛. 𝑌𝑛 (Xn2 – Yn2 )0 1]


𝑎
𝑏 𝑋′1
𝑐 𝑌′1
Matriks parameter 𝑥 = 𝑑 ; Matriks Residu 𝐿 = …
𝑇𝑥 𝑋′𝑛
[ 𝑌′𝑛 ]
[𝑇𝑦]

Dengan bentuk umum matriks A.x=L, rumus dasar transformasi dapat


diselesaikan dengan least square. Parameter transformasi didapat dari
hitungan X=(AT A)-1(AT L).

Contoh Soal

24 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Diketahui titik sekutu A, B, C pada koordinat (X,Y) dan koordinat (X’,Y’). Titik
1 dan 2 pada koordinat (X,Y) akan dicari koordinat (X’,Y’)

No. X Y X' Y'


A 0 0 -22571.826 -629103.926
B -47872.192 -82547.077 -70533.576 -711576.834
C 48020.343 -83415.004 25338.591 -712559.83
1 966.737 1678.967 ? ?
2 -40719.525 -70521.34 ? ?

Matriks
Desain (A) 0 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 1
-47872.192 82547.077 -4522273154 -7903419038 1 0
-82547.077 -47872.192 7903419038 -4522273154 0 1
48020.343 83415.004 -4652109550 8011234207 1 0
-83415.004 48020.343 -8011234207 -4652109550 0 1

Matriks Residu (L) -22571.826


-629103.926
-70533.576
-711576.834
25338.591
-712559.83

(A' A) 18369782922 0 8.94823E+12 1.52441E+15 148.151 -165962.081


0 18369782922 -1.52441E+15 8.94823E+12 165962.081 148.151
8.94823E+12 -1.52441E+15 1.68737E+20 0 -9174382705 -107815168.5
1.52441E+15 8.94823E+12 0 1.68737E+20 107815168.5 -9174382705
148.151 165962.081 -9174382705 107815168.5 3 0
-165962.081 148.151 -107815168.5 -9174382705 0 3

(A' L) 1.2277E+11
-3861346484
2.85688E+14
7.2933E+15
-67766.811
-2053240.59

25 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


x=inv(A' A) (A' L) 0.999798462
-0.001201807
-2.53158E-14
6.6806E-14
-22571.826
-629103.926

Koreksi V=A.x-L 1.09139E-11


4.65661E-10
-2.47383E-10
-1.04774E-09
2.43745E-10
-1.04774E-09

-22571.826 -22571.826 Koreksi/ 0


Matriks Matriks
-629103.926 -629103.926 Selisih 0
Residu (L) Residu
-70533.576 -70533.576 -2.5E-10
Hasil (L) Dari
-711576.834 -711576.834 -1E-09
Perhitungan Data
25338.591 25338.591 2.44E-10
L=A.x -712559.83 -712559.83 -1E-09

26 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Titik yang akan dihitung

No. X Y
1 966.737 1678.967
2 -40719.525 -70521.34

Matriks Desain
(A) 966.737 -1678.967 -1884349.76 -3246239.041 1 0
1678.967 966.737 3246239.041 -1884349.76 0 1
-40719.525 70521.34 -3315179679 -5743190934 1 0
-70521.34 -40719.525 5743190934 -3315179679 0 1

L=A.x -21603.26604 X'1


-627426.4592 Y'1
-63367.89781 X'2
-699562.1166 Y'2

27 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


BAB III. Sistem Koordinat 3 Dimensi

Posisi objek yang ada dipermukaan bumi memiliki posisi bidang datar setelah
proses proyeksi namun kenyataannya posisinya pada ruang 3 dimensi. Hal ini
mengakibatkan sebuah objek memiliki lebih dari satu koordinat. Karena posisi
pada ruang 3D berbentuk bola atau elipsoid, sehingga posisi antar titik yang
berjauhan tidak dapat lagi dikatakan sebagai bidang datar karena pengaruh
kelengkungan bumi.

Sistem koordinat 3D yang umum adalah:

 Sistem Koordinat Geodetik


 Sistem Koordinat Geosentrik
 Sistem Koordinat Toposentrik

3.1. Sistem Koordinat Geodetik

Sistem koordinat geodetik merupakan posisi objek pada bidang elipsoid yang
dinyatakan dalam besaran sudut dari bidang acuan pada meridian Greenwich
dan bidang ekuator.

Sistem koordinat geodetik bergantung pada bentuk elipsoid. Besaran dan


ukuran elipsoid berbeda-beda. Titik pusat elipsoid belum tentu pada titik
pusat masa bumi. Perbedaan letak dan ukuran elipsoid berakibat pada
koordinat geodetik yang berbeda untuk titik objek yang sama.

28 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Gambar III-1 Sistem Koordinat Geodetik

Besaran yang digunakan adalah lintang dan bujur. Lintang merupakan sudut
vertikal yang dibentuk antara bidang ekuator sampai garis normal melalui
titik objek, bernilai positif ke arah utara dan nehatif ke arah selatan. Besaran
lintang berkisar antara -90o ≤ L ≤ 90o.

Bujur merupakan sudut horizontal yang dibentuk antara bidang meridian


melalui Greenwich sampai bidang normal melalui titik objek yang dimaksud,
digambarkan pada bidang ekuator dengan nilai positif ke timur dan negatif ke
arah baratmeridian Greenwich. Besaran lintang berkisar antara -180o ≤ B ≤
180o.

Besaran-besaran/parameter dari ellipsoid meliputi:

f= (a-b)/a , e=√(2f-f^2 )

c= (a2/b)
𝑎
𝑁=
√1 − 𝑒 2 𝑠𝑖𝑛2 𝐿
𝑎(1 − 𝑒 2 )
𝑀= 3
(√1 − 𝑒 2 𝑠𝑖𝑛2 𝐿)

a = sumbu semi-mayor (setengah sumbu panjang)

b = sumbu semi-minor ( setengah sumbu pendek)

29 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


f = flattening (penggepengan)

e = eksentrisitas

c=jari-jari kutub

N=jari-jari normal elipsoid

M=jari-jari meridian elipsoid

3.2. Sistem Koordinat Geosentrik

Sistem koordinat geosentrik merupakan sistem untuk menyatakan posisi


setiap titik berdasarkan jarak dari pusat sumbu 3D. Posisi titik dipengaruhi
besar elipsoid yang digunakan. Pusat sumbu 3D berada pada pusat masa
bumi. Sumbu X pada garis potong bidang meridian melalui Greenwich dan
ekuator. Sumbu Y berada pada lintang 90o dari meridian Greenwih, dan
sumbu Z pada sumbu putar bumi.

Dengan demikian , besaran elipsoid digunakan untuk menentukan nilai


koordinat titik. Hal yang perlu diperhatikan adalah ketinggian titik yang
dinyatakan pada diatas bidang elipsoid.

Gambar III-2 Sistem Koordinat Geosentrik

30 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


3.3. Sistem Koordinat Toposentrik

Seperti koordinat geosentrik , sistem koordinat toposentrik merupakan sistem


kartesian 3D. Titik pusat sumbu berada pada titik pengkuran di permukaan
bumi sebagai acuan lokal.

Sumbu (Z) berimpit dengan garis normal elipsoid menuju titik zenith. Sumbu
(N) merupakan garis singgung meridian tempat pengamatan menuju utara
geodetik. Sumbu (E) merupkan garis singgung irisan normal utama tempat
pengamat.

Gambar III-3 Sistem Koordinat Toposentrik

31 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


BAB IV. KONVERSI KOORDINAT

4.1. Konversi Koordinat Geodetik ke Koordinat Proyeksi

Hitungan konversi koordinat dari koordinat geodetik suatu titik (L,B) menjadi
koordinat sistem proyeksi UTM (X,Y). Adapun syarat kedua sistem proyeksi
tersebut adalah “konform” (sama bentuk = sudut). Fungsi matematis yang
mewakili proyeksi tersebut melalui aplikasi hitungan dan aturan deret Taylor
yang memberikan rumus konversi koordinat sbb:

𝑋 = (𝑎1 )∆𝐵 + (𝑎3 )∆𝐵3 + (𝑎5 )∆𝐵5

𝑌 = (𝑎0 ) + (𝑎2 )∆𝐵2 + (𝑎4 )∆𝐵4


Dimana :

∆B = B – B0
(ao) = K0.G
G = E0.(L/)+E2Sin2L+E4Sin4L+E6Sin6L+...
=
E0 = 1 3 5 6
𝑎(1 − 𝑒 2 − 𝑒 4 − 𝑒 )
4 64 256
E2 = 3 3 45 6
−𝑎( 𝑒 2 + 𝑒 4 + 𝑒 )
8 32 1024
E4 = 15 4 45 6
𝑎( 𝑒 + 𝑒 )
256 1024
E6 = 35 6
−𝑎( 𝑒 )
3072

(a1) = + (K0.N.Cos L)/


(a2) = + (K0.N.Sin L Cos L)/22
(a3) = + (K0.N.Cos3 L((N/M)-Tan2L))/63
(a4) = + (K0.N.Sin L Cos3 L(4(N/M)2 + (N/M) - Tan2L))/244
(a5) = + (K0.N.Cos5 L(14 (N/M) – 18 Tan 2L – 9))/120

Secara blok diagram proses konversi dari sistem koordinat geodetik ke


koordinat proyeksi (UTM)

L,B dalam derajat atau derajat, X,Y, dan Zona UTM


menit, detik

32 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


4.2. Konversi Koordinat Proyeksi ke Koordinat Geodetik

Dalam kegiatan prakteknya, sering ditemui masalah untuk menggunakan


koordinat geodetik suatu titik. Apabila titik tersebut dinyatakan dalam sistem
koordinat proyeksi (UTM), maka hitungan untuk menyelesaikan dalam sistem
koordinat geodetik diuraikan dengan deret taylor sebagai berikut:

𝐿 = 𝐿1 + (𝑐2 ). 𝑋 2 + (𝑐4 ). 𝑋 4

𝐵 = 𝐵𝑜 + (𝑐1 ). 𝑋 + (𝑐3 ). 𝑋 3 + 𝐸5

Dimana nilai c1..c4 dan E5 dipecahkan dengan persamaan tertentu


menggunakan deret taylor. Beberapa aplikasi software dapat di lihat dan
diunduh di internet, salah satu contoh aplikasi misalnya aplikasi GeoCalc
(http://www.geocomp.com.au/geocalc/):

Secara blok diagram proses konversi dari koordinat proyeksi (UTM) ke


koordinat geodetik adalah:

X,Y, dan Zona UTM L,B dalam derajat atau derajat,


menit, detik

33 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


4.3. Konversi Koordinat Geodetik ke Koordinat Geosentrik

Konversi ini salah satu bentuk transformasi dari posisi titik pada bidang
lengkung untuk dinyatakan pada koordinat ruang (3D).

Gambar IV-1 Konversi Sistem Koordinat Geodetik ke Geosentrik

Bidang normal suatu titik di ellipsoid adalah bidang datar yang melalui garis
normal ellipsoid titik tersebut. Perlu dicermati bahwa garis normal ellipsoid
tidak melalui titik pusat ellipsoid kecuali titik pada ekuator.

Untuk melakukan konversi digunakan rumus Hirvonen dan & Moritz:

X = (N + H) Cos L Cos B
Y = (N + H) Cos L Sin B
Z = (N (1-e2) + H) Sin L
Dimana:
X,Y,Z : Koordinat geosentrik
L,B : Koordinat geodetik
N : Jari-jari normal ellipsoid melalui titik objek

34 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


4.4. Konversi Koordinat Geosentrik ke Koordinat Geodetik

Untuk melakukan konversi dari koordinat geosentrik ke koordinat geodetik


digunakan rumus Bowring:

𝑌
𝐵 = 𝑡𝑎𝑛−1 ( )
𝑋
𝑍 + 𝑏. 𝑒 2 + 𝑆𝑖𝑛3 𝜃
𝐿 = 𝑡𝑎𝑛−1 ( )
𝑝 − 𝑎. 𝑒 2 . 𝐶𝑜𝑠 3 𝜃
𝑝
𝐻=( )−𝑁
𝐶𝑜𝑠 𝐿

Dimana:
X,Y,Z : koordinat geosentrik
L,B,H : koordinat geodetik
 : lintang reduksi, dihitung dengan rumus
𝑎.𝑍
: 𝑡𝑎𝑛−1 ( )
𝑏.𝑝
p : jari-jari lengkung paralel, dihitung dengan rumus
: √𝑋 2 + 𝑌 2

35 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


4.5. Konversi Koordinat Toposentrik ke Koordinat Geosentrik

Untuk konversi jenis ini, perhatikanlah :


> Putaran (rotasi) sumbu-sumbu sistem koordinat.
> Panjang vektor dari titik pusat koordinat
> Besaran-besaran toposentnk (hasil ukuran) sudah harus
dinyatakan pada ellipsoida. Untuk itu, harus
diperhatikan reduksi dan koreksi ukuran.

Gambar IV-2 Konversi Sistem Koordinat Toposentrik ke Geosentrik

Sumbu-sumbu pada sistem koordinat geosentrik adalah : X , Y dan Z .


Sedangkan sumbu pada sistem koordinat toposentnk adalah : Es , No dan He
(Easting, Northing dan Height). Titik A sebagai titik pengamatan, dinyatakan
dalam koordinat geodetik sebagai ( XA , YA , ZA).

Ukuran ke titik B :

Azimuth ke B = Az
Jarak miring ke B = S
sudut miring ke B = m

Rumus koordinat titik B dari A adalah :


𝑁𝑜 𝑆 cos 𝑚 cos 𝐴𝑧
[ 𝐸𝑠 ] = [ 𝑆 cos 𝑚 sin 𝐴𝑧 ]
𝐻𝑒 𝑆 sin 𝑚

36 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Koordinat Geosentrik titik A adalah :

𝑋𝐴 (𝑁𝐴 + 𝐻𝐴 ) cos 𝐿𝐴 cos 𝐵𝐴


[ 𝑌𝐴 ] = [ (𝑁𝐴 + 𝐻𝐴 ) cos 𝐿𝐴 sin 𝐵𝐴 ]
𝑍𝐴 (𝑁𝐴 (1 − 𝑒 2 ) + 𝐻𝐴 ) sin 𝐿𝐴

Koordinat Geosentrik titik B :


𝑋𝐵 𝑁𝑜 𝑋𝐴
[ 𝑌𝐵 ] = 𝜆 𝑅(𝐿𝐴 𝐵𝐴 ) [ 𝐸𝑠 ] + [ 𝑌𝐴 ]
𝑍𝐵 𝐻𝑒 𝑍𝐴

Dengan matriks rotasi


− sin 𝐿𝐴 cos 𝐵𝐴 − sin 𝐵𝐴 cos 𝐿𝐴 cos 𝐵𝐴
𝑅(𝐿𝐴 𝐵𝐴 ) = [ sin 𝐿𝐴 sin 𝐵𝐴 cos 𝐵𝐴 cos 𝐿𝐴 sin 𝐵𝐴 ]
cos 𝐿𝐴 0 sin 𝐿𝐴

Contoh soal :

Penyelesaian :

Koordinat Geosentrik TD-31 :

𝑋𝐴 (𝑁𝐴 + 𝐻𝐴 ) cos 𝐿𝐴 cos 𝐿𝐴 −1727225.201


[ 𝑌𝐴 ] = [ (𝑁𝐴 + 𝐻𝐴 ) cos 𝐿𝐴 sin 𝐿𝐴 ] = [ 6108320.778 ]
𝑍𝐴 (𝑁𝐴 (1 − 𝑒 2 ) + 𝐻𝐴 ) sin 𝐿𝐴 620185.652

Koordinat Toposentrik TD-35 terhadap TD-31 :

𝑁𝑜 𝑆 cos 𝑚 cos 𝐴𝑧 −4330.16923


[ 𝐸𝑠 ] = [ 𝑆 cos 𝑚 sin 𝐴𝑧 ] = [ 3667.27092 ]
𝐻𝑒 𝑆 sin 𝑚 69.65005

37 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Dengan matriks rotasi

-0.02663 -0.96227 -0.27079


R(𝐿𝑇𝐷−31 ; 𝐵𝑇𝐷−31 )= -0.09419 -0.2721 -0.27079
0.995198 0 -0.09789

Koordinat Geosentrik TD-35

𝑋𝑇𝐷−35 𝑁𝑜 𝑋𝑇𝐷−31 −1730657.63301179


[ 𝑌𝑇𝐷−35 ] = 𝜆 𝑅(𝐿𝑇𝐷−31 ; 𝐵𝑇𝐷−31 ) [ 𝐸𝑠 ] + [ 𝑌𝑇𝐷−31 ] = [ 6107711.93637072 ]
𝑍𝑇𝐷−35 𝐻𝑒 𝑍𝑇𝐷−31 615869.460174198

4.6. Konversi Koordinat Geosentrik ke Koordinat Toposentrik

38 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


BAB V. DATUM SHIFT

5.1. Pengertian Datum

Pengertian datum secara mudah adalah “sesuatu yang harus didefinisikan


(ditentukan) dan menjadi dasar bagi semua yang terkait baik hitungan
maupun pengukuran” (Soedomo, 2004). Hal yang tersebut akan menjelaskan
bahwa tanpa datum, setiap ukuran objek tidak akan mempunyai acuan
referensi serta kegiatan hitungan matematis tidak dapat dilakukan yang
berakibat pada hasil ukuran apapun tidak akan memiliki dasar hitungan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan datum shift
perlu ditinjau dari bentuk, besar/ukuran, serta letak dari datum tersebut.
Pada dasarnya metode datum shift cukup beragam antara lain: Heiskanen-
Moritz, Bursa-Wolf, Molodenski-Badekas.
Pergeseran datum ini, merupakan model HeiskSnen-Moritz.

Telah diketahui posisi geosentrik titik di muka bumi dalam hubungannya


dengan posisi geodetik adalah:

𝑋 𝑋𝑜 + (𝑁 + 𝐻) cos 𝐿 cos 𝐵
[𝑌 ] = [ 𝑌𝑜 + (𝑁 + 𝐻) cos 𝐿 sin 𝐵 ]
𝑍 𝑍𝑜 + (𝑁(1 − 𝑒 2 ) + 𝐻) sin 𝐿

Bila dinyatakan dalam bentuk fungsi:

Bila paremeter dalam fungi tersebut berubah sebesar ∂X0, ∂Y0, ∂Z0, ∂L, ∂B, ∂H,
∂a, dan ∂f. Maka X,Y, dan Z berubah sebesar ∂X, ∂Y, ∂Z.

Dapat dituliskan sebagai :

∂X = ∂X0 + (∂X/∂L)dL + (∂X/∂B)dB + (∂X/∂H)dH + (∂X/∂a)da + (∂X/∂f)df = 0


∂Y = ∂Y0 + (∂Y/∂L)dL + (∂Y/∂B)dB + (∂Y/∂H)dH + (∂Y/∂a)da + (∂Y/∂f)df = 0
∂Z = ∂Z0 + (∂Z/∂L)dL + (∂Z/∂B)dB + (∂Z/∂H)dH + (∂Z/∂a)da + (∂Z/∂f)df = 0

39 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Bila posisi titik tersebut terhadap pusat massa bumi tidak berubah, maka ∂X =
∂Y= ∂Z = 0, sehingga trsnslasi dapat dinyatakan sebagai berikut :

∂X0 = ∂Y0 = ∂Z0 =


+ a cos B sin L (dL/p) + a sin B sin L (dL/ p) - a cos L (dL/ p)
+ a sin B cos L (dB/p) - a cos B cos L (dB/ p) - sin L (dH)
- cos B cos L (dH) - sin B sin L (dH) - sin L (da)
- cos B cos L (da) - sin B cos L (da) - a (sin3 L + 2 sin L) df
- a cos B cos L sin2L - a sin B cos L sin2L (df)
(df)

Inverse rumus diatas dapat menyatakan perubahan posisi geodetik (dL, dB,
dH) :

a dL= a cos L dB= dH=


cos B sin L . ∂X0 sin B . ∂X0 - cos B cos L . ∂X0
+ sin B sin L . ∂Y0 - cos B . ∂Y0 - sin B cos L . ∂Y0
- cos L . ∂Z0 - sin L . ∂Z0
+ 2a cos L sin L . df - da
- a sin2L . df
Terdapat 2 (dua) rumus yang pada dasamya sama, tetapi untuk diaplikasikan
berbeda. Dalam praktek rumus pertama, diterapkan untuk titik sekutu untuk
menghitung translasi (∂X0, ∂Y0, ∂Z0). Bila besaran pergeseran tersebut telah
dihitung, barulah digunakan untuk menghitung.

(transformasi titik obyek)

1. Hitung dL.dB, dH dari titik sekutu


2. Hitung beda ellipsoida : da dan df.
3. Hitung ∂X0, ∂Y0, ∂Z0
4. Gunakan rumus inverse dengan besaran L dan B
5. Hasil hitungan rumus:
- dL dan dB dalam satuan detik.
- dH dalam satuan meter.
𝐿′ = 𝐿 + 𝑑𝐿
6. Hitung koordinat titik obyek dengan rumus : 𝐵 ′ = 𝐵 + 𝑑𝐵
𝐻 ′ = 𝐻 + 𝑑𝐻

40 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Contoh Soal

Pada suatu titik A diketahui dalam dua datum elipsoid dengan besaran yaitu:

Besaran Elipsoida 1 Elipsoida 2


L 4 27’ 33,055” LS
0 40 27’ 34,59512” LS
B 1050 18’ 20,716” BT 1050 18’ 20,21465” BT
H 159,045 m 159,045 m
a 6 378 137 m 6 377 397,155 m
f 0,00335281066 0,00334280461

Hitung :

Koordinat geodetik titik B pada ellipsoida 2, bila : diketahui koordinat


geodetik titik B pada ellipsoida 1 adalah :

L = 60 45' 54,545" LS
B = 1060 54' 45,454" BT
H = 1 625.943 m
Jawab :

1) Hitungan penunjang rumus


p" = 206 264.8063
dL(") = -1.54012
dB(“) = -0.50135
dH(m) = - 72.949
da(m) = 739.845
df = 1.00061 E-05

Perhitungan pergeseran datum pada titik sekutu A adalah :

Suku ∂X0 = ∂Y0 = ∂Z0 =


1 - 0,977398708 3,571358648 47,4795569
2 - 1,162572175 - 4,079881617 - 5,671701773
3 - 19,1980525 - 5,470531682 57,5221072
4 194,7056594 - 711,4432777 0,029994299
5 0,101527222 0,101527222 - 9.923859826
Jumlah 173,4691633 - 717,3208051 89,4360968

41 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Perhitungan koordinat titik B pada elipsoida 2 :

Suku a dL a cos L dB dH
1 5,94471126 165,9665352 50,11307436
2 80,84570801 -2086779738 681,5178737
3 -88,81338371 10,53557238
4 -15,03424057 -739,845
5 0,885516784
Jumlah -17,057205 -42,71143867 3,207037264

Koreksi pada titik B


dL(“) = -0,551
dB(“) = -1,3911
dH(m) = 3,207

Sehingga koordinat titik B pada datum elipsoid 2 adalah


L = 60 45' 53,994" LS
B = 1060 54' 44,0629" BT
H = 1 629,15 m

42 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


BAB VI. TRANSFORMASI KOORDINAT 3 DIMENSI

Model transformasi untuk 2 (dua) sistem koordinat 'geosentrik' yang berbeda,


di mana terdapat perbedaan berupa::
1. Posisi titik pusat koordinat

2. Orientasi sumbu-sumbu (untuk sudut kecil)

Gambar VI-1 Transformasi Koordinat 3 Dimensi

Keterangan :

1. x,y,z = koordinat trtik pada sistem koordinat lama


2. X,Y,Z = koordinat tltik pada sistem koordinat baru
3. X0,Y0,Z0 = koordinat titik pusat sistem koordinat lama terhadap yang
baru (translasi)
Perubahan sistem koordinat 3 dimensi, dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. Translasi : pada sumbu x = X0 , pada sumbu y = Y0 , pada sumbu z = Z0
2. Rotasi : pada sumbu x = ϴx , pada sumbu y = ϴY , pada sumbu z = ϴz
3. Faktor perbesaran dengan nilai perbesaran sama sepanjang ketiga
sumbu, untukmempertahankan "konform". λ X = λY = λZ = λ
Secara umum, transformasi koordinat tiap titik dinyatakan sebagai :

𝑋 𝑥 𝑋0
[𝑌 ] = 𝜆 𝑅(𝜃𝑧, 𝜃𝑥, 𝜃𝑦) [𝑦] = [ 𝑌0 ]
𝑍 𝑧 𝑍0

43 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Notasi R merupakan matriks rotasi dengan penjabaran rumus

𝑟11 𝑟12 𝑟13


𝑅(𝜃𝑧, 𝜃𝑥, 𝜃𝑦) = [𝑟21 𝑟22 𝑟23]
𝑟31 𝑟32 𝑟33

r11 = cosθz cosθy


r12 = cosθz sinθy sinθx + sinθz cosθx
r13 = - cosθz sinθy cosθx + sinθz sinθx
r21 = -sinθz cosθy
r22 = -sinθz sinθy sinθx + cosθz cosθx
r23 = sinθz sinθy cosθx + cosθz sinθx
r31 = sinθy
r32 = - cosθy sinθx
r33 = cosθy cosθx

Metoda Bursa-Wolf , mengasumsikan untuk rotasi dengan sudut kecil (< 10”) ,
maka persamaan di atas akan menjadi :

1 𝜃𝑧 −𝜃𝑦
𝑅(𝜃𝑧, 𝜃𝑥, 𝜃𝑦) = [−𝜃𝑧 1 𝜃𝑥 ]
𝜃𝑦 −𝜃𝑥 1

Rumus ini berlaku untuk setiap titik jika besaran transformasi yang telah
diketahui. Bila besaran transformasi belum diketahui, maka besaran tersebut
harus dihitung terlebih dahulu berdasarkan koordinat titik sekutu. Seperti
telah diketahui bahwa, terdapat 7 (tujuh) besaaran transformasi yang
dikatakan sebagai parameter. Untuk setiap titik, terjadi 3 (tiga) buah
persamaan, sehingga untuk dapat menghitung parameter transformasi
metoda ini, dipertukan minimal 3 (tiga) buah ptik sekutu.

Berikut ini, akan dituliskan 2(dua) model hitungan melalui matrix. Setiap
model mempunyai kemudahan dan tujuan yang berbeda. Metoda pertama,
merupakan model umum yang dapat sekaligus menghitung koreksi koordinat
untuk setiap titik, sedang metoda kedua melalui 2 tahapan, yaitu tahap
hitungan parameter dan tahap hitungan koordinat akhir.

44 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


1 𝜃𝑧 −𝜃𝑦 1 0 0 0 𝜃𝑧 −𝜃𝑦
𝑅(𝜃𝑧, 𝜃𝑥, 𝜃𝑦) = [−𝜃𝑧 1 𝜃𝑥 ] = [0 1 0] + [−𝜃𝑧 0 𝜃𝑥 ]
𝜃𝑦 −𝜃𝑥 1 0 0 1 𝜃𝑦 −𝜃𝑥 0

Persamaan koordinat :

𝑋 𝑋0 0 𝜃𝑧 −𝜃𝑦 𝑥 𝑥 𝑥
𝑌
[𝑌 ] = [ 0 ] + [−𝜃𝑧 0 𝜃𝑥 ] [𝑦] + Δ𝜆 [𝑦] + [𝑦]
𝑍 𝑍0 𝜃𝑦 −𝜃𝑥 0 𝑧 𝑧 𝑧

atau

𝑋 𝑋0 0 𝜃𝑧 −𝜃𝑦 𝑥 𝑥 𝑥−𝑋
[𝑌 ] = [ 𝑌0 ] + [−𝜃𝑧 0 𝜃𝑥 ] [𝑦] + Δ𝜆 [𝑦] + [𝑦 − 𝑌 ] = 0
𝑍 𝑍0 𝜃𝑦 −𝜃𝑥 0 𝑧 𝑧 𝑧−𝑍

Persamaan diatas dapat dinyatakan dalam matriks A.x=F untuk


menyelesaikan persamaan dengan least square.
Dengan matriks desain :
1 0 0 𝑥 𝑦 −𝑧 0 𝑥−𝑋
𝐴 = [0 1 0 |𝑦| −𝑥 0 𝑧 ] ; 𝐹 = [𝑦 − 𝑌 ] ; 𝑋 𝑇 = [𝑋0 𝑌0 𝑍0 Δ𝜆 𝜃𝑧 𝜃𝑦 𝜃𝑥]
0 0 1 𝑧 0 𝑥 −𝑦 𝑧−𝑍

Sehingga parameter X dapat dihitung dengan persamaan x = (ATA)-1 (ATF)

BAB VII. TRANSFORMASI ANTAR ZONA

45 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Sistem proyeksi UTM dan TM-3° dalam prakteknya tidak berbeda, kecuali
pada faktor perbesaran pada meridian sentral, niiai meridian sentral dan
pemyataan koordinat semu, sehingga baik metoda hitungan ataupun
transformasi yang diterapkan akan dapat beriaku pada kedua sistem proyeksi
tersebut. Metoda hitungan transformasi antar zona yang diterapkan untuk
sistem proyeksi ini adalah metoda E. Gotthardt. Mengingat kedua sistem
proyeksi ini tidak mengalami perubahan paralel tengah seperti pada polyeder,
maka yang lebih diperhatikan adalah perubahan timur-barat.

Gambar VII-1 Transformasi Antar Zona

Penjelasan:
- R = titik yang akan ditransformasikan (berada pada zona 2)
- X,Y = koordinat sejati titik R pada zona barat (zonal)
- x,y = koordinat sejati titik R pada zona timur (zona2)
- B'0 ,B0 = meridian sentral zona 1 (barat), meridian sentral zona 2 (timur)
- P0 = titik sekutu pada meridian tepi/batas zona yang terdekat dengan titik
R
Tranformasi gotthardt
𝑋 = 𝑋0 + Δ𝑥 + 𝐾5 Δ𝑥 − 𝐾6 Δ𝑦
𝑌 = 𝑌0 + Δ𝑦 + 𝐾5 Δ𝑦 − 𝐾6 Δ𝑥

x0 , y0 = koordinat sejati titk p0 pada zona awal


X0 , Y0 = koordinat sejati titk p0 pada zona tujuan

Dengan : |X0| = |x0| : |Y0| = |y0|

(perhatikan tabel perbedaan transformasi Timur <=> Barat di bawah)

Misal : titik obyek, berada pada zona 49.1 akan ditransformasikan ke zona 48.2 (di
sebelah barat). Maka:

46 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


 Nilai Xo dihitung dengan ΔB0 = 3° (UTM) atau 1,5° (TM-3°), akan bernilai
positif.
 Nilai Xo = - Xo , karena di sebelah barat meridian sentral, maka :
 Nilai Ax akan positiv (karena Δx > x)

Koordinat geodetik P0 dapat dihitung dengan persamaan :

𝑦
𝐿0 = 𝜌" ; Δ𝐵0 = 30 (𝑈𝑇𝑀) 𝑎𝑡𝑎𝑢 1,50 (𝑇𝑀 − 30 )
𝑎 𝐴0 𝐾0

(Ko UTM= 0,9996 ; K0 TM-3° = 0,9999)

K3 = k1 Δx – k2 Δy + k3
K5 = k1 Δx – k2 Δy + k4
K5 = K3 Δx – K4 Δy + k5
K6 = K3 Δx – K4 Δy + k6

dimana,
1
𝑘1 = 𝑐𝑜𝑠 2 𝐿0 (3 − 4 𝑡𝑎𝑛2 𝐿0 )Δ𝐵02
3 𝑁02
1 1
𝑘2 = − 2 sin 𝐿0
(1 + 5 𝑡𝑎𝑛2 𝐿0 )Δ𝐵0 − sin 𝐿0 𝑐𝑜𝑠 2 𝐿0 (37 − 26 𝑡𝑎𝑛2 𝐿0 )Δ𝐵03
3 𝑁0 9 𝑁02
1 2 1
𝑘3 = − cos 𝐿0 (1 + 𝑒 ′ 𝑐𝑜𝑠 2 𝐿0 )Δ𝐵0 + 𝑐𝑜𝑠 3 𝐿0 (1 + 31 𝑡𝑎𝑛2 𝐿0 )Δ𝐵03
𝑁0 6 𝑁0
3 2 1
𝑘4 = sin 𝐿0 cos 𝐿0 (1 + 𝑒 ′ 𝑐𝑜𝑠 2 𝐿0 )Δ𝐵02 + sin 𝐿0 𝑐𝑜𝑠 3 𝐿0 (1
𝑁0 2 𝑁0
+ 31 𝑡𝑎𝑛2 𝐿0 )Δ𝐵04
2
𝑘5 = −2 𝑠𝑖𝑛2 𝐿0 Δ𝐵02 − (3)𝑠𝑖𝑛2 𝐿0 𝑐𝑜𝑠 2 𝐿0 (2 − 𝑡𝑎𝑛2 𝐿0 )Δ𝐵04
2 2
𝑘6 = −2 𝑠𝑖𝑛𝐿0 Δ𝐵0 − (3) 𝑠𝑖𝑛𝐿0 𝑐𝑜𝑠 2 𝐿0 (1 − 2 𝑡𝑎𝑛2 𝐿0 + 3𝑒 ′ 𝑐𝑜𝑠 2 𝐿0 )Δ𝐵03 −
2
(15) sin 𝐿0 𝑐𝑜𝑠 4 𝐿0 (2 − 11𝑡𝑎𝑛2 𝐿0 + 2𝑡𝑎𝑛4 𝐿0 )Δ𝐵05

Dimana
L0, B0 = koodinat geodetik titik sekutu P0
N0 = jari-jari normal titk P0
ΔB0 = dinyatakan dalam satuan radian

Catatan penting
Perhatikan k2, k6 dan k3
Missal hasil hitungan k2h, k6 h dan k3 h
Maka :

47 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Untuk Transformasi Barat ⇒Timur
k2 = -k2h , k3 = -k3h , k6 = -k6h
Untuk Transformasi Timur ⇒Barat
k2 = +k2h , k3 =+ k3h , k6 = +k6h

Penerapan transformasi Gotthardt

Terdapat beberapa besaran yang perlu perhatian besar dalam menerapkan


transformasi ini pada hitungan. Untuk mudahnya, akan dirincikan dalam 2
(dua) bentuk sesuai dengan kemungkinan.

Perbedaan penerapan untuk Timur ⇒Barat


Dengan ΔB = 30 (UTM) atau 1030’ (TM-30)
(selalu positif)

48 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


LAMPIRAN MODUL SOFTWARE GEOCALC

Software Geocalc

The Geographic Kalkulator adalah transformasi koordinat program yang :

1. Melakukan konversi sistem koordinat.


2. Melakukan datum transformasi ( Horisontal dan Vertikal ).
3. Melakukan konversi.
4. Digunakan untuk berbagai keperluan pemetaan.
5. Geographic Kalkulator menyediakan akurat koordinat geografis
transformasi dan perhitungan geodesi.
6. Geographic Kalkulator dapat mengkonversi koordinat antara
serangkaian luas sistem koordinat.
7. Parameter didefinisikan oleh pengguna ( Sistem Koordinat , datum ,
Unit sudut , Unit Linear ).

49 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Metode Transformasi meliputi:

 NGS NADCON
 Persamaan Molodensky
 DMA Regresi Persamaan ( MRE )
 Tujuh Parameter Bursa / Wolfe
 NGS Akurasi Tinggi Reference Network ( Harn )
 Metode Transformasi v2 Nasional Kanada .
 NGS VERTCON ( Vertical Datum Transformasi )

Geographic Calculator dapat melakukan pengecekan eror dalam koversi


koordinat. Anda mungkin tidak mendapatkan nilai yang sama ketika Anda
memasukan koordinat setelah mengkonversi nilai koordinat tujuan dan
kembali ke sumber sistem koordinat. Kemungkinan alasan:

Nilai koordinat nilai yang Anda masukkan mungkin di luar jangkauan untuk
sistem koordinat tertentu. Sebagai contoh, nilai UTM Easting dari 100.000.000
meter kemungkinan akan menghasilkan zona yang berbeda (palsu) ketika
dikonversi ke lintang / bujur, maka sebelum melakukan konversi harus
memeriksa koordinat awal.

Fitur pada bar Geographic Calculator :

Print View/Edit View/Edit View/Edit View/Edit View/Edit


Interactive Linear Angular Elipsoid Datum Coordinate
Conversion Unit Unit Definition Definition System
Definition Definition
Definition

Print Interactive Conversion : berfungsi untuk mencetak hasil konversi


koordinat sementara yang telah dilakukan pada kolom interactive
conversions.
View/Edit Linear Unit Definition : berfungsi mengedit satuan linear unit
dalam inci, meter, kilometer, feet, dan lainnya.
View/Edit Angular Unit Definition :berfungsi mengedit definisi sudut yang
digunakan dalam koordinat.

50 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


View/Edit Elipsoid Definition: berfungsi mengedit definisi elipsoid yang
digunakan dalam konversi.
View/Edit Datum Definition : berfungsi mengedit definisi datum yang
digunakan dalam konversi.
View/Edit Coordinate System Definition : berfungsi mengedit definisi sistem
koordinat 2 dimensi atau 3 dimanesi yang digunakan dalam konversi.

Konversi Koordinat

Konversi Koordinat Geodetik - Koordinat Proyeksi

51 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Mengkonversi koordinat tunggal dalam sistem koordinat tertentu dapat
menggunakan kolom interactive conversion. Konversi dapat dilakukan 2 arah,
dengan mendefinisikan sistem koordinat seperti pada gambar diatas. Contoh
diatas adalah konversi koordinat lintang bujur sistem koordinat geodetik
datum WGS’84 dengan satuan derajat desimal ke sistem koordinat proyeksi
UTM zona 48-S datum WGS’84 dengan satuan meter. Selain mendefinisikan
sistem koordinat, dapat pula mendefinisikan referensi vertikal pada elipsoid
tertentu. Contoh diatas konversi koordinat geodetik 6.5 LS, 107 BT ke
koordinat UTM dengan hasil (9281086,71; 721172,89)meter faktor skala
1,00020550 dan konvergensi -0,23. Konversi dapat dilakukan dua arah dengan
klik convert di bagian bawah.

Langkah konversi koordinat :


1. Pada kolom pertama,
2. Mengisi nama titik pada isian Name
3. Input Lintang pada isian Latitude
4. Input Bujur pada isian Longitude
5. Definisikan sistem koordinat titik awal pada isian Define Coordinate
System
6. Pilih penulisan koordinat klik pada DEG, dapat memilih
 ARCSECONDS
 DEGREES
 DM
 DMS
 GRAD
 RADIANS
7. Pada Kolom kedua isi sistem koordinat tujuan pada isian Define
Coordinate System dan pilih penulisan koordinat

52 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


8. Klik Convert untuk konversi koordinat dari koordinat awal (kolom
pertama) ke koordinat tujuan (kolom kedua)

Hasil print conversions ke dalam bentuk file .jpeg sebagai berikut:

Konversi Koordinat Geodetik – Geosentrik

Koordinat yang akan dikonversi didefinisikan dalam elipsoid tertentu dari

sistem geodetik (L,B,h) ke sistem geosentrik (X,Y,Z) pada suatu datum yang

sama. Parameter elipsoid antara lain :.

𝑎
𝑁=
√1 − 𝑒 2 𝑠𝑖𝑛2 𝐿
Rumus konversi antara lain
𝑋 = (𝑁 + ℎ) cos 𝐿 cos 𝐵
𝑌 = (𝑁 + ℎ) cos 𝐿 sin 𝐵
𝑍 = (𝑁(1 − 𝑒 2 ) + ℎ) sin 𝐿

Contoh :
Konversi koordinat geodetik 6,5 LU 107 BT dengan hasil pada sistem
geosentrik (-1852879,15 ; 6060494,61 ; 717222,86) meter.
Kedua sistem koordinat pada datum elipsoid WGS’84

Jawab :

53 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Parameter elipsoid :
a= 6378137
b= 6356752
2
𝑎2 + 𝑏 2
𝑒 = = 0,006944
𝑎2
𝑎
𝑁= = 6378410,6062441
√1 − 𝑒 2 𝑠𝑖𝑛2 𝐿
𝑋 = (𝑁 + ℎ) cos 𝐿 cos 𝐵 = −1852879,1495 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝑌 = (𝑁 + ℎ) cos 𝐿 sin 𝐵 = 6060494,61805 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝑍 = (𝑁(1 − 𝑒 2 ) + ℎ) sin 𝐿 = 717222,78733 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

Konversi menggunakan software Geographic Calculator :

54 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Konversi Kumpulan Titik

Dalam bar software Geocalc terdapat fungsi untuk konversi kumpulan titik.
Point Database Conversions. Pada gambar dibawah menunjukkan langkah
konversi koordinat yaitu :
1. Load data : Memanggil data yang akan dikonversi dalam bentuk file
database dengan ekstensi .dbf, .xls, .csv, .wk, .seg, .tsv
Dalam hal ini paling mudah menggunakan file Microsoft Excel 2003
dengan format ekstensi file .xls.
2. Inset Column : Membuat kolom data dengan header yang ditentukan
untuk memuat hasil konversi.
3. Conversion Setting : Menyetel tabel data konversi yang akan
digunakan. Dua kolom pertama digunakan untuk sistem koordinat
awal dan dua kolom berikutnya untuk sistem koordinat hasil.
4. Define Coordinate System : Mendefinisikan sistem koordinat awal dan
sistem koordinat hasil.

55 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Contoh : diberikan koordinat titik pantai utara Jawa Barat dalam sistem
koordinat geodetik (L,B)

lat lon -6.01 107.01 -5.92 107.02 -5.93 107.10


-6.08 106.96 -6.00 106.99 -5.92 107.03 -5.94 107.10
-6.07 106.97 -5.98 107.01 -5.92 107.04 -5.95 107.11
-6.07 106.99 -5.96 107.01 -5.93 107.05 -5.95 107.12
-6.07 107.00 -5.95 107.02 -5.93 107.05 -5.96 107.12
-6.07 107.00 -5.95 107.02 -5.93 107.07
-6.07 107.01 -5.94 107.02 -5.93 107.08
-6.06 107.01 -5.93 107.01 -5.93 107.09
-6.04 107.02 -5.92 107.00 -5.93 107.10

56 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Hasil konversi disimpan ke file Microsoft Excel dengan klik Save Data.

Didapatkan tabel hasilnya sebagai berikut :

lat lon X Y -5.93 107.05 9344668.89 726397.10


-6.08 106.96 9327669.55 716922.30 -5.93 107.05 9344001.94 727280.67
-6.07 106.97 9328216.95 718474.37 -5.93 107.07 9343886.39 728609.31
-6.07 106.99 9328322.29 719914.13 -5.93 107.08 9343992.04 729938.77
-6.07 107.00 9328650.45 720911.83 -5.93 107.09 9344099.33 730825.23
-6.07 107.00 9328757.79 721798.02 -5.93 107.10 9343984.54 731932.37
-6.07 107.01 9329196.12 722906.88 -5.93 107.10 9343761.63 732374.56
-6.06 107.01 9330303.86 722468.09 -5.94 107.10 9343206.45 732926.24
-6.04 107.02 9331738.50 723359.23 -5.95 107.11 9342208.80 733476.22
-6.01 107.01 9334839.66 722263.35 -5.95 107.12 9341431.95 734137.79
-6.00 106.99 9336726.48 720498.47 -5.96 107.12 9340876.32 734800.18
-5.98 107.01 9339044.01 721946.52
-5.96 107.01 9340591.33 722284.39
-5.95 107.02 9341472.56 723284.32
-5.95 107.02 9342246.83 723287.15
-5.94 107.02 9343242.72 723180.03
-5.93 107.01 9344242.22 722076.14
-5.92 107.00 9345239.30 721636.73
-5.92 107.02 9344788.43 723960.93
-5.92 107.03 9345448.45 724960.14
-5.92 107.04 9345444.79 725956.93

57 | MODUL PELATIHAN TRANSFORMASI KOORDINAT


Pergeseran Datum

Berikut contoh koordinat pada sistem geodetik (L,B) datum WGS’84 dengan

nilai 6,5 LU-107 BT dikonversi menjadi sistem koordinat UTM zona 48S datum

WGS’84. Pada kolom pertama definisi sistem koordinat diubah menjadi UTM

zona 48S datum ID’74. Terlihat pada gambar terdapat perbedaan nilai Y

sebesar 4 meter dan nilai X sebesar 26 meter.

Halaman 58 dari 62
Untuk membuktikan hal tersebut pada kolom kanan diganti ke sistem
koordinat awal yaitu sistem geodetik (L,B) datum WGS’84. Hasilnya
menunjukkan koordinat kembali pada nilai 6,5 LU-107 BT.

Apabila pada kolom kanan diganti menjadi sistem koordinat geodetik dengan
datum ID’74, ternyata tidak terjadi perubahan. Namun ketika klik convert di
kolom kanan dari koordinat geodetik ke koordinat proyeksi, terjadi
perubahan sebesar 1 meter pada sumbu Y. Hal ini disebabkan antara sistem
proyeksi dan geodetik tidak di konversi dalam sebuah datum yang sama.
Selain itu perlu diketahui besar 1 derajat pada sistem koordinat geodetik
sekitar 111,322 meter. Sehingga ketika dilakukan konversi balik, nilai pada
sistem proyeksi kemungkinan dapat berubah.

Halaman 59 dari 62
Oleh karena itu konversi dari geodetik lebih akurat apabila satuannya diubah
dari DEG menjadi DMS. Dengan format penulisan angka derajat, menit-sekon
tanpa spasi contoh 6.3010 dibaca 6 derajat 30 menit 10 detik.

Halaman 60 dari 62
Transformasi Antar Zona

Sistem Proyeksi UTM membagi bola bumi menjadi 60 bagian/zone.


Sedangkan setiap zone memiliki lebar ukuran 6 derajat bujur dan 8 derajat
lintang. Setiap zone memiliki meridian tengahnya masing-masing. Indonesia
dibagi dalam 9 Zone UTM yaitu zone 46-54.Label N (utara) atau S (selatan)
digunakan untuk menjelaskan area tersebut apakah terletak di utara
katulistiwa atau di selatan katulistiwa.

Berikut ini contoh transformasi titik UTM dengan datum WGS’84 pada zona
awal 48S dan zona tujuan pada 48N. Konversi koordinat menggunakan
konversi tunggal pada bar Interactive Conversions. Hasilnya sebagai berikut :

Halaman 61 dari 62
Halaman 62 dari 62

Anda mungkin juga menyukai