Anda di halaman 1dari 28

BAB V

KAJIAN PENAMBANGAN

5.1. Sistem Penambangan


Secara garis besar sistem penambangan dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
1. Tambang terbuka (surface mining)
Metode penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas
penambangannya dilakukan di atas atau relatif dekat dengan permukaan
bumi, dan tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara luar.
2. Tambang dalam/tambang bawah tanah (underground mining)
Metode penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas
penambangannya dilakukan di bawah permukaan bumi, dan tempat
kerjanya tidak langsung berhubungan dengan udara luar.
3. Tambang bawah air (underwater mining)
Metode penambangan yang kegiatan penggaliannya dilakukan di bawah
permukaan air atau endapan mineral berharganya terletak dibawah
permukaan air.
Tambahan:
4. Tambang ditempat (Insitu Mining or Novel Mining).

Pemilihan sistem penambangan dilakukan berdasarkan pada sistem


yang akan memberikan keuntungan yang paling besar dan perolehan tambang
(mining recovery) yang paling baik dan bukan berdasarkan letak dangkal atau
dalamnya suatu endapan. Hartman (1987) membagi ke-4 sistem
penambangan tersebut menjadi metode-metode penambangan yang lebih
spesifik seperti pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Klasifikasi Sistem Penambangan (Hartman, 1987)

1
SISTEM KELAS METODE BAHAN GALIAN
Conventional
Tambang Terbuka Mekanis Open pit mining* Metal, non-metal
Quarrying* Non-metal
Opencast mining* Batubara, non-metal
Auger mining Batubara, metal, non-
Aquaeous Hydraulicking* metal
Dregding * Metal, non-metal
Metal, non-metal
Tambang Swa-sangga Room & Pillar mining* Batubara, non-metal
Bawah Tanah (Selfsupported) Stope & Pillar mining* Metal, non-metal
Underground gloryhole Metal, non-metal
Gophering Metal, non-metal
Shrinkage stoping Metal, non-metal
Sublevel stoping * Metal, non-metal
Berpenyangga Cut & Fill stoping * Metal
buatan Stull stoping Metal
(Supported) Square set stoping Metal
Ambrukan (Caving) Longwall mining * Batubara, non metal
Sublevel caving Metal
Block caving * Metal
Inconvetional
Novel Penggalian cepat Batuan keras
Automasi, Robotik Semua
Gasifikasi bawah tanah Batubara, batuan lunak
Retorting bawah tanah Hidrokarbon
Tambang samudera Metal
Tambang nuklir Non-batubara
Tambang luar bumi Metal, non-metal
*) = Metode penambangan yang lazim diterapkan

5.2. Pemilihan Metode Penambangan


Dalam kegiatan penambangan, hal yang paling utama adalah memilih
suatu metode penambangan yang paling sesuai dengan karakteristik unik
(alam, geologi, lingkungan dan sebagainya) dari endapan mineral yang
ditambang di dalam batas keamanan, teknologi dan ekonomi, untuk mencapai
ongkos yang paling minimum dan keuntungan yang paling maksimum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan tersebut adalah :
1. Karakteristik spasial dari endapan
Merupakan faktor penting yang dominan karena umumnya sangat
menentukan pemilihan metode penambangan antara tambang terbuka

2
dengan tambang bawah tanah, penentuan tingkat produksi, metode
penanganan material, dan bentuk tambang dalam badan bijih. Faktor-
faktor tersebut meliputi :
a. Ukuran (dimensi, terutama tinggi dan tebal)
b. Bentuk (tabular, lenticular, massive, irregular)
c. Orientasi (dip/inklinasi)
d. Kedalaman (rata-rata dan nilai ekstrim yang akan berimbas pada
stripping ratio)

2. Kondisi geologi dan hidrogeologi


Karakteristik geologi, baik dari badan bijih maupun batuan samping, akan
mempengaruhi pemilihan metode penambangan, terutama dalam
pemilihan antara metode selektif dan nonselektif serta pemilihan system
penyanggaan pada system penambangan bawah tanah. Hidrologi
berdampak pada kebutuhan akan penyaliran dan pemompaan, sedangkan
aspek mineralogy akan menentukan syarat-syarat pengolahan.
a. Mineralogi dan petrologi (Sulfida vs Oksida),
b. Komposisi kimia
c. Struktur endapan (lipatan, sesar, ketidakmenerusan, intrusi)
d. Bidang lemah, (kekar, rekahan, bidang perlapisan)
e. Keseragaman, alterasi, erosi (zona dan daerah pembatas)
f. Air tanah dan hidrologi (kemunculan, debit aliran dan muka air)

3. Sifat-sifat geoteknik (mekanika tanah dan mekanika batuan) untuk bijih


dan batuan sekelilingnya. Hal ini akan mempengaruhi pemilihan peralatan
pada sistem penambangan terbuka dan pemilihan kelas dan metode dalam
sistem penambangan bawah tanah (swasangga, berpenyangga atau
ambrukan). Sifat-sifat geoteknik yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Sifat-sifat fisik yang lain (bobot isi, voids, porositas, permeabilitas,
lengas)
b. Sifat elastik (kekuatan, modulus elastisitas, nisbah Poisson, dan lain-
lain)
c. Perilaku elastik atau visko elastik (flow, creep)
d. Keadaan tegangan (tegangan awal, induksi)

3
e. Konsolidasi, kompaksi dan kompeten (kemampuan bukaan pada
kondisi tanpa penyangga)

4. Pertimbangan ekonomi
Pertimbangan ekonomi akan mempengaruhi hasil, investasi, aliran kas,
masa pengembalian dan keuntungan. Faktor ini meliputi:
a. Cadangan (tonase dan kadar),
b. Produksi,
c. Umur tambang,
d. Produktivitas, dan
e. Perbandingan ongkos penambangan untuk metode penambangan yang
cocok

5. Faktor teknologi
Kondisi yang paling sesuai antara kondisi alamiah endapan dan metode
penambangan adalah yang paling diinginkan. Sedangkan metode yang
tidak sesuai mungkin tidak banyak pengaruhnya pada saat penambangan,
tetapi kemungkinan akan berpengaruh pada kegiatan pendukung
tambang/terusannya (pengolahan, peleburan, dll). Yang termasuk dalam
faktor teknologi adalah :
a. Perolehan tambang, dilusi (jumlah waste yang ikut terambil)
b. Kefleksibilitasan metode dengan perubahan kondisi
c. Selektifitas metode untuk memisahkan bijih dan waste
d. Konsentrasi atau dispersi pekerjaan
e. Modal, pekerja dan intensitas mekanisasi

6. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dimaksud tidak hanya berupa lingkungan fisik
saja, tetapi juga meliputi lingkungan sosial, politik dan ekonomi. Yang
termasuk dalam faktor lingkungan adalah :
a. Kontrol bawah permukaan untuk merawat kondisi bukaan

4
b. Penurunan permukaan tanah (subsidence), atau efek ambrukan pada
permukaan tanah
c. Kontrol atmosfir (ventilasi, kontrol kualitas, kontrol panas dan
kelembaban)
d. Kekuatan kerja (pelatihan, recruitment, kesehatan dan keselamatan,
kehidupan, kondisi permukiman)
Prosedur pemilihan metode penambangan secara ringkas ditunjukkan oleh
Gambar 5.1.
Metode dan prinsip penambangan yang telah dijelaskan sebelumnya
melibatkan masalah-masalah geomekanika dan operasional. Pengelola
industri harus bisa memilih metode panambangan yang paling tepat untuk
cebakan bijih tertentu. Selain karakteristik badan bijih yang mempengaruhi
pemilihan metode panambangan, karakteristik operasional khusus untuk
setiap metode penambangan secara langsung juga ikut mempengaruhi
pemilihan metode penambangan. Karekteristik operasional tersebut
meliputi:
Skala penambangan
Laju produksi
Selektivitas
Persyaratan pekerja
Keluwesan ekstraksi

Studi Konseptual

Penilaian karakteristik fisik dan kuantitas


overburden dari beberapa metode, tataletak dan
sistem penambangan.

Studi Rekayasa

kuantifikasi dan pembandingan konsepkonsep


yang dihasilkan terdahulu sehingga dihasilkan
rancangan dan biaya yang pasti.

5
Studi Rancangan Rinci

Spesifikasi dan gambar konstruksi dari metode


yang dipilih.

Laporan Rekayasa Final

Keputusan investasi, pengadaan peralatan dan


jadwal pelaksanaan

Gambar 5.1. Prosedur pemilihan metode penambangan.

Keputusan terakhir dalam pemilihan metode penambangan akan


merefleksikan sifat-sifat mekanik dari badan bijih dan lingkungannya serta
hal-hal teknik praktis lain. Terkadang muncul permasalahan bahwa
pemilihan metode penambangan dapat menimbulkan beberapa kesulitan
teknis. Kesulitan yang timbul adalah bagaimana menggabungkan beberapa
faktor yang berpengaruh agar bisa memutuskan metode penambangan
yang sesuai untuk suatu cebakan bijih. Berdasarkan perkembangan filosofi
dan sejarah ilmu pertambangan, metode penambangan dikembangkan
untuk dapat mengakomodasi dan mengeksploitasi beberapa kondisi
penambangan. Prosedur yang dapat dikembangkan dalam pemilihan
metode penambangan adalah dengan melakukan optimasi secara
komputasi.
Tujuan utama pemilihan suatu metode untuk menambang endapan
mineral adalah merancang suatu sistem eksploitasi yang paling sesuai
dengan kondisi sebenarnya. Dalam hal ini pengalaman berperan utama
dalam pengambilan keputusan yang memerlukan banyak pertimbangan
berdasarkan evaluasi rekayasa. Evaluasi tersebut dilakukan dalam tiga
tahap seperti pada Gambar 5.1, yaitu studi konseptual, studi rekayasa, dan
studi rancangan rinci. Hasilnya ialah sebuah laporan rekayasa final.

6
Contoh pedoman untuk penentuan metode penambangan terbuka
berdasarkan kekuatan bijih dan batuan di sekitarnya serta geometri
cadangan menurut Hartman (1987) dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Resume dari tabel tersebut adalah:
1. Tambang terbuka umumnya lebih serba guna, terutama berkaitan
dengan kekuatan bijih dan batuan samping, dip endapan, dan kadar
bijih, tetapi sangat bergantung dengan bentuk dan ukuran endapan,
keseragaman kadar dan kedalaman (keduanya mutlak dan bergantung
pada nisbah kupas/stripping ratio).
2. Penerapan ideal pada endapan yang besar, perlapisan datar (atau massif)
dengan sebaran secara mendatar luas dan tebal dan keterdapatannya
dekat permukaan.
3. Kurang cocok untuk endapan yang kecil, tipis, kadar tidak merata,
kemiringan besar dan posisinya dalam.
4. Penambangan dengan ekstraksi mekanis lebih konvensional, banyak
diterapkan, mudah dalam pelaksanaannya dan fleksibel dalam
perubahan metode penambangan.
5. Penambangan dengan ekstraksi aqueous lebih murah dan cocok untuk
diterapkan pada endapan kecil dengan kadar yang bervariasi, tetapi
sangat terbatas penerapannya pada endapan yang rentan terhadap
terhadap air dan jika pemenuhan kebutuhan air memerlukan biaya yang
mahal.
Tabel 5.2. Pemilihan Metode Penambangan Terbuka Berdasarkan Kekuatan
Bijih dan Batuan serta Geometri Cadangan

Penambangan Terbuka Sistem Ekstraksi mekanis Penambangan Terbuka Aqueus


Faktor
Open Pit Quarrting Open Cast Augering Hydraulicking Dredging Borehole L
terkonsolidas
Kekuatan Bijih Sembarang Sembarang Sembarang Sembarang Tidak Tidak Dap
i
(sedikit struktur) terkonsolidasi terkonsolidasi perm
sedikit bongkah beberapa
bongkah
Kekuatan batuan Sembarang Sembarang Sembarang Sembarang Tidak Tidak Kompeten, Kom
Samping terkonsolidasi terkonsolidasi Kedap keda
Bentuk Endapan Sembarang Lapisan tebal Tabular, Tabular, Tabular Tabular Sebarang Mas
(tabuar lebih atau masif Berlapis Berlapis Tabu

7
disukai)
Kemiringan/dip Sebarang Sebarang jia Sebarang Dip kecil Dip kecil Dip kecil Sebarang Dip
(dip kecil
Endapan (dip kecil Tebal (dip kecil
lebih
lebih
disukai) lebih disukai)
disukai)
Ukuran endapan Besar, tebal Besar, tebal Besar, Penyebaran Penyebaran Penyebaran Sedang Seba
terbatas,
Ketebalan terbatas, tipis dan tebal sampai besar (leb
tipis
Sedang sedang disu
Kadar bijih Rendah Tinggi Rendah Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah Sedang Sang
Keseragaman
Seragam Seragam Agak seragam Seragam Agak Seragam Agak Seragam Bervariasi Berv
bijih

5.3. Klasifikasi Sumber Daya Mineral (Resources) dan Cadangan


(Reserves) Menurut SNI (Standar Nasional Indonesia)
Sumber Daya Mineral (Mineral Resources) adalah endapan mineral
yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral
dengan keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah
dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak
tambang. Menurut SNI (Standar Nasional Indonesia) sumberdaya mineral
terbagi atas 4, yaitu :
1. Sumber Daya Mineral Hipotetik (Hypothetical Mineral Resources) adalah
sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan
perkiraan pada tahap Survei Tinjau.
2. Sumber Daya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resources) adalah sumber
daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil
tahap Prospeksi.
3. Sumber Daya Mineral Terunjuk (Indicated Mineral Resources) adalah
sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan
hasil tahap Eksplorasi Umum.
4. Sumber Daya Mineral Terukur (Measured Mineral Resources) adalah
sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan
hasil tahap Eksplorasi Rinci.

8
Cadangan (Reserves) adalah endapan mineral yang telah diketahui
ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya dan yang secara ekonomis,
teknis, hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan
dilakukan. Menurut SNI (Standar Nasional Indonesia) klasifikasi cadangan
di bagi benjadi 2, yaitu :
1. Cadangan Terkira (Probable Reserves) adalah sumber daya mineral
terunjuk dan sebagian sumberdaya mineral terukur yang tingkat keyakinan
geologinya masih lebih rendah, yang berdasarkan studi kelayakan tambang
semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat
dilakukan secara ekonomik.
2. Cadangan Terbukti (Proved Reserves) adalah sumber daya mineral terukur
yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah
terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomik.

Gambar 5.2. Diagram Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan Menurut


SNI 13-4726-1998

5.4. Mining Recovery

9
Mining Recovery adalah perbandingan antara cadangan yang
tertambang dengan yang tidak tertambang dalam persen, dimana mengacu
pada jumlah cadangan yang tereksplorasi.
Untuk mengetahui hasil dari mining recovery terlebih dahulu harus
diketahui loss and dilution factor yaitu faltor kehilangan dan pengotoran yang
ada pada daerah penambangan .dimana rumus yang dipergunakan untuk
mengetahui mining recovery adalah sebagai berikut :
MR = 100 % - % yang hilang
Cd-tg = Ts-Ore x % X
Cd-ntg = Ts-Ore x % Y

Dimana :
MR = Perolehan tambang (%)
Cd-tg = Cadangan tertambang (ton)
Cd-ntg = Cadangan yang tidak tertambang (ton)
% X = Jumlah cadangan yang diperkirakan tertambang dalam persen (%)
% Y = Jumlah cadangan yang diperkirakan tidak tertambang (%)

Diketahui :
Pengupasan Over Burden = 2%
Pembongkaran = 1,5%
Pemuatan = 2%
Pengangkutan = 2%
Cadangan = 173.219 ton
Maka :
MR = 100% - (2% + 1,5% + 2% + 2%)
= 93%
Cadangan Tertambang = Cadangan x MR
= 173.219 x 93%
= 16.109.367 ton
Cadangan Tak Tertambang = (Pengupasan OB + Pembongkaran +

10
Pemuatan + pengangkutan) x Cadangan
= (2% + 1,5% + 2% + 2%) x 173.219
= 1.299.143 ton

11
5.5. Pertimbangan Dasar Rencana Penambangan
Salah satu pertimbangan dasar rencana penambangan adalah :
Break Even Stripping Ratio (BESR)
Untuk menganalisis kemungkinan sistem penambangan yang akan
digunakan, apakah tambang terbuka ataukah tambang bawah tanah, maka
dipelajari break even stripping ratio (BESR), yaitu perbandingan antara
biaya penggalian endapan bijih (ore) dengan biaya pengupasan tanah
penutup (overburden/OB) atau merupakan perbandingan selisih biaya
penambangan bawah tanah dan penambangan terbuka dengan biaya
pengupasan secara tambang terbuka. BESR ini juga disebut over all
striping ratio.
Misalnya biaya penambangan secara tambang bawah tanah = Rp.
18.000/ton bijih, biaya penambangan secara tambang terbuka = Rp.
2000/ton bijih dan ongkos pengupasan tanah penutup = Rp. 3500/ton
overburden. Maka untuk memilih salah satu sistem penambangan
digunakan rumus BESR(1).

BESR(1) =

Biaya Tambang Bawa h Tana h ton/biji hBiaya Tambang Terbukaton bijih


Biaya PengupasanOB /tonOB

Nilai yang diperole h /ton biji hongkos produksi /ton bijih


BESR(2) = Biaya PengupasanOB /tonOB

BESR(2) ini juga disebut economic stripping ratio yang artinya berapa
besar keuntungan yang dapat diperoleh bila endapan bijih itu ditambang
secara tambang terbuka.
BESR(3) biasanya dihitung berdasarkan keuntungan maksimum yang akan
diperoleh, yaitu :
BESR(3) =

nilai yang diperole h/ tonbiji h(ongkos produksi /ton+keuntungan /ton)


biaya pengupasan OB/ton OB

Sehingga, secara umum 2 hal yg mempengaruhi tinggi rendahnya BESR


adalah :
Kadar logam dari bijih yang akan ditambang
Harga logam di pasaran
Jadi pada dasarnya, jika terjadi kenaikan harga logam di pasaran, dapat
mengakibatkan perluasan tambang karena cadangan bertambah, sebaliknya
jika harga logam turun, maka jumlah cadangan akan berkurang. Sehingga
secara umum pertimbangan ekonomis meliputi :
1. Nilai (value) endapan bijih (berapa harga dari produk yang dihasilkan)
dinyatakan dalam Rp/ton bijih.
2. Ongkos produksi sampai dengan barang tambang siap dijual (Rp/ton
bijih).
3. Ongkos pengupasan over burden (stripping cost), dinyatakan dalam
Rp/ton bijih.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa BESR dipakai untuk mengetahui
apakah rancangan tambang tersebut menguntungkan/ tidak.
Tabel 5.3. Perhitungan Ongkos Produksi
Jumlah Jenis Jam Hari Minggu Bulan Tahun
1 Backhoe Rp 77.727,27 Rp 544.090,91 Rp 3.264.545,45 Rp 39.174.545,45 Rp 470.094.545,45
Bahan Bakar
3 Truck Rp 225.409,09 Rp 1.577.863,64 Rp 9.467.181,82 Rp 37.868.727,27 Rp 454.424.727,27
1 Backhoe Rp 3.515,63 Rp 24.609,38 Rp 147.656,25 Rp 590.625,00 Rp 7.087.500,00
Minyak Pelumas
3 Truck Rp 15.767,37 Rp 110.371,62 Rp 662.229,73 Rp 2.648.918,92 Rp 31.787.027,03
1 Backhoe Rp 625.000,00 Rp 4.375.000,00 Rp 26.250.000,00 Rp 105.000.000,00 Rp 1,260.000.000,00
Pergantian Ban
3 Truck Rp 1.190.476,19 Rp 8.333.333,33 Rp 50.000.000,00 Rp 200.000.000,00 Rp 2,400.000.000,00
Perbaikan & 1 Backhoe Rp 130.000 Rp 910.000 Rp 5.460.000 Rp 21.840.000,00 Rp 262.080.000,00
Perawatan 3 Truck Rp 130.000 Rp 2.730.000 Rp 16.380.000 Rp 65.520.000,00 Rp 786.240.000,00
Rp
Total
5.671.713.800

Tabel 5.4. Ongkos Pengupasan Overburden


Jumla
Jenis Jam Hari Minggu Bulan
h
1 Backhoe Rp 392,325.82 Rp 2,746,280.73 Rp 16,477,684.36 Rp 65,910,737.45
Bahan Bakar
5 Truck Rp 1,479,927.27 Rp 10,359,490.91 Rp 62,156,945.45 Rp 248,627,781.82
1 Backhoe Rp 246,707.43 Rp 1,726,952.03 Rp 10,361,712.16 Rp 41,446,848.65
Minyak Pelumas
5 Truck Rp 939,377.41 Rp 6,575,641.89 Rp 39,453,851.35 Rp 157,815,405.41
1 Backhoe Rp 23,809.52 Rp 166,666.67 Rp 1,000,000.00 Rp 4,000,000.00
Pergantian Ban
5 Truck Rp 23,809.52 Rp 166,666.67 Rp 1,000,000.00 Rp 4,000,000.00
1 Backhoe Rp 650,000.00 Rp 4,550,000.00 Rp 27,300,000.00 Rp 109,200,000.00
Sewa Alat
5 Truck Rp 530,000.00 Rp 3,710,000.00 Rp 22,260,000.00 Rp 89,040,000.00
Perbaikan & 1 Backhoe Rp 130,000 Rp 910,000 Rp 5,460,000 Rp 21,840,000.00
Perawatan 5 Truck Rp 130,000 Rp 4,550,000 Rp 27,300,000 Rp 109,200,000.00
Total Rp 1.702.161.547
Tabel 5.5. Nilai yang diperoleh
Cadangan / ton 173.219
Harga Jual / ton $ 40.000
Nilai yang diperoleh $

Diketahui :

Nlai yang diperoleh = $ 6928760000

Ongkos produksi / Tahun = Rp 5.671.713.800


Ongkos Pengupasan OB = Rp 1.702.161.547
Maka :
NilaiOngkos Produksi
BESR 2=
Ongkos PengupasanOverburden

69287600005.671.713 .800
BESR 2=
1.702.161 .547

BESR 2=69

5.6. Stripping Ratio

Salah satu cara menggambarkan efisiensi geometri (geometrical


efficiency) dalam kegiatan penambangan adalah dengan istilah Stripping
Ratio atau nisbah pengupasan. Stripping ratio (SR) menunjukkan jumlah
overburden yang harus dipindahkan untuk memperoleh sejumlah bijih yang
diinginkan. Nisbah ini secara umum diberikan dalam persamaan berikut.

Overburden(volume)
SR=
Biji h(volume)

Nisbah antara waste terhadap bijih yang digambarkan dalam suatu unit satuan
volume berguna dalam perancangan disain tambang.
Diketahui :
Overburden = 84.661 ton
Bijih = 173.219 ton

Maka :
173.219ton
SR=
84.661ton

SR=1 :2

5.7. Waste Dump dan Stockpile


5.7.1. Waste Dump
Waste dump adalah suatu daerah dimana suatu operasi tambang
terbuka dapat membuang material kadar rendah dan/atau material bukan
bijih yang harus digali dari pit untuk memperoleh bijih/material kadar
tinggi.
Rancangan waste dump sangat penting untuk perhitungan
keekonomian. Lokasi dan bentuk dari waste dump dan stockpile akan
berpengaruh terhadap jumlah gilir truk yang diperlukan, demikian pula
biaya operasi dan jumlah truk dalam satu armada yang diperlukan.
Daerah yang diperlukan untuk waste dump pada umumnya
luasnya 2-3 kali dari daerah penambangan (pit).
a. Material yang telah dibongkar (loose material) berkembang 30-45 %
dibandingkan dengan material in situ.
b. Sudut kemiringan untuk suatu dump umumnya lebih landai dari pit.
c. Material pada umumnya tidak dapat ditumpuk setinggi kedalaman
dari pit.
Berdasarkan alasan politik, banyak perusahaan menjauhi nama
waste dumps. Istilah yang disukai adalah waste rock storage area, rock
piles, dan lain-lain.
A. Jenis - jenis Dump
1. Valley Fill/Crest Dumps
a. Dapat diterapkan di daerah ayng mempunyai topografi curam.
Dumps dibangun pada lereng.
b. Elevasi puncak (dump crest) ditetapkan pada awal pembuatan
dump. Truk membawa muatannya ke elevasi ini dan
membuang muatannya ke lembah di bawahnya. Elevasi crest
ini dipertahankan sepanjang umur tambang.
c. Dump dibangun pada angle of repose.
d. Membangun suatu dump ke arah atas (dalam beberapa lift)
pada daerah yang topografinya curam biayanya mahal.
Dumping akan mulai pada kaki (toe) dari dump final yang
berarti pengangkutan truk yang panjang pada awal proyek.
e. Diperlukan usaha yang cukup besar untuk pemadatan yang
memenuhi persyaratan reklamasi.
2. Terraced Dump/Dump yang dibangun ke atas (dalam lift)
a. Dapat diterapkan jika topografi tidak begitu curam pada lokasi
dump.
b. Dump dibangun dari bawah ke atas. Dalam lift biasanya 20-40
m tingginya.
c. Ada untung ruginya dari segi ekonomi antara jarak horizontal
untuk perluasan lift terhadap kapan memulai suatu lift baru.
d. Lift-lift berikutnya terletak lebih ke belakang sehingga sudut
lereng keseluruhan (overall slope angle) mendekati yang
dibutuhkan untuk reklamasi.

5.7.2. Stockpile
Stockpile digunakan untuk menyimpan material yang akan digunakan
pada saat yang akan datang.
a. Bijih kadar rendah yang dapat diproses pada saat yang akan datang.
b. Tanah penutup atau tanah pucuk yang dapat digunakan untuk
reklamasi.
Perhitungan Luas Daerah Stock Yard
Stock Yard di Area Penambangan
1
V = r2 t
3

Dimana :
t = tinggi tumpukan
r = jari-jari lingkaran
V = volume material hasil penambangan
Diketahui :
t =4
V = 4152 m3
Maka :
1
4152= 3,14 r 2 4
3

4152=4,18 r 2

2 4152 m3
r=
4,18 m3

r= 993,3

2
r=31,5 m

L=3,14 993,3 m2

3.115,6 m2

Stock Yard di Pelabuhan


1 2
V= r t
3

Dimana :
t = tinggi tumpukan
r = jari-jari lingkaran
V = volume material hasil penambangan
Diketahui :
t =4
V = 2076 m3
Maka :
1
2076= 3,14 r 2 4
3

2076=4,186 r 2

2 2076 m3
r=
4,186 m3

r 2= 495,93

2
r=22,2694 m

L=3,14 495,93 m2

1.557,2m2

5.8. Parameter Rancangan


1. Angle of Repose
a. Batuan kering run of mine umumnya mempunyai angle of repose
antara 3437 derajat.
b. Sudut ini dipengaruhi oleh tinggi dump, ketidakteraturan bongkah
batuan, kecepatan dumping.
c. Dapat dibuat pengukuran pada suatu lereng (bongkah-bongkah
alami/talus) yang ada di daerah tersebut.
2. Faktor Pengembangan (Swell Factor)
a. Pada batuan keras, faktor pengembangan pada umumnya antara 30 dan
45%. Satu meter kubik in situ akan mengembang menjadi 1,31,45
meter kubik material lepas (loose).
b. Pengukuran bobot isi loose dapat dilakukan.
c. Dengan waktu, material dapat dikompakkan dari 515%. Material
yang dibuang dengan truk akan menjadi lebih kompak daripada
material yang dibuang oleh ban berjalan (belt conveyor stackes).
3. Tinggi Lift/Jarak Setback
a. Hanya berlaku untuk dump yang dibangun ke atas (dengan lift).
b. Tinggi lift umumnya adalah 15-40 meter.
c. Rancangan jarak setback sedemikian rupa sehingga sudut kemiringan
keseluruhan rata-rata (average overall slope angle) adalah 2H:1V (27
derajat) sampai 2.5H:1V (22 derajat) untuk memudahkan reklamasi.

4. Jarak Dari Pit Limit


a. Jarak minimum adalah ruangan yang cukup untuk suatu jalan antara pit
limit dan kaki dump (dump toe). Kestabilan pit akibat dump harus
diperhitungkan.
b. Jarak yang sama atau lebih besar dari kedalaman pit akan mengurangi
resiko yang berhubungan dengan kestabilan lereng pit.
5. Makalah Bonhet/Kunze (Surface Mining Bab 5.6) merekomendasikan
sedikit tanjakan ke arah dump crest dengan alasan penirisan dan
keamanan.
a. Limpasan air hujan menjauhi crest.
b. Truk harus menggunakan tenaga mesin untuk menuju ke crest dan
bukan meluncur bebas. Juga akan mengurangi resiko alat/ kendaraan
yang diparkir meluncur jatuh dari puncak waste dump (crest).

5.9. Perencanaan Sistem Penambangan yang Digunakan


5.9.1. Sistem Penambangan
Sistem penambangan yang digunakan adalah sistem tambang
terbuka (Open Cast) sistem ini digunakan karena melihat kondisi
letak dan kedalaman endapan bijih tidak terlalu jauh dari permukaan
tanah dan juga penggalian endapan bijih dilakukan pada suatu lereng
bukit. Pekerjaan penambangan yang dilakukan berhubungan
langsung dengan alam terbuka sehingga dipilih sistem tambang
terbuka.

5.9.2. Metode Penambangan


Melihat karakteristik endapan bijih besi Pulau Pakal yaitu sebagai
berikut :
Rata-rata ketebalan bijih yang bervariasi dari 1 meter sampai 30
meter
Ketebalan tanah penutup yang tersebar bervariasi dari 0 meter
sampai 18,3 meter
Topografi bervariasi dengan kemiringan lereng rata-rata
Posisi endapan relative horizontal terhadap permukaan tanah.
Dengan keadaan daerah atau kondisi seperti ini, maka metode
penambangan yang rencananya akan diterapkan adalah sebagai
berikut :
Metode penambangan yang digunakan adalah open cast karena
penggalian endapan bijih dilakukan pada suatu lereng bukit
dengan kedalaman endapan tidak terlalu jauh.
Untuk mendukung operasi peralatan di front penambangan
khususnya terhadap kemampuan berpindah alat, yang di perlukan
kekerasan jalan, baik pada jalan masuk di bench maupun untuk
jalan bench.
Penggalian over burden di laksanakan dengan menggunakan 3
alat Excavator, 2 yang digunakan dan 1 sebagai cadangan,
sedangkan untuk produksi menggunakan 2 alat Excavator, 1 yang
digunakan dan 1 sebagai cadangan. Alat Excavator tersebut
berfungsi sebagai alat gali namun juga sekaligus berfungsi sebagi
alat muat yang melayani alat angkut.
Penggalian bijih di lakukan dengan membentuk jenjang jenjang (
bench ).
Tanah penutup dikupas dengan metode back filling dengan di
angkut disposal areal untuk tahapan pertama.
Penggangkutan menggunakan alat angkut dump truck, untuk
kondisi daerah dengan daya dukung tanah yang kurang baik.
Untuk membantu penggalian dan pemuatan bijih di gunakan
Bulldozer.

5.10. Kemajuan Tambang

Setelah dilakukan perhitungan secara manual dengan menggunakan


data pengukuran yang ada, maka didapatkan total volume cadangan bijih
besi adalah 622.004 m3, dan total jumlah cadangan bijih adalah 165.557 ton.

Tabel 5.6. Kemajuan Tambang

Kandungan
Volume
Tahun Bijih
Terbongkar (m3)
(Ton)
1 104.614 29.291,92
2 103.260,88 28.913,04
3 102.943,88 28.824,28
4 108.117,13 30.272,79
5 102.388,25 28.668,71
6 89.885 25.167,80
Total 611.209,13 171.138,56

Simulasi Kemajuan Tambang Menggunakan Surpac 6.1.2


Gambar 5.4. Material bijih besi yang akan di tambang
Keterangan :
: Material yang terbongkar pada tahun pertama
: Material yang terbongkar pada tahun ke dua
: Material yang terbongkar pada tahun ke tiga
: Material yang terbongkar pada tahun ke empat
: Material yang terbongkar pada tahun ke lima
: Material yang terbongkar pada tahun ke enam

Berdasarkan hasil report dari aplikasi Surpac 6.1.2 pada gambar 5.4 didapatkan
volume ore keseluruhan dari tahun pertama sampai tahun ke enam adalah =
611.209,13, tonnase = 171.138,56, volume overburden = 1.641.917,38, dan
tonnase overburden = 459.736,86.

Gambar 5.5. Material yang terbongkar pada tahun pertama


Berdasarkan hasil report dari aplikasi Surpac 6.1.2 pada gambar 5.5 didapatkan
volume ore pada tahun pertama adalah = 104.614, tonnase ore = 29.291,92,
volume overburden = 157.840,88, dan tonnase overburden = 44.195,45.

Gambar 5.6. Material yang terbongkar pada tahun kedua

Berdasarkan hasil report dari aplikasi Surpac 6.1.2 pada gambar 5.6 didapatkan
volume ore pada tahun kedua adalah = 103.260,88, tonnase ore = 28.913,04,
volume overburden = 127.535,75, dan tonnase overburden = 35.710,01.

Gambar 5.7. Material yang terbongkar pada tahun ketiga

Berdasarkan hasil report dari aplikasi Surpac 6.1.2 pada gambar 5.7 didapatkan
volume ore pada tahun ketiga adalah = 102.943,88, tonnase ore = 28.824,28,
volume overburden = 130.421,25, dan tonnase overburden = 36.517,95.
Gambar 5.8. Material yang terbongkar pada tahun keempat

Berdasarkan hasil report dari aplikasi Surpac 6.1.2 pada gambar 5.8 didapatkan
volume ore pada tahun keempat adalah = 108.117,13, tonnase ore = 30.272,79,
volume overburden = 195.242,75, dan tonnase overburden = 54.667,97.

Gambar 5.9. Material yang terbongkar pada tahun kelima

Berdasarkan hasil report dari aplikasi Surpac 6.1.2 pada gambar 5.9 didapatkan
volume ore pada tahun kelima adalah = 102.388,25, tonnase ore = 28.668,71,
volume overburden = 235.790,63, dan tonnase overburden = 66.021,38.
Gambar 5.10. Material yang terbongkar pada tahun keenam

Berdasarkan hasil report dari aplikasi Surpac 6.1.2 pada gambar 5.10 didapatkan
volume ore pada tahun keenam adalah = 89.885, tonnase ore = 25.167,80, volume
overburden = 795.086,13, dan tonnase overburden = 222.624,12.

Anda mungkin juga menyukai