Anda di halaman 1dari 5

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No.

X, (2013) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1

STUDI TRANSFORMASI KOORDINAT dari


DATUM GEODESI NASIONAL 1995 ke SRGI
2013 MENGGUNAKAN BURSA WOLF
Taufiq Rifai, Ira Mutiara Anjasmara, dan Meiriska Yusfania
Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail:Ira.its.ac.id

Abstrak—Pada Keppres No.166 tahun 2000 Bakosurtanal Oktober 1969, Indonesia telah beberapa kali mengeluarkan
(sekarang Badan Informasi Geospasial) kembari deiberi tugas datum yang dipakai sebagai acuan untuk kegiatan survei dan
untuk menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang survei pemetaan, lebih luas lagi sebagai acuan dalam penyelenggaraan
dan pemetaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan Informasi Geospasial (IG). Tanggal 17 Oktober 2013,
yang berlaku. Dalam menyelenggarakan tugas itu ditetapkan Indonesia telah mengeluarkan datum baru yaitu, Sistem
bahwa Bakosurtanal mempunyai fungsi pembinaan infrastruktur
Referensi Geospasial Indonesia 2013 (SRGI 2013) untuk
data spasial atau yang lebih dikenal dengan Infrastruktur Data
menggantikan Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN 1995).
Spasial Nasional (IDSN). Infrastruktur Data Spasial Nasional
(IDSN) dilihat sebagai upaya nasional untuk menghadirkan Perbedaan mendasar antara SRGI 2013 dan DGN 1995 yaitu,
sumber-sumber data spasial dasar yang dapat dimanfaatkan SRGI 2013 memperhitungkan perubahan koordinat terhadap
seluas mungkin. Program pemetaan nasional daerah diharapkan fungsi waktu. SRGI 2013 terdiri dari Sistem Referensi
menggunakan georeferensi standart nasional yaitu Datum Geospasial Horizontal dan Sistem Referensi Geospasial
Geodesi Nasioanal 1995 (DGN 95) . Pemetaan ke dalam sistem Vertikal. Serta untuk mempermudah pengguna disediakan juga
DGN 95 dapat dilakukan dengan pengikatan ke kerangka kontrol sistem akses dan layanan SRGI 2013. Berubahnya datum di
horisontal Bakosurtanal orde 0 dan 1, serta ke titik dasar teknik Indonesia mengakibatkan pengguna harus mengacu pada SRGI
BPN orde II, III, dan IV. Ini adalah satu frame work dataset atau 2013, demikian halnya dengan pengguna dalam bidang
data dasar utama dalam kerangka IDSN. Nantinya sistem positioning. Pengguna harus menambahkan model deformasi,
koordinat DGN 95 akan diubah ke SRGI 2013
untuk mendapatkan koordinat pada epoch yang diinginkan.
Kata Kunci—Bakosurtanal, BIG, IDSN, Keppres,SRGI 2013.
Dalam transformasi datum dari datum DGN 95 ke SRGI 2013
menggunakan model transformasi datum. Terdapat bermacam-
I. PENDAHULUAN macam model dalam transformasi datum. Model transformasi
Dalam perjalanannya, Indonesia pernah mempunyai beberapa datum yang akan dibahas dalam proposal ini antara lain
datum sebagai sistem referensi pemetaan. Berbagai datum similiarity transformation model (model Bursa-wolf).
tersebut antara lain Datum Genuk Pulau Jawa menggunakan Parameter transformasi yang ditentukan dari Bursa Wolf adalah
model ellisoid Bessel 1841 yang ditentukan menggunakan rotasi, translasi, dan skala. Lebih lengkapnya parameter
metode triangulasi, Datum Indonesia 1974 menggunakan transformasi Bursa Wolf yaitu 7 parameter dengan
ellipsoid referensi SNI (Sferoid Nasional Indonesia) dengan penjabarannya 3 rotasi, 3 translasi, dan faktor skala. Model ini
pengamatan menggunakan metode Doppler. Sekarang, dengan sering disebut juga sebagai model linear conformal in three
kemajuan teknologi Satelit Global Positioning System (GPS). dimension atau three dimensional similiarity transformation.
Indonesia menetapkan datum yaitu Datum Geodesi Nasional Hal ini disebabkan bahwa dalam model ini faktor skala dalam
1995 (DGN-95). Datum ini ditentukan menggunakan semua arah adalah sama. Dalam model ini bentuk jaringan
pengamatan GPS dan menggunakan ellipsoid referensi WGS- dipertahankan, maka sudut tidak berubah, tetapi panjang base
84. Mengingat peta-peta yang ada sekarang ini masih banyak line dan posisi tidak dapat berubah
yang menggunakan sistem lama (ID-74), sesuai dengan
diselenggarakannya IDSN yang mempunyai standard, salah II. TINJAUAN PUSTAKA
satunya bahwa datum yang digunakan adalah datum DGN-95,
maka perlu dilakukan transformasi datum menjadi datum A. Sistem Koordinat
DGN-95 (Handoko dan Abidin, 2002). Sejak berdirinya Badan Sistem koordinat ada 3 macam yaitu sistem koordinat
KoordinasiSurveidanPemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), proyeksi, geosentrik, dan geodetik. Sistem koordinat proyeksi
sekarang Badan Informasi Geospasial (BIG), pada tanggal 17
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 2

adalah sistem koordinat kartesian dimana x menyatakan absis geodesi akan memiliki nilai koordinat yang teliti. Sistem
(sumbu mendatar) dan y menyatakan ordinat (sumbu tegak). referensi geospasial global yang menjadi acuan seluruh negara
Sistem koordinat geosentrik adalah dalam penentuan posisi dalam mendefenisikan sistem referensi geospasial di negara
suatu titik di permukaan Bumi, titik nol dari sistem koordinat masing-masing juga mengalami pemutakhiran dalam kurun
yang digunakan dapat berlokasi di titik pusat massa Bumi waktu hampir setiap 5 tahun (Asep Karsidi)
(sistem koodinat geosentrik), maupun di salah satu titik di Selama ini, Indonesia dalam hal ini BIG telah
permukaaan Bumi (sistem koordinat toposentrik). Sistem mendefinisikan beberapa system referensi geospasial atau
koordinat geosentrik banyak digunakan oleh metode-metode datum geodesi untuk keperluan survei dan pemetaan atau
penentuan posisi ekstra-terestris yang menggunakan satelit dan penyelenggaraan informasi geospasial. Telah dikenal Datum
benda-benda langit lainnya, baik untuk menentukan posisi titik- Indonesia 1974 atau Indonesian Datum 1974 (ID
titik di permukaan Bumi maupun posisi satelit. Sedangkan 74). Selanjutnya, seiring dengan perkembangan teknologi GPS,
sistem koordinat toposentrik banyak digunakan oleh metode- maka pada tahun 1996 Bakosurtanal mendefinisikan datum
metode penentuan posisi terestris. Sistem koordinat geodetik baru untuk keperluan survei dan pemetaan untuk menggantikan
adalah Sistem koordinat yang paling umum digunakan pada ID74, yang disebut dengan Datum Geodesi Nasional
saat ini adalah sistem lintang (φ), bujur (λ), dan ketinggian (h- 1995 atau DGN 95. Sistem ini walaupun telah mengalami
tinggi di atas ellipsoid). Pada sistem ini meridian utama dan beberapa pemutakhiran, ternyata belum memperhitungkan
ekuator merupakan bidang-bidang referensi yang digunakan adanya perubahan nilai-nilai koordinat sebagai fungsi dari
untuk mendefinisikan koordinat lintang (φ) dan bujur (λ). waktu pada titik kontrol geodesi, akibat dari pengaruh
Lintang geodetik (φ) suatu titik adalah sudut yang dibentuk pergerakan lempeng tektonik dan deformasi kerak bumi,
oleh bidang ekuator (φ=0), dengan garis normal terhadap sehingga perlu segera didefinisikan sistem referensi geospasial
ellipsoid referensi. Bujur geodetik (λ) suatu titik adalah sudut atau datum geodesi yang baru yang lebih sesuai untuk wilayah
yang dibentuk oleh bidang referensi (meridian utama, λ=0) Indonesia. ( Karsidi,2008).
dengan bidang meridian yang melalui titik yang bersangkutan. Perubahan nilai koordinat terhadap waktu perlu
Tinggi geodetik (h) adalah jarak titik yang bersangkutan dari diperhitungkan dalam mendefinisikan sistem referensi
ellipsoid referensi dalam arah garis normal terhadap ellipsoid geospasial untuk wilayah Indonesia. Hal ini dikarenakan
referensi wilayah NKRI terletak di antara pertemuan beberapa lempeng
B. Datum tektonik yang sangat dinamis dan aktif. Beberapa lempeng
tektonik tersebut diantaranya lempeng Euroasia, Australia,
Datum dalam penelitian ini ada 2 yaitu DGN 95 dan SRGI Pacific dan Philipine. Wilayah NKRI yang terletak di
2013. DGN 95 adalah Di Indonesia penggunaan datum telah pertemuan beberapa lempeng inilah yang menyebabkan seluruh
ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala objek-objek geospasial yang ada di atasnya termasuk titik-titik
Bakosurtanal Nomor : HK.02.04/II/KA/96 tanggal 12 Februari kontrol geodesi yang membentuk Jaring Kontrol Geodesi
1996 untuk menggunakan Datum Geodesi Nasional 1995 Nasional, juga bergerak akibat pergerakan lempeng tektonik
(DGN-95) yang merupakan referensi tunggal dalam dan deformasi kerak bumi
pengelolaan (pengumpulan, penyimpanan dan penggunaan)
data geospasial pada strata lokal, regional, nasional bahkan C. Transformasi Bursa Wolf
internasional. DGN-95 adalah datum geodesi yang geosentris Penggunaan datum lokal dan regional yang berbeda-beda,
dan diberlakukan untuk keperluan survei dan pemetaan di menyebabkan koordinat yang dihasilkan berbeda-beda pula.
seluruh wilayah NKRI. DGN-95 menggantikan datum yang Untuk menyatukan datum-datum lokal dan atau membawa
telah ada seperti Datum Indonesia 1974 (ID-74) .Pekerjaan sistem lokal ke sistem global diperlukan transformasi datum.
pemetaan telah dilakukan oleh Indonesia sejak dulu Prinsip transformasi datum adalah penggunaan titik sekutu,
berdasarkan pada datum lokal, seperti Datum Batavia (gn. yaitu titik-titik yang diketahui koordinatnya pada kedua datum.
Genuk), Datum Gn. Sagara dan Datum Indonesia 1974. Saat Dari koordinat ini akan diketahui hubungan matematis antara
ini semua pekerjaan pemetaan telah menggunakan sistem kedua datum. Hubungan matematis antar datum pada
kordinat yang baru, yaitu berdasarkan Datum Geodesi Nasional umumnya dinyatakan dalam 7 parameter transformasi, yaitu
1995. translasi (∆X, ∆Y, ∆Z), rotasi (Rx, Ry, Rz), dan skala
Spesifikasi DGN 95 (Wolf,1987)
Datum: geosentris x  1      x'  x 
Koordinat Geodesi: Datum Geodesi Nasional 1995  y      1    y '  y  (2.1)
Koordinat Grid:Internasional Terestrial Reference Frame   
Ellipsoid: WGS 84  z     1   z '  z 
Sumbu semi mayor: 6378137,0 meter dimana ∆x, ∆y, ∆z, ω , Ф , κ , λ merupakan parameter yang
Faktor penggepengan: 298,2572223563 harus diketahui nilainya agar transformasi dapat diproses.
SRGI 2013 adalah Sistem Referensi Geospasial merupakan Apabila nilai parameter transformasi belum diketahui, dapat
suatu sistem koordinat nasioanal yang konsisten dan dicari menggunakan titik sekutu. Rumusnya diturunkan berikut
kompatibel dengan sistem koordinat global, yang secara spesifik
ini : mengubah rumusmenentukan lintang,bujur, tinggi, skala, gaya berat, dan
(2.1) menjadi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 3

1 0 0 1  
  
R  0 1 0      1    I  K (2.2) RMSZ =
0 0 1    1 
dan λ = 1 + ∆λ Keterangan
Kemudian subtitusikan persamaan (2.2) ke dalam persamaan N= jumlah titik
(2.1) hing memberikan persamaan X,Y,Z=koordinat sistem lama
X’,Y’,Z’=koordinat sistem batu
 x  x  0      x'   x'   x' 
 y   y        y '    y '   y '
0 (2.3)
    
 z  z    0   z '   z '   z ' 
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan


unsur-unsur pengamatan ( x ’, y’ , z’ , x , y ,z ) dan unsur- Alat :Perangkat keras (hardware)
unsur parameter saling bercampuran dalam bentuk persamaan a. 1 unit personal komputer
linier. Persamaan tersebut oleh Martin (1978) dibentuk mnjadi
b. 1 unit printer
persamaan pengamatan model kombinasi AX+BV+F=0 dimana
X merupakan matriks parameter. Pemecahan unsur matriks X Perangkat lunak (software)
diformulasikan sebagai berikut : 1. Matlab


X   AT ( BB T ) 1 A 1
AT ( BB T ) F (Bahan
2.4)
10 titik yang berasal dari BIG
dimana unsur – unsur matriks tersebut adalah
1 0 0 x' y '  z ' 0 
A  0 1 0 y '  x' 0 z  (2.5)
0 0 1 z ' 0 x'  z '

1 0 0  1 0 0   x' x 
B  0 1 0 0  1 0  F   y ' y 
  (2.6)
0 0 1 0 0  1  z ' z 
x 
y 
 
z 
  B. Tahapan Kegiatan Penelitian
X    (2.7)
  Identifikasi Masalah

 
 
  Studi Literatur
 
D. RMS error Pengumpulan Data Tahap Persiapan
Nilai RMS error koordinat menunjukkan adanya
kesalahan arah pada komponen X, Y, Z terhadap posisi
tertentu. Nilai RMS eror koordinat dihitung dengan Pengolahan Data Tahap Perngolahan

persamaan berikut (Charles D.Ghilani,2002)

Analisa Tahap Analisa


RMSX =

Penyusunan Laporan Tahap Akhir

RMSY =
Dari diagram alir diatas memiliki penjelasan sebagai berikut:
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 4

1. Identifikasi Masalah
Pada tahap ini dilakukan penentuan datum apa saja yang
digunakan untuk transformasi Bursa Wolf
2. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini direncanakan melakukan dua
kegiatan, yaitu :
- Studi Literatur
Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan referensi yang
berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu
mengenai pemrograman komputer dan literatur lain yang
berhubungan baik dari buku, jurnal, majalah, media masa,
internet maupun sumber lainnya.
3. Tahap Pengolahan
Pada tahapan ini dilakukan pengolahan dari data-data yang
telah dihimpun untuk selanjutnya dilakukan analisa.
4. Akhir
Tahap akhir dari penelitian ini adalah penyusunan laporan
Tugas Akhir
penutupnya.)

IV. HASIL DAN ANALISA


Berikut hasil parameter transformasi dari 10 titik sekutu

Berikut hasil RMSe nya


JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 5

V. KESIMPULAN/RINGKASAN

DAFTAR PUSTAKA
Abdia Gunaidi Away.2010.The Shortcut of Matrix Laboratory MATLAB
Programming Bandung:Informatika Bandung

Abidin Hasanudin, Z.(2001). GEODESI SATELIT. Edisi pertama.Jakarta: PT


PRADANYA PARAMITA

Badan Informasi Geospasial. 2013. Peraturan Kepala BIG Nomor 15 Tahun


2013 Tentang Sistem Referensi Geospasial Indonesia 2013. Bogor, Oktober
2013.

Dewi Lisa. (2010). Analisi Koreksi Geometrik Mengunakan Metode Direct


Georeferencing pada Citra Satelit Alos dan Formosat-2. Skripsi Sarjana pada
Geomatika FTSP ITS Surabaya: tidak diterbitkan

Iliffe, J.C. Datum and Map Projection for Remote sensing, GIS, and
Surveying, Whittles Publishing. 2000

Sukojo , Bangun Muljo. (2004). Pengembangan Buku Pengajaran Hitung


Proyeksi Geodesi. Surabaya : ITS.

Prihandito Aryono. (1994). Transformasi Datum Geodesi. Yogayakarta: UGM

Purworahardjo Umarjono (2000).Hitung dan Proyeksi Geodesi. Edisi 1.


Bandung: ITB

Purworahardjo Umarjono (1986). Hitung dan Proyeksi Geodesi I. Edisi 1.


Bandung: ITB

Purworahardjo Umarjono (1986). Hitung dan Proyeksi Geodesi II. Edisi 2.


Bandung: ITB

Purworahardjo Umarjono (1994). Sistem dan Transformasi Koordinat. Edisi 1.


Bandung:ITB

Purworahardjo Umarjono.(1994).Sistem dan Transformasi Koordinat. Eidsi 1.


Bandung: Lab. Pemetaan Sistematik dan Rekayasa Jurusan Teknik Geodesi
Institut Teknologi Bandung

Karsidi Asep, 2008, Pendefinisian Datum Geodesi Nasional 2013 on


Workshop SistemReferensi Geospasial Nasional 2. Yogyakarta, June 2013.

Riqqi, A., 2013, Dampak Implementasi SRGI 2013 terhadap Berbagai


Aplikasi on Workshop Sistem Referensi Geospasial Nasional 3. Surabaya,
August 2013.

Syafi’i, M.A., 2013, Sistem Referensi Geospasial Indonesia 2013 (SRGI 2013)
on Sosialisasi Internal Peluncuran Referensi Tunggal Informasi Geospasial.
Bogor, September 2013.

Villanueva, K. J. ( 2001 ) Peran Bakosurtanal dalam Pembangunan Nasional


Kepesisiran dan Kelautan Indonesia. Makalah disajikan pada Seminar
Nasional Kelautan – Ikatan Mahasiswa Geodesi ITB, Bandung. 7 April

Handoko, Eko Yuli dan Z. Abidin Hasanudin. (2002). “ Analisis Transformasi


Datum dari Datum Indonesia 1974 ke Datum Geodesi Nasional 1995”, 1-9.

Anda mungkin juga menyukai