Anda di halaman 1dari 4

NAMA : INDAH AMALLIA FITRI

NIM : 2020510030
MATKUL : JARINGAN KONTROL GEODESI

 Sejarah JKH
Jaring control horizontal adalah sekumpulan titik control horizontal yang satu sama lain
dikaitkan dengan data ukuran jarak dan atau sudut, dan koordinatnya ditentukan dengan
metode pengukuran / pengamatan tertentu dalam suatu sistem referensi koordinat horizontal
tertentu. Kualitas dari koordinat titik-titik dalam suatu jaring kontrol horizontal umumnya
akan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti sistem peralatan yang digunakan untuk
pengukuran/pengamatan, geometri jaringan, strategi pengukuran/pengamatan, serta strategi
pengolahan data yang diterapkan. Jaring kontrol Geodesi terdiri atas Jaring Kontrol
Horisontal (JKH), Jaring KontrolVertikal (JKV), dan Jaring Kontrol Gayaberat (JKG).
Jaring Kontrol Triangulasi di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Junghuhn, seorang
pegawai perusahaan perkebunan, pada tahun 1834 – 1848. Pengukuran dilakukan dari
puncak-puncak gunung ke titik-titik yang lebih rendah disekitar Bandung, Karawang dan
pantai utara Jawa. Sedangkan pemerintah Hindia Belanda mengawali pekerjaan triangulasi di
daerah Cirebon pada tahun 1854. Jaring kontrol triangulasi Jawa Barat selesai pada tahun
1870. Sejak tahun 1870 (oleh Pemerintahan Kolonial Belanda) sampai dengan tahun 1974,
datumgeodetik yang digunakan adalah ellipsoid Bessel 1841 (a = 6.377.563 m, f = 1/299,3)
dengansistem koordinat relatif dan posisi ellipsoid bermacam-macam. Berikut ini, adalah
beberapadatum yang pernah digunakan di Indonesia.
a) Datum Genoek
Pada tahun (1862-1880), Indonesia telah melakukan penentuan posisi di Pulau Jawa
denganmetode triangulasi. Penentuan posisi ini menggunakan ellipsoid Bessel 1841
sebagai ellipsoidreferensi, dan meridian Jakarta sebagai meridian nol, dan titik awal
beserta sudut azimuthnyadiambil dari titik triangulasi di puncak Gunung Genoek.
b) Datum Moncong Lowe
Pada tahun 1911 pengukuran jarring triangulasi di Pulau Sulawesi dimulai. Ellipsoid
yangdigunakan adalah Bessel 1841, meridian yang melalui Kota Makassar dianggap
sebagaimeridian nol, dan titik awal beserta sudut azimutnya ditentukan dari titik
triangulasi di puncak Gunung Moncong Lowe.
c) Datum Bukit Rimpah
Digunakan untuk kepulauan Bangka Belitung dan sekitarnya. Datum ini menggunakan
sistemreferensi ellipsoid Bessel 1841 dan meridian utama Greenwich. Bukit Rimpah
adalah datumgeodetik untuk pemetaan topografi.
d) Datum Gunung Serindung
Digunakan sebagai datum untuk pemetaan wilayah Kalimantan Barat. Pengukuran
triangulasidimulai pada sekitar tahun 1958-1959. Seperti halnya Datum Genoek dan
Datum BukitRimpah, pada Datum Gunung Serindung ini ditetapkan bahwa ellipsoid
referensi berhimpitdengan geoid di titik datum.
e) Datum Gunung Segara
Datum ini digunakan untuk pemetaan wilayah Kalimantan Timur. Pengukuran
triangulasidilaksanakan sekitar tahun 1937. Titik datum ditetapkan di Gunung Segara. Pada
titik datumditetapkan bahwa ellipsoid berimpit dengan datum. Ellipsoid referensi yang
digunakan adalahBessel 1841.
f) Datum Indonesia 1974 atau ID-74
Seiring perkembangan teknologi dan ditemukannya teknologi pengukuran berbasis
satelit(satelit Doppler), maka wilayah-wilayah yang tersebar di Indonesia dapat
dipersatukan.Untuk menunjang sistem pemetaan tunggal di Indonesia, tahun 1975
Bakosurtanalmenetapkan penggunaan GRS 1967 sebagai ellipsoid referensi di Indonesia
yang, mencakupseluruh wilayah Indonesia dalam satu sistem sehingga tercipta sistem
referensi tunggal, yang bernama Sferoid Nasional Indonesia (SNI). Kemudian, SNI
dihimpitkan dengan ellipsoid NWL-9D (sistem referensi teknologi Doppler) di titik eksentris
(Stasiun Doppler BP-A 1884)di Padang. Dengan demikian, stasiun Doppler ini dianggap
sebagai datum tunggal geodesi diIndonesia, yang diberi nama Datum Indonesia 1974 oleh
Bakosurtanal.
g) Datum Geodesi Nasional 1995 atau DGN-95
Dengan kemajuan teknologi satelit, khususnya Satelit Global Positioning System (GPS),
penentuan posisi yang lebih akurat dapat dicapai setiap saat dan tepat. Agar peta-peta
Indonesia tetap bisa digunakan, maka perlu mengubah datum yang digunakan dari ID-74
kedatum yang sesuai dengan sistem GPS. Datum baru ini dinamakan Datum Geodesi
Nasional 1995 (DGN-95) yang geosentrik. Datum ini ditentukan menggunakan pengamatan
GPS danmenggunakan ellipsoid referensi WGS-84. Datum ini mengadopsi sistem datum
geodetikabsolut dengan mengatur pusat ellipsoid referensi berimpit dengan pusat massa bumi.
h) Sistem Referensi Geometrik Indonesia 2013 (SRGI 2013)
SRGI 2013, yaitu suatu sistem koordinat nasional yang konsisten dan kompatibel
dengansistem koordinat global. SRGI 2013 digunakan sebagai referensi tunggal dalam
penyelenggaraan IG nasional. Berbeda dengan datum geodesi sebelumnya, SRGI 2013
memperhitungkan aspek pergerakan lempeng tektonik dan deformasi kerak bumi. SRGI
2013terdiri dari sistem referensi koordinat, kerangka referensi koordinat, datum geometrik,
sistemreferensi tinggi, perubahan nilai koordinat terhadap fungsi waktu, dan sistem dan
layananuntuk mengakses SRGI 2013.
 Konfigurasi JKH
Kelas (Pengukuran) Jaring Titik Kontrol Horizontal

Konfigurasi Jaringan Titik Kontrol

Metode dan strategi Pengamatan Jairng titik control geodetic Orde-00 s/d Orde-4 (GPS)
 Pemanfaatan JKH
Jaring kontrol pemetaan pada awalnya hanya untuk keperluan kerangka dalam pemetaan.
Sejalan dengan perkembangan ilmu geodesi, maka titik-titik kontrol pemetaan tersebut
memiliki fungsi yang semakin beragam. Salah satu kegunaannya adalah untuk kegiatan
pemantauan deformasi kerak bumi maupun hasil budi daya manusia (misal : gedung,
jembatan, bendungan dsb).

Anda mungkin juga menyukai